Anda di halaman 1dari 9

TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN KARET MENGHASILKAN

(Hevea brasiliensis)

OLEH: ALISYA NURFADHILAH (E1J021056)


Pemeliharaan Tanaman Karet Menghasilkan (TM) adalah untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang seragam dan berproduksi tinggi. Manfaat pemeliharaan TM
adalah mengoptimalkan pertumbuhan tanaman karet agar berproduksi lebih tinggi. Berikut
adalah teknik pemeliharaan tanaman menghasilkan:

A. Fogging
Pestalotiopsis menyerang daun yang berfase B ke C. Fase daun terdiri dari A, B, C
dan D. Pada fase A, anak daun menggantung vertikal terhadap tangkai daun. Pada fase B
daun berwarna coklat kehijauan cerah dan bertekstur lembut. Pada fase C anak daun hampir
tumbuh sempurna dan helaian daun tegak. Penyakit gugur daun Pestalotiopsis di Indonesia
dilaporkan terjadi pada hampir semua jenis klon karet dengan tingkat keparahan penyakit
yang berbeda. (Kusdiana, A. P. J. 2021). Kejadian penyakit gugur daun karet (GDK)
Pestalotiopsis sp. yang ditemukan menyerang Sumatera pada tahun 2019 membuat perhatian
banyak pihak karena serangan penyakit ini mampu menurunkan produktivitas karet hingga
80%. Berbagai informasi dikumpulkan terkait penyebaran serangan di Indonesia dan teknik
pengendalian guna memperoleh pendekatan yang tepat dalam pengelolaan penyakit GDK
Pestalotiopsis sp. (Permana, E. I., & Diyasti, F. 2022).
Berbagai upaya pengendalian PGD telah dilakukan, baik dengan cara penggunaan
pestisida kimia maupun dengan aplikasi pestisida nabati, Berbagai kendala sering dihadapi
di lapangan, terutama terkait dengan tingginya tanaman karet yang lebih dari 10 meter
sehingga menyulitkan dalam aplikasi pestisida serta biaya yang cukup besar. Salah satu
solusi yang cukup efektif adalah dengan cara pengasapan/fogging (Oktavia, F., & Kusdiana,
A. P. J. 2021).
Kegiatan Fogging dilakukan pada hari selasa tanggal 19 September 2023, kegiatan
fogging di lakukan di Afdeling II yang di komandoi oleh Sinder dan Mandor Besar Afdeling
II yaitu Bapak Santoso dan Bapak Kasiyono. Kegiatan fogging dilakukan guna mengobati
penyakit pestalotiopsis yang menyerang tanaman karet. Pelaksanaan Fogging di lakukan
dengan menggunakan dosis fungisida Conasol 500 CC, 1 liter air, 4 liter solar dan 100 cc
Emulgator untuk satu angkatan mesin fogging. Sedangkan fogging yang kami lakukan yaitu
sebanyak 16 angkatan mesin fogging jadi menggunakan fungisida Conasol 8.000 CC, 16
liter air, 64 liter solar dan 1.600 CC Emulgator.
Gambar 1. Heksaconasol Gambar 2. Elmugator

Gambar 3. Solar Gambar 4. Pencampuran Bahan

Gambar 5. Poses memasukan obat kemesin Gamabar 6. Proses Fogging


B. Pengendalian Gulma Atau Chemis (Street Weeding)
Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet diketahui dapat
menyebabkan kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya kompetisi antara tanaman
dengan gulma dalam memanfaatkan sarana tumbuh seperti air, unsurhara, cahaya matahari
dan ruang tumbuh. Menurut (Yakup 2002). gulma atau tanaman yang tidak diinginkan
keberadaannya menjadi pesaing utama tanaman utama pada saat pertumbuhan tanaman.
Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara
atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat (Sembodo 2010).
Kegiatan street weeding dilakukan pada hari jumat tanggal 22 juli 2023 di afdeling II
dibimbing oleh Mandor Pemeliharaan yaitu Bapak Asmin afdeling II. Street Weeding adalah
kegiatan penyiangan gulma dengan menggunakanknapsack sprayer elektrik menggunakan
nozel berwarna orange. Gulma yang dikendalikan yaitu gulma berdaun lebar, gulma berdaun
sempit dan gulma berkayu. Penyiangan dilakukan dengan jarak 1,5 kekanan dankekiri dari
pohon karet. bahan yang digunakan dalam satu tengki yaitu 70 cc gliposat, 20 cc fluroksipir
dan 0,07 gram metil metsulpron. Dengan pengamatan kami pada saat street weeding diperoleh
sebanyak 110 batang/tengki dengan waktu 13 menit.

