PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan komoditas andalan yang diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan petani perkebunan. Kelapa sawit ternyata berhasil
menjadi komoditas yang dapat berkembang di daerah seperti Kalimantan,
Sulawesi, Papua, dan Provinsi luar Aceh, Sumatra Utara dan Lampung.
Komoditas ini ternyata cocok untuk dikembangkan baik berbentuk pola usaha
perkebunan besar maupun skala kecil untuk petani. Seperti tanaman budidaya
lainnya, kelapa sawit juga membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar
potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Faktor utama
lingkungan tumbuh yang perlu diperhatikan adalah iklim serta keadaan fisik
dan kesuburan tanah, disamping faktor lain seperti genetis tanaman, perlakuan
yang diberikan dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit.
Pesatnya perkembangan industri menyebabkan kebutuhan akan minyak
nabati melonjak melampaui pasokan, walaupun sisi suplai sudah ditambah
dengan jenis minyak nabati yang lainnya. Situasi ini mendorong timbulnya
minat dan perhatian tentang cara-cara produksi maupun pengolahan kelapa
sawit. Dengan kata lain, dalam periode tersebut mulai diambil langkah-langkah
yang lebih nyata kearah pembudidayaan kelapa sawit (Mangoensoekarjo &
Semangun, 2008).
Kelapa sawit berkembang dengan sangat pesat dalam kurun waktu 5
tahun terakhir. Produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah
Indonesia tumbuh 11,09 % menjadi 48,2 juta ton di tahun 2022. Bertambahnya
produksi CPO karena adanya penambahan luas lahan yang mencapai 1,05 juta
hektar. Lahan kelapa sawit di Indonesia bertambah 1,05 juta hektar dari 14,3
juta hektar menjadi 15,3 juta hektar pada tahun 2018 hingga tahun 2022.
Produksi CPO Indonesia yang meningkat membuat Indonesia menjadi
penyuplai 27,3% CPO dunia dan PKO 17,8%. (Ditjenbun, 2022)
1
Perluasan perkebunan kelapa sawit yang semakin meningkat
membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam
mengelola perkebunan kelapa sawit dengan baik. Oleh karena itu mahasiswa
Fakultas Pertanian Instiper melakukan praktek kerja lapangan dalam bentuk
magang di perusahaan perkebunan kelapa sawit agar dapat melakukan
pekerjaan-pekerjaan di perkebunan kelapa sawit. Instiper bekerja sama dengan
perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk melatih mahasiswa menjadi SDM
yang kompeten di bidang pengelolaan perkebunan kelapa sawit, dan
perusahaan perkebunan kelapa sawit memperoleh SDM yang kompeten sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
B. Tujuan Magang
Salah satu pencapaian dalam melakukan setiap pekerjaan adalah untuk
mencapai suatu tujuan. Tujuan magang antara lain :
1. Untuk mengetahui seluruh kegiataan di bidang pengelolaan kebun kelapa
sawit.
2. Lebih dapat memahami konsep-konsep non akademis didunia kerja yang
berfokus di pengelolaan kebun kelapa sawit.
3. Untuk mengetahui seluruh proses yang ada di pengelolaan kebun kelapa
sawit.
4. Menambah pengalaman dan keteramplan teknis maupun non teknis dalam
pengelolaan kebun kelapa sawit.
C. Deskripsi Perusahaan
PT. Letawa merupakan anak perusahaan PT. Astra Argo Lestari Tbk. PT.
Letawa berada dalam area C1 dan mulai beroprasi pada tahun 1990, Lokasi
perusahaan terletak di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Tike Raya, Kabupaten
mamuju Utara, Proviinsi Sulawesi Barat. Jarak dari kota Palu ke lokasi
perusahaan ± 166 km dan jika ditempuh dengan kendaran bermotor
membutuhkan waktu selama 3 jam melewati jalan lintas sulawesi.
PT. Letawa memiliki luas lahan perkebunan sawit sekitar 7.499 ha serta
memiliki 13.000 orang karyawan. PT Letawa setiap bulan melakukan
2
pembelian sawit dari petani hingga mencapai 8 miliar untuk dikelola menjadi
CPO dan hasilnya telah mensejahterakan petani.
Luas lahan perkebunan sawit PT. Letawa sekitar 7.499 ha serta Ha dan
terbagi menjadi 13 afdeling, adapun batas-batas dari PT. Letawa :
Timur : Berbatasan dengan PT. Mamuang (AAL)
Barat : Berbatasan dengan kebun PT. Letari Tani Teladan (AAL)
Selatan : Berbatasan dengan PT. Pasangakyu (AAL)
Utara : Berbatasan dengan Desa Makmur Jaya
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Land Clearing
1. Land Clearing
Land Clearing (LC) merupakan kegiatan pembukaan dan pengolahan
lahan hingga siap ditanami kelapa sawit. Pembukaan lahan dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu manual, mekanis dan kimia. Cara manual dengan
menggunakan tenaga manusia atau alat-alat sederhana. Cara mekanis
dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian, seperti traktor dan
buldozer. Cara mekanik dapat digunakan efektif hanya pada areal yang rata
(kemiringan 0-8%). Cara kimia dilakukan dengan peracunan pohon atau
penyemproton bahan kimia tertentu. Pada daerah curah hujan tinggi, cara
kimia kurang efektif dikarenakan bahan kimia dapat tercuci oleh air hujan.
Dalam penggunaan bahan kimia juga membutuhkan banyak air untuk
pelarut herbisida (Pardamean, 2011).
a. Imas
Imas merupakan kegiatan pemotongan anak kayu yang memiliki
diameter (ø <10 cm). Pemotongan anak kayu harus putus dan tinggi
tebasan rata dengan permukaan tanah. Pemotongan anak kayu dan
membabat semak belukar bertujuan untuk memudahkan penumbangan
pohon besar (Pardamean, 2011).
b. Perun
Perun merupakan kegiatan merencek atau memotong batang
cabang dahan dan dahan-dahan pohon untuk mempermudah rumpuk.
4
c. Rumpuk
Rumpuk merupakan kegiatan mengumpulkan dan menumpuk
semua potongan kayu dan ranting serta daun dan sersah pada saat
pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit baik secara manual
ataupun dengan menggunakan alat bantu (mesin alat berat). Perumpukan
dibuat memanjang menghadap utara – selatan, jarak antar rumpukan
tergantung kerapatan pohon yang akan dirobohkan dan keadaan areal
(Pardamean, 2011).
d. Tumbang
Tumbang merupakan kegiatan penebangan kayu yang berukuran
besar atau yang memiliki diameter lebih dari (ø > 10 cm). Penumbangan
harus dilakukan terhadap semua kayu tanpa terkecuali dan penumbangan
harus dilakukan secara tuntas agar tidak ada pohon yang setengah
tumbang yang dapat ditumbuhi oleh tanaman menjalar. Setelah
melakukan tumbang hasil tumbangan tidak dibenarkan melintang diatas
jalur air dan jalan (Lubis dan Widanarko, 2011).
2. Memancang
Pemancangan sebaiknya dilakukan setelah pekerjaan perun,
rumpuk, dan bakar II selesai dilakukan pada seluruh areal. Jarak tanaman
yang digunakan tergantung pada kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman
adalah jumlah tanaman yang ditanam dalam luas tertentu dan sangat
dipengaruhi oleh faktor bahan tanaman, lingkungan, dan sistem tanam.
Pola tanam kelapa sawit yang digunakan berbentuk segitiga sama sisi pada
areal datar sampai bergelombang. Pancang di buat dari kayu kecil atau
bambu setinggi 1 meter , kompas dan tali diperlukan untuk menentukan
arah pancang. Di tempat yang sudah dipancang akan di gali lubang untuk
tanaman. Jarak antar barisan dan jumlah populasi per hektar disajikan pada
tabel berikut (Pardamean, 2011).
5
Tabel 1. Jarak Antar Baris Tanaman Dan Jumlah Populasi Per HA
Jarak Tanam (m) Jarak Antar Baris (m) Jumlah Pohon/Ha
9,00 7,80 143
9,40 8,14 130
9,24 8,00 135
9,50 8,22 128
3. Pembuatan Teras
Teras adalah tempat dudukan tanaman jati yang dibuat pada areal
berbukit. Tujuannya agar tanaman mempunyai ruang tempat tumbuh yang
baik. Pembuatan teras terbagi dua yaitu teras individu (tapak kuda) dan
teras bersambung (kontur). Teras individu digunakan pada areal dengan
kemiringan 8 – 15°(15 – 27%). Dengan mengikuti sistem pemancangan
mata lima mengikuti arah utara – selatan sesuai dengan kemiringan
minimum dan maksimum yang sudah ditentukan. Pembuatan teras individu
dengan cara mencangkul ke sisi tebing maksimal sejauh 1m dari anak
pancang, kemudian dilanjutkan membuat bentuk teras yang mengarah ke
sisi tebing dengan bentuk setengah lingkaran dengan kemiringan 15°(Fauzi
dkk, 2012).
