Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

PRAKTEK TECHNOPRENEURSHIP
( Mendeskripsikan Inovasi teknologi bidang Agro Industri)

DISUSUN OLEH:

NUR AFIFA TUL HIDAYAH

19TIA601

TIA III B

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI AGRO


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2021
A.Mendeskripsikan inovasi teknologi Bidang Agro Industri

1. Alsintan Rice Transplanter

Inovasi teknologi karya perekayasa Balai Besar Pengembangan


Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Badan Litbang Pertanian ini dirancang
khusus untuk mempermudah dan mempercepat petani dalam menerapkan
penanaman padi terutama dengan sistem jajar legowo 2:1.
Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman,
jarak dan kondisi penanaman yang seragam. Secara umum ada dua jenis mesin
tanam bibit padi, dibedakan berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit
padinya. Yang pertama, yaitu mesin yang memakai bibit yang ditanam/disemai di
lahan (washed root seedling). Mesin ini memiliki kelebihan yaitu dapat
dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa
dilakukan secara tradisional sebelumnya. Namun demikian waktu yang
dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga kapasitas kerja total
mesin menjadi kecil. Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang
secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan
perubahan total dalam pembuatan bibit.
Mesin Transplanter ini bekerja dengan cara menancapkan bibit padi ke
dalam tanah sawah menggunakan garpu penanam (picker) secara teratur sesuai
gerak jalan roda mesin, garpu penanam akan menancapkan pada setiap satu
titik tanam dalam 4 baris.
Pada sistem usaha tani selain proses pengolahan tanah, kegiatan lain
yang menyerap tenaga kerja dan biaya yang besar adalah kegiatan penanaman.
Kegiatan ini selain membutuhkan tenaga kerja yang banyak juga menentukan
keberhasilan budidaya. Kegiatan penanaman padi memerlukan tenaga kerja
sekitar 20% dari keseluruhan proses budidaya tanaman padi. Mengingat
semakin sedikitnya tenaga yang tersedia dalam bidang pertanian, diperlukan
suatu alat tanam dalam kegiatan budidaya padi.
Dengan menggunakan mesin rice transplanter, petani membutuhkan
tenaga yang lebih sedikit untuk menanam padi. Bahkan, mesin transplanter bisa
menentukan jarak antartanaman padi yang memungkinkan untuk pertumbuhan
optimal.
Mesin ini juga bekerja dalam waktu yang lebih cepat daripada
menggunakan tenaga manusia. Dengan menggunakan mesin ini, petani malah
diuntungkan karena pekerjaan selesai secara lebih efisien dan praktis.
Penanaman adalah meletakkan suatu benih atau bibit tanaman pada area
tertentu yang telah dipersiapkan terlebih dengan bantuan manusia yang dapat
dilakukan secara tradisional maupun modern. Penanaman secara tradisional
dilakukan dengan menyemai benih terlebih dahulu kemudian ditanam secara
manual oleh manusia dengan menggunakan tangan sedangkan secara modern
persemaian tetap dilakukan terlebih dahulu dengan perlakuan khusus sesuai
dengan beberapa persyaratan yang dapat ditanam dengan menggunakan alat
tanam (transplanter). Pembagian mesin tanam menurut cara pengoperasiannya
yaitu :
a. Transplanter tipe berjalan (walking type)
Pada tipe ini operator ikut berjalan secara perlahan tepat dibelakang
mesin penanam sambil mengarahkan kerapihan dalam penanaman di
suatu area persawahan. Persedian benih padi dapat diletakkan pada
rak yang telah tersedia pada alat tanam tersebut sehingga bila
kekurangan pada tray penanam dapat langsung diisikan. Penanaman
dapat dilakukan dengan satu orang namun dalam pelaksanaannya
dapat dibantu oleh satu orang lagi agar mempercepat proses pengisian
benih.
b. Transplanter tipe mengendarai (riding type)
Pada tipe ini sistem pengoperasiannya tidak jauh berbeda dengan tipe
