DISUSUN OLEH:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Persiapan dan Pembukaan Lahan dan Pembibitan Tanaman Sawit”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
A. TANAMAN SAWIT
Kelapa sawit adalah jenis tumbuhan yang termasuk dalam genus Elaeis dan
ordo Arecaceae. Tumbuhan ini digunakan dalam usaha pertanian komersial untuk
memproduksi minyak sawit. Genus ini memiliki dua spesies anggota. Kelapa
sawit Elaeis guineensis adalah spesies kelapa sawit yang paling umum dibudidayakan
di dunia, terutama di Indonesia, dan sumber utama minyak kelapa sawit dunia. Kelapa
sawit Elaeis oleifera[1] adalah tanaman asli Amerika Selatan dan Tengah tropis,[2] dan
digunakan secara lokal untuk produksi minyak.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri sebagai bahan baku penghasil minyak
masak, minyak industri, maupun bahan bakar. Indonesia adalah penghasil minyak
kelapa sawit terbesar di dunia.[3] Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai
timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Terdapat beberapa spesies kelapa
sawit yaitu E. guineensis Jacq., E. oleifera, dan E. odora. Varietas atau tipe kelapa
sawit digolongkan berdasarkan dua karakteristik yaitu ketebalan endokarp dan warna
buah. Berdasarkan ketebalan endokarpnya, kelapa sawit digolongkan menjadi tiga
varietas yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera, sedangkan menurut warna buahnya, kelapa
sawit digolongkan menjadi tiga varietas yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
Secara umum, kelapa sawit terdiri atas beberapa bagian yaitu akar, batang, daun,
bunga dan buah. Bagian dari kelapa sawit yang diolah menjadi minyak adalah buah.
Survei Lapangan
1. Menentukan klasifikasi hutan primer,sekunder,dan tersier.
2. Menggambar topografi lahan (datar, bergelombang, atau berbukit).
3. Menggambar letak sungai, rawa, kampung, dan lainnya.
4. Membuat jalan rintisan untuk pengukuran.
5. Memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah.
6. Membuat peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran (blok)
7. Membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas areal.
Pohon-pohon yang berdiameter kurang dari 3 inci (7,5 cm), termasuk semak
ditebas,dan tanaman merambat di cincang. Tinggi tebasan harus rata dengan permukaan
tanah. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan di areal yang rendah kearah yang lebih tinggi.
Penebangan pohon berdiameter lebih dari 3 inch dilakukan oleh tenaga manusia
meggunakan chainsaw. Tinggi tebangan dari atas tanah harus diukur berdasarkan diameter
pohon seperti berikut:
1. Diameter 3-10 inci, tinggi tebangan maksimal 30 cm.
2. Diameter 10-12 inci, tinggi tebangan maksimum 60 cm.
3. Diameter 13-30 inci, tinggi tebangan maksimum 90 cm.
4. Diameter lebih dari 31 inci, tinggi tebangan maksimum 150 inci.
Jarak Tanam
Intensitas cahaya matahari yang optimum yang diperlukan oleh tanaman bervariasi
menurut jenis tanamannya. Intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran merupakan salah
satu yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yang terlindung
pertumbuhannya akan meninggi (etiolasi), habitusnya rendah dan lemah. Jumlah daun
sedikit dan bunga betina berkurang
C.PEMANCANGAN DAN JARAK TANAM KELAPA SAWIT
1.Pemancangan
Jarak tanam tergantung dari jenis/tipe tanah dan jenis bibit. Rekomendasi beberapainstitusi
penghasil benih mengenai pola tanam umumnya 136 pokok/ha (9,2 m x 9,2 m x9,2 m) untuk tanah
mineral dan 150 pokok/ha (8,8 m x 8,8 m x 8,8 m) untuk tanahgambut.
Pemancangan dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna pembuatan
lubangtanam sesuai dengan jarak tanam yang telah direncanakan. Selain itu, pemancangan
jugadigunakan sebagai pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda,
danpenanaman kacang-kacangan penutup tanah.
