Anda di halaman 1dari 20

MULSA

LATAR BELAKANG
Mulsa adalah komponen penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Pada
awal sejarahnya, sistem mulsa banyak digunakan petani anggur untuk
mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris jalur pertanaman anggur. Cara
ini kini banyak diterapkan di sistem pertanam yang lain. Mulsa adalah sisa
tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah.
Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi,
dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat
pertumbuhan gulma (rumput liar).
Penggunaan mulsa atau serasah adalah teknik konservasi tanah yang tergolong
dalam cara vegetatif. Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah,
benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan
bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral
tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu
penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya.
1.2 TUJUAN
1. Praktikan mengetahui perbedaan jenis bahan mulsa pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
2. Praktikan mengetahui perbedaan jenis bahan mulsa pengaruhnya terhadap
kelembaban tanah dan kelimpahan makro organism tanah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk


menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan
menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan
anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai
seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan
setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih
ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah
kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-
alang/ jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-
rumputan lainnya.
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat
terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak
atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu
dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya mahal,
terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam budidaya
cabai atau melon.
Jenis Bahan Mulsa
1. Mulsa Organik
Meliputi semua bahan sisa pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat
seperti jerami padi, batang jagung, batang kacang tanah, daun dan pelepah daun
pisang, daun tebu, alang-alang dan serbuk gergaji.
2. Mulsa Anorganik
Meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu
kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk tanaman
semusim, bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering
digunakan untuk tanaman hias dalam pot.
3. Mulsa Kimia – Sintetis
Meliputi bahan – bahan plastik dan bahan – bahan kimia lainnya. Bahan- bahan
plastik berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam.
Bahan plastik yang saat ini sering digunakan yang sering digunakan sebagai
bahan mulsa adalah plastik transparan, plastik hitam, palstik perak, dan plastik
perak hitam.
Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu :
1. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti
sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan
setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah dan lebih
ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah
kandungan bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah jerami,
ataupun cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.
2. Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat
terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak
atau karung. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu
dilubangi sesuai dengan jarak tanam. Mulsa anorganik ini harganya relatif mahal,
terutama mulsa plastik hitam perak yang banyak digunakan dalam budidaya
cabai atau melon. fungsi mulsa plastik ini dapat memantulkan sinar matahari
secara tidak langsung untuk menghalau hama tungau, thrips dan apahid, selain
itu mulsa plastik digunakan dengan tujuan menaikkan suhu dan menurunkan
kelembapan di sekitar tanaman-ini dapat menghambat munculnya penyakit yang
disebabkan oleh bakteri.
Kelebihan dan Kekurangan Jenis Bahan Mulsa
1. Mulsa Organik ( Jerami Padi )
a. Kelebihannya meliputi :
· Dapat di peroleh secara bebas/gratis
· Memiliki efek menurunkan suhu tanah
· Mengonservasi tanah dengan menekan erosi
· Dapat menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu
· Menambah bahan organic tanah karena mudah lapuk setelah rentang
waktu tertentu
b. Kekurangannya meliputi :
· Tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat musim panen
tadi.
· Hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah yang jauh
dari pusat budidaya padi membutuhkan biya ekstra untuk transportasi.
· Tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya
3. Mulsa Kimia-Sintetik ( plastik )
a. Kelebihannya adalah :
· Dapat di peroleh setiap saat
· Memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastik
· Dapat menekan erosi
· Mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap tempat
· Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu
· Dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung perawatan
bahan mulsa
b. Kekurangannya adalah :
· Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar
lapuk
· Harganya relative mahal
Manfaat pemberian mulsa yaitu:
1. Mengurangi penyiraman, karena penguapan air dari tanah menjadi
berkurang
2. Menjaga suhu tanah lebih stabil. suhu di sekitar perakaran tetap sejuk
hingga akar bisa bekerja lebih optimal.
3. Pengendali gulma
4. Mengurangi erosi air atau angin
5. Menambah keindahan lahan pertanian
6. sebagai sumber hara
7. Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan
serta mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.
8. Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga
mengurangi (biaya tenaga kerja untuk penyiangan.
9. Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah
10. Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroorganisme tanah), sehingga
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah\
11. Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga
mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah
menjadi lebih efisien.
Kelemahan dari penggunaan mulsa adalah sebagai berikut :
1. Bahan-bahan mulsa mungkin menjadi sarang berkembangbiaknya penyakit-
penyakit Tanaman. Namun hal ini masih perlu diteliti bagi setiap bahan mulsa
yang digunakan.
2. Tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau basah.
3. Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.
4. Bahan-bahan untuk mulsa tidak selalu tersedia.
5. Beberapa jenis rumput jika digunakan sebagai mulsa dapat tumbuh dan
berakar sehingga dapat menjadi tanaman pengganggu.
BAB III
CARA KERJA
3.1 ALAT dan BAHAN
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini meliputi; plastik PHP,
jerami padi atau alang-alang, sekam padi, dan benih padi, jagung, kacang tanah
dan kedelai. Alat-alat yang digunakan meliputi; cangkul, alat ukur, gembor dan
timbangan
3.2 CARA KERJA
1. Membuat guludan datar dengan panjang 5 meter lebar 0.75 m.
2. Setiap kelompok membuat 6 guludan untuk 3 jenis mulsa (plastik hitam
perak, jerami padi atau alang-alang, dan sekam padi) dengan 2 ulangan.
3. Khusus mulsa organik menggunakan ketebalan minimal 2 cm dan menutup
dengan sempurna.
4. Melakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman akibat
penggunaan mulsa yang berbeda.
5. Mengamati kelimpahan makro organism tanah. Hitung jenis dan jumlah
yang ditemukan dengan cara membongkar tanah dengan ukuran 30 x 30 cm.
Pada setiap guludan diulang sebanyak 3 kali.
6. Tanaman indikator yang digunakan;
a. Kelompok I menggunakan komoditas padi
b. Kelompok II menggunakan komoditas jagung
c. Kelompok III menggunakan komoditas kacang tanah
d. Kelompok IV menggunakan komoditas kedelai
e. Kelompok V menggunakan komoditas tomat