operator dorong, yang membedakan hanyalah operator dapat
mengendarai mesin tanam seperti layaknya sebuah kendaraan mini
sehingga memudahkan dan meringankan operator tanpa harus
berjalan. Dalam pengoperasiannya dibutuhkan tenaga pembantu untuk
meletakkan benih pada tray pada saat menanam.
1) Bagian" rice transplanter
 Tali starter berfungsi untuk menghidupkan mesin
penggerak
 Pengarah berfungsi untuk memadu kelurusan pada sat
proses penanaman dilakukan
 Tempat penyimpanan bibit berfungsi untuk meletakkan
bibit padi sebagai bahan persediaan bibit apabila bibit
padi pada tray penanam dapat diambil langsung sehingga
tidak mengganggu proses penanaman.
 Meja penanam bibit (tray) berfungsi untuk tempat
meletakkan bibit padi yang akan ditanam melalui jari-jari
penanam. Prinsip kerja dari meja penanam (tray) ini sama
halnya dengan mesin ketik manual bergeser secara
perlahan dari kiri kekanan atau sebaliknya.
 Handel Pengendali terdiri dari dua buah batang stang
yang berfungsi untuk mengedalikan arah penanaman dan
dilengkapi oleh dua buah tuas kopling kanan dan kiri yang
berfungsi pada saat pembelokan, bila ingin berbelok ke
kakan maka tuas kanan ditekan dan bila inin berbelok ke
kiri maka kopling kiri ditekan.
 Lengan Tanam (Planting Arm) berfungsi untuk
menggerakkan jari-jari penanam agar proses penanaman
dapat berjalan dengan baik.
 Transmisi berfungsi untuk memindahkan daya yang
terdapat pada mesin yang kemudian disalurkan ke
penggerak lainnya yang membutuhkan energi gerak
berputar yang kemudian diubah menjadi energi gerak
lainnya sesuai dengan kebutuhan.
 Pelampung (Floating Skid) berfungsi untuk mengapung
pada permukaan air pada lahan sawah agar dapat
mengatur ketinggian pada kedalaman bibit yang akan
ditanam.
 Roda sirip berfungsi untuk memudahkan perpindahan alat
pada lahan sawah yang berair dan becek sehingga
memudahkan dalam pengoperasian dan
pengendaliannya.
 Mesin penggerak adalah sumber tenaga yang berfungsi
untuk menggerak bagian-bagian yang membutuhkan
mekanisme penggerak.
 Pengaturan operasional berfungsi untuk melakukan
pemindahan alat yang terdiri dari :
 Penanaman di arahkan ketika melakukan proses
penanaman
 Tinggi Mesin Bawah berfungsi untuk menyetel
ketinggian mesin pada level bawah bila kedalaman
air berkurang (dangkal)
 Tinggi Mesin Atas berfungsi untul menyetel
ketinggian mesin pada level atas bila kedalaman air
cukup tinggi (dalam)
 Pengunci berfungsi bila tidak melakukan kegiatan
menanam.
 Kopling Penanaman, terdiri dari :
 Chooke berfungsi untuk membantu pada saat
proses menghidupkan mesin
 Saklar On/ Off berfungsi untuk memutuskan
dan menghubungkan arus listrik sehingga
memudahkan untuk mematikan dan menghidupkan
mesin.
 Handel Kopling Utama berfungsi untuk
menjalankan mesin bila handel ini pada posisi on
makan mesin akan bergerak/ jalan dan bila pada
posisi off maka mesin tidak akan bergerak/
berhenti.
 Perjalanan di darat dilakukan ketika melakukan
perpindahan alat dari tempat penyimpanan ke tempat area
penanaman atau dari area penanaman ke area
penanaman lainnya. Sebainya dihindari jalanan yang
beraspal dan berbatu karena dapat memperpendek umur
karet ban karena terkikis/ akibat gesekan jalan.
 Operasi lapangan dilakukan pada saat melakukan
penanaman.
 Netral merupakan posisi pada saat tidak melakukan
aktifitas baik penanaman maupun berjalan.
 -Balik/ mundur (reverse) posisi ini memudahkan dalam
pengoperasian di lahan pada saat penanaman yang
membutuhkan gerakan mundur pada saat mencari posisi
kelurusan pada saat menanam atau melakukan belokan
pada sudut.
2) Cara Mengoperasikan Mesin Transplanter
Sebelum melakukan pengoperasian alat penanam tentunya kita
mempersiapkan bibitnya terlebih dahulu dan pada saat akan
digunakan sebaiknya dilakukan pengecekan kondisi peralatan,
antara lain :