Pembuatan teras kontur untuk areal dengan kemiringan ˃15 –
20°(˃27 – 36%). Pembuatan teras kontur dilakukan sebelum areal tersebut
di pancang tanam, pmbuatan teras kontur menggunakan alat abney level .
Pembuatan teras kontur dapat dilakukan secara efektif jika areal teras
digunakan untuk banyak tanaman, jika hanya satu tanaman lebih baik
menggunakan teras individu (Fauzi dkk, 2012).
4. Penyusunan Tata Ruang
Tata ruang disusun berdasarkan hasil survey kesesuaian lahan dan
mencakup rencana pembuatan jaringan jalan yang akan digunakan sebagai
penghubung keluar masuk areal, batas kebun serta pembagian luasan blok
6
berdasarkan kondisi lahan (darat, rawa, bukit, dan sungai), dan lokasi
pemukiman karyawan, kantor, pabrik dan bangunan lainnya (Pahan, 2015).
5. Rintis – Blocking
Kegiatan ini merupakan kegiatan membuka lahan dari semak
ataupun hutan yang kemudian akan memudahkan untuk dilakukannya
pekerjaan selanjutnya. Kegiatan rintis dapat dilakukan dengan
menggunakan bulldozer. Sedangkan blocking dilakukan bersama dengan
tim PMNP (Plantation Monitoring And Planning) dengan menggunakan
theodolit, dimana penggunaan theodolit bertujuan untuk mendapatkan
kelurusan areal baik secar vertikal dan horizontal serta menggunakan GPS
(Global Positioning System) yang berfungsi untuk mengetahui areal datar
atau bergelombang dan untuk mengetahui luas juga batas blok yang akan
dilakukan bloking. GPS juga membantu untuk pembuatan peta. Dari GPS
dapat diketahui pembayaran kontraktor, karena pembayaran kontraktor
berdasarkan luasan areal yang dikerjakan (Pahan, 2015).
7
B. Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan pengecambahan benih kelapa sawit
hingga menjadi bibit yang siap tanam di lapangan. Adapun sistem yang
digunakan adalah single stage (satu tahap) dan double stage (dua tahap).
Pembibitan satu tahap (single stage) memiliki ciri-ciri yaitu tidak
memerlukan kantong plastik kecil, tidak memerlukan bedengan dan atap
pelindung, tidak memerlukan biaya pemindahan ke plastik besar, perlu
persiapan untuk pengisian kantong plastik yang memerlukan tanah atas yang
baik dalam waktu singkat, sortasi bibit harus dilakukan secara bertahap dan
secara keseluruhan sistem ini lebih mahal (Pahan, 2015).
a. Pre nursery
Pembibitan dua tahap (double stage nursery) memiliki ciri-ciri yaitu
karena ditanam dalam kantong yang kecil, bibit tahap awal berkumpul dalam
suatu luas yang lebih kecil, sehingga memudahkan pengawasan, pemupukan,
dan pengendalian hama penyakit. Penggunaan kantong plastik besar lebih
sedikit karena seleksi awal (sekitar 10%) telah dilakukan dan lama
pembibitan dalam kantong plastik besar lebih singkat, kebutuhan tanah lebih
sedikit, biaya penyiraman lebih murah namun memerlukan biaya tambahan
untuk pemindahan bibit dari kantong plastik kecil yang besar (Pahan, 2015).
8
bagian tengah polybag seukuran telunjuk. Tanam kecambah pada lubang
tanam dengan posisi primordia batang menghadap keatas dan selanjutnya
lubang tanam ditutup tipis dengan media tanam (Suriana, 2019)
9
(paranet) dan mengutip hama yang ada didalam tempat persemaian
(Pahan, 2015).
b. Main nursery
Pembibitan utama (main nursery) harus memiliki lokasi atau tempat
yang relatif rata, dekat dengan sumber air, tidak tergenang air dan mudah
diawasi serta dekat dengan pre nurery, lokasi main nursery harus memiliki
drainase yang teratur, jalan yang diatur sebaik-baiknya untuk kemudahan
pengeluaran/ pengiriman bibit. Sekeliling main nursery sebaiknya dipagar
untuk mencegah gangguan ternak dan sebagainya. Ukuran polybag pada main
nursery adalah 30cm x 40 cm x 50 cm dan tebal 0,11mm. Polybag diberi
10
lubang di sekeliling dari bagian tengah sebanyak 3 baris berjarak 5cm dengan
diameter 0,30cm. Lubang diperlukan untuk mengalirkan air yang berlebihan
sewaktu penyiraman agar tidak menggenang didalam polybag.
Polybag pada main nursery diisi dengan tanah lapisan atas (top soil)
yang telah dibersihkan dari rumput, akar, dan gulma. Media tanam tersebut
diisi sampai setengah bagian kemudian dipadatkan, diisi lagi sampai 3 – 5cm
dibawah permukaan polybag.
11
Tabel 3. Pemupukan pada bibit sawit di Main nursery
Jenis dan Dosis Pupuk (gram)
Umur minggu NPKMg NPKMg
15:15:6:4 12:12:17:2 Kieserit
14 – 15 2,5 - -
16 – 17 5,0 - -
18 – 20 7,5 - -
22 – 24 10 - -
26 - 10 -
28 - 10 5
30 - 10 -
32 - 10 5
34 - 15 -
36 - 15 7,5
38 - 15 -
40 - 15 7,5
42 - 20 -
44 - 20 10
46 - 20 -
48 - 20 10
50 - 25 -
52 - 25 10
12
C. Perawatan TBM dan TM
1. Perawatan TBM
Tanaman belum menghasilkan adalah tahapan sejak tanaman kelapa
sawit selesai ditanam sampai memasuki masa panen pertama. Rawat TBM
adalah pekerjaan yang ditujukan untuk mendorong pertumbuhan tanaman
sehingga mempercepat masa TM . Berdasarkan jenis pekerjaan, rawat
TBM dibagi menjadi:
a. Rawat Piringan
Piringan adalah areal di sekeliling pohon yang dibersihkan guna
memberikan ruang untuk pertumbuhan tanaman maupun sebagai tempat
menaburkan pupuk. Kondisi piringan harus senatiasa bersih bebas dari
gulma, agar pupuk yang ditempatkan tidak diserap gulma. Membuka
piringan dilakukan pada saat menjelang pemupukan pertama, lebar
piringan 0,75m dan diperlebar 0,25m sesuai dengan umur tanaman
(Pardamean, 2011).
b. Rawat Gawangan
Rawat gawangan adalah membersihkan gulma dari kategori anakan
kayu yang ada di gawangan pohon termasuk path, piringan, dan sekitar
parit/sungai. Pada umumnya rawat gawangan dilakukan dengan cara
dongkel anak kayu (DAK) dan gulma yang sering didongkel adalah
Putihan (Chromolaena odorata), Merahan (Melastoma malabathricum),
dan kerisan (Schleria sumatrensis).
c. Sensus Pohon
Sensus pohon adalah menghitung jumlah pohon kelapa sawit tiap
blok pada areal divisi atau divisi. Dengan sensus pohon diketahui apakah
jumlah pohon tiap blok telah sesuai atau belum terhadap standar. Rata-
rata SPH untuk satu blok ialah 136 pohon.
13
d. Konsolidasi
Konsolidasi adalah kegiatan memperbaiki penyimpangan yang
dialami pohon, baik sebagai akibat kesalahan dalam penanaman maupun
akibat gangguan alam. Pekerjaan yang di perbaiki dalam konsolidasi
adalah kondisi tanaman yang condong, penimbunan kurang, timbunan
cekung, timbunan yang berlebihan dan sebagainya. Bibit yang mati,
abnormal, tumbang, dan terserang hama atau penyakit harus disisip.
Pemeriksaan dilakukan secara teratur minimal dua kali setahun
(Pardamean, 2011).
e. Kastrasi dan Sanitasi
Kastrasi adalah suatu kegiatan memotong dan membuang bunga
betina dan dilakukan pada umur 14 - 24 bulan dengan selang interval
setiap 2 bulan. Tujun kastrasi adalah agar memaksimalkan pertumbuhan
tanaman terlebih dahulu baru kemudian ke pertumbuhan buah.
Sedangkan sanitasi adalah pembersihan pada pokok dan piringan agar
memudahkan dalam perawatan tanaman dan persiapan panen, kegiatan
sanitasi adalah membuang buah partenocarphy, membuang buah
busuk/thirataba dan pemotongan pelepah kering (Pahan, 2015).
f. Pemupukan
Pemupukan merupakan faktor yang sangat dibutuhkan dalam
perawatan tanaman kelapa sawit agat tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pupuk yang digunakan pada tanaman yang
belum menghasilkan adalah Urea, SP36, NPK. Pemberian pupuk
dilakukan dengan menaburkan pupuk secara merata sampai dengan lebar
tajuk . Dosis pemupukan untuk masing-masing tempat berbeda,
tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan umur tanaman. Kaidah
pemupukan harus menggunakan lima prinsip yaitu tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat cara (Pardamean, 2011).