Mulsa Organik Meningkatkan Hasil dan Mengatasi Kekeringan


Info Teknologi
(adm/13 Nop 2013)
Mulsa merupakan suatu material penutup tanaman budidaya untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga
membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dapat digolongkan
menjadi dua berdasarkan materialnya yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik.
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-
sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik diberikan setelah
tanaman atau bibit ditanam. Keuntungan mulsa ini adalah lebih ekonomis,
mudah diperoleh, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan
organik pada tanah.
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat
terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak
atau karung. Mulsa ini dipasang sebelum tanaman/bibit ditanam, lalu dilubangi
sesuai dengan jarak tanam.
Pada lahan rawa pemanfaatan mulsa belum banyak dilakukan. Balai Penelitian
Lahan Rawa (Balittra) mencoba melakukan penelitian terhadap pemanfaatan
mulsa pada tanaman tomat.
Tomat dapat ditanam pada lahan rawa, baik pada sistem surjan maupun
hamparan, tergantung pada tipe luapan. Menanam tomat dapat dilakukan pada
musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman pada musim kemarau sering
mengalami kekeringan karena curah hujan yang rendah, akibatnya hasil tomat
menjadi rendah.
Salah satu upaya mengatasi masalah kekeringan yaitu dengan penggunaan
mulsa. Bahan yang bisa dijadikan mulsa antara lain mulsa plastik untuk yang
anorganik, atau mulsa alang-alang, brangkasan palawija untuk organik.
Hasil penelitian di lahan rawa menunjukkan bahwa pemberian mulsa dapat
meningkatkan hasil tomat. Hasil yang didapat dari ketiga bahan mulsa tersebut
berbeda. Bahan mulsa terbaik adalah yang berasal dari brangkasan palawija
dengan hasil mencapai 23,6 ton per hektar.
Mulsa dari alang alang memberikan hasil 19,0 ton per hektar, mulsa plastik 15,9
ton per hektar, sedangkan tanpa mulsa hanya menghasilkan 12,3 ton per hektar.
Pemberian mulsa brangkasan palawija memberi keuntungan karena melapuk
secara perlahan sehingga menambah hara bagi tanaman.
Mulsa
MULSA: Cara Mudah Konservasi Tanah
Apakah Mulsa Itu?

Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah.
Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga
kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar).

Macam-Macam Mulsa

1. Mulsa sisa tanaman

Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari
tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas
permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.

Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga
menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan
tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah (seperti cacing), karena
kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya
cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.

Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap
tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan.

Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan
organik dari tanaman leguminose seperti benguk,Arachis, dan sebagainya.

