Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS KETERSEDIAAN LOKASI KONSERVASI SEBAGAI MEDIA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI


PT.........

Oleh:

YULIUS JOSE ARMANDO GEPA


G.191600454

PROGRAM SARJANA TERAPAN/DIPLOMA 4


PROGRAM STUDI PENGELOLAAN PERKEBUNAN
JURUSAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2023
SURAT PENGAJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yulius Jose Armando Gepa


NIM : G191600454
Program Studi : Pengelolaan Perkebunan
Jurusan : Perkebunan

Mengajukan proposal skripsi dengan judul: Analisis Ketersediaan Lokasi


Konservasi Sebagai Media Pengelolaan Lingkungan Hidup Perkebunan Di
PT.........
Atas persetujuan dan pengesahannya disampaikan ucapan terima kasih.

Samarinda,........................2023
Disetujui,
Pada tanggal...........
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Pemohon

Dr. Sukariyan, S.Hut.,MP Puspita, SE.,M.Pd Yulius Jose A.G


NIP. 197105141998031003 NIP. 197507082001122003 G.191600454

Disahkan,
Pada Tanggal........
Ketua Program Studi

Dr. Sukariyan, S.Hut.,MP


NIP. 197105141998031003
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ysng telah
melimpahkan nikmat serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga saya pada
akhirnya bisa menyelesaikan proposal skripsi dengan judul "Analisis Ketersediaan
Lokasi Konservasi Sebagai Media Pengelolaan Lingkungan Hidup Perkebunan Di
PT......". Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan
skripsi.penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan
selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Sukariyan selaku Dosen Pembimbing I dan ketua program studi
pengelolaan perkebunan.
2. Ibu Sri Ngapiyatun, SP. M.P. selaku Dosen Pembimbing II.
3. Ibu Dr.Ir Budi Winarmi, M.Si Selaku Ketua Jurusan Perkebunan
4. Bapak Hamka, S.TP.,M.Sc Selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
5. Segenap keluarga dan teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan
doa dan motivasi kepada penulis selama ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat
kekurangan, semoga laporan ini bermanfaat bagi pembacanya.

Samarinda, Februari 2023


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan Konservasi di Indonesia tersebar di seluruh wilayah

provinsi, sebanyak 552 unit dengan luas mencapai 27,14 juta hektar, dimana

seluas 5,32 juta hektar merupakan Kawasan Konservasi perairan. Kawasan-

kawasan tersebut sebagian besar mewakili tipe-tipe ekosistem yang ada di

Indonesia, sehingga pada masa awal pengelolaannya menekankan pada

aspek-aspek keanekaragaman hayati beserta atribut fungsifungsi ekologis

yang melekat pada kawasan tersebut.

Hal lain yang menarik bagi kita semua adalah bahwa pada

kenyataannya Kawasan Konservasi di Indonesia dikelilingi oleh lebih kurang

6.381 desa definitif yang di dalamnya terdapat sekitar 134 komunitas adat

(Wiratno, 2018). Kenyataan ini memunculkan kesadaran kita bersama

bahwa pengelolaan Kawasan Konservasi tidak lagi hanya berkutat pada

aspek keanekaragaman hayati bersama atribut fungsi ekologisnya, tetapi

juga tentang relasi-relasi sosial terhadap kawasan yang melibatkan segala

aspek kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Relasi-relasi sosial terhadap Kawasan Konservasi tersebut

menimbulkan banyaknya irisan-irisan kepentingan para pihak yang harus

dipertemukan. Penataan Kawasan Konservasi melalui pembagian ruang ke

dalam zona/blok, menjadi salah satu perangkat untuk mempertemukan

kepentingan-kepentingan tersebut. Perlu juga kita pahami bersama bahwa

konsep zona/blok merupakan perangkat penting dalam pengelolaan

Kawasan Konservasi. Kawasan Konservasi akan terbagi sebagai ruang-


ruang kelola untuk perlindungan, pengawetan dan pemanfaatannya, yang

sekaligus memiliki fungsi sangat penting untuk menjamin keberlangsungan

fungsi ekologis, ekonomi, dan sosial kawasan tersebut.