Gambar 7. Fluroksipir Gambar 8. Glifosat


Gambar 9. Metil metsulfrom Gambar 10. Pengaplikasian herbisida
C. Rain Guard /Talang Air
Latek adalah getah atau cairan yang berwarna putih yang keluar dari pohon karet
ketika batang pohon karet disadap. Pohon karet sudah dapat disadap jika umurnya sudah
mencapai 5 tahun. Dan biasanya menyadapnya pada pagi hari. Tetapi jika musim hujan akan
keropotan, apalagi jika nyadapnya baru selesai dan hujanpun turun. Pasti lateks dari pohon
karet tersebut akan hilang tercampur air hujan. Berikut ini akan dijelaskan bahaya yang
ditimbulkan jika kita menyadap pohon karet setelah hujan atau dalam keadaan basah.
Mati Kulit merupakan salah satu jenis bahaya yang akan ditimbulkan jika kita
menyadap pohon karet dalam keadaan basah. Meskipun banyak faktor yang menyebabkan
mati kulit, akan tetapi menyadap dalam keadaan basah sangat dipercaya akan mempengaruhi
terjadinya mati kulit. Jika pohon karet sudah mengalami mati kulit, maka pohon karet tersebut
sama sekali tidak akan mengeluarkan getah. Ciri-cirinya adalah kulit pohon akan lebih empuk
namun tidak ada bercak getah karet sedikitpun yang muncul. Getah karet akan menyebar
ditempat yang banyak mengandung air. Sehingga pohon karet yang masih dalam keadaan
basah, akan mudah menyebarkan getah karet. Dengan demikian sebuah kerugian bagi kita jika
kita menyadapnya akan tetapi kita tidak mendapatkan hasilnya. Getah karet tidak akan
mengalir menurut jalur yang sudah kita buat dan getah tidak akan masuk ke dalam
panampungan sementara.
Getah karet yang tercampur dengan air sulit untuk dapat mengental sehingga
mengakibatkan lateks yang masuk ke dalam penampungan tidak dapat menjadi karet. Getah
karet yang mencair ini masih dapat mengental akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih
lama. Kita dapat jug memberikan cairan yang dapat membantu mengentalkan lateks. Untuk
menghindari berbagai macam bahaya tersebut, maka kita harus berusaha semaksimal mungkin
untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan pohon karet yang pada akhirnya akan
merugikan. Untuk mengatasi hal tersebut dengan cara pemasangan rain gurd atau talang air
tanaman karet berguna untuk mencegah aliran air hujan melewati bidang sadap sehingga
tanaman karet tetap dapat dipanen pada musim penghujan.

Gambar 18. Rain Guard


D. Weeding Manual
Hasil produksi perkebunan sering kali melewati berbagai kendala, diantaranya adanya
tanaman yang tidak diinginkan yang tumbuh di sekitar tanaman budidaya bahkan menempel
pada tanaman itu sendiri atau sering disebut gulma. Kerugian yang disebabkan adanya gulma
ini ialah karena terjadinya persaingan dalam perebutan hara serta cahaya matahari antara
tanaman budidaya dengan gulma. Pengendalian gulma adalah tindakan pengelolaan gulma
dengan cara menekan keberadaan atau populasi gulma hingga tingkat yang tidak merugikan
secara ekonomis. Istilah ke dua yaitu pemberantaan gulma ialah upaya untuk menghilangkan
atau memusnahkan bagiannya dari suatau areal (Sembodo 2010).
Gulma pada areal tanaman karet dapat mempengaruhi terhambatnya pertumbuhan
tanaman, terganggunya aktivitas pemeliharaan tanaman, dan penurunan produksi. Pada
musim kemarau, gulma juga dapat memacu kebakaran kebun yang akan menyebabkan
kematian tanaman, sehingga pengendalian gulma harus dilakukan. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara kimiawi (herbisida) dan secara mekanis (dengan cara tebas, menggunakan
cangkul/kored atau dengan cara dicabut). Pengendalian gulma dilakukan sejak di pembibitan,
masa tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai dengan tanaman menghasilkan
(TM). Wedding manual merupakan pemgendalian gulma secara mekanik yaitu dengan cara di
tebas.