2. Mulsa Vertikal
Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah
mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan
rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami rengkah
di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim
kering.

Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan berat diolah. Pada musim hujan tanah ini menjadi liat
dan lengket, dan pada musim kemarau mejadi keras dan retak-retak.

Bagaimana cara pemberian mulsa vertikal?

Pada musim kemarau tanah liat merengkah sampai kedalaman 1 m dan lebar sampai 5 cm.
Rengkahan diisi dengan jerami atau sisa tanaman lain. Setelah hujan tiba rengkahan akan menutup,
namun celah yang ditahan oleh mulsa vertikal akan membantu meningkatkan resapan air ke dalam
tanah sehingga aliran
permukaan dan erosi berkurang.

Cara lain untuk pemberian mulsa vertikal adalah dengan menggali parit menurut garis kontur dan
membenamkan jerami atau sisa tanaman di dalamnya.

Keunggulan mulsa vertikal

 Meningkatkan kesuburan tanah karena menambah bahan organik


 Meningkatkan peresapan air

 Mengurangi erosi

 Meningkatkan kehidupan jasad mikro dan makro di dalam tanah

 Meningkatkan kelembaban tanah

2. Mulsa lembaran plastik


Pada sistem agribisnis yang intensif, dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi, sering
digunakan mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama dan
penyakit serta gulma. Lembaran plastik dibentangkan di atas permukaan tanah untuk melindungi
tanaman.

Mulsa plastik berbentuk tenda untuk tanaman tahunan Pada tanaman pohon-pohonan mulsa plastik
dapat dipasang sebagai tenda untuk menghalangi pertumbuhan gulma, mempertahankan
kelembaban tanah dan menjaga agar suhu tanah tetap tinggi.

3. Mulsa batu

Di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa dipakai sebagai mulsa untuk
tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat hingga tidak
terlihat lagi.

Ukuran batu-batu berkisar antara 2-10 cm. Tebalnya lapisan mulsa tidak tertentu, yang jelas
permukaan tanah harus ditutupi. Manfaat mulsa batu adalah:

 Memudahkan peresapan air hujan Mengurangi penguapan air dari permukaan tanah
 Melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan

 Menekan gulma (rumput liar)

(J. Ruijter dan F. Agus April 2004)

Sumber: http://www.worldagroforestry.org

Mulsa
Penggunaan mulsa atau serasah adalah teknik konservasi tanah yang tergolong dalam cara
vegetatif. Pada teknik ini permukaan tanah di antara barisan tanaman atau di sekitar batang pohon
ditutup dengan bahan-bahan berupa sisa tanaman setelah panen, pangkasan tanaman pagar atau
larikan pada budidaya lorong.

Dari aspek pengendalian eropsi, peran langsung bahan mulsa adalah melindungi permukaan tanah
dari pukulan butir-butir hujan, mempertahankan kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya tanaman
pengganggu, sedangkan perannya yang tidak langsung adalah memperbaiki struktur tanah.
Penggunaan mulsa umumnya dilakukan di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan dan
rentan terhadap pertumbuhan gulma. Pilihan bahan-bahan untuk mulsa tergantung pada bahan-
bahan yang tersedia setempat.

Dalam sistem budidaya lorong, biomasa dari larikan tanaman sering digunakan sebagai mulsa. Di
perkebunan seringkali tanaman penutup tanah digunakan sebagai mulsa hidup, terutama di sekitar
poghon-pohon yang masih muda yang telah tumbuh dengan baik. Salah satu strategi lainnya adalah
meninggalkan sisa-sisa tanaman di lahan setelah panen (misalnya daun pucuk nenas, daun dan
batang jagung, jerami padi, dsb). Hal ini akan menjamin bahwa ada zat-zat hara yang diserap
tanaman kembali ke tanah.

Keuntungan
 Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta mengurangi
aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.
 Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga
kerja untuk penyiangan.

 Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah

 Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroorganisme tanah), sehingga memperbaiki sifat


fisika dan kimia tanah

 Membantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga mempertahankan


kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien.

 Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah.

Kelemahan
 Bahan-bahan mulsa mungkin menjadi sarang berkembangbiaknya penyakit-penyakit
tanaman. Namun hal ini masih perlu diteliti bagi setiap bahan mulsa yang digunakan.
 Tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau basah.

 Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.

