Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

MEKANISASI PERTANIAN

“Sistem Alat Penanaman”

Oleh :

Nama : Fatkur Rahman

Nim : D1B1 18077

Kelas : Agroteknologi-D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian


sebagai penopang perekonomian negara. Sektor pertanian merupakan
penyumbang devisa yang cukup besar bagi negara. Namun perkemabangan dan
modernisasi sektor pertanian di Indonesia belum mengalami peningkatan. Salah
satu penyebabnya adalah penerapan teknologi disektor pertanian yang masih
rendah. Hal tersebut menyebabkan produktivitas pertanian cenderung menurun
dan petani yang menjadi ujung tombaknya sebagian besar hidup dibawah garis
kemiskinan.
Teknologi dalam pertanian adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan
pekerjaan dan menghasilkan output yang lebih baik. Pembangunan pertanian
tanpa teknologi ialah hal yang mustahil. Keduanya berjalan secara beriringan
saling mengikat. Dalam pembangunan pertanian tentu akan sangat berbeda dalam
segi kepraktisan maupun hasil tani apabila petani tersebut mengadopsi teknologi
dibandingkan memakai cara tradisional(Ali, 2015). Teknik pertanian meliputi
usaha tani (teknik penanaman, pemupukan, pengairan perlindungan tanaman
secara terpadu) dan pasca panen (pengolahan hasil pengenalan alat perontok yang
dapat menekan kehilangan hasil, penyimpanan hasil pertanian yang dapat
meningkatkan kualitas produk pertanian ) dan teknologi yang digunakan dalam
pertanian, seperti mesin-mesin.
Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah
pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji di atas permukaan tanah atau
menanamkan di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan yang
baik. Selain membutuhkan pekerja yang cukup juga teknik penanaman akan
menentukan keberhasilan budidaya. Proses penanaman memerlukan tanaga kerja
sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman. Hal ini menunjukan
sangatlah diperlukan alat tanam mekanis mengingat semakin sedikitnya tenaga
yang tersedia dalam bidang pertanian.
Proses penanaman benih dengan menggunakan alat tanam, maka
mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanah. Oleh
karena itu, dengan adanya alat tanam padi dan alat tanam biji-bijian akan
membantu para petani untuk lebih efisien dalam usaha tani tanaman budidaya
untuk kebutuhan pangan manusia dihasilkan dan disiapkan dengan menggunakan
tenaga otot-otot manusia. Kemudian tenaga otot hewani digunakan untuk
meringankan tenaga otot manusia, dengan ditemukannya besi, diciptakan
perkakas yang selanjutnya mengurangi tenaga otot manusia. Yang disebut dengan
mesin peralatan pertanian.

1.2. Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah makalah ini yaitu:


1. Bagaimana latar belakang, fungsi dan kegunaan alat dari rice transplanter, tugal
semi mekanis, alat tanam padi tebar langsung tipe drum dan alat penanam
sistem tebar ?
2. Bagaimana cara kerja alat rice transplanter, tugal semi mekanis, alat tanam padi
tebar langsung tipe drum dan alat penanam sistem tebar ?
3. Bagaimana cara pengembangan yang lebih baik dari transplanter, tugal semi
mekanis, alat tanam padi tebar langsung tipe drum dan alat penanam sistem
tebar ?

1.3. Tujuan

Tujuan makalah ini yaitu untuk menegtahui latar belakang dan kegunaan
alat serta cara kerja.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Sistem Alat Penanaman

