PRAKTEK TECHNOPRENEURSHIP
( Mendeskripsikan Inovasi teknologi bidang Agro Industri)
DISUSUN OLEH:
19TIA601
TIA III B
Dari tahun 1852 hingga 1885, sistem pipa berlubang digunakan di pabrik
tekstil di seluruh New England sebagai sarana proteksi kebakaran . Namun, itu
bukan sistem otomatis, mereka tidak menyala sendiri. Penemu pertama kali
mulai bereksperimen dengan sprinkler otomatis sekitar tahun 1860. Sistem
sprinkler otomatis pertama dipatenkan oleh Philip W. Pratt dari Abington,
Massachusetts pada tahun 1872.
Sprinkler merupakan teknik dalam irigasi yang mencakup overhead
irrigation, yakni dengan menyemburkan air dari bawah ke atas, sehingga mampu
menyirami seluruh tanaman yang ada di kebun Anda dalam waktu singkat. Ini
merupakan cara yang sangat efisien, terutama pada media tanah yang memiliki
tekstur agak kasar karena pemakaian airnya bisa dua kali lebih hemat.
Semua tanaman membutuhkan air, tanah, udara dan sinar matahari untuk
pertumbuhannya. Tanpa air, tanaman tidak dapat tumbuh, tetapi jika terlalu banyak
air juga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanaman untuk
memenuhi kebutuhan airnya diperoleh dari hujan. Tetapi jika terlalu banyak hujan,
maka tanah akan penuh dengan air sehingga kelebihan air ini harus dibuang
dengan pembuatan saluran drainase. Jika tidak ada hujan atau hujan terlalu sedikit
maka diperlukan sumber air lain atau melalui air irigasi. Jumlah air yang diperlukan
melalui air irigasi tidak saja tergantung kepada air yang tersedia dari curah hujan,
tetapi juga tergantung pada total air yang dibutuhkan oleh berbagai jenis tanaman
yang kita tanam.
Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar sektor,
maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan irigasi sprinkler.
Keuntungan irigasi sprinkler antara lain dapat digunakan pada areal yang
tidak rata, hasil cukup merata dan kurang menimbulkan erosi, dapat digunakan
pada tanah yang banyak mengandung pasir tanpa banyak kehilangan air akibat
perkolasi yang dalam, jumlah air yang diberikan mudah diatur dan
dirasionalisasikan pemakaiannya, dapat diotomatisasi
4. Teknologi Combine Harvester
Pada tahun 1826 di Skotlandia, penemu Pendeta Patrick Bell merancang
(tetapi tidak mematenkan) mesin penuai , yang menggunakan prinsip gunting
untuk memotong tanaman; prinsip yang masih digunakan sampai sekarang.
Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir
tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan
dilapangan. Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan
dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan
jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional.
Penggunaan alat ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang
dapat mengoprasikan alat ini.
Prinsip kerja dari mesin panen combine harvester adalah padi yang
dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan.
Gabah hasil perontokan ditampung dalam bagor, dan jeraminya di tebarkan
secara acak di atas permukaan tanah.
Pemanenan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk
diperhatikan pada budidaya padi. Oleh karena itu pemanenan harus dilakukan
dengan baik dan benar dengan tujuan untuk menekan serendah mungkin
masalah kehilangan padi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tinggi
rendahnya hasil produktifitas padi.
Pemanenan padi merupakan semua proses yang dilakukan dilahan
(onfarm) yang dimulai dengan pemotongan bulir padi siap panen dari batang
pohon, kemudian dilanjutkan dengan perontokan yaitu proses pemisahan antara
gabah dengan malainya. Semua kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara
tradisional yaitu dengan menggunkan alat atau bisa dilakukan secara modern
yaitu dengan dibantu mesin.
5. Teknologi Close House System