Bahan dan alat yang diperlukan untuk melakukan pemancangan berupa kompas,
kayupancang (pancang induk dan anak pancang), parang, meteran, tali rami/sling besi untukjarak
antar tanaman dan jarak antar baris tanaman. Setiap tim pancang terdiri atas 5orang, yaitu 1
orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang tukang tariktali.
b. Areal yang akan dipancang dibagi menjadi blok-blok dan diberi tanda sementarapancang
sudut
c. Tentukan jalur pancang kepala dengan sudut yang tepat (900) terhadap
garispancang utama. Garis pancang kepala blok harus sejajar dengan jalan produksi.
e. Tali ditarik dengan membentuk sudut 600 antara titik-titik pada garis pancangkepala
blok dengan titik-titik pada garis pancang kepala utama. Titik-titik diantaranya
diberi tanda dengan pancang.
f. Sekali satu bagian areal telah dipancang, selanjutnya bagian ini dijadikan acuanuntuk
pemancangan pada blok tersebut. Tentukan titik tanam denganmenggunakan kawat
yang telah diberi tanda jarak tanam.
g. Beri tanda tengah-tengah calon jalan produksi dengan pancang merah.
Jalanproduksi ini mengorbankan satu titik tanam setiap 2 baris tanam.
Dengan melihat aspek pengawetan lahan dan air,sebenarnya tidak dianjurkan untuk
menanam kelapa sawit pada areal berbukit yang sudut kemiringan nya tidak sesuai dengan
persyaratan namun, oleh karena lahan yang tersedia untuk estensivikasi semakin lama semakin
berkurang, penanaman kelapa sawit pada areal berbukit tampaknya akan merupakan hal yg wajar
diusahakan, sejalan dengan praktik pengawetan lahan dan air dengan teknik pembuatan teras
bersambung maupun teras individu.
Walaupun pembuatan teras bersambung menyebabkan tingkat kesuburan tanah berkurang, ada
beberapa aspek menguntungkan yg harus diperhitungkan dalam memutuskan pembutan teras yaitu
sebagai berikut:
a) Pembuatan teras akan mengurangi bahaya erosi, sekaligus juga mengawetkan air sehingga
relatif tersedia bagi tanaman. Adapun penanaman secara langsung didaerah berbukit akan
menimbulkan masalah erosi yg serius
b) Penanaman kelapa sawit dan pekerjaan perawatan rutin lainnya menjadi lebih mudah sehingga
prestasi kerja akan meningkat dan biaya produksi dapat ditekan
c) Pada saat tanaman sudah menghasilkan,pekerjaan panen dan mengeluarkan TBS dari dalam
blok akan lebih mudah pada areal yang tidak ada terasnya, buah yang dipanen akan
menggelundung ke bawah bukit sehingga kualitas TBS cenderung akan menurun karena
meningkatnya kadar kotoran.
d) Lebih sedikit buah yang hilang terutama sekali brondolan pada kelapa sawit yg ditanam teras.
2. JARAK TANAM
Intensitas cahaya matahari yg optimum yg diperlukan oleh tanaman bervariasi menurut jenis
tanamannya Intensitas, Kualitas dan lamanya penyinaran merupakan salah satu yg memengaruhi
terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yg terlindung pertumbuhannya pertumbuhannya akan
meninggi (etoilasi) habitusnya rendah dan lemah. Jumlah daumsedikit dan bunga betina berkurang.
Populasi perhektar yg terlalu padat lama kelamaan produksinya akan menurun,karena selain
kompetisi dalam pengambilan unsur hara juga terjadi tumpang tindih pelepah sehingga insentitas
dan kualitas sinar matahari yg diterima kurang optimum dan ini mengurangi luasan asimilasi
(fotosintesis)
Dengan demikian maka pengaturan jarak tanam amatlah penting, untuk kelapa sawit jenis Tenera D
x P populasi per hektar = 143 pokok, semula merupakan jarak tanam yg optimum,namun ternyata
dari hasil percobaan para ahli dari marihat pada umur 8 tahun pelepah sudah mulai over laping dan
pengaruh terhadap perkembangan produksi.
Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya pengaruh intensitas dan kualitas sinar matahari maka
diperlukan jarak tanam dan arah barisan tanam. Jarak tanam pada kelapa sawit pada umumnya
dibuat segitiga sama sisi (triangular). Sedangkan arah barisan tanaman mengarah dari utara ke
selatan sehingga pendistribusian sinar matahari dari arah timur cukup banyak untuk setiap tanaman.