14
Di bawah ini akan dijelaskan tentang unsur yang dikandung suatu
pupuk dan gejala kekurangnya atau defisiensi hara bagi tanaman yaitu:
Tabel 4. Gejala Kekurangan Hara
15
2. Perawatan TM
a. Rawat Jalan Panen
Jalan panen adalah jalan ditengah-tengah barisan tanaman yang
diperuntukkan bagi pemanen agar mudah mencari tandan masak dan
mengangkut hasilnya.Rawat jalan panen dilakukan dengan cara
menyemprot pasar pikul apabila pasar pikul ditutupi dengan gulma-
gulma. Pembuatan tapak timbun juga merupakan kegiatan dalam rawat
jalan panen karena tapak timbun dapat membantu atau mempermudah
pemanen dalam transportai panen pada daerah rawa atau rendahan.
b. Rawat Piringan
Piringan adalah areal di sekeliling pohon yang dibersihkan guna
memberikan ruang untuk pertumbuhan tanaman maupun sebagai tempat
menaburkan pupuk.Jari-jari piringan minimal 15 cm dari ujung daun
terluar.Rawat piringan dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual
dan khemis. Cara manual adalah dengan menggaruk piringan, piringan
pokok digaruk bersih dengan pusingan 1 bulan sekali dengan radius 2
meter, rawat piringan secara manual juga melakukan aktivitas menarik
kacangan atau LCC apabila telah merambat ke daun kelapa sawit.
Sedangkan rawat piringan dengan cara khemis yaitu melakukan
penyemprotan dengan herbisida, rawat piringan secara khemis
dilakukan dengan rotasi 90 hari (4 kali setahun). Jika keadaan tenaga
kerja sulit diperoleh maka rawat piringan dilakukan dengan sistem
khemis.
c. Pemupukan
Pemupukan pada TM disesuaikan oleh jenis tanah (mineral,
gambut, dan lain-lain), umur tanaman, tingkat produksi yang
dicapai, realisasi pemupukan sebelumnya, jenis pupuk yang akan
dipakai, dan analisa kadar hara pada tanah. Pengaplikasian pupuk
dan dosis pupuk dilakukan sesuai lokasi dan umur tanaman. Pada
TM pengaplikasian pupuk disebar didalam piringan secara
16
melingkar dan merata. Berikut pengaturan standar dosis pupuk
pada TM (Pahan, 2015)
Tabel 5. Standar Pupuk Tanaman Menghasilkan
Kelompok Umur Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon/tahun)
(tahun) Urea SP-36 MOP Kieserit Jumlah
3-8 2,00 1,50 1,50 1,00 6,00
9 – 13 2,75 2,25 2,25 1,50 8,75
14 – 20 2,50 2,00 2,00 1,50 8,00
21 – 25 1,75 1,25 1,25 1,00 5,25
d. Pruning
Pruning adalah pekerjaan memotong pelepah dengan tujuan
menjaga standar jumlah pelepah tiap pohon kelapa sawit. Standar: TBM
3-TM 1 jumah pelepah yang harus ada 56-64 pelepah, TM3 keatas
jumlah pelepah yang harus ada 48-56 pelepah. Jika terlalu cepat ditunas
melewati batas songgoh dua, pohon akan kekurangan daun sehingga
berat tandan buah turun. Bekas potongan tunas harus mepet atau dekat
dengan pokok. Setelah dilakukan penunasan, pelepah disusun
digawangan mati dan tidak boleh dibuang ke piringan, parit, atau pasar
pikul (Pahan, 2015)
e. Perawatan TPH
TPH adalah tempat yang dibuat khusus untuk mengumpulkan
hasil panen (TBS dan berondolan) dari dalam blok, sehingga hasil
panen terkumpul, hasil per pemanen bisa diketahui dan mempercepat
pengangkutan. Standarnya: TPH harus bersih dari segala gulma, harus
dirawat rutin dengan rotasi 90 hari (4 kali setahun), perawatannya
bersamaan dengan kegiatan rawat piringan dan jalan panen.Umumnya
tempat pemungutan hasil berbentuk persegi panjang dan terletak di
pinggir jalan pada pasar pikul atau setiap 2 gawangan ada satu pasar
pikul (Pahan, 2015)
17
f. Hama dan Penyakit
Berdasarkan bagian tanaman yang diserang hama menyerang
bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, akar, serta batang. Dari jenis
hama yang menyerang tanaman dapat dibedakan menjadi hama serangga
dan mamalia. Hama yang menyerang pada TM antara lain ulat api (Setora
nitens). Pada tahap awal, pembasmian hama ulat api cukup dengan cara
manual (Pardamean, 2011).
Pengendalian gulma pada TM harus dilakukan dengan benar,
karena kesalahan dalam pengendalian gulma dapat menyebabkan
kerusakan lahan dan tanaman. Kerusakan pada tanaman dapat berupa
perlukaan akar yang dapat menggangu proses pengambilan unsur hara dan
menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit (Pahan, 2015).
D. Panen
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah
matang kemudian mengutip tandan buah dan brondolan yang tercecer di
dalam dan diluar piringan. Selanjutnya menyusun tandan buah di tempat
pengumpulan hasil (TPH). Pengalihan dari TBM ke TM biasanya pada umur
3 tahun dan 60% dari jumlah tandan sudah dapat dipanen serta berat rata-rata
tandan sudah diatas 3 kg. Buah kelapa sawit tersebut matang panen apabila
brondolannya telah lepas dan jatuh secara alami dari tandannya, Pelaksanaan
panen buah kelapa sawit dan pengangkutannya ke pabrik kelapa sawit
menyangkut sejumlah aspek yang berpengaruh nyata baik terhadap kuantitas
maupun kualitas minyak yang akan diperoleh. Setiap aspek bersifat
kompleks, apek-aspek tersebut adalah:
1. Kriteria matang panen
Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak
dalam daging buah maksimal dan kandungan asam lemak bebas rendah.
Berdasarkan penelitian, kriteria matang panen yang paling baik adalah 2
brondolan/kg berat tandan. Tandan yang mentah akan mencapai tahap
yang matang dalam waktu 3-7 hari, dan tandan matang menjadi terlewat
18
matang juga dalam waktu 3-7 hari. Kandungan minyak sawit meningkat
dari tahap mentah ke matang , kemudian menurun lagi pada tahap lewat
matang. Sedangkan kandungan ALB (Asam Lemak Bebas) meningkat
terus dari matang ke lewat matang. Dengan demikian panen tandan pada
tahap lewat matang menimbulkan kerugian, baik dalam produktivitas
maupun kualitas minyak.
2. Persiapan Panen
Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan
sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik
akanmenjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal
mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan
pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu persiapan kondisi areal,
penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong buah dan
penyediaan alat-alat kerja.
Persiapan areal panen berhubungan dengan adanya mutasi dari
tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM).
Dalam keadaan normal, perubahan TBM ke TM terjadi pada tahun ketiga
sesudah tanaman ditanam.
3. Taksasi Produksi
Taksasi produksi atau yang biasa disebut dengan taksasi panen
merupakan kegiatan untuk memperkirakan hasil panen yang akan
dilaksanakan pada kegiatan panen berikutnya. Taksasi panen dilakukan
pada sore hari sebelum besoknya dilakukan pemanen pada areal yang
sama, kegiatan taksasi panen ini dilakukan oleh mandor panen. Tujuan
dilaksanakan taksasi panen adalah untuk menentukan jumlah tenaga kerja
panen, menentukan jumlah transportasi pengangkut hasil panen, kemudian
untuk memudahkan penentuan pengerjaan pengolahan TBS pada pabrik
kelapa sawit. Hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam taksasi adalah
informasi Berat Janjang Rata-rata (BJR), jumlah pokok setiap hektar,
jumlah pokok sampel, jumlah pokok yang masak dan basis borong/HK
untuk menentukan kebutuhan tenaga kerja panen . Buah yang dapat di
19
panen dicirkan lima buah brondolan yang ada di piringan. Persentase
AKP didapatkan dengan mengambil 100 contoh sampel pohon dari areal
yang akan dipanen esok hari dengan rumus:
%AKP = (Jumlah tandan matang/Jumlah tanaman contoh) x 100%
Dengan rumus diatas akan didapatkan persentase Angka Kerapatan
Panen (AKP) (Tyasmoro dkk, 2021).
20
membusuk. Peristiwa ini timbul karena pada saat tandan mencapai titik
optimal untuk dipanen, buah-buah yang berada di ujung tandan sudah
lewat matang. Penyebab kedua meruapakan penyebab yang lebih besar
dari pada penyebab yang pertama yaitu jatuh tandan buah ke tanah waktu
dipanen. Penyebab yang terbesar adalah timbul sebagai akibat penanganan
buah dalam rangka pengankutan ke TPH dan kemudian dari TPH ke
pabrik. Dalam hal penggunaan jalan sebagai sarana transportasi, sarana
transpor dapat menggunakan traktor atau truk. Pilihan terhadap salah satu
jenis sarana transpor tersebut dipengaruhi oleh volume tandan yang harus
diangkut, jarak yang ditempuh, tipe permukaan jalan yang dapat
disediakan, kondisi topografi dan lain-lain.
