Anda di halaman 1dari 20

Laporan praktikum

Pembiakan in vitro

PENGENALAN FASILITAS, ALAT, DAN BAHAN

NAMA : VALENSIA DWI PAJONGA


NIM : G011191393
KELAS : PEMBIAKAN IN VITRO A
KELOMPOK : TIGA
ASISTEN : NUN AINUN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kultur jaringan atau pembiakan in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, organ serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bgaian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali (Gunawan
dalam Nofrianinda, et al., 2017). Sel, jaringan dan organ tanaman ditumbuhkan
dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas
mikroorganisme. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan sangat berbeda
dibandingkan dengan perbanyakan secara konvensional karena perbanyakan
melalui kultur jaringan memungkinkan perbanyakan tanaman dalam skala besar
dengan waktu yang relatif lebih cepat (Santoso dan Nursandi, 2002).
Teknik kultur jaringan menekankan lingkungan yang sesuai agar eksplan
dapat tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang sesuai akan terpenuhi bila
media yang dipilih mempertimbangkan segala sesuau yang dibutuhkan oleh
tanaman (Nofrianinda, et al., 2017). Dalam teknik kultur jaringan mensyaratkan
kondisi yang steril baik ruang, peralatan, bahan maupun seluruh rangkaian
kerjanya. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan eksplan di dalam kultur harus
selalu dalam kondisi aseptik. Agar proses kultur jaringan berhasil, tahapan
pelaksanaan teknik kultur in vitro harus dilaksanakan di dalam laboratorium dan
harus ditunjang oleh fasilitas serta perlengkapan laboratorium yang memadai.
Laboratorium yang baik untuk pekerjaan teknik kultur jaringan harus
memenuhi kriteria aman, bersih, memiliki organisasi dan penataan ruang yang
sesuai. Tata ruang laboratorium yang ideal hendaknya terdiri atas ruangan-
ruangan yang terpisah untuk masing-masing kegiatan, seperti persiapan media,
prosedur aseptik, inkubasi kultur, dan pekerjaan laboratorium yang sifatnya
umum. Ruangan-rangan yang ada di laboratorium kultur jaringan setidaknya
terdiri atas ruangan persiapan, penanaman, dan inkubasi. Keberhasilan kultur
jaringan sangat dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan. Beberapa alat yang
harus ada dalam kultur jaringan yaitu laminar air flow, oven, autoklaf, hotplate,
timbangan, rak, botol kultur, erlenmeyer, magnetic striter, pH meter, blade,

2
skalpel, pinset, lampu bunsen, cawan petri, gelas ukur, gelas beacker, pipet tetes,
spatula, destilator, shaker, dan lemari es. Masing masing alat memiliki fungsi
yang berbeda. Selain peralatan dibutuhkan juga berbagai jenis bahan seperti
bermacam media Murashige-Skoog (MS), media Vacint Went, HCl. NaOH, agar,
sukrosa, zat pengatur tumbuh (kinetin, BAP, NAA, 2,4-D, IAA).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum ini untuk
mengetahui ruangan dan fasilitas yang ada di laboratorium kultur jaringan (In
Vitro) serta alat dan bahan apa saja yang terdapat di dalam laboratorium tersebut.
1.2. Tujuan praktikum
Tujuan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui ruangan dan fasilitas yang ada di dalam laboratorium
pembiakan in vitro
2. Untuk mengetahui peralatan yang dibutuhkan di dalam laboratorium
pembiakan in vitro
3. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium
pembiakan in vitro

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruangan dan Fasilitas yang dibutuhkan dalam Pembiakan In Vitro


