Anda di halaman 1dari 7

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KARET

( havea brasiliensis)
Di PERKEBUNAN NUSANTARA PTPN 7 UNIT WAY BERULU

Disusun Oleh:
REZA AWALDI (22722085)

PRODUKSI DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERKEBUNAN


BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
TP.2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

A.Profil Ptpn 7 unit way berulu


1. Sejarah:
 Perkebunan ini didirikan pada tahun 1930 oleh PT. Internatio Belanda.
 Pada tahun 1957, perkebunan ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia
sebagai bagian dari program Nasionalisasi.
 Setelah Nasionalisasi pada tanggal 10 Desember 1957, perusahaan berubah status
dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan X
(Persero) pada tanggal 30 Agustus 1980.
2. Kegiatan Utama:
 Mengelola budidaya tanaman karet.
 Produksi karet konvensional berupa ribbed smoked sheet (RSS).
 Produksi karet remah (SIR) dan RSS.
3. Pabrik Pengolahan:
 Pada tahun 1988 dan 1994, dibangun pabrik pengolahan karet
 Dilengkapi dengan unit pengolahan limbah yang memenuhi standar Bapedal.
4. Perubahan Status:
 Setelah Nasionalisasi, perusahaan berubah dari Perusahaan Negara (PN) menjadi
Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan X (Persero) pada tahun 1980.
5. Perkembangan Areal dan Produksi:
 Sejalan dengan perkembangan areal dan meningkatnya produksi, dibangun pabrik
pengolahan karet remah (CRF) pada tahun 1988 dan 1994.
6. Produk:
 Produksi utama meliputi ribbed smoked sheet (RSS) dan karet remah (SIR).
7. Kontribusi Terhadap Lingkungan:
 Pabrik pengolahan dilengkapi dengan unit pengolahan limbah yang memenuhi
standar Bapedal, menunjukkan komitmen terhadap lingkungan.
8. Waktu Mulai Produksi Karet Remah:
 Dengan dibangunnya pabrik CRF pada tahun 1988, produksi karet remah (SIR)
sudah dapat dimulai pada tahun 1989.
9. Peningkatan Produksi:
 Pembangunan pabrik CRF menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan
produksi, mencakup produksi karet remah (SIR) sebagai tambahan terhadap RSS
yang telah ada.

B.Latar belakang
Remah (CRF) dengan kapasitas masing-masing 20 ton kk/hari.Tanaman karet (Hevea
brasiliensis Muell Arg) memiliki nilai ekonomis tinggi sebagai tanaman perkebunan. Selain berperan
sebagai penyumbang devisa negara non-migas, karet juga menjadi sumber penghasilan utama bagi para
petani. Proses penyadapan getah karet dapat dimulai pada umur tanaman tahun ke-4.
Getah karet yang diperoleh dari tanaman ini, yang dikenal sebagai lateks, memiliki berbagai
pemanfaatan. Lateks dapat diolah menjadi berbagai produk karet, seperti lembaran karet (sheet),
bongkahan karet (kotak), atau karet remah (crumb rubber). Produk-produk ini menjadi bahan
baku penting dalam industri karet.

Sebagai tanaman tahunan, karet memberikan kontribusi signifikan pada sektor pertanian dan
industri, mendukung perekonomian negara dan menyediakan mata pencaharian bagi banyak
petani. Proses olahan dari getah karet menjadi produk karet lebih lanjut memberikan nilai tambah
pada industri karet secara keseluruhan.

C.Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui jenis-jenis hama dan penyakit yang ada di PTPN 7 UNIT
WAY BERULU.
D.Waktu pelaksanaan
Sabtu,23 desember 2023
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Hama pada tanaman karet ( havea brasiliensis) dan cara pengendalian nya sebagai
berikut :
a.Rayap
Bagi bibit tanaman karet yang baru ditanam, serangan rayap menjadi masalah yang cukup
berarti. Hal ini karena rayap akan menggerogoti bibit hingga tingkat kerusakan yang parah
sehingga tidak mungkin untuk tumbuh sempurna.
B. Tungau
Tungau juga menjadi hama tanaman karet yang harus diwaspadai. Hama ini dapat
menyerang berbagai bagian tanaman sehingga tidak bisa tumbuh secara normal. Jika dibiarkan,
produktivitas tanaman karet tentu akan mengalami penurunan signifikan.
c. kutu tanaman
Hampir sama dengan tungau, hama berukuran kecil lain yang sering menyerang adalah
kutu. Hama ini akan lebih banyak menyerang di bagian ujung batang dengan cara menyerap
nutrisi tanaman.
d. siput
Tak hanya banyak ditemukan di sawah, siput juga bisa ditemukan dimana saja asalkan ada
sumber makanannya. Oleh karena siput memakan dedaunan, tanaman karet juga berpotensi
terserang hama ini. Selain menyerang bibit, siput juga menyerang tanaman dewasa yang
biasanya ditandai dengan jejak mengkilap pada daun.