21
III. TATA LAKSANA MAGANG
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Pembibitan di PN (Pre nursery)
a. Pengisian Baby Polybag
1) Alat dan Bahan
a) Baby Polibag
b) Tanah
c) Solid
2) Prosdeur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat yang akan digunakan
b) Mengisi baby polybag dengan tanah dan solid dengan
perbandingan 2:1 dengan tanah yang berada dilapisan paling
atas dengan kedalaman 0-25 cm.
c) Melaporkan pekerjaan ke mandor
22
b. Penyiraman
1) Alat dan Bahan
a) Air
b) Pipa Selang Plastik
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Penyiraman dilakukan secara otomatis selama 1 jam
c) Penyiraman dilakukan selama 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
d. Penyiangan
1) Alat dan Bahan
a) Pisau / Gunting
b) Ember
2) Prosedur Pelakasaan
a) Mempersiapkan alat yang akan digunakan
b) Penyiangan dilakukan di sekitar babybag / pinggiran bedengan
dengan mencabut atau memotong gulma yang tumbuh di
sekitar babybag/ bedengan.
c) Melaporkan hasil pekerjaan ke mandor
e. Pemupukan
1) Alat dan Bahan
a) Pupuk NPK
b) Air
c) Sendok Pupuk
d) Ember
2) Prosdeur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Pupuk NPK dengan dosis 60 gram yang dilarutkan dengan air
sebanyak 18 liter. 18 liter larutan pupuk ini dapat diaplikasikan
pada 400 bibit
c) Takaran pupuk pada setiap bibit sebanyak 45 ml.
d) Melaporkan hasil pekerjaan ke mandor
23
2. Pembibitan di MN (Main nursery)
a. Persiapan Media Tanam
1) Alat dan Bahan
a) Polybag besar
b) Campuran tanah dengan solid dan trichoderma
c) Cangkul
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) mengisi polybag besar dengan tanah yang telah dicampur
dengan solid dan tichoderma menggunakan cangkul dan diisi
sampai penuh kira kira 1 – 12 cm dari bibir atas polybag
c) menyusun polybag besar yang telah diisi ke lahan
d) melaporkan hasil pekerjaan ke mandor
b. Penyiraman
1) Alat dan Bahan
a) Air
b) Pipa Selang Plastik
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Penyiraman dilakukan secara otomatis selama 1 jam
c) Penyiraman dilakukan selama 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
c. Penyiangan
1) Alat dan Bahan
a) Pisau / Gunting
b) Ember
2) Prosedur Pelakasaan
a) Mempersiapkan alat yang akan digunakan
b) Penyiangan dilakukan di sekitar polybag / pinggiran bawah
polibag dengan mencabut atau memotong gulma yang tumbuh
di sekitar polybag / pinggiran bawah polibag
24
d. Pemupukan
1) Alat dan Bahan
a) Pupuk NPK
b) Sendok Pupuk
c) Ember
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b) Pemupukan dilakukan dengan menaburkan langsung pada bibit
c) Dosis pupuk NPK yang digunakan 7 gram pada umur 16 minggu
d) Melaporkan hasil pekerjaan ke mandor
25
b. Pemupukan Tangkos
26
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat yang akan digunakan
b) Menuju ke blok yang direkomendasikan untuk dilakukan
pekerjaan babat gawangan
c) Pembagian jalur yang harus dikerjakan bagi para karyawan
d) Mendongkel anak kayu dan kentosan kemudian dilanjutkan
dengan pekerjaan tebas.
e) Melaporkan pekerjaan ke mandor
a. Pemupukan Tangkos
1) Alat dan Bahan :
a) Gancu
b) Tangkos
c) Angkong
2) Prosedur Kegiatan
a) Pemupukan dilakukan berdasarkan rekomendasi dosis pupuk
yang didapat dari Kesatuan atau dari SOP perusahaan.
b) Asisten mengajukan Bon Permintaan Barang ke gudang pabrik
sesuai dengan jumlah pupuk yang dibutuhkan dan harus
disetujui oleh ADM, Askep, dan KTU.
c) Medistribusikan pupuk Tangkos dari gudang pabrik ke kebun
oleh mandor rawat dan pemuat.
d) Penggunaan alat pada pemupukan sudah dikalibrasi agar sesuai
dengan dosis
e) Mengaplikasikan pupuk tangkos dengan cara meletakkan di
antara 2 pokok kelapa sawit sebanyak 200 kg
f) Melaporkan hasil pemupukan ke mandor
27
b. Penyemprotan atau spraying (Chemist)
1) Alat dan Bahan
a) Knapsack
b) Ember
c) Galon
d) Herbisida
e) Air
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Pengajuan bon permintaan barang material round up sesuai
yang dibutuhkan ke gudang
b) Pembagian jumlah
c) Pencampuan round up dan air ke dalam galon
d) Pengisian air dan round up ke knapsack
e) Penyemprotan dilakukan pada pagi hari dari jam 7 pagi
hingga jam 12 siang
5. Panen
28
b. Panen atau potong buah
1) Alat dan Bahan
a) Egrek
b) Gancu
c) Dodos
d) Tojok
e) Alat tulis
f) Angkong
g) Karung brondolan
h) Penggaruk brondolan
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Karyawan mengikuti apel pagi
b) Menyiapkan alat panen
c) Menuju ke blok
d) Memulai dari ancak masing – masing
e) Mengutip brondolan
f) Mengangkut TBS dan brondolan ke TPH menggunakan angkong
g) Buah yang telah disusun di TPH dipisahkan antara buah yang
matang dan yang mentah
h) Pemberian cap nomor ancak pemanen pada TBS
i) Mencatat jumlah buah matang dan buah mentah
j) Melaporkan hasil panen ke mandor
c. Pengangkutan atau muat
1) Alat dan Bahan
a) Truk
b) Tojok
c) Sarung tangan
d) Penggaruk brondolan
29
2) Prosedur Pelaksanaan
a) Mempersiapkan alat angkut
b) Menuju ke TPH
c) Menghitung buah di TPH
d) Memasukkan dan mengumpulkan TBS dan brondolan dari
TPH ke dalam truk
e) Membuat Delievery Order atau surat jalan
f) TBS dan brondolan diangkut ke pabrik dan hasil tonase dari
pabrik akan direkap ke dalam laporan produksi afdeling.
6. Replanting
a. Tumbang dan cacah
1. Alat dan Bahan
a) Alat berat excavator PC 200
2. Prosedur Pelaksanaan
b) Pencatatan tata cara menumbang pohon kelapa sawit
c) Penumbangan pohon kelapa sawit dengan membuat lubang di
sisi kiri, kanan, dan belakang agar pohon tercabut sampai akar.
d) Setelah pohon tumbang dilakukan pencacahan batang.
e) Hasil dari cacahan di ratakan di area sekitarnya.
b. Pancang tanam
1. Alat dan Bahan
a) Kayu atau bambu ukuran 1,5 meter
b) Tali dengan pita 2 warna
c) Meteran (20 meter)
2. Prosedur Pelaksanaan
a) Pancang tanam menggunakan tali dengan pita dua warna untuk
menentukan titik pancang pertama diukur dari jalan collection
road.
30
b) Setelah mendapatkan titik pancang pertama di pancang
menggunakan kayu atau bambu.
c) Melanjutkan titik pancang ke dua dan dipancang
d) Setelah mendapatkan pancang kedua dilakukan pencarian titik
pancang pertama pada baris kedua.
e) Pemancangan dilakukan hingga seluruh area blok terpancang.
c. Penanaman LCC
1. Alat dan Bahan
a) Kecambah Mucuna Bracteata
b) Mangkok
c) Kayu panjang 10 cm
2. Prosedur Pelaksanaan
a) Penanaman kecambah mucuna bracteata pada lahan yang baru
di replanting dilakukan pada antara area pancang.
b) Penanaman dilakukan membuat lubang tanam dengan kayu
kecil atau dengan kedalam dua ruas jari telunjuk yang berisikan
3 kecambah dalam satu lubang tanam.
c) Jarak tanam antar lubang tanam adalah 1 meter.
31
c) Menggunakan alat post hole digger (PHD) untuk pembuatan
lubang tanam secara mekanis.
e. Penanaman
1. Alat dan Bahan
a) Bibit kelapa sawit umur 14 bulan
b) Dump truck
c) Silet
2. Prosedur Pelaksanaan
a) Bibit pertama kali diecer ke area yang akan ditanami
pengeceran menggunakan dump truck, yang dapat
mengangkut ± 150 bibit.
b) Setelah diecer bibit diambil dan dibawa ke dekat lubang
tanam dengan cara di panggul.
c) Kemudian polybag disayat dibagian permukaan tanpa
melukai akar dan bibit di tarik keluar dari polybag.
d) Setelah itu bibit di masukkan kedalam lubang tanam.
e) Penutupan lubang tanam memasukkan tanah top soil
terlebih dahulu dan kemudian sub soil.
32
IV. HASIL PELAKSANAAN MAGANG DAN PEMBAHASAN
A. Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan yang bertujuan
untuk mendapatkan bibit unggul yang siap tanam. Pembibitan harus
dilakukan setahun sebelum proses penanaman di lapangan. Hal ini
bertujuan agar bibit yang dihasilkan memenuhi syarat, baik umur maupun
ukurannya. Sistem pembibitan kelapa sawit dua tahap (double stage
nursery) yaitu pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main
nursery).