Laboratorium kultur jaringan sebaiknya mempunyai pembagian ruangan
yang diatur sedemikian rupa sehingga tiap kegiatan terpisah satu dengan yang
lainnya, tetapi masih dapat saling berhubungan dan mudah dicapai. Laboratorium
yang baik untuk pekerjaan teknik kultur jaringan harus memenuhi kriteria aman,
bersih, memiliki organisasi dan penataan ruang yang sesuai. Lokasi dari
laboratorium itu sendiri sebaiknya jauh dari lingkungan pabrik atau bengkel yang
sering menimbulkan polusi. Kondisi bagian dalam laboratorium mutlak harus
bersih, mulai dari lantai, dinding, meja, alat-alat yang digunakan, maupun udara
diruangan laboratorium tersebut. Laboratorium diusahakan semaksimal mungkin
bebas dari debu, karena debu adalah sumber kontaminan yang paling potensial.
Untuk meminimalisasi kontaminasi yang disebabkan oleh debu maka
laboratoriapat dirangcang menjadi ruangan tertutup tanpa ada ventilasi. Jendela-
jendela dapat dibuat permanen dari kaca (tidak bisa dibuka), namun masih
memungkinkan ditembus oleh cahaya. Ruangan kultur jaringan sebaiknya
dilengkapi dengan pengatur suhu udara (dipasang Air Conditioner) sehingga suhu
ruangan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Suhu ruangan di dalam
laboratorium kultur jaringan berkisar 25-28°C (Edhi Sandra, 2013).
Lantai laboratorium juga harus dibersihkan secara rutin dengan antiseptik,
meja dan dinding juga harus dibersihkan dengan larutan antiseptik umumnya
permukaan meja dan dinding dilapisi dengan porselin supaya kedap air dan
mudah dibersihkan. Ruangan didalam laboratorium harus dijaga tetap bersih dan
bebas dari debu, hewan kecil dan insekta. Setiap orang yang akan masuk
laboratorium harus melepas sepatunya dan menggantinya dengan alas kaki yang
ada didalam laboratorium dan harus mengenakan jas praktikum. Kebersihan
laboratorium secara umum sangat menentukan keberhasilan kerja kultur jaringan.
Sarana dasar seperti aliran listrik, air yang cukup dan gas harus dipunyai (Edhi
Sandra, 2013).
Laboratorium kultur jaringan tumbuhan terdiri dari ruangan-ruangan yang
dipisahkan berdasarkan fungsinya, yaitu ruang persiapan (preparation area),

4
ruang penanaman (transfer area), ruang pertumbuhan (growing area).
Seberapapun luasnya laboratorium, ketiga ruang tersebut harus ada. Ketiga ruang
di atas juga harus terpisah dari kebun bibit dan green house untuk menghindari
masuknya kontaminasi ke dalam ruang kultur. Kebersihan lantai, meja dan kursi
harus terus dijaga secara intensif.
2.1.1. Ruangan dalam Laboratorium Pembiakan In Vitro
Berikut adalah ruangan-ruangan yang terdapat dalam laboratorium kultur
jaringan yang dijelaskan dalam Sugiyato, L. (2010)
1. Ruang Persiapan (preparation area)
Ruang persiapan merupakan ruangan yang mempunyai 3 fungsi dasar yaitu
untuk membersihkan alat-alat (alat-alat gelas seperti petri, botol, dll), persiapan
dan sterilisasi media, dan penyimpanan alat-alat gelas. Sebuah bak untuk mencuci
yang dilengkapi dengan kran untuk aliran air mengalir juga diperlukan untuk
membersihkan alat-alat berbahan gelas. Selain itu diperlukan meja yang
permukaanya dilapisi dengan bahan yang mudah dibersihkan. Peralatan
selanjutnya yang digunakan dalam ruang preparasi adalah lemari es untuk
menyimpan larutan stok dan beberapa media, timbangan analitik, autoclave, pH
meter, magnetic stirrer, destilator (Hartmann dkk., 1997). Selain alat di atas,
ruangan ini juga dilengkapi dengan alat-alat seperti hot plate dengan magnetic
stirer, oven, pH meter, kompor gas, labu takar, gelas piala, erlenmeyer, pengaduk
gelas, spatula, petridish, pipet, botol kultur, pisau scalpel.
2. Ruang Penanaman (Transfer Area)
Ruang penanaman merupakan ruang yang digunakan untuk isolasi,
inokulasi dan subkultur (penjarangan) pada kondisi steril yang di dalamnya
terdapat lemari kaca atau kabinet yang disebut Laminar Airflow (LAF). Laminar
Airflow ini digunakan untuk pemotongan eksplan, melakukan penanaman dan
subkultur. Akan tetapi jika tidak ada LAF yang memadai, tahap isolasi
(pemotongan eksplan) dapat dilakukan di antara kertas saring steril. Sangat
dianjurkan untuk menggunakan jas laboratorium yang bersih selama tahap
persiapan dan mensterilkan tangan dengan alkohol 96% (Pierik, 1987). Alat-alat
seperti scalpel, gunting dan alat-alat inokulasi lainnya harus disterilkan dengan
alkohol 96% dan dilanjutkan dengan pemanasan di atas api bunsen. Lampu