 Periksa Bahan Bakar, apakah cukup atau kurang bila


kurang sebaiknya ditambah dengan menggunakan bahan
bakar murni dan berkualitas.
 Periksa kondisi oli mesin dan transmisi, bila kurang
sebaiknya ditambah dan bila sudah kotor/ hitam dan daya
lumas kurang sebainya dilakukan penggantian dengan oli
baru yang berkualitas.
 Periksa apakah ada kebocoran oli, bahan bakar dan seal-
seal pada hidrolik, bila terdapat kebocoran segera
diadakan perbaikan.
 Periksa kelengkapan peralatan lainnya yang menunjang
dalam proses pengoperasian.
 Cek kembali kemungkinan baut-baut yang longgar.
 Pastikan posisi tuas operasi pada posisi netral semua/
lock
 Putar saklar on/ off tempatkan tuas kopling utama pada
posisi mati.
 Tarik chooke bila diperlukan.
 Starter mesin dengan menarik tali starter
 Panaskan mesin lebih kurang 5 menit agar semua bagian-
bagian yang bergerak dapat terlumasi dengan baik
 Atur posisi ketinggian mesin sesuai dengan kondisi
lapangan
 Tarik tuas kopling utama pada posisi nyala maka mesin
penanam akan bergerak.
 Pada saat di lahan sawah pastikan posisi awal untuk
dilakukan penanaman bibit padi.
 Tempatkan bibit padi pada rak penampung dan meja
penanam (tray).
 Tentukan jumlah banyaknya bibit yang akan diambil, jarak
tanam (perubahan jarak tanam dilakukan dengan
mengganti gigi/ gear pada kotak yang tersedia, namun
pada tipe tertentu tidak diperlukan cukup dengan
menggeser posisi perpindahan jarak tanam), kedalaman
tanam bibit dan ketinggian alat sesuai dengan kondisi
sawah.
2. Teknologi Rotavator

Penemuan alat revolusioner ini merupakan karya penemu asal Amerika


Serikat, Cyrus McCormick. Berbekal pengalaman dan latar belakang keluarga
petani, dia mendesain alat yang mampu mambantu petani memanen di ladang.
Rotavator adalah salah satu alat yang digunakan untuk melakuakan
pengolahan tanah pertama dan kedua. Untuk pengolahan tanah pertama
berguna untuk memotong, mencacah, dan membolak-balikan tanah. Sementara
itu, untuk pengolahan tanah kedua, alat ini digunakan untuk merapikan tanah,
menghilangkan tanaman pengganggu, dan memperbaiki tata air.
Cara kerja rotavator adalah dengan menggunakan gerigi yang kemudian
ditancapkan pada tanah sawah. Setelah tertancap, mesin akan bergerak dengan
tenaga penggerak (biasanya mesin traktor). Saat mesin bergerak maka tanah
akan otomatis terangkat dan pecah susunannya. Rotavator tidak hanya
menggunakan gerigi untuk mengolah tanah, tapi juga menggunakan cakram.
Jadi gerakannya saat mengolah tanah akan berotasi atau memutar. Untuk
menggerakkan gerigi dan cakram ini, rotavator juga menggandalkan mesin
traktor sebagai penggerak utama.
Perkembangan teknologi turut dimanfaatkan dalam bidang pertanian guna
memudahkan pengolahan lahan dan pertanian. Salah satunya adalah dengan
munculnya beragam alat pertanian modern, seperti rotavator misalnya. Tidak
hanya itu, hasil yang didapatkan pun semakin meningkat.
Dengan adanya alat pengolah tanah modern ini, tentu akan sangat
memudahkan pekerjaan para petani. Apalagi untuk proses pengolahan tanah
terbilang sulit, dengan menggunakan alat bernama rotavator ini, prosesnya bisa
lebih mudah dan lebih cepat.
3. Teknologi Sprinkler