2.1.1. Rice Transplanter

Rice transplanter adalah jenis mesin penanam padi yang dipergunakan


untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus dengan umur
tertentu, pada are al tanah sawah kondisi siap tanam, mesin dirancang untuk
bekerja pada lahan berlumpur (puddle). Oleh karena itu mesin ini dirancang
ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung 
Rice transplanter adalah mesin modern untuk menanam bibit padi dengan
sistem penanaman yang serentak. Cara pakai alat ini sangat gampang  bibit gabah
dalam petakan sawah seluas 20×80 cm. Setelah tumbuh menjadi bibit dan sudah
berumur 15 hari, bibit tersebut ditaruh di atas mesin rice transplater. Selanjutnya,
mesin siap beroperasi. Dalam sekali gerak, mesin ini dapat membuat 4 jalur
dengan jarak antar jalur 30 cm. Hanya dalam waktu 4 jam, satu ton bibit padi
yang digendongnya sudah habis ditanam (Suhendrata, 2013).
Rice transplanter memiliki bagian-bagian, mulai bagian belakang alat yaitu
terdapat sakelar utama, tuas pedal gas, tuas kopling utama, tuas kopling tanan,
tuas kopling kemudi kiri dan kemudi kanan, tuas penyesuaian pengambilan
kedalaman dan tuas penyesuaian kedalaman tanam. Pada komponen-komponen
ini masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Pada alat ini, pada komponen tuas penyesuaian lubang tanam, memiliki
fungsi yaitu mengatur atau menyesuaikan kedalaman untuk tanaman, agar
tanaman yang ditanam tidak terlalu kedalaman dan uga tidak terlalu dangkal. Pada
alat ini juga terdapat tuas kopling kemudi kanan dan tuas kopling kemudi kiri.
Alat ini dapat digunakan pada saat ingin berhenti. Fungsi dari kedua tuas ini sam
dengan fungsi tuas kopling kemudi kiri dan kanan yang terdapat pada traktor
tangan. Selanjutnya yang diperkenalkan yaitu rice transplanter bagian depan. Pada
bagin depan mesin ini, terdapat komponen yang disebut dengan platfrom bibit.
Platfrom ini berfungsi untuk meletakkan bibit yang akan ditanam, sedangkan bibit
tanaman cadangan dapat diletakkan pada penyimpanan bibit cadangan yang ada
didepan platfrom tersebut. Pada alat rice transplanter ini terdapat suatu bagian
yang disebut dengan pelampung. Komponen ini berfungsi untuk membuat mesin
ini dapat mengapung di persawahan agar roda atau mesin ini tidak terbenam di
persawahan.
Alat ini memiliki fungsi untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan
pada areal khusus (menggunakan tray/dapog) dengan umur atau ketinggian
tertentu, pada areal tanah sawah kondisi siap tanam dan juga berfungsi untuk
meletakkan benih yangakan ditanam pada kedalaman, jumlah tertentu dan
seragam, dan pada sebagian besar alat penanam akan menutup dengan
tanah kembali alat dan mesin pertaniandapat membantu petani dalam mengatasi
masalah keterbatasan tenaga kerja.

2.1.2. Alat penanam sistem sebar

Penanaman sistem sebar merupakan cara penanaman yang paling lamadan


sederhana. Penebaran benih dengan mengunakan mesin lebih teliti dan cepat bila
dibandingkan penebaran dengan tangan. Penanaman sistem sebar ini memerlukan
adanya pembuka alur, maka dari itu harus disiapkan dengan pengolahan tanah
yang menggunakan peralatan seperti garu piring dan juga sistem ini tidak
memerlukan penutupan. Penutupan kemudian dapatdilakukan dengan garu paku
atau yang lainnya.

2.1.3. Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

Pengisian benih dilakukan ketika alat sudah berada di petakan sawah. Pada
saat alat ditarik, benih akan keluar melalui lubang yang ada di bagian kanan dan
kiri drum. Tiap drum mempunyai dua macam ukuran lubang, yaitu rapat dan
renggang. Benih yang dibutuhkan berkisar 40 - 60 kg per hektar. Alat ini
mempunyai 4 buah drum, masing-masing drum untuk 2 baris, sehingga jumlah
larikan yang dihasilkan seluruhnya 8 baris.
Efisiensi kerja alat 60% karena ada waktu yang hilang untuk berbelok.
Oleh karena itu, alat tanam tipe drum dengan 8 baris ini lebih sesuai untuk petak
ukuran luas. Pada kondisi lapang, jumlah benih yang keluar biasanya lebih rendah
dibanding hasil pengujian di laboratorium. Hal ini disebabkan adanya selip negatif
roda penggerak (alat maju tetapi roda tidak berputar). Persentase selip di lapang
umumnya sekitar 10%, berarti benih yang keluar juga berkurang 10%. Alat tanam
yang mempunyai persentase selip kecil berarti memiliki ketelitian yang baik.
Jumlah pengeluaran benih pada kerapatan (jarak) antar lubang pengeluaran 12
mm (rapat) lebih tinggi dibanding pengeluaran benih pada kerapatan antar-lubang
pengeluaran 17 mm (renggang). Artinya bahwa alat tanam ini kurang
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah benih yang jatuh,
sehingga jatuhnya benih kurang merata. Alat tanam tipe drum menjatuhkan benih
dengan sistem jatuh bebas. Benih jatuh di permukaan tanah dalam larikan yang
agak menyebar. Alat tanam ini mungkin yang paling sederhana, untuk a lat tanam
8 baris, bobotnya relatif ringan sekitar 12 kg.