5
ultraviolet (UV) juga digunakan untuk mensterilkan ruang, sebelum LAF
digunakan
Pemotongan eksplan juga dilakukan di dalam LAF yang kemudian
dilanjutkan dengan beberapa tahapan sterilisasi sebelum ditanam pada media
kultur. Selama inokulasi atau penanaman, botol yang berisi media padat pada
prinsipnya pada kondisi horisontal, hal ini dilakukan untuk mengurangi
kontaminasi, terutama ketika tidak bekerja dalam LAF. Subkultur atau tahap
penjarangan juga dilakukan dalam LAF, dan merupakan tahapan yang perlu
dilakukan pada metode kultur jaringan. Ada beberapa alasan perlu dilakukannya
subkultur, diantaranya yaitu nutrisi media yang semakin lama semakin berkurang,
munculnya browning atau media agar menjadi kecoklatan karena jaringan
tanaman kadang mengeluarkan senyawa toksik, atau eksplan membutuhkan tahap
perkembangan lebih lanjut
3. Ruang pertumbuhan atau Inkubasi (Growing area)
Growing area merupakan ruang pertumbuhan atau ruang penyimpanan hasil
kultur pada kondisi cahaya dan temperatur yang terkontrol. Ruang pertumbuhan
ini terdiri dari rakrak yang biasanya terbuat dari kaca dan digunakan untuk
meletakkan botol-botol kultur setelah proses penanamanan pada ruang isolasi di
dalam LAF. Rak-rak yang digunakan untuk inkubasi dilengkapi dengan lampu
neon di atasnya sebagai sumber cahaya. Sedangkan ruang pertumbuhan dalam
kultur jaringan dilengkapi dengan Air conditioner (AC) untuk mengontrol suhu
ruang.
2.1.2. Fasilitas dalam Laboratorium Pembiakan In Vitro
Fasilitas yang terdapat dalam laboratorium pembiakan in vitro atau kultur
jaringan menurut Edhi Sandra, (2013) yaitu:
1. Meja Persiapan
Meja persiapan digunakan untuk melakukan persiapan sebelum penanaman.
Meja persiapan ini biasanya digunakan untuk pembuatan media, pembuatan
larutan stok, penimbangan bahan, pembungkusan alat, dan lainnya.
2. Rak Piring atau Rak Botol Kultur
Rak ini digunakan untuk mengeringkan dan menyiman botol kultur yang
telah dicuci, yang nantinya akan disterilisasi di autoclave.

6
3. Lemari
Lemari pada laboratorium kultur jaringan digunakan untuk tempat
penyimpanan botol kultur, penyimpanan bahan-bahan kimia, penyimpanan alat
seperti Erlenmeyer, labu ukur, pipet tetes, dan lain-lain.
4. Air Conditioner (AC)
Air conditioner atau pendingin ruangan digunakan sebagai pengontrol suhu
ruang agar tetap stabil dan peneliti dapat bekerja dengan nyaman. Setiap
ruangan sebaiknya dilengkapi air conditioner, hal ini juga berguna untuk
menunjang pertumbuhan tanaman.
5. Lemari es (kulkas)
Lemari es ini berfungsi untuk menympan media yang belum disterilisasi
agar tidak terkontaminasi, untuk menyimpan bahan-bahan kimia yang
memerlukan suhu dingin, dan untuk penyimpanan larutan stok.
6. Lampu neon
Ruangan yang dilengkapi dengan lampu neon yaitu ruangan inkubasi. Setiap
rak inkubasi yang digunakan untuk menyimpan tanaman dilengkapi dengan
lampu neon.
2.2. Peralatan yang digunakan dalam Pembiakan In Vitro
Keberhasilan kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh peralatan yang
digunakan. Berapa alat yang harus ada dalam kultur jaringan yaitu laminar air
flow (lemari beraliran udara bersih), oven, autoklaf, hotplate, timbangan, rak,
botol kultur, erlemeyer, magnetik strirer, pH meter, blade, skalpel, pinset, lampu
bunsen, cawan petri, gelas ukur, gelas Beacker, pipet tetes, spatula, destilator,
shaker, dan lemari es. Fungsi dari masing-masing peralatan dalam kultur jaringan
termuat dalam Tabel 1. Masing masing alat memiliki fungsi yang berbeda. Selain
peralatan dibutuhkan juga berbagai jenis bahan seperti bermacam media
Murashige-Skoog (MS), media Vacint Went, HCl. NaOH, agar, sukrosa, zat
pengatur tumbuh (kinetin, BAP, NAA, 2,4-D, IAA) (Edi Sandra, 2013).