 Bahan-bahan untuk mulsa tidak selalu tersedia.

 Beberapa jenis rumput jika digunakan sebagai mulsa dapat tumbuh dan berakar sehingga
dapat menjadi tanaman pengganggu.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi

Faktor biofisik

 Hanya sesuai untuk daerah dengan curah hujan yang kurang atau tidak teratur.
 Kurangnya bahan mulsa bisa menjadi kendala di daerah lahan kering.

Faktor sosial ekonomi

 Banyak petani yang lebih menyukai permukaan tanah yang tampak bersih, sementara
adanya mulsa memberi kesan kotor.
 Banyak petani telah terbiasa membakar sisa-sisa tanaman, dan tidak mengembalikan ke
tanah.

 Kekhawatiran akan timbulnya penyakit tanaman

 Seringkali terdapat konflik kepentingan dalam penggunaan sisa panen tanaman; para petani
yang memiliki ternak besar serperti sapi atau kerbau lebih suka menggunakan sisa-sisa
tanaman sebagai pakan ternaknya.

 Penggunaan mulsa lebih penting dalam kebun pekarangan atau pada tanaman hortikultura
dari pada dalam sistem-sistem pertanian yang kurang intensif.
Sumber: Riri Fithriadi dkk (Peny) (1997). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di
Indonesia; Kumpulan Informasi. Hal 80 -81. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.

“Manfaat Gulma Sebagai Mulsa dan Pupuk Hijau”

Oleh :
Kelompok 4
Adrianto (D1B1 12 057)
Fitman (D1B1 12 067)
Sardiono (D1B1 12 045)
Dedi Rahmat (D1B1 12 049)
Hermansyah Tongasa (D1B1 12 055)
Asti Findayani (D1B1 12 069)
Sri Wahyuni Basoka (D1B1 12 063)
Diastin (D1B1 12 047)
Ld. Febriaddin MM (D1B1 10 075)
Muh. Khalifah AL (D1B1 10 065)

PEMBIMBING
Dr. Halim SP, MP

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
BAB. I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu tertentu dan

tidak dikehendaki oleh manusia. Banyak spesies gulma yang tumbuh di lahan kering, sehingga

untuk mengenal dan menentukan cara pengendaliannya perlu diketahui sifat-sifat dan biologi

gulma terutama cara berkembang biak. Disamping itu juga penggolongan yang mencirikan

berbagai sifat karakteristiknya. Assosiasi jenis gulma tertentu dengan tanaman pokok dan

habitat, perannya terhadap tanaman budidaya serta penggolongan yang dikaitkan dengan

responnya terhadap cara pengendalian Gulma tidak dikehendaki karena bersaing dengan

tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian yang cukup besar yaitu

sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani et al. 1996). Selain itu gulma juga merupakan

tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki. Karena sifat
merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan

dibakar. Sebenarnya bila dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat

dan meningkatkan produktivitas lahan. Di samping itu, beberapa jenis gulma dapat

dimanfaatkan sebagai mulsa atau untuk membuat kompos dengan status ketersediaan

harasedang sampai tinggi.

Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk yang didasarkan atas pengetahuan kemampuan

tanah untuk menyediakan unsur hara, jumlah hara dibutuhkan oleh tanaman dan penambahan

unsur hara yang diperlukan tanaman diharapkan memberikan dasar anjuran yang lebih rasional

dan bersifat spesifik lokasi (Meek dkk, 1979). Penyediaan unsur hara yang cukup berasal dari

pupuk anorganik belakangan ini terkendala dengan semakin mahalnya harga pupuk, oleh

karena itu perlunya pemikiran untuk mendapatkan unsur hara yang berasal dari sumber daya

alam yang tersedia seperti halnya biomasa gulma yang berlimpah yang dimanfaatkan sebagai

bahan organic sumber unsur hara yang berguna bagi tanaman padi (Adhi, 1997). Salah satu

upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan dapat dilakukan dengan cara memberikan

pupuk berimbang, pengelolaan lahan secara tepat dan pemberian bahan pupuk karena bahan

organik masih menjadi faktor utama dalam upaya peningkatan produksi.

Produktifitas tanaman dan kondisi lahan yang produktif serta berkelanjutan dapat

ditunjang dan dipertahankan dengan pemanfaatan biomassa gulma tithonia (Tithonia

diversifolia, L) dan Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) sebagai sumber bahan organik.