Pembuatan lubang tanam idealnya dilakukan satu minggu sebelum penanaman pembuatan
lubang tanam lebih dari satu minggu akan memungkinkan tertimbulnya kembali sebagai lubang yg
sudah digali dengan tanah yg berada disekitar galian lubang tersebut . Hal ini dapat mengurangi
produktivitas tenaga kerja penanaman bibitan, karena tenaga kerja harus mengulang kembali
penggalian lubang yg telah tertimbun. Begitu pula sebaliknya penggalian lubang tanam yg terlalu
cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak di anjurkan karena semakin kecil persiapan untuk
mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang.
Lubang digali secara manual dengan menggunakan cangkul, anak pancang digunakan sebagai
titik tengah dari lubang tersebut. Pembuatan lubangan pada tanah mineral, baik diareal datar pada
teras individu maupun pada teras bersambung, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal) untuk
setiap tanaman dengan ukuran lubang sebesar 60cm x 60cm x 60cm. Untuk posisi lubang tanam
pada kedua jenis terasan, lubang dibuat berjarak 1m dari dinding teras. Tanah galian lubang bagian
atas (top soil) diletakkan disebelah kanan anak pancang tanaman, sedangkan tanah galian lubang
bagian bawah (sub soil) diletakkan disebelah kiri bagian anak pancang tanaman.
Pembuatan lubang tanam secara manual dapat dibuat ganda (double hole) atau disebut jg
dengan lubang didalam lubang. Pada tahap awal lubang bagian alas atau lubang pertama, dibuat
dengan ukuran 100cm x 100cm x 30cm, kemudian tepat ditengah-tengah lubang pertama digali lagi
lubang tanaman yg kedua dengan ukuran 60cm x 60cm x 60cm. Lapisan tanah top soil dan sub soil
diletakkan seperti halnya yg telah dilakukan pada tanah mineral.
Tujuan pembuatan lubang dalam lubang adalah untuk mengurangi resiko terjadinya
pertumbuhan tanaman yg miring ke salah satu posisi pada saat awal perkembangannya, terutama
jika tanaman ditanam di atas areal gambut sedang hingga dalam.Kemiringan tanaman dapat terjadi
karena tanaman yg masih muda belum mempunyai struktur akar yg kuat untuk memegang lapisan
tanah gambut, sedangkan gambut secara lambat laun akan mengalami penyusunan pada lapisan
permukaannya. Dengan dibuatnya lubang ganda secara bertingkat diharapkan pada saat terjadinnya
penyusutan lapisan permukaan gambut secara lambat laun yg diawali dari penyusutan lubang
pertama secara alami pula akar-akar tanaman akan semakin kuat untuk memegang lapisan tanah
tersebut. Sekalipun penerapan metode seperti ini tidak dapat menjamin seratus persen tanaman
akan tumbuh tegak dengan baik seperti layaknya pertumbuhan tanaman pada tanah mineral, tetapi
setidaknya perlakuan tersebut dapat mengurangi resiko terjadinya kemiringan tanaman yg lebih
besar. Miringnya pertumbuhan tanaman-tanaman kelapa sawit akan memerlukan energi lebih
banyak yg terbuang sia-sia hanya untuk menegakan batangnya sehingga hanya sebagian energi saja
yg dimanfaatkan untuk keperluan produksi tanaman jika demikian akan terjadi penurunan produksi
yg cukup besar.
Pembuatan lubang tanam harus memperhatikan media tanah yang digunakan. Media tanah
mineral cukup satu lubang dengan ukuran 60cm x 60cm x 60cm hal ini cukup karena tanah mineral
cukup kuat untuk menjaga tanaman agar tetap tegak. Sedangkan media tanah gambut media ini
berhubungan dengan yg saya gunakan dengan maksud lubang dalam lubang yg pertama berukuran
agak luas namun tidak dalam, lubang kedua cukup dalam namun luasnya lebih kecil dari lubang
pertama untuk dibuat 100cm x 100cm x 30cm untuk lubang pertama namun 60cm x 60cm x 60cm
untuk lubang kedua, hal ini dimaksudkan untuk menjadi tanaman tetap tegak.
E.PEMBIBITAN
a) Pemeraman bulir sawit dilepas dari tandan kemudian diperam selama 7 hari dalam peti
kayu untuk memudahkan pengupasan.
b) Pengupasan setelah diperam buah dikupas dengan pengupas.
c) Pengeringan biji yg telah dikupas kemudian dikeringkan/dianginkan diatas rak selama 24
jam.
d) Seleksi biji memilih biji-biji yg akan dijadikan benih dan langsung dimasukkan kedalam
kantong plastik berlobang-lobang
Proses pengecambahan benih bertujuan untuk menumbuhkan kecambah berupa tunas dan
akar muda pada benih kelapa sawit. Ada banyak sekali metode yg dapat dilakukan salah satunya
yaitu dengan melepaskan tangkai buah kelapa sawit dari spikeletnya. Waktu ideal untuk mengeram
tandan buah ini selama tiga hari dimana sesekali disiram dengan air untuk menjaga tingkat
kelembabanya. Lalu buah kelapa sawit dipisahkan dari tandannya, dan diperam lagi selama tiga
hari.