2.2. Cara Kerja Alat Sistem Penanaman

2.2.1. Tugal

Tugal semi mekanis yang menggunakan pegas pada saat mata tugal masuk
kedalam tanah. Pengatur pengeluaran benih tertekan keatas oleh permukaan tanah.
Kemudian mendorong tangkai pegas, sehingga lubang benih terbuka dan benih
pun terjatuh ke bawah yang dibuat oleh mata tugal. Selanjutnya pada saat tugal
diangkat dari permukaan tanah, benih kembali pada posisi semula karena kerja
dari pegas, dan gerakan ini menutup lubang jatuhnya benih.
Mekanisme penjatuhan benih berlangsung dengan putaran roda dengan
melalui batang penghubung antara penutup/pembuka lubang jatuhnya benih
dengan lempengan pengungkit dipusat roda depan. Alat penanaman semi-mekanis
jenis lain adalah yang ditarik tenaga manusia, sebagai contoh alat penanaman
pada desain IRRI dengan jumlah jalur. Mekanisme penjatuhan padi dengan alat
tersebut juga menggunakan putaran roda dimana putaran ini memutar lempeng
penjatuh benih melalui sumbu selebar alat. Syarat-syarat penggunaan jenis alat ini
adalah keadaan tanah sawah harus ”macek-macek” dan benih gabahnya harus
direndam dulu selama 2 kali 24 jam.
2.2.2. Alat penanam sistem sebar

Pembuka alur tipe double disk membuat alur kemudian benih dijatuhkan
dari atas yaitu oleh bagian penakar benih tipe inclined disk. Penakar benih tipe ini
bentuknya piringan pipih pada sekeliling tepinya terdapat lubang-lubang
berdiamater sama dengan biji yang akan ditanam. Penakar benih sewaktu berputar
lubang-lubangnya terisi oleh bijian yang terdapat diatas piringan penakar benih
dan terhubung dengan hopper benih, kemudian dijatuhkan lewat lubang penyalur
benih. Putaran piringan penakar benih ditransmisikan dri roda penggerak yang ada
dibagian belakang.

2.2.3. Rice Transplanter

Mesin rice transplanter bekerja dengan cara menancapkan bibit padi ke


dalam tanah sawah menggunakan garpu penanam (picker) secara teratur sesuai
gerak jalan roda mesin, garpu penanam akan menancapkan pada setiap satu titik
tanam dalam 4 baris. Mesin ini dijalankan hanya oleh seorang operator dan satu
orang asisten sehingga sudah dapat mengganti 20 orang tenaga kerja. Rice
Transplanter adalah mesin tanam modern untuk menenam bibit padi dengan
sistem penanaman serentak 4 baris (Umar dan Indriyani, 2013). Panjang mesin
indo jarwo transplanter keseluruhan adalah 248 cm, lebar 170 cm dan tinggi 86
cm. Motor penggerak yang digunakan adalah motor bakar 4 tak, daya 3,5 kW dan
4,6 HP dengan putaran mesin 3600 rpm. Untuk menjalankan mesin transplanter
menggunakan persneling 2. Saat rice transplanter dijalankan, mesin ini dapat
membuat 4 jalur dengan jarak antar jalur 20 – 4 -20 cm dan jarak dalam baris 16
cm. Selama bibit masih tersedia di atas rak alur bibit, mesin tetap berjalan dengan
kondisi stabil. Saat mesin berjalan dan alat garpu penanam dijalankan, maka garpu
penanam (picker) dengan gerak putaran yang tetap mengambil bibit padi
kemudian ditancapkan ke permukaan tanah sawah. Penggunaan mesin ini relatif
mudah karena yang berperan adalah garpu penanam sebagai alat untuk
menancapkan bibit pada kondisi lahan yang rata.