7
Berikut adalah beberapa peralatan beserta fungsinya yang digunakan dalam
laboratorium kultur jaringan (Santoso dan Nursandi, 2003).
Tabel 1. Peralatan dalam Laboratorium Kultur Jaringan
Nama Alat Fungsi
Laminar Air-flow Kabinet yang digunakan untuk isolasi, inokulasi dan
Cabinet (Lemari subkultur. Laminar air-flow cabinet ini harus steril dan
beraliran udara bebas dari debu yang dilengkapi dengan UV, lampu neon
bersih) dan blower. Kabinet ini dapat diganti dengan enkas
(kotak tertutup yang terbuat dari kaca atau triplek dengan
permukaan licin putih
Autoclave Untuk mensterilkan alat-alat seperti botol kultur, pinset,
scalpel, dan media kultur.
Destilator Untuk destilasi air sehingga diperoleh aquadest
Hotplate (pemanas) Bersama dengan stirrer berperan untuk menghomogenkan
senyawa-senyawa dalam media kultur dan untuk
memanaskan media padat (agar)
Lemari es Untuk menyimpan stok-stok media kultur agar tidak cepat
rusak
Rak inkubasi Untuk meletakkan botol-botol kultur setelah proses
penanaman yang dilengkapi dengan lampu neon sebagai
sumber cahaya, diletakkan pada ruang berAC sehingga
suhu terkontrol, dan harus dijaga kebersihannya. Rak
dapat terbuat dari kaca atau triplek yang permukaannya
putih
Shaker (pengocok) Alat penggojog botol kultur dan digunakan untuk
mengocok eksplan yang ditanam pada media kultur cair
Botol-botol kultur Botol-botol tempat media dan untuk menanam eksplan
kultur jaringan. Ukuran botol bervariasi dan disesuaikan
dengan kebutuhan kultur jaringan. Pemilihan botol
diusahakan yang mulut botolnya kecil, bening dan tahan
terhadap tekanan dan suhu tinggi.
Syring dan saringan Menyaring zat-zat khususnya zat pengatur tumbuh,

8
sartorius vitamin yang bersifat termolabil
Erlenmeyer Untuk menyimpan larutan stok
Ph Meter Untuk mengukur pH
Timbangan analitik Untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan

2.3. Bahan-Bahan yang digunakan dalam Pembiakan In Vitro


Bahan-bahan yang diperlukan dan biasa digunakan dalam metode kultur
jaringan adalah media MS (Murashige and Skoog), yang terdiri dari makronutrien,
mikronutrien, vitamin, iron, zat pengatur tumbuh (ZPT), myoinositol, sukrosa dan
agar. Bahan-bahan seperti makronutrien, mikronutrien, vitamin, zpt, dan iron
biasanya dibuat dalam bentuk larutan stok (media yang lebih pekat), sehingga
pada saat akan membuat media, cukup mengambil larutan stok yang sudah dibuat.
Pembuatan stok bertujuan untuk mempermudah dibandingkan setiap kali
membuat media harus menimbang (Edhi Sandra, 2013). Pada pembuatan stok
media, pemberian label pada botol larutan stok juga jangan sampai lupa dan harus
benar agar mempermudah pada saat akan membuat media kultur. Selain media
kultur jaringan, ada beberapa bahan yang digunakan untuk sterilisasi eksplan,
diantaranya adalah detergen, alkohol, clorox, aquadest steril, dan spiritus yang
dapat digunakan untuk sterilisasi permukaan LAF atau untuk cairan dalam Bunsen
Media MS merupakan media kultur jaringan yang banyak digunakan untuk
mengkulturkan berbagai jenis tanaman, karena media ini mengandung unsur hara
makro dan mikro yang lebih lengkap dibandingkan penemu-penemu sebelumnya.
Setelah penemuan media MS, banyak berkembang modifikasi-modifikasi media
untuk tujuan tertentu, contoh media Nitsch & Nitsch (1969) untuk kultur anther
dan media SH (Schenk & Hidebrant) untuk kultur kalus monokotil dan dikotil
(Edhi Sandra, 2013). Media VW (Vacin & Went) dan media organik yang
digunakan untuk perbanyakan anggrek, serta media WPM (Woody Plant Media)
untuk tanaman berkayu, atau tanaman perdu atau pohon berkayu.
Medium New Phalaenopsis (NP) adalah suatu formulasi medium yang
dikhususkan untuk kultur in vitro anggrek, terutama anggrek Phalaenopsis sp.
Setiap tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur untuk pertumbuhannya
yang normal. Tiga unsur diantaranya adalah C, H, O yang diambil dari udara,
sedangkan 13 unsur yang lain berupa pupuk yang dapat diberikan melalui akar
atau melalui daun. Ada unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang

9
disebut unsur makro, ada pula yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
sedikit tetapi harus tersedia yang disebut unsur mikro. Media New Phalaenopsis
(NP) yang diciptakan oleh Ichihashi adalah media yang diformulasikan khusus
untuk kultur in vitro anggrek. Potassium nitrat, ammonium nitrat, kalsium nitrat
dan magnesium nitrat berfungsi sebagai sumber nitrat (Fithriyandini et al., 2015).

10
BAB III
METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Teaching Industry, Universitas
Hasanuddin pada Tanggal 11 September 2021 pukul 10.00 WITA -16.00 WITA
3.2. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Aquades, media MS,
serta bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan larutan stok. Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu botol kultur, rak inkubasi, lemari es,
shaker, hotplate, destilator, autoclave, oven, dan a laminar air-flow(LAF)
3.3. Pelaksanaan Dan Pengamatan
Prosedur pelaksanaan dari percobaan pengenalan fasilitas, alat, dan bahan
sebagai berikut.
1. Membersihkan laboratorium kultur jaringan agar tetap bersih dan steril.
2. Mengamati dan mencari tahu fungsi dari ruangan-ruangan yang ada di
laboratorium kultur jaringan.
3. Mengamati dan mencari tahu fungsi fasilitas yang terdapat di masing-
masing ruangan tersebut.
4. Mengamati dan mencari tahu alat dan bahan yang terdapat dalam
laboratorium kultur jaringan.
5. Mencuci alat tanam yang telah digunakan seperti cawan petri, botol kultur,
tabung reaksi, pinset, dan scalpel.
6. Melakukan pembungkusan alat tanam seperti cawan petri, botol kultur,
tabung reaksi, pinset, dan scalpel yang akan disterilisasi nantinya di
autoclave.
7. Melakukan pembuatan larutan stok.
8. Mencatat kegiatan hasil pengamatan yang dilakukan di logbook.
Pengamatan dari percobaan pengenalan fasilitas, alat, dan bahan sebagai
berikut.
1. Melakukan pengamatan fasilitas apa saja beserta fungsinya yang terdapat
dalam laboratorium pembiakan in vitro.