Secara ideal dalam berlangsungnya pengelolaan sebuah Kawasan

Konservasi, kepentingankepentingan sosial akan bersanding dengan

kepentingan-kepentingan ekologis yang saling berhubungan, meskipun kita

sadari bersama bahwa akan selalu terjadi dinamika dalam relasi-relasi sosial

maupun relasi-relasi ekologis. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk

menghadapi dinamika-dinamika tersebut sehingga penataan ruang dalam

pengelolaan Kawasan Konservasi pun menjadi adaptif. Hal lain dalam

konteks relasi sosial yang menjadi tantangan kita bersama adalah bahwa

Kawasan Konservasi bukanlah ruang kosong dari eksistensi maupun

pengetahuan terkait dengan keberadaan masyarakat disekitarnya. Oleh

karena itu, penataan ruang dalam pengelolaan Kawasan Konservasi secara

ideal memerlukan kemampuan untuk menyelaraskan pengetahuan-

pengetahuan melalui pendekatan multidisiplin yang penuh kreativitas.

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini batasan masalah hanya pada lahan konservasi

perkebunan kelapa sawit di estate A di PT.........

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan lahan

konservasi di perkebunan kelapa sawit di PT...... untuk keberlanjutan

kelestarian lingkungan hidup di perusahaan tersebut.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkebunan Kelapa Sawit

a. Pembukaan Lahan Kelapa Sawit

1. Survei lapangan

a) Menentukan klasifikasi hutan primer, sekunder, dan atau

tersier.

b) Menggambar topografi lahan (datar, bergelombang, atau

berbukit).

c) Menggambar letak sungai, rawa, kampung, dan lainnya.

d) Membuat jalan rintisan untuk pengukuran.

e) Memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah.

f) Membuat peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran

(blok).

g) Membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas

areal

2. Menebas pohon berdiameter kurang dari 3 inci

Pohon-pohon yang berdiameter kurang dari 3 inci (7,5 cm),

termasuk semak di tebas, dan tanaman merambat di cincang. Tinggi

tebasan harus rata degnan permukaan tanah. Pekerjaan ini

sebaiknya dilakukan dari areal yang rendah kearah yang lebih tingg.

3. Menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inci

Penebangan pohon berdiameter lebih dari 3 inci dilakukan

oleh tenaga manusia menggunakan chainsaw. Tinggi tebangan dari

atas tanah harus di ukur berdasarkan diameter pohon seperti

berikut :
a. Diameter 3-10 inci, tinggi tebangan maksimal 30 cm.

b. Diameter 10-12 inci, tinggi tebangan maksimum 60 cm.

c. Diameter 13-30 inci, tinggi tebangan maksimum 90 cm.

d. Diameter lebih dari 31 inci, tinggi tebangan maksimum

150 inci

Jika penebangan dilakukan secara mekanis, seluruh pohon

dapat di tumbangkan dengan traktor.

Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi

ukuran yang lebih kecil dan di tumpukagar lebih mudah kering. Untuk

rencana peremajaan, semua dahan dan yang sudah di tebang, di

potong sepanjang 5 meter, lalu di tumpuk menurut barisan

yangteratur. Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang

letaknya bertepatan denganlubang tanaman harus di bongkar.

b. Pemancangan dan Jarak Tanam

1. Pemancang

Jarak tanam tergantung dari jenis/tipe tanah dan jenis bibit.

Rekomendasi beberapa institusi penghasil benih mengenai pola tanam

umumnya 136 pokok/ha (9,2 m x 9,2 m x 9,2 m) untuk tanah mineral dan

150 pokok/ha (8,8 m x 8,8 m x 8,8 m) untuk tanah gambut.

Pemancangan dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda guna

pembuatan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah

direncanakan. Selain itu, pemancangan juga digunakan sebagai

pedoman untuk pembuatan jalan, parit, teras/tapak kuda, dan

penanaman kacang-kacangan penutup tanah.