Pemisahan daging buah dari biji kelapa sawit bisa dilakukan memakai mesin khusus agar
lebih efektif. Kemudian biji-biji ini di cuci bersih dan di rendam di larutan Dithane M-45 0,2%
selama tiga menit. Berikutnya keringkan biji-biij kelapa sawit ini serta lakukan penyeleksian untuk
memilih biji yg berwujud seragam sebelum dikecambakan, biji-biji sawit berkualitas baik yg telah
terkumpul ini lantas disimpan diruangan tertutup yg memiliki suhu 27c dengan tingkat kelembaban
60-70 persen.
Treatmen sebelum proses pengecambahan jg bisa dilakukan dengan merendam biji kelapa
sawit didalam air selama 6-7 hari dengan penggatian air secara teratur.
Setelah itu biji-biji ini direndam dilarutan Dithane M-45 0,2% selama dua menit. Terakhit biji-biji
kelapa sawit di angin-anginkan selama tiga menit.
Setelah itu benih direndam kembali di air selama beberapa saat agar mengandung air dengan
kadar antara 20-30 persen kemudian diangin-anginkan. Selanjutnya biji direndam lagi didalam
larutan Dithane M 11/2 45 0,2% selama lebih kurang dua menit lalu tempatkan diruangan bersuhu
27c. Biji-biji kelapa sawit akan berkecambah dengan sendirinya setelah melewati 10 hari. Biji yg
telah berkecambah sebaiknya lekas digunakan sebagai benih kelapa sawit. Benih yg sudah berusia
lebih dari 30 hari sebaiknya tidak digunakan karena kualitas nya sudah menurun drastis.
Selama mempersiapkan benih, banyak hal yg dapat terjadi, seperti infeksi, penyakit jamur,
hingga bakal batang dan akar rusak. Jadi dalam proses pemilihan benih perlu diperhatikan beberapa
ciri yg benih perlu diperhatikan beberapa ciri yg dapat digunakan untuk menandai kecamabah yg
dikategorikan baik dan layak untuk ditanam. Ciri-ciri berikut antara lain:
a) Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan warna plumulannya keputih-putihan.
b) Ukuran radikula lebih besar daripada plumula.
c) Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawan arah.
d) Panjang maksimum radikula 5cm, sedang panjang plumula 3cm.
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dederan dan langsung.
Untuk melakukan pendederan bersihkan lah lahan pembibitan terlebih dahulu kemudian lahan
di atur perataanya sedemikian rupa dan dipasangi instalasi penyiraman jarak ideal untuk
pembibitan benih kelapa sawit yaitu 50 x 50cm sampai 100 x 100cm tergantung jenis benih dan
kondisi lahan jadi kebutuhan benih yg diperlukan sebanyak 12.500-25.000 benih/hektar.
Benih kelapa sawit berupa biji berkecambah lalu dimasukkan ke polybag yg berukuran 12x23
cm atau 15x23cm. Sebelumnya polybag sudah diisi dengan tanah lapisan atas yg telah di ayak
sebanyak 1,5 hingga 2kg. Benih kecambah ini ditanamkan di polybag dengan kedalaman 2cm lalu
polybag disimpan dibedengan berdiameter 120cm agar tingkat kelembabanya terjaga. Benih bisa
dipindahkan ketempat pembibitan setelah usianya mencapai 3-4 bulan, dimana setiap benih kelapa
sawit memiliki 4-5 daun.
Dari polybag pertama, benih kelapa sawit dipindahkan ke polybag berukuran 40x50cm atau
45x60cm yg berisi tanah lapisan teratas sebanyak 15-30kg jangan lupa siram terlebih dahulu tanah
di polybag sampai basah untuk memudahkan bibit kelapa sawit beradaptasi dengan lingkungan
barunnya. Polybag-polybag yg berisi bibit kelapa sawit ini lalu disusun dilahan yg sudah di siapkan
sebelumnya dengan pola segitiga sama sisi agar lebih mudah di pantau kondisinya.