1.2 cara pengendalian nya


Ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hama tanaman karet di atas, seperti
melalui cara biologis dengan mikroorganisme hidup maupun secara kimiawi menggunakan
bahan-bahan kimia. Selain itu, ada juga cara mekanis dengan memotong bagian tanaman yang
sudah terserang atau membuang keseluruhan tanaman. Upaya pengendalian lain yang bisa
dilakukan adalah secara kultur teknis. Kamu bisa menggunakan varietas tanaman yang tahan
hama, melakukan pemupukan teratur, pengaturan pola tanam, pengolahan tanah, pengaturan
jarak antar tanaman, hingga menjaga kebersihan kebun dengan baik.

1.3 Penyakit pada tanaman karet (havea brasiliensis ) dan cara pengendalian nya sebagai
berikut:
a .penyakit jamur akar putih ((Rigidoporus lignosus)
Jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) menyerang akar tunggang dan cabang akar
tanaman karet. Tanaman karet yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala daun kusam, layu,
gugur dan mengakibatkan kematian tanaman karet. Gejala awal serangan jamur akar putih yaitu
akar ditumbuhi benang benang jamur berwarna putih kekuningan mengakibatkan akar tanaman
membusuk, lunak dan berwarna coklat.
mengendalikan penyakit jamur akar putih dengan cara :
1.Menanam cover crop (tanaman penutup tanah) seperti jenis kacang kacangan mini mal satu
tahun lebih awal dari penanaman karet. Tanaman cover crop dapat mempercepat pembusukan
sisa-sisa akar tanaman sehingga dapat menekan perkembangan jamur.
2.Melakukan pengolahan tanah dengan mencampurkan kompos dengan jamur Trichoderma
harzanium yang ditaburi di dalam lubang tanam.
3.Melakukan sanitasi dengan cara membersihkan sisa akar tanaman yang terinfeksi jamur akar
putih.
4.Menanam bibit tanaman karet yang sehat bebas dari jamur akar putih. Pada radius 30-100 cm
disekeliling tanaman dilakukan penaburan serbuk belerang atau menggunakan pupuk Amonium
Sulfat (ZA) seperti pupuk HX AS sesuai dosis anjuran dengan cara ditaburkan di sekitar
tanaman.

b. penyakit kering alur sadap (KAS)


Penyebab Penyakit KAS ini diantaranya penyadapan lateks yang terlalu sering disertai
dengan penggunaan bahan perangsang lateks ethephon. Bagian kering tersebut meluas sehingga
pohon karet tidak dapat mengeluarkan lateks. Gejala ini menyebabkan kulit bagian dalam
tanaman karet menjadi cokelat.

Mengendalikan penyakit ini dengan cara:


mengisolasi bagian kulit yang terserang, menghindari penyadapan terlalu sering dan
mengupas kulit yang pecah-pecah atau kering dengan pisau sadap.

c. penyakit gugur daun corynespora

Gejala serangan penyakit ini berupa bercak hitam di tulang daun pada tanaman karet
yang muda. Gejala berkembang dan meluas hingga bercak berbentuk bulat tidak teratur
mengakibatkan daun berguguran. Serangan berat akibat penyakit ini dapat menyebabkan
tanaman mati meranggas. Akibatnya tanaman karet tidak mampu berproduksi menghasilkan
lateks.
mengendalikan penyakit gugur daun dengan cara :

1.Melakukan pemupukan nitrogen dengan dosis tinggi ( dua kali dosis anjuran) pada tanaman
yang terserang.
2.Istirahatkan pohon jika semua panel mengalami kekeringan
3.Tidak menanam klon yang peka terhadap penyakit gugur daun.
4.Klon yang peka pucuknya diokulasi dengan klon yang tahan untuk mendapatkan klon bau yang
lebih tahan terhadap penyakit gugur daun.
d. penyakit gugur daun oidium
mengenal penyakit ini dengan sebutan penyakit embun tepung. Penyakit embun tepung
menyerang tanaman karet pada fase persemaian, pembibitan dan di perkebunan. Penyakit embun
tepung menyerang bagian daun dengan gejala permukaan bawah daun terdapat bercak putih
seperti tepung halus. Serangan lanjut mengakibatkan daun melengkung, ujung daun mati hingga
gugur.
mengendalikan penyakit gugur daun oidium dengan cara :

1.Pemberian pupuk nitrogen untuk merangsang pembentukan daun baru lebih cepat, sehingga
dapat terhindar dari serangan penyakit embun tepung pada saat musim hujan.

2.Melakukan monitoring pengamatan penyakit embun tepung lebih dini. Pengamatan dilakukan
setiap hari pada saat tanaman mulai membentuk tanaman baru agar dapat dilakukan
pengendalian secara cepat apabila tanaman terserang penyakit embun tepung.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-qur’an Dan Terjemahannya, Diponegoro, Bandung, 2008.Depatemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa PT Gramedia Pusataka, Jakarta, 2011.

Setiawan, D.H dan Andoko, A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Siagian, N dan Suhenry, I. 2006. Teknologi Terkini Pengadaan Bahan Tanam Karet Unggul.
Balai Penelitian Sungai Putih Pusat Penelitian Karet.
Dwi Kartini, Corporate Sosial Responsibility,transformasi konsep sustainability managemen dan
implentasi di indonesia, Rafika Aditama, Bandung, 2009.

Anda mungkin juga menyukai