Bahan dan alat yang diperlukan untuk melakukan pemancangan

berupa kompas, kayu pancang (pancang induk dan anak pancang),

parang, meteran, tali rami/sling besi untuk jarak antar tanaman dan jarak

antar baris tanaman. Setiap tim pancang terdiri atas 5 orang, yaitu 1

orang tukang teropong, 2 orang tukang pancang, dan 2 orang tukang

tarik tali.

2. Jarak tanam

Intensitas cahaya matahari yang optimum yang diperlukan oleh

tanaman bervariasi menurut jenis tanamannya. Intensitas, kualitas dan

lamanya penyinaran merupakan salah satu yang mempengaruhi

terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yang terlindung

pertumbuhannya akan meninggi (etiolasi), habitusnya rendah dan lemah.

Jumlah daun sedikit dan bunga betina berkurang.

Populasi per hektar yang terlalu padat lama kelamaan produksinya

akan menurun, karena selain kompetisi dalam pengambilan unsur hara

juga terjadi tumpang tindi pelepah sehingga intensitas dan kualitas sinar

matahari yang diterima kurang optimum dan ini mengurangi luasan

asimilasi (fotosintesis). Dengan demikian maka pengaturan jarak tanam

amatlah penting. Untuk kelapa sawit jenis Tenera D x P populasi per

hektar = 143 pokok, semula merupakan jarak tanam yang optimum,

namun ternyata dari hasil percobaan para ahli dari Marihat pada umur 8

tahun pelepah sudah mulai over laping dan pengaruh terhadap

perkembang produksi.

c. Pembuatan Lubang Tanam


Pembuatan lubang tanam idealnya dilakukan satu minggu sebelum

penanaman. Pembuatan lubang tanam lebih dari satu minggu akan

memungkinkan tertimbunnya kembali sebagian lubang yang sudah digali

dengan tanah yang berada di sekitar galian lubang tersebut. Hal ini dapa t

mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibitm, karena tenaga

kerja harus mengulang kembali penggalian lubang yang telah tertimbun.

Begitu pula sebaliknya, penggalian lubang tanam yang terlalu cepat atau

kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena semakin kecil

persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang.

d. Pembibitan

1. Proses penyediaan benih

2. Proses pengecambahan benih

3. Pemeliharaan benih kelapa sawit

4. Proses pembibitan kelapa sawit

5. Pemeliharaan bibit kelapa sawit

6. Pemupukan bibit

e. Penanaman Kelapa Sawit

1. Pembuatan piringan dan pupuk dasar

Sekitar dua hari sebelum pemberian pupuk dasar, perlu dilakukan

pembuatan piringan. caranya dengan membabat kacang - kacangan /

tanaman penutup tanah dalam radius 1 meter dari lubang atas. Pupuk

dasar diberikan satu hari sebelum penanaman bibit. Untuk tanah

mineral, bisa menggunakan pupuk phospat anorganik seperti SP - 18


yang mengandung sekitar 18 % P2O5 dengan dosis 250 gr perlubang,

atau pupuk TSP yang mengandung sekitar 45% P2O5 dengan dosis 100

gr per lubang. Untuk tanah gambut, dapat digunakan pupuk phospat

yang netral terhadap reaksi keasaman tanah seperti phospat alam CIRP

yang mengandung sekitar 29 - 38 % P2O5 atau pupuk RP yang

mengandung sekitar25 - 28 % P2O5 dengan dosis 500 gr perlubang.

Perlu juga ditambahkan pupuk cupri sulfat CuSO4 dengan dosis 15 gr

per lubang.