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga

kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman

tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa adalah material penutup tanaman, khususnya pada

tanaman budidaya, biasanya sering kita jumpai di perkebunan. Mulsa adalah sisa tanaman,

lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk

melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur,

kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar).

Adapapun macam-macam mulsa yaitu mulsa sisa tanaman, dan mulsa vertikal. Jenis-

jenis mulsa antara lain mulsa organik, mulsa organik dan mulsa kimia sintetik. Mulsa

mempunyai kelebihan dan kerurangan. Kelebihan mulsa dapat di peroleh secara bebas/gratis,

Memiliki efek menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan menekan erosi, dapat
menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu dan menambah bahan organik tanah karena

mudah lapuk setelah rentang waktu tertentu

B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk Untuk mengetahui pemanfaatan biomassa

gulma Tithonia (Tithonia diversifolia, L) dan kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) sebagai

sumber pupuk organik dalam perbaikan sifat fisik tanah dan Peranan Gulma terhadap mulsa

untuk produksi sutu tanaman

Kegunaan dari makalah ini yaitu :

1. Menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat dari biomassa gulma Tithonia dan kirinyu

dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah.

2. Biomassa gulma (Tithonia diversifolia, L) dan kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) dan

mulsa dari gulma dapat dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan pupuk organik dalam

meringankan biaya produksi dan peningkatan hasil pertanian.

BAB. II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mulsa

Menurut Buckman dan Brandy (1969) dalam Utomo (2007) bahwa mulsa adalah semua

bahan yang digunakan pada permukaan tanah terutama untuk menghalangi hilangnya air karena

penguapan atau untuk mematikan tanaman pengganggu. Mulsa sering juga disebut sersah.

Sersah atau mulsa sudah terbukti efektif sekali untuk mengurangi penguapan dan menghindari

tumbuhnya tanaman pengganggu, tetapi pada umumnya tidak dapat digunakan pada tanaman

yang memerlukan pengolahan tanah susulan. Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya

yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan

penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik.

Gulma pada mulanya merupakan tumbuhan pengganggu yang merugikan karena

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Sebagai contoh,

gulma kirinyu yang tumbuh diantara tanaman budidaya dapat mengakibatkan persaingan

pengambilan air, unsur hara dan sinar matahari. Akan tetapi, biomassa gulma bila dikelola

dengan benar dan optimal akan meningkatkan produktifitas lahan. Pertanian modern dengan
masukan bahan-bahan kimia yang tinggi secara terus-menerus menyebabkan penurunan

kualitas tanah. keadaan ini disebabkan karena berkurangnya bahan organik yang berakibat pada

pengerasan tanah, terjadinya kekahatan hara, rendahnya daya ikat tanah terhadap air, rendahnya

populasi dan aktifitas mikroba, tanah mengalami kejenuhan dan secara umum pada rendahnya

tingkat kesuburan dan produktifitas tanah (Notohardiprawiro, 2006). Mengacu pada pengaruh

negatif akan peningkatan penggunaan pupuk anorganik maka penggunaan pupuk organik

diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif tersebut. Alternatif penggunaan pupuk organik

yang terdapat di sekitar lingkungan dapat membantu petani menaikan keuntungan karena biaya

produksi yang lebih rendah dan juga karena ramah lingkungan. Penggunaan bahan organik

dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi) sehingga

kesehatan dan kelestarian tanah dapat terpelihara dengan baik untuk kegiatan pertanian yang

berkelanjutan (Sutanto, 2003).

B. Macam-Macam Mulsa

Menurut (Alleyne, 1978) macam-macam mulsa antara lain sebagai berikut:

1. Mulsa sisa tanaman

Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung),

pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan

secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup

sempurna.

Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah.

Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak

terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah

(seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai

makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur

tanah.

2. Mulsa Vertikal

Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal

adalah mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi

retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering

mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak
dijumpai pada daerah beriklim kering. Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan berat

diolah. Pada musim hujan tanah ini menjadi liat dan lengket, dan pada musim kemarau mejadi

keras dan retak-retak. Cara lain untuk pemberian mulsa vertikal adalah dengan menggali parit

menurut garis kontur dan membenamkan jerami atau sisa tanaman di dalamnya.

Keunggulan mulsa vertikal adalah meningkatkan kesuburan tanah karena menambah

bahan organik, meningkatkan peresapan air, mengurangi erosi, meningkatkan kehidupan jasad

mikro dan makro di dalam tanah dan meningkatkan kelembaban tanah.