33
a. Persiapan media tanam
34
fisik, kimia, biologi tanah. Meningkatnya bahan organik tanah maka
struktur tanah semakin baik dan meningkatkan daya ikat air. Setelah
babybag diisi penuh dengan media tanam dan dipadatkan, kemudian
babybag disusun di dalam bedengan yang telah disiapkan.
Penyusunan babybag yang telah berisi media tanam pada bedengan
dilakukan dengan cara mengisi seluruh sisi bedengan dengan babybag dan
memadatkannya. Jumlah satu bedengan dapat diisi 1000 baby bag.
b. Penanaman kecambah
Setelah dilakukan perisapan media tanam dan telah mengisi
seluruh bedengan dengan babybag tahap selanjutnya yang dilakukan
seleksi kecambah kelapa sawit. Penyeleksian kecambah dilakukan dengan
cara menyortir kecambah kelapa sawit, penyortiran dilakukan untuk
memisahkan kecambah yang normal dan abnormal. Ciri-ciri kecambah
yang abnormal adalah plumula dan raikula kerdil/tidak tumbuh, plumula
atau radikula bercabang, dan kecambah yang plumula dan radikula
terpuntir.
Pernyortiran kecambah kelapa sawit dilakukan setelah membuka
kemasan yang berisi kecambah kemudian meletakkan seluruh kecambah di
nampan plastik. Setelah diletakkan di nampan plastik kemudian kecambah
disortir dengan mengambil kecambah yang abnormal dan memasukkan
kembali kedalam kemasan sementara kecambah yang normal tetap di
nampan untuk ditanam. Penanaman kecambah dilakukan bersamaan
dengan membuat lubang tanam pada babybag .
35
kecoklatan. Pada saat penanaman radikula dan cangkang harus tertutup
tanah dan plumula berada diatas permukaan tanah.
c. Penyiraman
d. Penyiangan
36
didalam maupun diluar babybag (area bedengan), karena gulma dapat
merebut unsur hara yang dibutuhkan oleh bibit sehingga pertumbuhan
bibit pun terganggu. penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma
yang berada di dalam babybag dengan menggunakan tangan.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bersamaan pada saat
penyiangan.
Pengendalian hama dilakukan dengan cara manual menggunakan
tangan, hama yang berada pada pembibitan pre nursery berupa belalang.
Untuk pengendalian penyakit dilakukan sortir bibit, serangan penyakit
dibedakan dua jenis yaitu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
unsur hara dan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit pada bibit
pre nursery yang disebabkan oleh jamur akan diambil dan dimusnahkan,
sementara penyakit yang disebabkan gejala kekurangan unsur hara akan
dipindahkan ke bedengan yang khusus untuk bibit dengan gejala serupa.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur pada bibit pre nursery adalah
bercak coklat dengan bercak kuning yang melingkari atau disebut
Antracnose.
Penyiangan dilakukan pertama kali pada umur 3 minggu setelah
kecambah ditanam di baby bag. Pada saat penyiangan juga dilakukan
penambahan tanah kedalam babybag yang terkena erosi tanah oleh air
hujan. Penyiangan dilakukan dengan rotasi penyiangan 2 kali dalam 1
bulan.
37
e. Pemupukan
38
pemupukan harus tetap dilanjutkan dengan dosis umur 11 minggu yaitu 90
gram NPK / 18 liter air / 400 bibit setiap minggu sampai bibit dipindahkan.
f. Seleksi bibit
Seleksi bibit dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan seleksi
pada umur bibit 4 – 6 minggu. Tahap kedua menjelang bibit akan di
transplanting dari pre nursery ke main nursery. Tahap pertama penyeleksian
bibit dilakukan pada saat penyiangan dan penyeleksian selanjutnya mengikuti
rotasi penyiangan 2 kali dalam 1 bulan. Tahap kedua dilakukan sebelum
transplanting pada saat umur bibit pre nursery 2,5 bulan – 3 bulan.
Penyeleksian bibit pre nursery dilakukan agar mempertahankan bibit yang
benar-benar sehat, normal serta bermutu baik untuk ditransplanting ke main
nursery. Ciri-ciri bibit yang diseleksi seperti, bibit abnormal dan bibit yang
terserang penyakit dengan gejala: bibit yang tumbuh kerdil, bibit yang daun
memanjang seperti lalang, bibit yang daun tumbuh bergulung, dan bibit yang
terserang penyakit.
39
digunakan sebanyak 60 gram per polybag. Tanah yang digunakan ialah
tanah yang berada dilapisan atas (top soil), kemudian tanah diayak dengan
menggunakan ayakan kawat yang ukurannya 2 cm, tujuannya untuk
menghaluskan bekas akar–akar tumbuhan pengganggu. Trichodherma
berfungi sebagai pengendali jamur dari tanah dan sebagai pentrasport
protein dari tanah ke daun, selain itu juga berfungsi untuk memperluas
bidang akar.
Tanah yang telah tercampur kemudian dimasukkan kedalam
polybag berwarna hitam dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 40 cm, dan
tebal 0,2 mm. Pengisian dimulai setengah polybag, dipadatkan dan
kemudian diisi sampai penuh kira-kira 1-12 cm dari bibir atas polybag.
40
diambil untuk membuat lubang tanam yang berada di samping polybag
dipadatkan dan diratakan. Polybag yang telah terisi bibit kemudian disusun
dengan jarak tanam 90cm x 90cm dalam bentuk segitiga sama sisi atau mata
lima. Jarak tanam sudah ditentukan dengan pancang tetap yang telah dibuat.
Pemancangan pada bibit main nursery dilakukan sebelum kegiatan pembuatan
media tanam dengan menggunakan kayu dan benang. Pancang dibuat permanen
di lokasi main nursery untuk memudahkan transplanting bibit pre nursery ke
main nursery.
Pancang tetap atau peramnen dibuat karena lahan untuk pembibitan main
nursery tidak mencukupi dengan alasan masi banyak bibit main nursery yang
telah siap ditanam dilahan (umur bibit 14 bulan) belum dipindahkan ke lahan.
c. Penyiraman
41
d. Penyiangan
Penyiangan bibit di main nursery, dilakukan baik yang ada di dalam
polybag maupun yang diantara polybag. Penyiangan yang ada didalam
polybag yakni mencabut gulma, menambah tanah dan sekaligus
menggemburkan tanah yang ada didalam polybag. Penggemburan tanah
didalam polybag bertujuan untuk memperbaiki aerasi dan drainase tanah
sehingga larutan dapat diserap oleh tanaman. Penggemburan tanah pertama
kali dilakukan pada umur bibit di main nursery 3 bulan dan setelahnya
dilakukan dengan frekuensi 1 bulan sekali.
Penyiangan diantara polybag menggunakan mesin pemotong
rumput. Penyiangan dilakukan pertama kali pada saat umur bibit 2 minggu
setelah ditransplanting dan dilakukan 2 minggu sekali sampai umur bibit 14
bulan.
Setelah dilakukan pengendalian hama penyakit juga dilakukan
kegiatan penyisipan bibit main nursery. Penyisipan dilakukan pada bibit main
nursery yang terserang penyakit atau hama dengan gejala berat, dan
penyisipan juga dilakukan pada bibit main nursery yang mati.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh
bibit agar pertumbuhannya bisa optimal. Pemupukan di main
nursery dilakukan dengan cara ditaburkan langsung pada setiap polybag
dengan cara melingkar pada pangkal bibit. Penaburan pupuk per polybag
dilakukan harus sesuai dengan jenis dan dosis pupuk. Pemupukan dilakukan
setelah jam penyiraman pertama. Kegiatan pemupukan yang dilakukan saat
kegiatan pada umur bibit main nursery 16 minggu dengan dosis pupuk
7gr/polybag dan jenis pupuk NPK 15-15-6-4 dengan cara menabur secara
melingkar pada pangkal bibit tanpa mengenai daun dan batang bibit.
42
Tabel 8. Umur dan Dosis Pupuk Main nursery
Umur (minggu) Dosis pupuk / polybag
9 3,5gr NPK 15-15-6-4
10 3,5gr NPK 15-15-6-4
12 7gr NPK 15-15-6-4
14 7gr NPK 12-12-17-2 + TE
16 7gr NPK 15-15-6-4
18 7gr NPK 12-12-17-2 + TE + 7gr Kieserite
20 7gr NPK 15-15-6-4
22 7gr NPK 12-12-17-2 + TE
24 7gr NPK 15-15-6-4 + 7gr Kieserite
26 15gr NPK 12-12-17-2 + TE
28 15gr NPK 15-15-6-4
30 15gr NPK 12-12-17-2 + TE
32 15gr NPK 15-15-6-4 + 15gr Kieserite
34 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
36 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
38 30gr kieserite
40 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
42 30gr kieserite
44 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
46 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
48 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
51 30gr kieserite
54 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
57 30gr NPK 12-12-17-2 + TE
60 30gr NPK 12-12-17-2 + TE + 30gr kieserite
43
e. Seleksi bibit main nursery
Seleksi bibit di main nursery dilakukan 5 kali ketika bibit berumur
2, 4, 6, 8 dan 12 bulan serta bibit yang akan dipindahkan ke lapangan. Bibit
yang diseleksi yaitu bibit yang abnormal dan bibit yang terserang hama dan
penyakit. Bibit abnormal pada pembibitan main nursery memiliki ciri-ciri bibit
yang tumbuh meninggi dan kaku (erected), bibit yang pelepah muda lebih
pendek dari yang tua sehingga tajuknya rata dan bibit yang anak daun tidak
membelah sedangkan bibit yang lain pada umur yang sama telah membelah
sempurna (juvenil form). Bibit abnormal disingkirkan dan harus dibuang. Untuk
bibit yang terserang penyakit memiliki ciri-ciri bibit dimana helai daun
mengering dan tangkai pelepah membengkok akibat karena penyakit tajuk
(crown disease).