Dari tahun 1852 hingga 1885, sistem pipa berlubang digunakan di pabrik
tekstil di seluruh New England sebagai sarana proteksi kebakaran . Namun, itu
bukan sistem otomatis, mereka tidak menyala sendiri. Penemu pertama kali
mulai bereksperimen dengan sprinkler otomatis sekitar tahun 1860. Sistem
sprinkler otomatis pertama dipatenkan oleh Philip W. Pratt dari Abington,
Massachusetts pada tahun 1872.
Sprinkler merupakan teknik dalam irigasi yang mencakup overhead
irrigation, yakni dengan menyemburkan air dari bawah ke atas, sehingga mampu
menyirami seluruh tanaman yang ada di kebun Anda dalam waktu singkat. Ini
merupakan cara yang sangat efisien, terutama pada media tanah yang memiliki
tekstur agak kasar karena pemakaian airnya bisa dua kali lebih hemat.
Semua tanaman membutuhkan air, tanah, udara dan sinar matahari untuk
pertumbuhannya. Tanpa air, tanaman tidak dapat tumbuh, tetapi jika terlalu banyak
air juga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman. Pada umumnya tanaman untuk
memenuhi kebutuhan airnya diperoleh dari hujan. Tetapi jika terlalu banyak hujan,
maka tanah akan penuh dengan air sehingga kelebihan air ini harus dibuang
dengan pembuatan saluran drainase. Jika tidak ada hujan atau hujan terlalu sedikit
maka diperlukan sumber air lain atau melalui air irigasi. Jumlah air yang diperlukan
melalui air irigasi tidak saja tergantung kepada air yang tersedia dari curah hujan,
tetapi juga tergantung pada total air yang dibutuhkan oleh berbagai jenis tanaman
yang kita tanam.
Untuk mengantisipasi kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar sektor,
maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan irigasi sprinkler.
Keuntungan irigasi sprinkler antara lain dapat digunakan pada areal yang
tidak rata, hasil cukup merata dan kurang menimbulkan erosi, dapat digunakan
pada tanah yang banyak mengandung pasir tanpa banyak kehilangan air akibat
perkolasi yang dalam, jumlah air yang diberikan mudah diatur dan
dirasionalisasikan pemakaiannya, dapat diotomatisasi
4. Teknologi Combine Harvester
Pada tahun 1826 di Skotlandia, penemu Pendeta Patrick Bell merancang
(tetapi tidak mematenkan) mesin penuai , yang menggunakan prinsip gunting
untuk memotong tanaman; prinsip yang masih digunakan sampai sekarang.
Combine harvester adalah alat pemanen padi yang dapat memotong bulir
tanaman yang berdiri, merontokkan dan membersihkan gabah sambil berjalan
dilapangan. Dengan demikian waktu pemanen lebih singkat dibandingkan
dengan menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan
jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional.
Penggunaan alat ini memerlukan investasi yang besar dan tenaga terlatih yang
dapat mengoprasikan alat ini.
Prinsip kerja dari mesin panen combine harvester adalah padi yang
dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan.
Gabah hasil perontokan ditampung dalam bagor, dan jeraminya di tebarkan
secara acak di atas permukaan tanah.
Pemanenan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk
diperhatikan pada budidaya padi. Oleh karena itu pemanenan harus dilakukan
dengan baik dan benar dengan tujuan untuk menekan serendah mungkin
masalah kehilangan padi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tinggi
rendahnya hasil produktifitas padi.
Pemanenan padi merupakan semua proses yang dilakukan dilahan
(onfarm) yang dimulai dengan pemotongan bulir padi siap panen dari batang
pohon, kemudian dilanjutkan dengan perontokan yaitu proses pemisahan antara
gabah dengan malainya. Semua kegiatan ini bisa dilakukan dengan cara
tradisional yaitu dengan menggunkan alat atau bisa dilakukan secara modern
yaitu dengan dibantu mesin.
5. Teknologi Close House System