3. Mulsa Anorganik

Mulsa Anorganik meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran

seperti batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk tanaman semusim,

bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering digunakan untuk tanaman hias

dalam pot. Kelebihannya mulsa anorganik dapat di peroleh secara bebas/gratis, memiliki efek

menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat

pertumbuhan tanaman pengganggu dan menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk

setelah rentang waktu tertentu. Kekurangannya tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi

hanya saat musim panen tadi, hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah

yang jauh dari pusat budidaya padi membutuhkan biya ekstra untuk transportasi dan tidak

dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya.

4. Mulsa Kimia- Sintetis

Meliputi bahan-bahan plastik dan bahan – bahan kimia lainnya. Bahan- bahan plastic

berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam. Bahan plastik yang saat

ini sering digunakan yang sering digunakan sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan,

plastik hitam, palstik perak, dan plastik perak hitam.

a. Kelebihan
Dapat di peroleh setiap saat, memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah

tergantung plastik, dapat menekan erosi, mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap

tempat, menekan pertumbuhan tanaman pengganggu dan dapat digunakan lebih dari satu

musim tanam tergantung perawatan bahan mulsa.

b. Kekurangan
Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk dan

harganya relative mahal.

C. Karakteristik Gulma Tithonia (Tithonia diversifolia, L)

Tithonia (Tithonia diversifolia, L) merupakan salah satu gulma liar yang memiliki

kandungan hara yang cukup tinggi dan baik untuk meningkatkan produksi tanaman.

Kandungan hara pada tithonia adalah N 1,76 %, P 0,82 % dan K 3,92 % (Olabode, dkk 2007).

Hasil analisis jaringan tanaman tithonia di BPTP Naibonat, daun tithonia mengandung 2,18 %

N, 0,08 % P dan 0,44 % K. Kandungan nitrogen pada tithonia tersebut dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen pada lahan yang akan ditanami. Selain Tithonia,

biomassa gulma Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) juga dapat dimanfaatkan karena

memiliki kandungan hara yang tinggi pula.

Secara morfologi tanaman tithonia termasuk dalam bangsa gulma atau semak seperti

kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) bercabang banyak, berbatang lembut dan agak besar.

Pertumbuhan tanaman tithonia sangat cepat dan dalam jumlah banyak, sehingga dalam waktu

yang singkat dapat membentuk semak yang lebat. Tithonia dapat diperbanyak secara vegetatif

dan generatif. Secara vegetatif dapat tumbuh dari akar dan stek batang atau tunasnya, dan dapat

tumbuh cepat setelah dipangkas sedangkan secara generative dapat diambil dari biji karena

bunga tithonia dapat menghasilkan biji. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada ketinggian dua

meter hingga lebih 1.000 meter dari permukaan laut. Tithonia dapat tumbuh dengan baik di

daerah yang kurang subur dan miskin hara (Hartatik, 2007).

D. Karakteristik Gulma Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth)

Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) merupakan gulma semak berkayu dengan tinggi

2-3 m. Gulma kirinyu sangat berpotensi untuk dijadikan pupuk organik karena kandungan

unsur hara dalam jaringannya yang tinggi. Biomassa kirinyu memiliki kandungan hara N 2.65

%, P 0.53 % dan K 1.9 % sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik yang

potensial untuk perbaikan kesuburan tanah (Chandrasekar dan Gajanana, 1998). Hasil kajian

kandungan hara pada kirinyu oleh Nguru dan Gandut (2007) adalah: a) pada batang kandungan

N 1.00 %, P 0.23 %, K 1.73 %, Ca 0.37 %, Mg 0.18 %, Na 0.01. b) pada daun N 5.89 %, P

0.74%, K 3.13%, Ca 3.30 %, Mg 0.83 %, Na 0.01 %. Dengan demikian pemanfaatan biomassa


gulma tithonia dan kirinyu sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber pupuk

organik dalam perbaikan sifat fisik dan kimia tanah.