B. Rawat TBM
44
2. Pengaplikasian Tankos
Tankos merupakan salah satu hasil dari limbah pabrik yang dapat
diaplikasikan pada tanaman pokok, cara pengaplikasiannya dengan
meletakkan tangkos secara circle di piringan tiap pokok TBM. Kebutuhan
tankos pada tiap pokok yaitu sebanyak 200Kg dan kebutuhan tangkos per
Ha sekitar 27.000 Kg atau sebanyak 27 ton.
C. Rawat TM
45
Kegiatan ini di lakukan dengan cara manual dan kimia atau di sebut
dengan chemist, yaitu menyemprotkan herbisida dengan dosis tertentu
pada area tanaman pokok dengan menggunakan APD yang lengkap seperti
celemek, kacamata, helm, sepatu bots dan lainnya agar keamanan saat
bekerja terjaga, sedangkan cara manual yaitu membabat langsung gulma
dengan menggunakan benda tajam seperti parang , aret dan semisalnya.
Jenis gulma yang di kendalikan ialah pakis, keladi, dan anak sawit.
Kegiatan rawat pada TM di Circle, Path, dan TPH dilakukan sesuai
umur tahun tanam serta sesuai dosis dan jenis jika dilakukan secara
chemist.
a. Chemist Circle, Path, dan TPH
Circle merupakan piringan produksi atau tempat jatuhnya buah
dengan jarak 2,5 meter dari pokok Rawat chemist circle dilakukan dengan
menyemprotkan herbisida di piringan pokok menggunakan spraying.
Chemist Path
Chemist path yaitu melakukan penyemporotan pada sepanjang pasar
pikul dengan tujuan mempermudah jalur kontrol baik itu aktivitas panen
maupun pada saat pemupukan.
Chemist TPH (Tempat penampungan hasil), yaitu menyemprotkan
herbisida di area TPH dengan rotasi 1x/3 bulan. Tujuanya yaitu untuk
mempermudah pengangkutan buah dari TPH ke truk pengankut TBS setelah
dipanen. Jadi chemist TPH dilakukan sebanyak 4x selama satu tahun.
Untuk pengendalian gulma pada circle dan TPH dilakukan secara
mekanis dan manual, secara manual dilakukan dengan membabat gulma
langsung dengan benda tajam seperti parang, arit dan lainnya. Untuk rotasi
rawat secara manual disesuaikan dengan umur tanaman, untuk TM umur 1 –
7 tahun rotasi dilakukan sebanyak 2 kali per semester. Sementara untuk TM
umur ≥ 8 rotasi dilakukan 1 kali per semester. Untuk pengendalian gulma
pada path dilakukan rotasi 12 kali per semester dari umur TM 1 sampai
dengan umur TM ˃ 8 tahun.
46
Pengendalian gulma secara mekanis atau chemist pada circle, path,
dan TPH harus sesuai dengan jenis, dosis, dan umur TM. Bahan chemist
yang digunakan pada saat kegiatan pengendalian gulma di cricle, path dan
TPH dengan jenis gulma rumputan yaitu herbisida biosat serta dosis yang
digunakan 525 cc/gr/ha/rotasi dengan cara menyemprotkan menggunakan
alat knapsack.
b. Rawat Gawangan
Rawat gawangan dilakukan secara manual dengan membabat gulma
secara langsung menggunakan benda tajam seperti parang dan arit. Gulma
yang dikendalikan digawangan yaitu dongkel anak kayu dan anak sawit.
Rotasi yang digunakan 1 x /3 bulan. Jadi rawat gawangan dilakukan
sebanyak 4x selama satu tahun. Rawat gawangan secara chemist dilakukan
pada saat kegiatan di umur TM 3 menggunakan herbisida Glifosfat dengan
dosis 1080 cc/gr/ha/rotasi untuk jenis gulma alang-alang dengan cara
menyemprot gulma yang ada di gawangan menggunakan alat knapsack.
2 . Pengaplikasian Tankos
Tankos merupakan salah satu hasil limbah pabrik yang di aplikasikan
pada tanaman pokok, cara pengaplikasiannya dengan meletakakan tankos di
antara pokok yang berada pada gawangan mati. Dengan HK setiap karyawan
sebanyak 15 pokok. Kebutuhan tankos pada setiap antar pokok sekitar 200
Kg dan kebutuhan tankos perHa sekitar 27 ton/Ha.
47
D. Panen
Panen merupakan kegiatan puncak dari budidaya kelapa sawit yang
dilakukan. Keberhasilan panen tergantung pada kegiatan budidaya,
pemeliharaan tanaman, serta ketersediaan sarana dan prasarana. Kegiatan
panen memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang
berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit yaitu buah kelapa
sawit atau tandan buah segar (TBS). Besarnya hasil panen tandan buah segar
setiap hektar tanaman produktif tergantung pada berbagai faktor, seperti
kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, gangguan
hama atau penyakit, dan pemeliharaan tanaman.
1. Sensus Produksi
Sensus produksi merupakan kegiatan menghitung jumlah buah yang
ada pada pokok, Pelaksanaan sensus produksi pada umumnya dilakukan
secara sampling sebanyak 10% dari jumlah pokok, sensus yang didapat
selama proses magang yaitu sensus harian.
a. Sensus Harian
Sensus harian merupakan sensus yang dilakukan pada H-1 sebelum
proses panen dilakukan, tujuan utama dari sensus harian ini adalah untuk
48
mengetahui jumlah buah yang akan dipanen pada keesokan harinya,
sehingga dapat diperkirakan jumlah produksi yang akan diperoleh besok.
Buah yang dihitung pada sensus harian ini adalah buah yang matang, cara
untuk mengetahui buah masak pada pokok adalah dengan melihat jumlah
biji kelapa sawit yang jatuh di bawah pokok atau biasa disebut dengan
brondolan, apabila terdapat brondolan maka harus memastikan terlebih
dahulu apakah benar diatas pokok terdapat buah yang sudah matang atau
belum kemudian menghitung jumlahnya. Sensus harian dilakukan oleh
mandor 1 untuk mengkonversi data dari hasil sensus mingguan yang telah
dilakukan oleh mandor panen untuk menentukan angka kerapatan panen
pada meeting optimis, sedangkan untuk menghitung angka kerapatan
panen bisa menggunakan rumus Angka kerapatan panen
jumlah buah sampel
(AKP) = x 100 %
total pokok sampel
Setelah mengetahui AKP pada sensus harian dapat diketahui maka
sensus harian memiliki fungsi sebagai berikut:
Untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja panen
Untuk menentukan jumlah transportasi pengangkut hasil panen
Untuk menentukan jumlah kebutuhan alat-alat panen
Untuk mengetahui jumlah buah yang akan dipanen
Untuk mengetahui upah yang akan dibayarkan pada pemanen.
b. Kriteria matang panen
Kriteria matang panen adalah persyaratan kondisi tandan yang ditetapkan
untuk dapat dipanen. Tandan buah segar yang siap dipanen adalah yang
memiliki jumlah brondolan pada piringan sebanyak 5-10 biji dengan Berat
Janjang Rata rata (BJR) sebesar 18 – 20 Kg. Panen harus dilakukan pada
waktu yang tepat karena pemanenan akan menentukan tercapainya kuantitas
dan kualitas minyak sawit serta persentase rendemen yang akan dihasilkan.
Ketika TBS lambat dipanen maka akan merugikan, karena akan banyak
brondolan pada lapisan luar terlepas dari tandan. Brondolan pada lapisan luar
memiliki kandungan minyak paling tinggi dibandingkan dengan brondolan
49
lapisan tengah dan dalam, sehingga akan mengurangi jumlah persentase
rendemen dan akan meningkatkan Free fatty acid atau asam lemak bebas.