11
2. Melakukan pengamatan alat apa saja beserta fungsinya yang terdapat dalam
laboratorium pembiakan in vitro.
3. Melakukan pengamatan fasilitas bahan saja beserta fungsinya yang terdapat
dalam laboratorium pembiakan in vitro.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan yang telah dilakukan, berikut
adalah fasilitas, alat, dan bahan yang terdapat di dalam laboratorium pembiakan in
vitro.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Fasilitas, Alat, dan Bahan dalam Laboratorium
Ruangan Fasilitas Kegiatan
Ruangan Persiapan Autoclave, destilator, Mengamati penjelasan
hotplate, lemari es, rak yang di sampaikan oleh
inkubasi, shaker, botol asisten mengenai nama
kultur, timbangan analitik, alat fungsi, serta cara
botol semprot, pinset, labu menggunakannya,
ukur, batang pengaduk, rak melakukan pembersihan
kultur, pipet ukur, pipet ruangan dan pencucian
tetes, rak piring kecil, botol kultur, dan juga
cawan petri, spatula dan membungkus alat yang
scalpel. nantinya akan di
sterilisasi.
Ruangan Penanaman Lemari tempat alat-alat, Mendengarkan penjelasan
laminar air-flow, lampu dari asisten mengenai
bunsen serta isinya, alat-alat yang ada pada
timbangan digital, hand ruangan ke dua atau
spayer, alat tanam yang ruangan penanaman serta
telah steril, dan fungsi dan kegunaannya,
oven/microwave Dan kami melakukan
pembersihan pada
ruangan tersebut agar
tetap steril.
Ruangan Ac, rak botol kultur, lampu Melakukan pengamatan
Pertumbuhan flourescens, timer, shaker dalam pertumbuhan atau
ruangan inkubasi.

13
Mendengarkan penjelasan
asisten mengenai suhu
yang harus digunakan
dalam ruangan tersebut,
dan contoh kultur
jaringan atau tanaman yg
sudah mengalami
kegagalan tumbuh(mati)
yan di sebabkan oleh
jamur dan bakteri.

Rak Untuk menyimpan atau Cara menggunakannya


meletakkan botol-botol adalah gunakan dengan
kultur tanaman setelah hati-hati ketika
proses penanaman/isolasi. menyimpan botol kultur
agar tidak pecah atau
terjadi kerusakan lainnya.
Botol kultur Berfungsi untuk media Pastikan bahwa botol
tanam atau sebagai tempat kultur tersebut bersih dan
kultur steril lalu masukan media
kedalam botol kultur.

Kulkas Kulkas berfungsi untuk Nyalakan kulkas dan


menyimpan media kultur bersihkan agar media
agar tidak rusak tidak terkontaminasi
dengan bahan lain.
Oven Untuk mengeringkan alat- Nyalakan oven lalu
alat setelah di bersihkan masukan alat-alat yang
sudah di bersihkan.

14
Autoclave Untuk mensterilkan alat-alat 1.Cara penggunaannya
seperti petridish botol jam adalah Cek dahulu
dan lain sebagainya. volume air dalam
Autoclave, pastikan
tinggi air pada batas yang
telah ditentukan.
2.Masukkan peralatan
dan bahan.
3.Tutup Autoclave
dengan rapat dan kencang
agar uap tidak keluar.
4.Nyalakan Autoclave,
lalu atur timer 15 menit
dengan suhu 121oC.

Lampu neon Sebagai sumber cahaya Nyalakan lampu pada


tanaman di ruangan kultur ruangan kultur
Timbangan analitik Berfungsi untuk mengukur 1.Buka pintu timbangan
massa kecil dalam rentang 2.Letakan ojek yg ingin
sub-miligram di timbang ke dalam atau
di atas pan timbang
3.Tutup pintu timbangan
tunggu sampai layar
menunjukan angka yang
stabil.
1. Bahan Berfungsi untuk Cara menggunakannya
Aquades membersihkan alat-alat dan adalah tuang atau
bisa juga di campur dengan masukkan aquades
larutan lain dengan hati-hati pada
wadah yang ingin kita
campurkan atau alat yg
kita bersihkan.

15
Media MS Tempat media untuk Media kultur jaringan
tumbuh yang ingin kita gunakan
campur dengan aquades
dan buat larutan stok.