E. Rambet Mocuna
Pembukaan lahan baik untuk penanaman baru maupun peremajaan tanaman kelapa
sawit menimbulkan perubahan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah yang terbuka
tanpa vegetasi mudah diterpa air hujan dan tersinari matahari secara langsung sehingga
mudah mengalami erosi. Salah satu cara mengurangi dampak terpaan air hujan dan sinar
matahari adalah penanaman tanaman penutup tanah kacangan (legume cover crop/LCC).
Penanaman LCC memberikan keuntungan terhadap perbaikan kualitas air dan tanah,
membantu menekan serangan hama, menghambat erosi dan meningkatkan efisiensi siklus
hara (Jambi, B. P. T. P. 2022).
Mucuna bracteata DC. merupakan salah satu tanaman penutup tanah kacang-kacangan
yang digunakan untuk mencegah erosi dan menekan pertumbuhan gulma. M. bracteata
mampu mengikat N2 dari udara dengan bantuan Rhizobium. M. bracteata memperoleh
manfaat dari simbiosis berupa peningkatan bobot bintil akar, bobot kering tajuk dan kadar
nitrogen daun bila populasi Rhizobium di dalam tanah optimal. Penanaman M. bracteata
untuk mencegah erosi dan menekan pertumbuhan gulma.
Tanaman penutup tanah moocuna bracteata harus tetap diperhatikan karena tanaman
penutup tanah memiliki kemanpuan tumbuh yang cepat, jika tidak di perhatikan tanaman
penutup tanah akan merambat kepohon karet yang mengakibatkan pertumbuhan dari karet
akan terganggu, proses penyadapan menjadi sulit. Oleh karena itu jika mocuna brateata sudah
merambat kepohon karet harus segerah dikendalikan dengan cara rembet
mocuna/pemangkasan batang mocuna.