50
Studi kasus pada blok 11 di AFD Fanta
Menghitung sensus harian (H-1)
68
kerapatan ¿ =0,18=18 %
360
jumlah P.P = 43,80 x 136 =5956 produksi
jumlah janjangan=5956 x 0.18=1072 janjang
jumlah Ton=1072 x 19,30=20689 kg
20689
jumlah HK panen= =10 orang
2210
Berdasarkan dari hasil diatas maka jumlah kerapatan untuk panen H-1
yaitu sebesar 18% atau 0,18 dari angka kerapatan tersebut dapat diketahui
jumlah tonase yang akan diperoleh yaitu sebanyak 20689 kg dan jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 10 orang.
d. Pelaksanaan Aspek Teknis
1) Seksi Panen
Seksi panen merupakan pengelompokkan area panen menjadi blok–
blok sebagai area kerja panen yang harus di selesaikan oleh tenaga pemanen
setiap hari. Seksi panen di afdeling fanta terbagi dalam 6area yaitu A,
B,C,D,E, dan F. Adapun seksi panenA terbagi dalam 2 blok dimana diblok
15 dengan luas lahan 44.0 ha danuntuk blok 16 luas lahan 33.0 ha. Seksi
panen B terbagi dalam 3 blok yaitu blok 6 dengan luas lahan 10.7 ha, blok
17 dengan luas lahan 45,09 ha dan blok 6 dengan luas lahan 22,0 ha. Seksi
panen C terbagi dalam 2 blok yaitu blok 6 dengan luas lahan 21.0 dan 8
51
dengan luas lahan 56.19 ha. Seksi panen D terbagi dalam dua blok yaitublok
11 dengan luas lahan 43.20 ha dan 14 dengan luas lahan 28.10 ha. seksi
panen E terdapat di blok 9 dengan luas lahan 41.30 dan blok 12 dengan luas
lahan 37.38 ha. seksi panen F terdapat 2 blok yaitu blok 7 dengan luas
lahan 41.51 dan blok 13 dengan luas lahan 13. 43 ha.
Secara sistematis rumus yang digunakan untuk menentukan area seksi
panen yaitu sebagai berikut :
luas area
luas seksi panen=
6 seksi panen
52
Adapun langkah - langkah yang dilakukan dalam proses panen di
perusahaan PT. Letawa sebagai berikut :
a) Pemanen menyiapakan alat panen dan pemanen menuju ke hancak masing
– masing
b) Pemanen mendatangi tiap pokok kelapa sawit dan mengamati ada tidaknya
tandan buah matang dengan melihat berondolan dipiringan dengan kriteria
matang panen 5 – 10 brondolan/tandan.
c) Apabila pokok yang diamati terdapat tandan buah matang maka pelepah
yang menyangga tandan buah dipotong lebih dulu dengan egrek apabila
pokok sudah berumur >8 tahun.
d) Kemudian tandan buah dipotong menggunakan egrek, pelepah yang
dipotong disusunpada gawangan mati.
e) Tangkai tandan buah dipotong pendek berbentuk huruf “V“ atau sikomo
dengan kampak atau parang,yang panjang tangkainya maksimal 2 cm.
Kutip semua brondolan yang terdapat pada piringan pokok tersebut
dengan bersih.
f) Beri nomor pemanen pada tangkai buah bekas potongan dengan
menggunakan pensil.
g) Letakkan TBS dan brondolan di dekat path agar mempermudah
pengangkut mengetahui adanya buah dan brondolan.
h) Tandan Buah Segar (TBS) dan brondolan yang berada di path diangkut ke
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dengan menggunakan transporter dan
angkong, yang bertugas untuk mengeluarkan buah ke TPH yaitu infil.
i) Pada ujung path atau tandan terakhir diberikan kupon jumlah tandan pada
path tersebut.
j) Kemudian di TPH buah disusun rapi di atas jaring kemudian kumpulan
brondolan di letakkan disamping susunan TBS.
4) Restan TBS
Restan TBS merupakan buah yang sudah dipanen tetapi tidak terangkut ke
pabrik, restan ini terbagi atas dua bagian yaitu restan path dan restan TPH.
Dimana restan path merupakan buah yang tertinggal dipath yang di akibatkan
53
oleh beberapa faktor yakni waktu yang terbatas, alat yang digunakan rusak,
sedangkan restan TPH merupakan buah kelapa sawit yang tertinggal di TPH
yang disebabkan oleh muatan yang tidak mampu dan waktu yang terbatas
sehingga pengangkutan buah tidak dapat terselesaikan pada hari itu juga.
Terjadinya restan dapat mengakibatkan buah yang di angkut ke pabrik
mengalami penyusutan, tingginya asam lemak basah (free fatty acid) pada
buah, serta mengurangi rendemen. Restan tbh setiap pagi di cek oleh mandor
cheker untuk kemudian dilaporkan kepada mandor 1 agar buah dapat
diangkut.
5) Transport TBS
Transportasi merupakan proses pengangkutan buah dari TPH ke pabrik
dengan menggunakan dump truk. Adapun proses yang dilakukan yaitu
grading, penyusunan buah diatas jaring, pengangkutan buah.
6) Grading Buah di TPH
Grading buah merupakan suatu kegiatan pemeriksaan dan perhitungan
tandan buah segar yang ada di TPH. Grading buah dilakukan oleh checker.
Dalam pengamatan dilapangan kegiatan grading buah sudah berjalan dengan
sangat baik, dengan sadanya kegiatan grading buah dapat menjaga kualitas
buah yang akan dikirim ke PKS sehingga dapat memaksimalkan produksi
CPO yang dihasilkan pada kegiatan pasca panen pengolahan buah di PKS.
Adapun kriteria pemeriksaan tandan buah segar yang dilakukan dimana telah
ditetapkan oleh perusahaan yaitu :
Buah mentah
54
Buah mentah merupakan buah yang masih berwarna hitam pekat dan
tidak memiliki biji brondolan yang keluar dari janjang serta kandungan
minyak pada buah mentah ini masih sangat kurang. Akibatnya buah mentah
ini akan mempengaruhi jumlah persentase rendemen, sehingga CPO yang
dihasilkan sedikit.
Buah matang
Buah busuk
55
Tangkai panjang
56
7. Penyusunan Buah Diatas Jaring
8 .Pengangkutan Buah
57
mandor transpor, setelah driver memiliki surat tersebut buah siap diantar ke
pabrik.
Ketika mobil sampai dipabrik, berhenti di weigh bridge station dan saat
proses penimbangan dilakukan, driver menyerahkan surat antar buah ke
kerani timbang sebagai laporan. Setelah selesai unit dump crane menuju ke
loading ramp stationdi station ini driver membongkar TBS, kemudian
kembali ke weigh bridge station untuk ditimbang kembali agar dapat
diketahui jumlah tonase buah.
E. REPLANTING
Replanting merupakan upaya pengembangan perkebunan dengan
melakukan peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif dengan tanaman
baru baik secara keseluruhan maupun bertahap. Suatu kebun kelapa sawit
dianggap sudah tua jika berumur sekitar 20 sampai 25 tahun dan perlu
diremajakan.
Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya replanting:
1. Umur tanaman
Jika umur tanaman sudah melewati batas umur produksi
maksimum maka tanaman tersebut dapat dilakukan peremajaan.
Periode dilakukan replanting pada umur maksimum yaitu ketika
umur tanaman kelapa sawit diatas 25 tahun. Umur produksi
maksimum berdasarkan standar marihat adalah > TM 7 atau
berumur > 10 tahun dengan yield (menghasilkan) 32ton/ha.
Apabila yieldnya 60% dibawah standar maka blok tersebut layak di
replanting. Yield standar yang digunakan umur TM > 9 tahun yield
32ton/ha.
2. Topografi
Apabila tingkat kemiringan lahan lebih dari 26% (lebih
dari 15 derajat) seluas 70% dari luas satu blok dan tidak ada teras
mekanis bersambung maka blok tersebut layak di replanting.
58
3. Bahan tanam
Blok dengan bahan tanaman yang dicurigai tidak hybrida
dapat diajakan untuk dilakukan replanting.
4. Kesulitan panen
Ketinggian tanaman kelapa sawit sudah melebihi 18 meter
(menggunakan egrek sambung tiga).
Replanting diupayakan pada blok dengan minimal luasan areal 200 ha.
Kegiatan replanting yang dilakukan meliputi tumbang dan cacah, pancang,
penanaman lcc, dan pembuatan lubang tanam.
a. Tumbang dan Cacah
Tumbang dan cacah dilakukan untuk mempercepat dekomposisi
batang yang telah dicacah dan mencegah perkembangan Orytes.
Penumbangan pohon kelapa sawit menggunakan alat berat excavator PC
200 yang dilengkapi dengan chipping bucket. Prinsip penumbangan harus
disertai pencabutan bonggol akar dari tanah dengan cara areal sekitar
pohon kelapa sawit dikorek tanahnya sebanyak 3 lubang (kiri, kanan, dan
belakang) selanjutnya didorong kedepan. Setelah pohon kelapa sawit
tumbang, batang dicacah dengan ketebalan 10 cm. Hasil dari cacahan
batang dihampar merata.
b. Pancang tanam
Pola tanam kelapa sawit berbentuk segitiga sama sisi pada areal
rata datar sampai bergelombang. Jarak tanam yang digunakan yaitu 9,2 x 9,2
meter dan jarak antar baris 8 meter sehingga memperoleh satuan pokok per
hektar (SPH) sejumlah 136 pokok/ha. Pemancangan dilakukan dengan
bambu dan tali yang sudah diberi pita berwarna merah dan biru. Penggunaan
pita dengan dua warna pada pemancangan untuk memudahkan pemancangan
sehingga meminimalisir kesalahan pada pemancangan. Untuk pita bewarna
59
merah sebagai tanda jarak antar tanam 9,2 meter sedangkan pita yang
bewarna biru sebagai tanda jarak antar baris 4,6 meter.