Kirinyu adalah gulma semak berkayu, berbatang bulat tegak dengan ketinggian 2-3 m,

tanpa duri dan bercabang banyak. Daunnya bercabang banyak, berhadapan, bentuk daun

segitiga hingga bulat telur dengan ujung lancip, tepinya bergerigi, permukaan daun berbintik

halus, panjang daun dewasa berkisar 6-16 cm dan lebar 3-17 cm. pembungaan mengelompok

pada ketiak daun, warna bunga ungu terang sampai biru keputihan, panjang tangkai bunga 1-2

cm, berbentuk seperti cerobong asap. Buah berwarna hijau dengan diameter 1 mm. bijinya kecil

berwarna coklat kehitaman, panjang 4-5 mm, lebar 0.25-0.45 mm, berbulu kasar dengan

panjang bulu sekitar 5 mm. berkembang biak dengan biji/stek batang. Kecepatan perumbuhan

bisa mencapai 20 mm/hari dengan sistem perakaran serabut dan tumbuh menyebar ke dalam

tanah (Hills, 1992 dalam Dot, 2003).

Menurut Syed dan Chandrasekhar (1998) gulma ini tidak tahan naungan sehingga tidak

ditemukan di hutan-hutan yang tertutup, namun di Indonesia dan beberapa Negara di Asia,

kirinyu banyak ditemukan di perkebunan-perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa, jambu

mente, da sebagainya (Muniappan dan Marutani, 1988). Daerah pedalaman Timor Barat-NTT,

ditemukan rata-rata luas wilayah yang terinvestasi kirinyu mencapai 73,13 %, dengan padat

populasi 6,07 individu tiap m2 dan rata-rata tinggi tegakan mencapai 219 cm (Nguru dan

Gandut, 2007).

E. Manfaat Gulma Tithonia (Tithonia diversifolia, L) dan Kirinyu (Eupatorium inulifolium


kunth) Sebagai Sumber Pupuk Organik.

Tanaman yang ada di sekitar kita pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk

organik. Pemanfaatan biomassa tanaman-tanaman yang ada dilakukan setelah melakukan

penelitian dan percobaan terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan hara dan pengaruhnya

terhadap jenis tanaman tertentu seperti sayuran. Tanaman-tanaman lokal yang telah banyak

dimanfaatkan sebagai pupuk organik baik pupuk hijau maupun pupuk cair antara lain; kirinyu,

lamtoro, gamal, rumput kacang dan kaliandra. Selain pemanfaatan biomassa dari tanaman-

tanaman hijau, pupuk organik juga dapat dibuat dari kotoran-kotoran hewan, sisa-sisa tanaman

saat panen seperti jerami padi dan tanaman legum, serta dapat dicampur dengan bakteri dan

gula (Purwendro dan Nurhidayat, 2007). Hasil penelitian Fanggidae (2009) dan Meomanu

(2009) mengenai pemanfaatan biomassa tanaman lokal yakni Nitas dan Babonik dapat

berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah dan hasil cabai rawit. Pemanfaatan tanaman lokal
sebagai pupuk organik memiliki kelebihan yakni tidak mengeluarkan biaya yang banyak,

mudah didapat dan dapat langsung digunakan.

Gulma Tithonia (Tithonia diversifolia, L) dan Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth)

merupakan gulma yang dapat dimanfaatkan biomassanya sebagai sumber pupuk organik baik

pupuk hijau maupun pupuk cair. Tithonia dan Kirinyu memiliki kandungan hara yang cukup

tinggi sehinggga mampu memenuhi kebutuhan tanaman, memperbaiki kesuburan tanah dan

meningkatkan hasil produksi tanaman. Selain dapat memenuhi kebutuhan tanaman dan tanah,

pemanfaatan tanaman lokal sebagai sumber pupuk organik dapat membantu petani dalam

menekan biaya produksi. Dengan demikian kesejahteraan petani dapat meningkat dan juga

dapat menciptakan pertanian yang berkesinambungan.

Hasil penelitian Hartatik (2007) mengenai kandungan hara tithonia menunjukkan bahwa

kandungan hara N, P dan K pada tithonia sangat tinggi yaitu 3,5 % N; 0,38 % P dan 4,1 % K.

Kandungan hara tersebut dapat berfungsi untuk meningkatkan pH tanah, meningkatkan

kandungan P, Ca dan Mg tanah serta dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produktifitas

lahan yakni meningkatkan bahan organik tanah.

Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan juga untuk upaya konservasi

tanah pada daerah yang curam. Jenis pupuk organik yang dapat dibuat dari biomassa

Tithonia antara lain pupuk hijau, pupuk kompos dan pupuk cair. Bahan organik yang berasal

dari biomassa Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang bertujuan memperbaiki

kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi tanah. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan adannya manfaat dari penerapan pupuk tithonia pada tanah dan tanaman.