Sementara itu, proses pembibitan secara langsung sebenarnya sama seperti metode dederan
yg membedakan adalah benih langsung ditanam di polybag berukuran besar tanpa melalui polybag
dederan. Tujuan nya adalah untuk menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Pemupukan Bibit
Pemupukan berguna untuk memberi nutrisi pada bibit. Pemupukan bibit sangat penting untuk
memperoleh bibit yg sehat, tumbuh cepat, dan subur pupuk yg diberikan adalah pupuk urea
dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. Dosis dan jenis pupuk yg diberikan saat
pembibitan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
G.PEMELIHARAAN
Umumnya kelapa sawit akan mulai berproduksi ketika umumnya sudah mencapai 3
tahun pada usia yg demikian biaya awal yg diinvestasikan bakal tertutupi oleh penghasilan
dari buah-buah sawit. Kelapa sawit yg dipelihara dengan baik biasanya mampu menghasilkan
tandan buah yg lebih melimpah sehingga justru tidak efektif jika biaya perawatan dalam
tahap ini dikurangi.
H.PEMANENAN
Kelapa sawit biasanya dapat dipanen setelah berumur 31 bulan sejak penanaman
dilahan, namun ada juga kelapa sawit yg berbuah ketika usiannya telah menginjak 2,5 tahun
dimana buah akan benar-benar matang setelah 6 bulan kemudian.Bisa dibilang dari 5 pohon
kelapa sawit setidaknya ada satu tandan buah yg bisa diambil setiap minggunya.
Ciri-ciri tandan buah kelapa sawit yg telah layak panen adalah bobotnya kira-kira lebih dari
10kg. Selain itu terdapat minimal 10 buah sawit yg jatuh karena terlepas sendiri dari
tandannya. Jika bobot tandan sawit dibawah 10kg maka setidaknya telah ada 5 buah sawit
matang yg jatuh sendiri,tanda yg lain khususnya untuk tandan kelapa sawit yg
memberondol,bobot rata-ratanya ialah 3kg.
Proses memanen kelapa sawit dilakukan pada tandan yg memiliki tingkat kematangan
mencapai fraksi 1-3 maksudnya prosentasi buah yg matang dan jatuh sendiri antara 12,5-
75persen. Teknik pemanenan bisa dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu sistem
tetap dan sistem giring.
Frekuensi panen kelapa sawit dapat dikerjakan setiap enam hari dalam seminggu, satu hari
sisa biasanya digunakan untuk beristirahat dan merawat alat-alat panen. Disamping itu hal ini
juga bertujuan untuk memberikan kesempatan tanaman-tanaman budidaya menyesuaikan diri
kembali. Jangan pernah memanen buah yg masih mentah sebab dapat menyebabkan kelapa
sawit mengalami stres dan enggan menghasilkan bunga betina.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman
penghasil minyak nabati yg dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai
kegunaanya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yg
umumnya dapat tumbuh di daerah antara 120o lintang utara 120o lintang selatan. Curah hujan
optimal yg dikehendaki antara 2.000-2.500mm pertahun dengan pembagian yg merata
sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari optimum antara 5-7jam perhari dan suhu
optimum berkisar 240-380C.
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah
matang panen dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yg lepas jatuh dari tandan yg beratnya kurang dari 10kg atau
sedikitnya ada 10 buah yg lepas dari tandan yg beratnya 10kg atau lebih. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur
lebih 10 tahun jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan
menghasilkan tandan buah segar (TBS) yg dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4
tahun.
SARAN
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yg akan datang sering
dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit,maka perlu dipikirkan
teknologi produksi sebagai usaha peningkatan kuantitas produksi kelapa sawit.
:::Sensus Tanaman Kelapa Sawit
Sensus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi semua tanaman budidaya.
Setiap tanaman sawit yang mati perlu dikumpulkan dan didata dengan benar. Begitu pula
tanaman sawit yang diselingi sisipan TBM maupun titik tanam yang kosong perlu dicatat
untuk dimasukkan di dalam data.
Untuk mempermudah, sensus dimulai dari kebun bagian barat menuju ke timur. Ada
seorang kepala penyensus yang bertugas untuk mengatur kinerja sensus agar tidak saling
tumpang tindih. Setiap penyensus mengamati setiap dua barisan tanaman. Hasil
sensus
kemudian diserahkan kepada manajer prakir