3.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat
kita ketahui bahwa dalam laboratorium kultur jaringan setidaknya ada tiga
ruangan. Rangan pertama atau ruangan persiapan yaitu ruangan yang digunakan
untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum menanam.
Ruangan kedua atau ruangan penanaman yaitu ruangan yang digunakan untuk
menanam, terdapat laminar air flow dalam ruangan ini. Ruangan ketiga atau
ruangan inkubasi yaitu ruangan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
tanaman. Hal ini sesuai dengan Sugiyato et al., (2010) yang mengemukakan
bahwa ruangan yang ada dalam laboratorium kultur jaringan terdiri atas ruang
persiapan (preparation area), ruang penanaman (transfer area), dan ruang
pertumbuhan (growing area).
Setiap ruangan tentunya dilengkapi oleh fasilitas serta alat dan bahan yang
memadai untuk digunakan dalam menanam. Dalam ruangan persiapan terdapat
meja persiapan, wastafel, rak penyimpanan, lemari es atau kulkas, dan autoclave
yang memiliki fungsi masing-masing. Misalnya, autoclave yang digunakan untuk
melakukan sterilisasi panas basah. Hal ini sesuai dengan Vishal dan Shukshith
(2016), autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam peralatan dan
perlengkapan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas
pada umumnya 15 Psi dan suhu 121oC. Lama sterilisasi yang dilakukan selama 15
menit. Selain itu terdapat laminar air flow untuk menanam, oven ntuk sterilisasi
panas kering, pH meter untuk mengukur pH, magnetic stirrer dan hot plate untuk
menghomogenkan larutan
Selanjutnya terdapat beberapa bahan-bahan kimia yang ada di dalam
laboratorium ini yang nantinya akan diguanakan dalam pembuatan media ataupun

16
pembuatan larutan stok. Jenis media yang sering digunakan dalam penanaman
yaitu media MS dan media NP. Hal ini dikarenakan media MS (Murashige and
Skoog), yang terdiri dari makronutrien, mikronutrien, vitamin, iron, zat pengatur
tumbuh (ZPT), myoinositol, sukrosa dan agar (Edhi Sandra, 2013).

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman
seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut

17
dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Alat-
alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur, petridish, botol
kultur, tutup plastic, autoclave, gelas beker, pinset, pisau scalpel, lampu bunsen,
erlenmeyer, lampu neon, rak inkubasi, lemari es, shaker, hotplate, destilator,
oven, a laminar cabinet (laf). adapun bahan yang dibutuhkan seperti aquadest,
hormon, media ms, bahan larutan stok. ruangan-ruangan yang terdapat di
laboratorium kultur jaringan yaitu ruanagan persiapan, penanaman, dan
pertumbuhan
4.2. Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya praktikan memperhatikan
dan mengetahui jenis serta fungsi alat dan bahan yang ada di dalam laboratorium
kultur jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

Edhi Sandra. 2013. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan. IPB
Press
Fithriyandini, A., Maghfoer, M. D., & Wardiyati, T. (2015). Pengaruh media
dasar dan 6-benzylaminopurine (BAP) terhadap pertumbuhan dan

18
perkembangan nodus tangkai bunga Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
dalam perbanyakan secara in vitro. Jurnal Produksi Tanaman, 3(1).
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies Jr., and R.L. Geneve. 1997. Plant
Propagation: Principle And Practices. Sixth Ed.
Nofrianinda, V., Yulianti, F., & Agustina, E. (2017). Pertumbuhan Planlet
Stroberi (Fragaria Ananassa D) Var. Dorit pada Beberapa Variasi Media
Modifikasi In Vitro di Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika
(BALITJESTRO. Biotropic, 1(1), 41-50.
Pierik, R.M.L. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Martinus Nijhoff
Publishers. Dordrecht.The Netherlands.
Santoso, U dan F. Nursandi. 2003. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Sugiyato, L. (2010). Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan,
Pembuatan Media dan Metode Sterilisasi. Pelatihan Pembuatan Terarium
untuk Guru SD Muhammadiyah Kota Daerah Istimewa Yogyakarta,
Yogyakarta, 1-9.

LAMPIRAN

19
Gambar 1. Erlenmeyer Gambar 2. Gelas beker

Gambar 3. Penimbangan Bahan Gambar 4. Bahan yang ditimbang

Gambar 5. Pinset Gambar 6. Bahan yang digunakan

20

Anda mungkin juga menyukai