Dalam rangka meningkatkan produksi ayam yang lebih berkualitas, para


peternak ayam membutuhkan teknologi baru yang dinamakan closed house
system. Kandang broiler closed house adalah kandang tertutup yang menjamin
keamanan secara biologis atau kontak dengan organisme lain. Dengan
pengaturan ventilasi udara yang baik maka dapat mengurangi stres pada ternak.
Tujuannya ialah untuk menyediakan udara dan iklim yang kondusif bagi ternak
sehingga meminimalisasi tingkat stres.
PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) selaku penggagas teknologi
closed house memberikan hibah 4 (empat) buah kandang yang akan di serahkan
ke 4 Universitas, di antaranya Universitas Airlangga Surabaya, Universitas
Diponegoro Semarang, Universitas Hasanuddin Makassar dan Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto.
Penandatanganan hibah kandang tersebut di lakukan langsung oleh Presiden
Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Thomas Effendy dan di saksikan
oleh Jumain Appe selaku Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang dilaksanakan di gedung BPPT,
Senin (15/4).
Teknologi Closed House memiliki kelebihan, di antaranya ayam akan memiliki
kepadatan daging yang efisien, pertumbuhan bobot ayam yang merata, suhu
ruangan yang lebih stabil dan dapat disesuaikan, angka kematian ayam rendah
dan efisiensi tenaga kerja, karena semua peralatan dijalankan oleh motor.
Dengan adanya teknologi baru yang diberikan oleh PT. CPI ke Universitas,
Jumain Appe berhahap lulusan dari Univertas yang mendapatkan hibah kandang
bisa menjadi pengusaha dibidang peternakan.
Closed House merupakan kandang tertutup yang dapat menjamin
keamanan secara biologis dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga
penyebab stres lebih rendah. Suhu, kelembaban, kecepatan angin, pencahayaan
dan lainnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi yang nyaman
bagi ayam. Dengan Closed House dan pemakaian peralatan otomatis, maka
tidak hanya sasaran efensiensi Produksi Peternakan yang dapat kita capai
namun lebih dari itu kita akan mampu mengendalikan dan menciptakan
lingkungan ideal dalam kandang, meningkatkan produktifitas ayam serta
menciptakan usaha peternakan ayam yang ramah lingkungan.
Sistem Closed House merupakan sistem kandang yang mampu
mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas berbahaya (CO,
CO2, NH2) yang ada dalam kandang namun di sisi lain dapat menyediakan
kebutuhan oksigen bagi ayam. Dalam hal ventilasi, Closed House mampu
meminimalkan pengaruh lingkungan yang buruk terhadap ayam dan
mengendalikan ventilasi mikro dan makro dengan mengedepankan produktifitas
ayam. Dan untuk menghindari kegagalan sistem Closed House yang perlu
diperhatikan adalah desain kandang harus mengikuti standar sistem Closed
house, memahami manajemen dan perawatan peralatan Closed House.
Efesiensi Produksi Peternakan Ayam adalah tujuan utama bagi semua
pelaku bisnis peternakan. Efesiensi mencakup penentuan jumlah ayam yang
akan dipelihara, sistem kandang dan peralatan yang akan digunakan. Dan untuk
itu Big Dutchman menawarkan sistem kandang tertutup (Closed House) agar
tujuan dari efesiensi tersebut dapat tercapai.
Sistem Closed House dan peralatan otomatis terbukti mampu
meningkatakan performa produksi dan kualitas telur.

Anda mungkin juga menyukai