2.2.4. Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

Alat dapat membuat larikan pada tanah, dengan terlebih dahulu


mengkondisikan lahan dalam keadaan berlumpur, macak-macak dan tidak
tergenang sehingga kondisi air perlu diatur. Pada saat benih jatuh pada larikan,
maka tanah lumpur dengan sendirinya akan menutupi benih pada larikan tersebut.
Cara ini membuat benih tidak berserakan meskipun hujan turun sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi lebih merata (Hutapea et al., 2013).
Prinsip kerjanya sangat sederhana. Benih dimasukkan kedrum benih
(tempat benih berbentuk drum) yang dapat memuat 2 kg benih,tetapi sebaiknya
diisi tiga perempatnya saja agar benih mudah keluar dari drum. Akan lebih baik
lagi jika yang dipakai benih yang akan berkecambah.Pengisian benih dilakukan
ketika alat sudah berada di petakan sawah. Pada saat alat ditarik, benih akan
keluar melalui lubang yang ada di bagian kanan dan kiri drum. Tiap drum
mempunyai dua macam ukuran lubang, yaitu rapat danrenggang. Benih yang
dibutuhkan berkisar 40- 60 kg per hektar. Alat ini mempunyai 4 buah drum,
masing-masing drum untuk 2 baris, sehingga jumlah larikan yang dihasilkan
seluruhnya 8 baris.Efisiensi kerja alat 60% karena ada waktu yang hilang untuk
berbelok. Oleh karena itu, alat tanam tipe drum dengan 8 baris ini lebih sesuai
untuk petakukuran luas. Pada kondisi lapang, jumlah benih yang keluar biasanya
lebih rendah dibanding hasil pengujian di laboratorium. Hal ini disebabkan
adanya selip negatif roda penggerak (alat maju tetapi roda tidak berputar).
Persentase selip di lapang umumnya sekitar 10%, berarti benih yang keluar juga
berkurang 10%. Alat tanam yang mempunyai persentase selip kecil berarti
memiliki ketelitian yang baik.Selip atau tidak berputarnya roda disebabkan oleh
tanahnya yang lembek,sehingga tidak mampu memutar roda. Cara mengatasinya
adalah dengan memperlebar sirip rodanya.
Jumlah pengeluaran benih pada kerapatan (jarak) antar-lubang
pengeluaran 12 mm (rapat) lebih tinggi dibanding pengeluaran benih pada
kerapatan antar-lubang pengeluaran 17 mm (renggang). Artinya bahwa alat tanam
inikurang memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah benih
yangjatuh, sehingga jatuhnya benih kurang merata.Alat tanam tipe drum
menjatuhkan benih dengan sistem jatuh bebas. Benih jatuh di permukaan tanah
dalam larikan yang agak menyebar. Alat tanam ini mungkin yang paling
sederhana, untuk alat tanam 8 baris, bobotnya relatif ringan sekitar 12 kg.

3.1. Cara Pengembangan transplanter, tugal semi mekanis, alat tanam padi
tebar langsung tipe drum dan alat penanam sistem tebar

Ketiga alat tersebut sangat membantu dalam proses penanaman benih,


sehingga dapat meningkatkan hasil produktivitas pertanian. Namun, ketiga alat
tersebut masih banyak memiliki kekurangan. Telah banyak pengembangan yang
dilakukan dari ketiga alat tersebut muai dari dengan memanfaatkan tenaga selain
manusia, mulai dari tenaga mesin (robot) sampai tenaga matahari. Penggunaan
tenaga ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan tenaga
manusia, mulai pengurangan tenaga kerja sampai meningkatnya jumlah
produktivitas pertanian. Selain itu, ketiga alat ini dapat dikembangkan dengan
dilengkapi proses pemupukan dan penyiraman
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


penerapan teknologi alat tanam di ini dapat membantu para petani untuk menanam
benih, dengan adanya alat tanam maka akan mempermudah dalam penanaman
dengan waktu yang relative singkat, dengan demikian alat tanam benih yaitu
merupakan salah satu alat yang patut dikembangkan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman berdasarkan pada efesiensi penanaman, kapasitas
penanaman, desain yang fleksibel, kemudian operasional, ketepatan penanaman
dan kemudahan untuk diadopsi oleh pengusaha alat dan mesin pertanian. Selain
itu alat tanam ini sudah dapat menjawab permasalahan yang telah dihadapi petani
dalam proses penanaman benih.

3.2. Saran

Saran untuk makalah ini yaitu sebaiknya makalah ini dapat dimanfaatkan
untuk pembaca dan penulis dalam kegiatan proses penanaman benih.
DAFTAR PUSTAKA

Hutapea S, Budi R dan Imelda SM. 2013. Kajian Kinerja Alat Tanam dan
Varietas Unggul Baru Padi Di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 16(3): 191-
201.
Setiyo Y, I WayanS dan Ida Bagus Putu G. 2017. Rancang Bangun Alat Penanam
dan Pemupuk Jagung (Zea Mays) Tipe Tugal Semi Mekanis yang
Ergonomis. Jurnal BETA (Biosistem dan Teknik Pertanian, 5(1): 83-92.
Suhendra dan Feby N. 2018. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Tugal Semi-
Mekanis dengan Sistem Penjatah Berputar untuk Kacang Hijau (Vigna
radiata L.). Jurnal POSITRON, 8(1): 37-42.
Suhendrata, T. 2013. Prospek pengembangan mesin tanam pindah bibit padi
dalam rangka mengatasi kelangkaan tenaga kerja tanam bibit padi.
SEPA,.10 (1): 97-102.
Umar S, dan Indrayati L. 2013. Efisiensi energi dan produksi pada usahaatani padi
di lahan sulfat masam potensial. AGRITECH jurnal Teknologi Pertanian,
33(2): 244- 249.

Anda mungkin juga menyukai