Gambar 19. Mucuna Bracteata


F. Pemupukan
Salah satu komponen biaya produksi tanaman karet adalah biaya pemupukan yaitu
15-20% dari total biaya produksi. Untuk menekan biaya pemupukan dapat dilakukan dengan
pemupukan yang efisien. Agar pemupukan efisien harus dipahami pola perkembangan dan
penyebaran akar tanaman karet. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan
letak tabur pupuk serta waktu pemupukan. Perkembangan dan penyebaran akar hara
tanaman karet dipengaruhi oleh klon, umur, jarak tanam dan keadaan lingkungan tumbuh.
Arah jelajah akar hara pada lahan yang datar sampai landai mengarah ke gawangan,
sedangkan pada lahan yang berlereng mengarah pada jarak datar antar tanaman di dalam
teras sebelah pinggir dan sepertiga punggung teras bagian atas. Pupuk sebaiknya
ditempatkan dimana akar hara paling banyak dan aktif agar pupuk dapat segera
dimanfaatkan tanaman. Waktu pemupukan sebaiknya dilakukan setelah masa meranggas
alami, dimana pada saat tersebut kebutuhan hara mencapai maksimum untuk pembentukan
daun-daun baru.
Pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah, dapat berupa pupuk anorganik maupun
pupuk organik. Guna mengetahui kebutuhan pupuk tanaman karet di lokasi calon lahan,
hasil uji kimia tanah terhadap unsur hara terpilih (N, P dan K) dianalisis dengan cara
membandingkan antara kebutuhan tanaman karet dengan kandungan hara dalam bentuk
tersedia di dalam tanah. Dengan demikian, pemupukan hanya diperlukan jika jumlah hara
dalam bentuk tersedia di dalam tanah lebih rendah dari yang dibutuhkan tanaman.
Sementara itu, hara tersedia dalam tanah menunjukkan bentuk hara yang dapat diserap
tanaman. Nitrogen tersedia adalah nitrogen dalam bentuk termineralisasi (amonium dan
nitrat). Kadar nitrogen dalam bentuk ini dapat diprediksi dari kadar N total di dalam tanah.
Umumnya N termineralisasi sebesar 1% dari N total. Adapun kadar hara P tersedia dihitung
dari P2O5 dan kadar K tersedia dihitung dari nilai K2O.
Penggunaan pupuk organik tersebut berfungsi memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan
meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman. Pupuk organik juga mengandung
asam humik yang mampu menyerap kelebihan unsur mikro yang biasanya memiliki daya
larut tinggi pada lahan dengan kondisi sebelumnya yang anaerob, sehingga mengurangi
kemungkinan tumbuhan mengalami keracunan unsur mikro. Pemberian pupuk organik dapat
berupa pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi atau kompos. Pupuk organik dapat juga
berasal dari tanaman legum cover crop (LCC) yang ditanam di sekitar tanaman karet. Hasil
pemangkasan LCC yang menutupi tanah di zona perakaran (melingkari tajuk tanaman) karet
dapat dibuat kompos atau dibenamkan langsung di sekitar tanaman untuk menjadi pupuk
organik. LCC ini kaya dengan unsur hara yang diperlukan tanaman karet terutama karena
kemampuannya mengikat nitrogen dari udara.
Aplikasi pemupukan tanaman berumur 1-5 tahun tetap mengacu dosis pemupukan
sesuai rekomendasi tanpa mempertimbangkan kandungan unsur hara yang tersedia dalam
tanah, terlebih lagi jika kandungannya rendah. Alasannya adalah penetapan unsur hara yang
tersedia dalam tanah satuannya adalah dalam satu hektar, sedangkan tanaman ditanam
dengan jarak tanam 3 m x 7 m atau 8 m x 2,5 m. Tanaman berumur 1-5 tahun sebaran
akarnya belum meluas, sehingga jika kandungan unsur hara tersedia diperhitungkan
dikhawatirkan tanaman justru akan kekurangan unsur hara yang malah menghambat
pertumbuhan tanaman. Selain itu juga menjaga ketersediaan usur hara untuk jangka
panjang, sebab unsur hara yang ada sebagian besar dari daur ulang (siklus), dan hanya
sebagian kecil berasal dari pelapukan mineral sumber unsur hara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyanto, M., Wijaya, A., Junaidi, & Rachmawan, A. (2019). Produksi tanaman karet
(Hevea brasiliensis) pada waktu pengumpulan lateks yang berbeda.
Jurnal Agro Estate, 3(1),27–34

Atminingsih, Napitupulu, J.A., & Tumpal, H.S. (2016). Pengaruh konsentrasi stimulan
terhadap fisiologi lateks beberapa klon tanaman karet (Hevea
brasiliensisMuellArg).JurnalPenelitian Karet, 34(1), 13–24

Budiman Haryanto, S.P. Budidaya Karet Unggul. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Kemenperin, Kementrian Perindustrian.2014. Produktivitas karet nasional alah dari


Malaysia dan Thailand.
Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Pengenalan Klon Karet. Jakarta: Kementerian
Pertanian.

Kusdiana, A. P. J. 2021. Pengaruh klon karet terhadap epidemi penyakit gugur daun
Pestalotiopsis. Warta Perkaretan, 40(1), 41-52

Nugrahani, M. O., Rouf, A., Berlian, I., & Hadi, H. (2016). Kajian Fisiologis kering alur
sadap pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta
Perkaretan, 35(2), 135-146.

Oktavia, F., & Kusdiana, A. P. J. (2021). Evaluasi ketahanan dan analisis quantitative trait
loci yang terpaut dengan ketahanan terhadap penyakit utama pada
tanaman karet. Jurnal Penelitian Karet, 37-50.

Anda mungkin juga menyukai