Pemberian Tithonia ke tanah dapat membantu pembentukan agregat tanah dan berperan sebagai

bahan perekat antarpartikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah serta dalam

pembentukkan struktur tanah. Pada tanah berpasir, pupuk hijau Tithonia dapat merubah struktur

tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal sehingga meningkatkan derajat struktur dan

ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Atmojo,

2003).

F. Manfaat Mulsa
Adapun maanfaat mulsa antra lain sebagai berikut :
1. Manfaat Terhadap Tanaman
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat

terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma
dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut

merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya.
2. Manfaat Terhadap Kestabilan Agregat dan Kimia Tanah
a. Kestabilan agregat tanah
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan ditanggung

oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses

penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
b. Kimia tanah
Fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan bahan-

bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah lapuk seperti jerami padi,

alang-alang, rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Hal ini merupakan salah satu

keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman disbanding mulsa plastic yang sukar lapuk.

3. Manfaat Terhadap Ketersediaan Air Tanah


Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari

permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan

yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses

transpirasi. Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah terbuka

(Baron, 1981) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan ditanah-tanah yang diberi

mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang sama.

4. Manfaat Terhadap Pemeliharaan Tanaman


Kegiatan – kegiatan dalam proses budidaya yang cukup menyita waktu, tenaga, dan

biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun dengan pemulsaan dapat

memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan sekali saja yaitu sebelum saat

panen. Demikain juga dengan penyiraman perlakuannya hanya dilakukan sekali saja. Selain itu

kegiatan penyiangan tidak perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada

lubang tanam atau sekitar batang tanaman.


BAB III.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas mengenai kajian kandungan hara dan

manfaat tithonia dan kirinyu terhadap peningkatan hasil produksi tanaman dan perbaikan sifat-

sifat tanah, maka tithonia dan kirinyu sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk

organik. Pupuk organik umumnya dibuat dalam bentuk padat dan diaplikasikan dengan cara

dibenamkan, akan tetapi pupuk organik dibuat dalam bentuk cair. Alasan pembuatan pupuk

organik dalam bentuk cair karena lebih cepat menyuplai unsur hara dalam jumlah lebih besar .

Pada beberapa jenis gulma mempunyai kandungan yang sangat baik yang selain digunakan

sebagai pupuk organic juga memiliki kandungan hara sebagai mulsa untuk pertumbuan

tanaman.

B. Saran

Saran kelompok kami pada makalah ini di mohon kepda pembaca, yang membaca

makalah ini di mohon kritik dan sarannya karena makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan .
DAFTAR PUSTAKA

Alleyne, E.H. and F.O. Morrison. 1978. The lettuce root aphid, Pemphigus bursaries L.
Homothera:Aphidoidae) in Cquebec Cananada. Ann. Soc. Ent. Quebec. 22:171-180.

Ardi, 1999. Potensi Alelopati Akar Rimpang Alang- Alang (Imperata cylindrica ( L.) Beauv. Terhadap
Mimosa pudica L. Stigma., 7(1):66-68.

Atmojo, 2003. Kepentingan pengelolaan gulma dalam pembangunan pertanian di Indonesia Bagian
Timur. Makalah Utama Kongres dan Seminar Nasional HIGI XI. Ujung Pandang.

Baron, J.J. and S.F. Gorske. 1981. Soil carbon dioxide level as affected by plastic mulches. Proc. Natl.
Agr. Plastic Congress. 16:149-155.

Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer, D.D. Daniels and P.G. Hunt. 1988. Plastic mulch color effects on
reflected light and tomato plant growth. Scientia Hortic. 34:169-175.

Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer and P.G. Hunt. 1989. Mulch surface color affects yield of fresh
tomato. J. Amer. Soc.Hort. Sci 114:216-219.

Meek. B.F., L.E. Graham., T.J. Donovan, and K.S. Mayberry. 1979. Phosphorus avaibility in
acalcareous soil after high loadinbg rates of animal manure. Soil Sci., Am. J. 43: p.741-743.

Sasa, 2011.Www./http.//g ulma/gulma%201.htm.

Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems and Their Control in
Indonesia. Biotrop. Special Publication. No.24.

Sutanto, 2003. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai