LATAR BELAKANG
Mulsa adalah komponen penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Pada
awal sejarahnya, sistem mulsa banyak digunakan petani anggur untuk
mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris jalur pertanaman anggur. Cara
ini kini banyak diterapkan di sistem pertanam yang lain. Mulsa adalah sisa
tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah.
Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi,
dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat
pertumbuhan gulma (rumput liar).
Penggunaan mulsa atau serasah adalah teknik konservasi tanah yang tergolong
dalam cara vegetatif. Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah,
benih gulma akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan
bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral
tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut merupakan salah satu
penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya.
1.2 TUJUAN
1. Praktikan mengetahui perbedaan jenis bahan mulsa pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
2. Praktikan mengetahui perbedaan jenis bahan mulsa pengaruhnya terhadap
kelembaban tanah dan kelimpahan makro organism tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah.
Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga
kelembaban, struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan gulma (rumput liar).
Macam-Macam Mulsa
Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari
tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas
permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna.
Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah. Mulsa juga
menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan
tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah (seperti cacing), karena
kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing. Adanya
cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur tanah.
Mulsa sisa tanaman akan melapuk dan membusuk. Karena itu perlu menambahkan mulsa setiap
tahun atau musim, tergantung kecepatan pembusukan.
Sisa tanaman dari rumput-rumputan, seperti jerami padi, lebih lama melapuk dibandingkan bahan
organik dari tanaman leguminose seperti benguk,Arachis, dan sebagainya.
2. Mulsa Vertikal
Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal adalah
mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi retak-retak dan
rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering mengalami rengkah
di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak dijumpai pada daerah beriklim
kering.
Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan berat diolah. Pada musim hujan tanah ini menjadi liat
dan lengket, dan pada musim kemarau mejadi keras dan retak-retak.
Pada musim kemarau tanah liat merengkah sampai kedalaman 1 m dan lebar sampai 5 cm.
Rengkahan diisi dengan jerami atau sisa tanaman lain. Setelah hujan tiba rengkahan akan menutup,
namun celah yang ditahan oleh mulsa vertikal akan membantu meningkatkan resapan air ke dalam
tanah sehingga aliran
permukaan dan erosi berkurang.
Cara lain untuk pemberian mulsa vertikal adalah dengan menggali parit menurut garis kontur dan
membenamkan jerami atau sisa tanaman di dalamnya.
Mengurangi erosi
Mulsa plastik berbentuk tenda untuk tanaman tahunan Pada tanaman pohon-pohonan mulsa plastik
dapat dipasang sebagai tenda untuk menghalangi pertumbuhan gulma, mempertahankan
kelembaban tanah dan menjaga agar suhu tanah tetap tinggi.
3. Mulsa batu
Di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bisa dipakai sebagai mulsa untuk
tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah ditutup dengan batu yang disusun rapat hingga tidak
terlihat lagi.
Ukuran batu-batu berkisar antara 2-10 cm. Tebalnya lapisan mulsa tidak tertentu, yang jelas
permukaan tanah harus ditutupi. Manfaat mulsa batu adalah:
Memudahkan peresapan air hujan Mengurangi penguapan air dari permukaan tanah
Melindungi permukaan tanah dari pukulan butir hujan
Sumber: http://www.worldagroforestry.org
Mulsa
Penggunaan mulsa atau serasah adalah teknik konservasi tanah yang tergolong dalam cara
vegetatif. Pada teknik ini permukaan tanah di antara barisan tanaman atau di sekitar batang pohon
ditutup dengan bahan-bahan berupa sisa tanaman setelah panen, pangkasan tanaman pagar atau
larikan pada budidaya lorong.
Dari aspek pengendalian eropsi, peran langsung bahan mulsa adalah melindungi permukaan tanah
dari pukulan butir-butir hujan, mempertahankan kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya tanaman
pengganggu, sedangkan perannya yang tidak langsung adalah memperbaiki struktur tanah.
Penggunaan mulsa umumnya dilakukan di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan dan
rentan terhadap pertumbuhan gulma. Pilihan bahan-bahan untuk mulsa tergantung pada bahan-
bahan yang tersedia setempat.
Dalam sistem budidaya lorong, biomasa dari larikan tanaman sering digunakan sebagai mulsa. Di
perkebunan seringkali tanaman penutup tanah digunakan sebagai mulsa hidup, terutama di sekitar
poghon-pohon yang masih muda yang telah tumbuh dengan baik. Salah satu strategi lainnya adalah
meninggalkan sisa-sisa tanaman di lahan setelah panen (misalnya daun pucuk nenas, daun dan
batang jagung, jerami padi, dsb). Hal ini akan menjamin bahwa ada zat-zat hara yang diserap
tanaman kembali ke tanah.
Keuntungan
Melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta mengurangi
aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.
Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga
kerja untuk penyiangan.
Mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik tanah
Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah.
Kelemahan
Bahan-bahan mulsa mungkin menjadi sarang berkembangbiaknya penyakit-penyakit
tanaman. Namun hal ini masih perlu diteliti bagi setiap bahan mulsa yang digunakan.
Tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau basah.
Mulsa sukar ditebarkan secara merata pada lahan-lahan yang sangat miring.
Beberapa jenis rumput jika digunakan sebagai mulsa dapat tumbuh dan berakar sehingga
dapat menjadi tanaman pengganggu.
Faktor biofisik
Hanya sesuai untuk daerah dengan curah hujan yang kurang atau tidak teratur.
Kurangnya bahan mulsa bisa menjadi kendala di daerah lahan kering.
Banyak petani yang lebih menyukai permukaan tanah yang tampak bersih, sementara
adanya mulsa memberi kesan kotor.
Banyak petani telah terbiasa membakar sisa-sisa tanaman, dan tidak mengembalikan ke
tanah.
Seringkali terdapat konflik kepentingan dalam penggunaan sisa panen tanaman; para petani
yang memiliki ternak besar serperti sapi atau kerbau lebih suka menggunakan sisa-sisa
tanaman sebagai pakan ternaknya.
Penggunaan mulsa lebih penting dalam kebun pekarangan atau pada tanaman hortikultura
dari pada dalam sistem-sistem pertanian yang kurang intensif.
Sumber: Riri Fithriadi dkk (Peny) (1997). Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di
Indonesia; Kumpulan Informasi. Hal 80 -81. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.
Oleh :
Kelompok 4
Adrianto (D1B1 12 057)
Fitman (D1B1 12 067)
Sardiono (D1B1 12 045)
Dedi Rahmat (D1B1 12 049)
Hermansyah Tongasa (D1B1 12 055)
Asti Findayani (D1B1 12 069)
Sri Wahyuni Basoka (D1B1 12 063)
Diastin (D1B1 12 047)
Ld. Febriaddin MM (D1B1 10 075)
Muh. Khalifah AL (D1B1 10 065)
PEMBIMBING
Dr. Halim SP, MP
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu tertentu dan
tidak dikehendaki oleh manusia. Banyak spesies gulma yang tumbuh di lahan kering, sehingga
untuk mengenal dan menentukan cara pengendaliannya perlu diketahui sifat-sifat dan biologi
gulma terutama cara berkembang biak. Disamping itu juga penggolongan yang mencirikan
berbagai sifat karakteristiknya. Assosiasi jenis gulma tertentu dengan tanaman pokok dan
habitat, perannya terhadap tanaman budidaya serta penggolongan yang dikaitkan dengan
responnya terhadap cara pengendalian Gulma tidak dikehendaki karena bersaing dengan
tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian yang cukup besar yaitu
sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani et al. 1996). Selain itu gulma juga merupakan
tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki. Karena sifat
merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan
dibakar. Sebenarnya bila dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat
dan meningkatkan produktivitas lahan. Di samping itu, beberapa jenis gulma dapat
dimanfaatkan sebagai mulsa atau untuk membuat kompos dengan status ketersediaan
tanah untuk menyediakan unsur hara, jumlah hara dibutuhkan oleh tanaman dan penambahan
unsur hara yang diperlukan tanaman diharapkan memberikan dasar anjuran yang lebih rasional
dan bersifat spesifik lokasi (Meek dkk, 1979). Penyediaan unsur hara yang cukup berasal dari
pupuk anorganik belakangan ini terkendala dengan semakin mahalnya harga pupuk, oleh
karena itu perlunya pemikiran untuk mendapatkan unsur hara yang berasal dari sumber daya
alam yang tersedia seperti halnya biomasa gulma yang berlimpah yang dimanfaatkan sebagai
bahan organic sumber unsur hara yang berguna bagi tanaman padi (Adhi, 1997). Salah satu
upaya untuk meningkatkan produktivitas lahan dapat dilakukan dengan cara memberikan
pupuk berimbang, pengelolaan lahan secara tepat dan pemberian bahan pupuk karena bahan
Produktifitas tanaman dan kondisi lahan yang produktif serta berkelanjutan dapat
diversifolia, L) dan Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) sebagai sumber bahan organik.
Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman
tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa adalah material penutup tanaman, khususnya pada
tanaman budidaya, biasanya sering kita jumpai di perkebunan. Mulsa adalah sisa tanaman,
lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk
melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur,
Adapapun macam-macam mulsa yaitu mulsa sisa tanaman, dan mulsa vertikal. Jenis-
jenis mulsa antara lain mulsa organik, mulsa organik dan mulsa kimia sintetik. Mulsa
mempunyai kelebihan dan kerurangan. Kelebihan mulsa dapat di peroleh secara bebas/gratis,
Memiliki efek menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan menekan erosi, dapat
menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu dan menambah bahan organik tanah karena
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk Untuk mengetahui pemanfaatan biomassa
gulma Tithonia (Tithonia diversifolia, L) dan kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) sebagai
sumber pupuk organik dalam perbaikan sifat fisik tanah dan Peranan Gulma terhadap mulsa
1. Menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat dari biomassa gulma Tithonia dan kirinyu
2. Biomassa gulma (Tithonia diversifolia, L) dan kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) dan
mulsa dari gulma dapat dimanfaatkan masyarakat untuk dijadikan pupuk organik dalam
BAB. II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mulsa
Menurut Buckman dan Brandy (1969) dalam Utomo (2007) bahwa mulsa adalah semua
bahan yang digunakan pada permukaan tanah terutama untuk menghalangi hilangnya air karena
penguapan atau untuk mematikan tanaman pengganggu. Mulsa sering juga disebut sersah.
Sersah atau mulsa sudah terbukti efektif sekali untuk mengurangi penguapan dan menghindari
tumbuhnya tanaman pengganggu, tetapi pada umumnya tidak dapat digunakan pada tanaman
yang memerlukan pengolahan tanah susulan. Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya
yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan
gulma kirinyu yang tumbuh diantara tanaman budidaya dapat mengakibatkan persaingan
pengambilan air, unsur hara dan sinar matahari. Akan tetapi, biomassa gulma bila dikelola
dengan benar dan optimal akan meningkatkan produktifitas lahan. Pertanian modern dengan
masukan bahan-bahan kimia yang tinggi secara terus-menerus menyebabkan penurunan
kualitas tanah. keadaan ini disebabkan karena berkurangnya bahan organik yang berakibat pada
pengerasan tanah, terjadinya kekahatan hara, rendahnya daya ikat tanah terhadap air, rendahnya
populasi dan aktifitas mikroba, tanah mengalami kejenuhan dan secara umum pada rendahnya
tingkat kesuburan dan produktifitas tanah (Notohardiprawiro, 2006). Mengacu pada pengaruh
negatif akan peningkatan penggunaan pupuk anorganik maka penggunaan pupuk organik
diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif tersebut. Alternatif penggunaan pupuk organik
yang terdapat di sekitar lingkungan dapat membantu petani menaikan keuntungan karena biaya
produksi yang lebih rendah dan juga karena ramah lingkungan. Penggunaan bahan organik
dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi) sehingga
kesehatan dan kelestarian tanah dapat terpelihara dengan baik untuk kegiatan pertanian yang
B. Macam-Macam Mulsa
Mulsa ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung),
pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut disebarkan
secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup
sempurna.
Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur, dan cadangan air tanah.
Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapatmenarik binatang tanah
(seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai
makanan cacing. Adanya cacing dan bahan organik akan membantu memperbaiki struktur
tanah.
2. Mulsa Vertikal
Mulsa pada umumnya disebar secara merata di permukaan tanah. Tetapi mulsa vertikal
adalah mulsa sisa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah secara vertikal untuk mengisi
retak-retak dan rengkah pada penampang tanah. Mulsa vertikal cocok untuk tanah yang sering
mengalami rengkah di musim kemarau, seperti tanah Vertisols (Grumusol) yang banyak
dijumpai pada daerah beriklim kering. Tanah liat Grumusol pada umumnya sulit dan berat
diolah. Pada musim hujan tanah ini menjadi liat dan lengket, dan pada musim kemarau mejadi
keras dan retak-retak. Cara lain untuk pemberian mulsa vertikal adalah dengan menggali parit
menurut garis kontur dan membenamkan jerami atau sisa tanaman di dalamnya.
bahan organik, meningkatkan peresapan air, mengurangi erosi, meningkatkan kehidupan jasad
3. Mulsa Anorganik
Mulsa Anorganik meliputi semua bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran
seperti batu kerikil, batu koral, pasir kasar, batu bata, dan batu gravel. Untuk tanaman semusim,
bahan mulsa ini jarang digunakan. Bahan mulsa ini lebih sering digunakan untuk tanaman hias
dalam pot. Kelebihannya mulsa anorganik dapat di peroleh secara bebas/gratis, memiliki efek
menurunkan suhu tanah, mengonservasi tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat
pertumbuhan tanaman pengganggu dan menambah bahan organik tanah karena mudah lapuk
setelah rentang waktu tertentu. Kekurangannya tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi
hanya saat musim panen tadi, hanya tersedia di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah
yang jauh dari pusat budidaya padi membutuhkan biya ekstra untuk transportasi dan tidak
Meliputi bahan-bahan plastik dan bahan – bahan kimia lainnya. Bahan- bahan plastic
berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam. Bahan plastik yang saat
ini sering digunakan yang sering digunakan sebagai bahan mulsa adalah plastik transparan,
a. Kelebihan
Dapat di peroleh setiap saat, memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah
tergantung plastik, dapat menekan erosi, mudah di angkut sehingga dapat digunakan di setiap
tempat, menekan pertumbuhan tanaman pengganggu dan dapat digunakan lebih dari satu
b. Kekurangan
Tidak memiliki efek menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk dan
Tithonia (Tithonia diversifolia, L) merupakan salah satu gulma liar yang memiliki
kandungan hara yang cukup tinggi dan baik untuk meningkatkan produksi tanaman.
Kandungan hara pada tithonia adalah N 1,76 %, P 0,82 % dan K 3,92 % (Olabode, dkk 2007).
Hasil analisis jaringan tanaman tithonia di BPTP Naibonat, daun tithonia mengandung 2,18 %
N, 0,08 % P dan 0,44 % K. Kandungan nitrogen pada tithonia tersebut dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen pada lahan yang akan ditanami. Selain Tithonia,
biomassa gulma Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) juga dapat dimanfaatkan karena
Secara morfologi tanaman tithonia termasuk dalam bangsa gulma atau semak seperti
kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) bercabang banyak, berbatang lembut dan agak besar.
Pertumbuhan tanaman tithonia sangat cepat dan dalam jumlah banyak, sehingga dalam waktu
yang singkat dapat membentuk semak yang lebat. Tithonia dapat diperbanyak secara vegetatif
dan generatif. Secara vegetatif dapat tumbuh dari akar dan stek batang atau tunasnya, dan dapat
tumbuh cepat setelah dipangkas sedangkan secara generative dapat diambil dari biji karena
bunga tithonia dapat menghasilkan biji. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada ketinggian dua
meter hingga lebih 1.000 meter dari permukaan laut. Tithonia dapat tumbuh dengan baik di
Kirinyu (Eupatorium inulifolium kunth) merupakan gulma semak berkayu dengan tinggi
2-3 m. Gulma kirinyu sangat berpotensi untuk dijadikan pupuk organik karena kandungan
unsur hara dalam jaringannya yang tinggi. Biomassa kirinyu memiliki kandungan hara N 2.65
%, P 0.53 % dan K 1.9 % sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik yang
potensial untuk perbaikan kesuburan tanah (Chandrasekar dan Gajanana, 1998). Hasil kajian
kandungan hara pada kirinyu oleh Nguru dan Gandut (2007) adalah: a) pada batang kandungan
Kirinyu adalah gulma semak berkayu, berbatang bulat tegak dengan ketinggian 2-3 m,
tanpa duri dan bercabang banyak. Daunnya bercabang banyak, berhadapan, bentuk daun
segitiga hingga bulat telur dengan ujung lancip, tepinya bergerigi, permukaan daun berbintik
halus, panjang daun dewasa berkisar 6-16 cm dan lebar 3-17 cm. pembungaan mengelompok
pada ketiak daun, warna bunga ungu terang sampai biru keputihan, panjang tangkai bunga 1-2
cm, berbentuk seperti cerobong asap. Buah berwarna hijau dengan diameter 1 mm. bijinya kecil
berwarna coklat kehitaman, panjang 4-5 mm, lebar 0.25-0.45 mm, berbulu kasar dengan
panjang bulu sekitar 5 mm. berkembang biak dengan biji/stek batang. Kecepatan perumbuhan
bisa mencapai 20 mm/hari dengan sistem perakaran serabut dan tumbuh menyebar ke dalam
Menurut Syed dan Chandrasekhar (1998) gulma ini tidak tahan naungan sehingga tidak
ditemukan di hutan-hutan yang tertutup, namun di Indonesia dan beberapa Negara di Asia,
kirinyu banyak ditemukan di perkebunan-perkebunan seperti karet, kelapa sawit, kelapa, jambu
mente, da sebagainya (Muniappan dan Marutani, 1988). Daerah pedalaman Timor Barat-NTT,
ditemukan rata-rata luas wilayah yang terinvestasi kirinyu mencapai 73,13 %, dengan padat
populasi 6,07 individu tiap m2 dan rata-rata tinggi tegakan mencapai 219 cm (Nguru dan
Gandut, 2007).
Tanaman yang ada di sekitar kita pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
penelitian dan percobaan terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan hara dan pengaruhnya
terhadap jenis tanaman tertentu seperti sayuran. Tanaman-tanaman lokal yang telah banyak
dimanfaatkan sebagai pupuk organik baik pupuk hijau maupun pupuk cair antara lain; kirinyu,
lamtoro, gamal, rumput kacang dan kaliandra. Selain pemanfaatan biomassa dari tanaman-
tanaman hijau, pupuk organik juga dapat dibuat dari kotoran-kotoran hewan, sisa-sisa tanaman
saat panen seperti jerami padi dan tanaman legum, serta dapat dicampur dengan bakteri dan
gula (Purwendro dan Nurhidayat, 2007). Hasil penelitian Fanggidae (2009) dan Meomanu
(2009) mengenai pemanfaatan biomassa tanaman lokal yakni Nitas dan Babonik dapat
berpengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah dan hasil cabai rawit. Pemanfaatan tanaman lokal
sebagai pupuk organik memiliki kelebihan yakni tidak mengeluarkan biaya yang banyak,
merupakan gulma yang dapat dimanfaatkan biomassanya sebagai sumber pupuk organik baik
pupuk hijau maupun pupuk cair. Tithonia dan Kirinyu memiliki kandungan hara yang cukup
tinggi sehinggga mampu memenuhi kebutuhan tanaman, memperbaiki kesuburan tanah dan
meningkatkan hasil produksi tanaman. Selain dapat memenuhi kebutuhan tanaman dan tanah,
pemanfaatan tanaman lokal sebagai sumber pupuk organik dapat membantu petani dalam
menekan biaya produksi. Dengan demikian kesejahteraan petani dapat meningkat dan juga
Hasil penelitian Hartatik (2007) mengenai kandungan hara tithonia menunjukkan bahwa
kandungan hara N, P dan K pada tithonia sangat tinggi yaitu 3,5 % N; 0,38 % P dan 4,1 % K.
kandungan P, Ca dan Mg tanah serta dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produktifitas
Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan juga untuk upaya konservasi
tanah pada daerah yang curam. Jenis pupuk organik yang dapat dibuat dari biomassa
Tithonia antara lain pupuk hijau, pupuk kompos dan pupuk cair. Bahan organik yang berasal
dari biomassa Tithonia dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang bertujuan memperbaiki
kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi tanah. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan adannya manfaat dari penerapan pupuk tithonia pada tanah dan tanaman.
Pemberian Tithonia ke tanah dapat membantu pembentukan agregat tanah dan berperan sebagai
bahan perekat antarpartikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah serta dalam
pembentukkan struktur tanah. Pada tanah berpasir, pupuk hijau Tithonia dapat merubah struktur
tanah dari berbutir tunggal menjadi bentuk gumpal sehingga meningkatkan derajat struktur dan
ukuran agregat atau meningkatkan kelas struktur dari halus menjadi sedang atau kasar (Atmojo,
2003).
F. Manfaat Mulsa
Adapun maanfaat mulsa antra lain sebagai berikut :
1. Manfaat Terhadap Tanaman
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma akan sangat
terhalang. Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma
dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut
merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya produksi tanaman budidaya.
2. Manfaat Terhadap Kestabilan Agregat dan Kimia Tanah
a. Kestabilan agregat tanah
Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, energi air hujan akan ditanggung
oleh bahan mulsa tersebut sehingga agregat tanah tetap stabil dan terhindar dari proses
penghancuran. Semua jenis mulsa dapat digunakan untuk tujuan mengendalikan erosi.
b. Kimia tanah
Fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan bahan-
bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah lapuk seperti jerami padi,
alang-alang, rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Hal ini merupakan salah satu
keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman disbanding mulsa plastic yang sukar lapuk.
permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan
yang ditanam tidak kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses
transpirasi. Dari hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1,5 cm ditanah-tanah terbuka
(Baron, 1981) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan ditanah-tanah yang diberi
biaya antara lain pemupukan, penyiraman dan penyiangan. Namun dengan pemulsaan dapat
memperkecil perlakuan pemupukan kerena hanya dilakukan sekali saja yaitu sebelum saat
panen. Demikain juga dengan penyiraman perlakuannya hanya dilakukan sekali saja. Selain itu
kegiatan penyiangan tidak perlu dilakukan pada keseluruhan lahan, melainkan hanya pada
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas mengenai kajian kandungan hara dan
manfaat tithonia dan kirinyu terhadap peningkatan hasil produksi tanaman dan perbaikan sifat-
sifat tanah, maka tithonia dan kirinyu sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai pupuk
organik. Pupuk organik umumnya dibuat dalam bentuk padat dan diaplikasikan dengan cara
dibenamkan, akan tetapi pupuk organik dibuat dalam bentuk cair. Alasan pembuatan pupuk
organik dalam bentuk cair karena lebih cepat menyuplai unsur hara dalam jumlah lebih besar .
Pada beberapa jenis gulma mempunyai kandungan yang sangat baik yang selain digunakan
sebagai pupuk organic juga memiliki kandungan hara sebagai mulsa untuk pertumbuan
tanaman.
B. Saran
Saran kelompok kami pada makalah ini di mohon kepda pembaca, yang membaca
makalah ini di mohon kritik dan sarannya karena makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan .
DAFTAR PUSTAKA
Alleyne, E.H. and F.O. Morrison. 1978. The lettuce root aphid, Pemphigus bursaries L.
Homothera:Aphidoidae) in Cquebec Cananada. Ann. Soc. Ent. Quebec. 22:171-180.
Ardi, 1999. Potensi Alelopati Akar Rimpang Alang- Alang (Imperata cylindrica ( L.) Beauv. Terhadap
Mimosa pudica L. Stigma., 7(1):66-68.
Atmojo, 2003. Kepentingan pengelolaan gulma dalam pembangunan pertanian di Indonesia Bagian
Timur. Makalah Utama Kongres dan Seminar Nasional HIGI XI. Ujung Pandang.
Baron, J.J. and S.F. Gorske. 1981. Soil carbon dioxide level as affected by plastic mulches. Proc. Natl.
Agr. Plastic Congress. 16:149-155.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer, D.D. Daniels and P.G. Hunt. 1988. Plastic mulch color effects on
reflected light and tomato plant growth. Scientia Hortic. 34:169-175.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer and P.G. Hunt. 1989. Mulch surface color affects yield of fresh
tomato. J. Amer. Soc.Hort. Sci 114:216-219.
Meek. B.F., L.E. Graham., T.J. Donovan, and K.S. Mayberry. 1979. Phosphorus avaibility in
acalcareous soil after high loadinbg rates of animal manure. Soil Sci., Am. J. 43: p.741-743.
Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems and Their Control in
Indonesia. Biotrop. Special Publication. No.24.