Titik pancang pertama dibuat dari tanaman terluar di tepi jalan
collection road, dengan jarak pancang pertama ke collection road 5,75
meter. Setelah titik pertama dipancang dengan bambu kemudian
menggunakan tali ditarik lurus sampai pada pita bewarna merah yang
menandakan jarak tanam 9,2 meter kemudian di pancang dan mendapatkan
titik pancang kedua pada baris pertama. Untuk menentukan titik pancang
antar baris ditarik tali dari titik pancang pertama sampai titik pancang kedua
pada baris pertama diantara titik pancang pertama dan kedua terdapat pita
bewarna biru, dari pita bewarna biru tersebut ditarik tali sejauh 8 meter
secara horizontal dan dipancang kemudian mendapatkan titik pancang
pertama baris kedua. Pemancangan dilakukan sampai seluruh area blok
terpancang dan titik pancang ditandai dengan bambu.
c. Penanaman LCC
Setelah seluruh area blok sudah ditandai dengan pancang kemudian
dilakukan penanman LCC menggunakan kecambah Mucuna bracteata.
Penanaman LCC pada lahan yang baru di replanting berfungsi untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, mencegah erosi, dan
menekan pertumbuhan tumbuhan pengganggu atau gulma. Penggunaan LCC
Mucuna bracteata karena memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu
± 20 cm/hari. Untuk penanaman LCC di lakukan diantara titik pancang baris
dengan dengan jarak antar lubang tanam LCC 1,2 meter dan lubang tanam
LCC sedalam 2 ruas jari telunjuk dengan berisikan 3 kecambah Mucuna
bracteata.
60
menggunakan alat post hole digger (PHD). Penggunaan post hole digger
mampu mempercepat pembuatan lubang tanam dikarnakan dalam satu jam
post hole digger mampu membuat 42 lubang tanam, sementara pembuatan
lubang tanam secara manual menggunakan sekop dan cangkul, pembuatan 1
lubang tanam secara manual ± 19 menit. Pembuatan lubang tanam harus
memisahkan top soil dan sub soil.
61
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan Magang di PT. Letawa adalah :
1. Pembibitan pre nursery
a. Pembuatan naungan / pelindung di Pre nursery selain dapat mencegah
masuknya sinar matahari secara langsung juga dapat menghalau hama
seperti belalang dan kumbang yang dapat merusak bibit.
b. 1 bedengan yang terdapat dalam Pre nursery dapat menampung sekitar
1000 baby polybag.
c. Media tanam yang digunakan di pre nursery tanah lapisan top soil dan
solid sengan perbandingan 2:1.
d. Sortasi kecambah dilakukan untuk memisahkan kecambah yang normal
dan abnormal agar pertumbuhan bibit di pre nursery maksimal.
e. Pemupukan dilakukan pada umur bibit pre nursery 6 minggu
menggunakan dosis 60gr dan jenis pupuk NPK 15-15-6-4 dalam 18 liter
air untuk 400 bibit.
f. Penyiangan dilakukan secara bersamaan dengan pengendalian hama dan
penyakit yang dilakukan secara manual.
g. Seleksi bibit pre nursery dilakukan untuk menghindari pertumbuhan
bibit di main nursery yang tidak maksimal. Seleksi bibit memisahkan
bibit pre nursery yang abnormal, terserang hama dan penyakit.
2. Pembibitan Main nursery
a. Media tanam pada pembibitan main nursery menggunakan campuran
tanah lapisan top soil dengan solid serta trichoderma. Perbandingan tanah
62
(top soil) dengan solid 3:1, trichoderma yang digunakan sebanyak
60gr/polybag.
c. Transplanting dilakukan pada umur bibit pre nursery 3 bulan yang telah
diseleksi. Transport yang digunakan untuk ecer bibit adalah angkong.
e. Penyiraman pada main nursery dilakukan 2 kali dalm sehari pada waktu
pagi dan sore, penyiraman dilakukan ± 60 menit per area.
3. Perawatan TBM
a. Pengaplikasian Tangkos di TBM dapat dilakukan dengan cara circle
atau mengelilingi pokok sawit dengan melingkar.
63
b. Pengaplikasian tankos berfungsi sebagai sumber bahan organik,
mengurangi penguapan air tanah (evapotranspirasi), dan untuk
mencegah pertumbuhan gulma.
c. Dilakukannya Dongkel Anak Kayu selain untuk menghilangkan gulma
dari kelompok anak kayu juga berfungsi untuk mempermudah jalur
kontrol disekitar lokasi.
4. Perawatan TM
a. Pengaplikasian Tangkos di TM dapat dilakukan dengan cara meletakkan
tangkos diantara gawangan mati pokok sawit guna memudahkan akar
menyerap kandungan unsur hara dari tangkos.
b. Pengendalian gulma secara mekanis atau chemist pada circle, path, dan
TPH dengan jenis gulma rumputan menggunakan herbisida biosat serta
dosis yang digunakan 525 cc/gr/ha/rotasi dengan cara menyemprotkan
menggunakan alat knapsack.
c. Pengendalian gulma pada circle, path, dan TPH cara manual yaitu
membabat langsung gulma dengan menggunakan benda tajam seperti
parang , aret dan semisalnya. Jenis gulma yang di kendalikan ialah pakis,
keladi, dan anak sawit.
d. Rawat gawangan secara chemist dilakukan di TM 3 menggunakan
herbisida Glifosfat dengan dosis 1080 cc/gr/ha/rotasi, jenis gulma alang-
alang dengan menyemprot gulma yang ada di gawangan menggunakan
alat knapsack.
e. Rawat gawangan dilakukan secara manual dengan membabat gulma
secara langsung menggunakan benda tajam seperti parang dan arit
f. Alat semprot yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan yaitu
knapsack sprayer. Knapsack memiliki kapasitas tangki 15 liter. Dosis
dan jenis yang digunakan sesuai
5. Panen
64
a. Kriteria matang panen diketahui setelah sensus harian dilakukan dengan
melihat brondolan jatuh secara alami ke piringan sebanyak 5 – 10
brondolan dengan BJR 18 -20 Kg.
b. Mutu ancak yang bagus dapat dilihat dari tidak adanya buah tinggal,
brondrolan tinggal, pruningan yang baik dan tertata di gawangan, serta
kualitas buah di TPH tidak ada buah mentah.
c. Sensus harian dilakukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan tenaga
kerja, jumlah kebutuhan alat yang digunakan, jumlah transport untuk
mengangkut TBS dan jumlah upah yang akan dibayarkan
6. Angkutan
a. Kategori kegiatan grading ada 5 yaitu Unripe (mentah), Under ripe
(kurang matang), Ripe (matang), Over ripe (kelebihan matang) dan Empty
bunch (busuk).
7. Replanting
a. Replanting dilakukan karena beberapa faktor yang diantaranya umur
tanaman, topografi, bahan tanam, dan kesulitan panen.
b. Replanting dilakukan pada blok dengan minimal luasan areal 200 ha
c. Penumbangan harus disertai pencabutan bonggol akar dari tanah dengan
cara areal sekitar pohon kelapa sawit dikorek tanahnya sebanyak 3
lubang (kiri, kanan, dan belakang) setelahnya didorong.
d. Batang kelapa sawit dicacah dengan ketebalan 10 cm dan hasil dari
cacahan batang dihampar merata.
e. Jarak pancang tanam yang digunakan yaitu 9,2 x 9,2 meter dan jarak
antar baris 8 meter dengan satuan pokok per hektar (SPH) sejumlah 136
pokok/ha
f. Penanaman LCC pada lahan yang baru di replanting berfungsi untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, mencegah erosi,
dan menekan pertumbuhan tumbuhan pengganggu atau gulma.
g. Penggunaan LCC Mucuna bracteata karena memiliki pertumbuhan
yang cepat ± 20 cm/hari
65
h. Lubang tanam untuk kelapa sawit dibuat dengan diameter 60 cm serta
kedalaman 60 cm.
i. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanis.
j. Pembuatan lubang tanam secara manual menggunakan sekop dan
cangkul serta memisahkan bagian top soil dan sub soil.
k. Pembuatan lubang tanam secara mekanis dengan menggunakan alat post
hole digger (PHD).
l. Bibit kelapa sawit yang ditanam di lahan menggunakan bibit main
nursery dengan umur 14 bulan.
m. Kapasitas dump truck mengangkut ± 150 bibit dengan disusun tidak
tumpang tindih.
B. Saran
66
DAFTAR PUSTAKA
Pahan I. 2015. Panduan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Untuk Praktisi Perkebunan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Pardamean, M. 2011. Sukses Membuka Kebun DAN Pabrik KELAPA SAWIT.
Jakarta: Penebar Swadaya.
67
LAMPIRAN
68
69
a. Peta Estate PT. Letawa
70
71