(Hevea brasiliensis)
A. Fogging
Pestalotiopsis menyerang daun yang berfase B ke C. Fase daun terdiri dari A, B, C
dan D. Pada fase A, anak daun menggantung vertikal terhadap tangkai daun. Pada fase B
daun berwarna coklat kehijauan cerah dan bertekstur lembut. Pada fase C anak daun hampir
tumbuh sempurna dan helaian daun tegak. Penyakit gugur daun Pestalotiopsis di Indonesia
dilaporkan terjadi pada hampir semua jenis klon karet dengan tingkat keparahan penyakit
yang berbeda. (Kusdiana, A. P. J. 2021). Kejadian penyakit gugur daun karet (GDK)
Pestalotiopsis sp. yang ditemukan menyerang Sumatera pada tahun 2019 membuat perhatian
banyak pihak karena serangan penyakit ini mampu menurunkan produktivitas karet hingga
80%. Berbagai informasi dikumpulkan terkait penyebaran serangan di Indonesia dan teknik
pengendalian guna memperoleh pendekatan yang tepat dalam pengelolaan penyakit GDK
Pestalotiopsis sp. (Permana, E. I., & Diyasti, F. 2022).
Berbagai upaya pengendalian PGD telah dilakukan, baik dengan cara penggunaan
pestisida kimia maupun dengan aplikasi pestisida nabati, Berbagai kendala sering dihadapi
di lapangan, terutama terkait dengan tingginya tanaman karet yang lebih dari 10 meter
sehingga menyulitkan dalam aplikasi pestisida serta biaya yang cukup besar. Salah satu
solusi yang cukup efektif adalah dengan cara pengasapan/fogging (Oktavia, F., & Kusdiana,
A. P. J. 2021).
Kegiatan Fogging dilakukan pada hari selasa tanggal 19 September 2023, kegiatan
fogging di lakukan di Afdeling II yang di komandoi oleh Sinder dan Mandor Besar Afdeling
II yaitu Bapak Santoso dan Bapak Kasiyono. Kegiatan fogging dilakukan guna mengobati
penyakit pestalotiopsis yang menyerang tanaman karet. Pelaksanaan Fogging di lakukan
dengan menggunakan dosis fungisida Conasol 500 CC, 1 liter air, 4 liter solar dan 100 cc
Emulgator untuk satu angkatan mesin fogging. Sedangkan fogging yang kami lakukan yaitu
sebanyak 16 angkatan mesin fogging jadi menggunakan fungisida Conasol 8.000 CC, 16
liter air, 64 liter solar dan 1.600 CC Emulgator.
Gambar 1. Heksaconasol Gambar 2. Elmugator
E. Rambet Mocuna
Pembukaan lahan baik untuk penanaman baru maupun peremajaan tanaman kelapa
sawit menimbulkan perubahan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah yang terbuka
tanpa vegetasi mudah diterpa air hujan dan tersinari matahari secara langsung sehingga
mudah mengalami erosi. Salah satu cara mengurangi dampak terpaan air hujan dan sinar
matahari adalah penanaman tanaman penutup tanah kacangan (legume cover crop/LCC).
Penanaman LCC memberikan keuntungan terhadap perbaikan kualitas air dan tanah,
membantu menekan serangan hama, menghambat erosi dan meningkatkan efisiensi siklus
hara (Jambi, B. P. T. P. 2022).
Mucuna bracteata DC. merupakan salah satu tanaman penutup tanah kacang-kacangan
yang digunakan untuk mencegah erosi dan menekan pertumbuhan gulma. M. bracteata
mampu mengikat N2 dari udara dengan bantuan Rhizobium. M. bracteata memperoleh
manfaat dari simbiosis berupa peningkatan bobot bintil akar, bobot kering tajuk dan kadar
nitrogen daun bila populasi Rhizobium di dalam tanah optimal. Penanaman M. bracteata
untuk mencegah erosi dan menekan pertumbuhan gulma.
Tanaman penutup tanah moocuna bracteata harus tetap diperhatikan karena tanaman
penutup tanah memiliki kemanpuan tumbuh yang cepat, jika tidak di perhatikan tanaman
penutup tanah akan merambat kepohon karet yang mengakibatkan pertumbuhan dari karet
akan terganggu, proses penyadapan menjadi sulit. Oleh karena itu jika mocuna brateata sudah
merambat kepohon karet harus segerah dikendalikan dengan cara rembet
mocuna/pemangkasan batang mocuna.
Andriyanto, M., Wijaya, A., Junaidi, & Rachmawan, A. (2019). Produksi tanaman karet
(Hevea brasiliensis) pada waktu pengumpulan lateks yang berbeda.
Jurnal Agro Estate, 3(1),27–34
Atminingsih, Napitupulu, J.A., & Tumpal, H.S. (2016). Pengaruh konsentrasi stimulan
terhadap fisiologi lateks beberapa klon tanaman karet (Hevea
brasiliensisMuellArg).JurnalPenelitian Karet, 34(1), 13–24
Budiman Haryanto, S.P. Budidaya Karet Unggul. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kusdiana, A. P. J. 2021. Pengaruh klon karet terhadap epidemi penyakit gugur daun
Pestalotiopsis. Warta Perkaretan, 40(1), 41-52
Nugrahani, M. O., Rouf, A., Berlian, I., & Hadi, H. (2016). Kajian Fisiologis kering alur
sadap pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta
Perkaretan, 35(2), 135-146.
Oktavia, F., & Kusdiana, A. P. J. (2021). Evaluasi ketahanan dan analisis quantitative trait
loci yang terpaut dengan ketahanan terhadap penyakit utama pada
tanaman karet. Jurnal Penelitian Karet, 37-50.