2. Persiapan bibit

Bibit tanaman terlebih dahulu diseleksi sebelum dipindahkan,

terutama dari segi umur dan tinggi bibit. Penyeleksian bibit dimaksudkan

agar bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang tahan terhadap

hama dan penyakit serta memiliki produktivitas yang tinggi. Umur bibit

yang akan ditanam di lapangan tidak sama di semua tempat. Hal ini

disebabkan oleh iklim yang mempengaruhinya. Pemindahan bibit pada

umur yangt tidak tepat dapat menyebabkan kematian. Bibit dengan umur

12 -14 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. bibit tang berumur

kurang dari enam bulan tidak terhadap hama dan penyakit. Sebaliknya

jika berumur lebih dari 14 bulan akan menambah biaya penanaman dan

waktu tanam. Walaupun umurnya sama, tinggi bibit di pembibitan tidak

seragam. Tinggi bibit yang anjurkan berkisar 70 - 180 cm. Bibit yang

tingginya kurang dari ukuran yang dianjurkan akan menurunkan produksi

karena dapat diprediksi tanaman tersebut memiliki pertumbuhan yang

lambat, sedangkan bibit yang lebih tinggi produksinya belum tentu lebih

dari tanaman yang berasal dari bibit yang dianjurkan.


3. Pengangkutan bibit ke lapangan

Bibit yang diangkut dari areal pembibitan disusun dengan baik dan

rapi di pinggir - pinggir jalan utama maupun jalan koleksi pada setiap

blok atau grup. Satu truk sejenis colt diesel dapat memuat sebanyak

sekitar 150 batang bibit per tripnya. Bibit disusun rapi dan jangan sampai

ditumpuk tumpuk karena dapat menyebabkan kerusakan.

4. Penanaman bibit lapangan

Penanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat karena

persediaan air sangat berperan dalam pertumbuhan bibit tanaman yang

baru dipindahkan. Penanaman yang dilakukan pada awal musim

kemarau dapat menyebabkan kematian dann memerlukan biaya yang

lebih karena perlu persediaan air. Minimum 10 hari setelah penanaman,

diharapkan turun hujan secara berturut - turut. Bagian bawah dari

polibag disayat sebelum dimasukan ke dalam lubang tanam. Setelah

dimasukan ke dalam lubang, bagian kanan dan kirinya disayat dengan

hati hati. Untuk bibit putaran, pembungkusnya tidak harus selalu

dibuangn karena dapat membusuk. Untuk bibit cabutan, bibit langsung

dimasukan ke dalam lubang dengan hati - hati. Lubang tanam ditimbun

dengan tanah sedikit demi sedikit. Permukaan bibit putaran harus sana

dengan permukaan tempat tanam. Untuk bibit yang ditanam di areal

gambut, lubang tanam yang ditutup hanyalah bagian bawah saja,

sedangkan lubang atasnya dibiarkan terbuka. Khusus tanah gambut,

setelah bibit selesai ditanam, perlua diberikan kembali tambahan pupuk

cupri sulfat dengan dosis200 g/ btg. Pupuk ditaburkan secara merata 1


m dari lubang atas. Pada umumnya sering terjadi kesalah dalam

penanaman kelapa sawit, diantarnya :

a) Penanaman bibit terlalu dalam, terlalu tinggi, atau tidak tegak

b) Tanah di sekitar akar pecah dan dibuang

f. Pemeliharaan

1. Sensus tanaman kelapa sawit

Sensus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi semua

tanaman budidaya.Setiap tanaman sawit yang mati perlu dikumpulkan

dan didata dengan benar. Begitu pulatanaman sawit yang diselingi

sisipan TBM maupun titik tanam yang kosong perlu dicatatuntuk

dimasukkan di dalam data.

Untuk mempermudah, sensus dimulai dari kebun bagian barat

menuju ke timur. Adaseorang kepala penyensus yang bertugas untuk

mengatur kinerja sensus agar tidak salingtumpang tindih. Setiap

penyensus mengamati setiap dua barisan tanaman. Hasil

sensuskemudian diserahkan kepada manajer prakiraan.

Sensus populasi tanaman harus dilakukan secara rutin supaya

tingkat pertumbuhannyaterkendali. Sensus tahap pertama dilakukan

selama penanaman untuk memetakkan titiktanam. Berikutnya sensus

dikerjakan pada usia tanam 6 bulan untuk menentukan

tingkatproduktivitas tanaman. Kemudian setiap setahun sekali sensus

dilakukan guna memantaujumlah tanaman yang produktif dan tidak

produktif per tahun.

2. Membuat peta pohon di perkebunan sawit


Peta pohon merupakan peta yang menggambarkan kondisi riil dari

perkebunan kelapa sawit. Tujuannya untuk memberikan informasi

tanaman yang siap panen, menyediakan peta dasar untuk sensus

berikutnya, dan membantu menentukan kelayakan panen kelapa sawit.

Standar peta pohon yang baik harus memuat informasi mengenai titik

yang tidak ditanami, tanaman belum menghasilkan, tanaman

menghasilkan, jalan, jembatan, sungai, dan topografi tanah. Peta pohon

dirancang di kertas menggunakan tinta dan pensil khusus, meja gambar,

rak peta, serta alat bantu hitung.

Proses pembuatan peta pohon diawali dengan mensurvei lahan

budidaya. Setiap tanaman digolongkan menjadi tanaman belum

menghasilkan (simbol titik) dan tanaman menghasilkan (simbol

lingkaran). Hasil dari survei tersebut dipakai untuk menentukan

kelayakan panen perkebunan sawit. Luas blok dihitung berdasarkan titik

tanam yang dapat digunakan untuk menghitung prakiraan kapasitas

produksi sawit. Pekerjaan pemetaan ini dilakukan setiap setahun sekali.

3. Penunasan tanaman kelapa sawit

Penunasan dilakukan dengan menjaga tajuk tanaman yang sehat,

membuang pelepah yang berlebihan, dan mempertahankan luas daun

kelapa sawit. Daun yang menghalangi kegiatan pemanenan dan yang

tidak dibuang selama pemanenan juga sebaiknya turut ditunas. Untuk

melakukan pekerjaan ini diperlukan peralatan berupa dodos, egrek, dan

batu asah.

Tanaman kelapa sawit muda yang pemanenannya menggunakan

dodos, maka penunasannya dengan memotong seluruh pelepah daun


yang terletak di bawah tiga lingkaran daun bawah tandan yang akan

dipanen berikutnya. Sedangkan untuk tanaman yang dipanen memakai

egrek, penunasannya dikerjakan pada 1-2 lingkaran pelepah daun di

atas tandan yang akan dipanen berikutnya. Serabut yang berpotensi

mengganggu kegiatan panen dibuat memakai dodos dan egrek.

Jangan lupa untuk membersihkan tumbuhan saprofit yang berada di

pangkal pelepah. Begitupun dengan tanaman parasit yang tumbuh

begitu cepat harus segera dibinasakan. Sedangkan tanaman yang tidak

produktif juga perlu ditunas agar produksinya membaik. Idealnya

penunasan dikerjakan setahun sekali terutama apabila hasil panen

perkebunan cukup rendah.

4. Pengendalian gulma, hama, dan penyakit

Tahap ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas lahan budidaya

demi mempermudah akses terhadap pemupukan, penunasan,

pemeliharaan, pemanenan, dan pengumpulan buah. Gulma juga perlu

dikendalikan untuk mengurangi kompetisi tanaman budidaya khususnya

dalam mendapatkan nutrisi, air, dan sinar matahari. Proses

pengendalian gulma, hama, dan penyakit ini dapat dilakukan dengan

metode mekanik, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian dikerjakan

secara teratur dan tidak terikat oleh waktu.

g. Pemanenan

Kelapa sawit biasanya dapat dipanen setelah berumur 31 bulan sejak

penanaman di lahan. Namun ada juga kelapa sawit yang berbuah ketika

usianya telah menginjak 2,5 tahun di mana buah akan benar-benar matang
setelah 6 bulan kemudian. Bisa dibilang dari 5 pohon kelapa sawit

setidaknya ada satu tandan buah yang bisa diambil setiap setiap minggunya.

Ciri-ciri tandan buah kelapa sawit yang telah layak panen adalah

bobotnya kira-kira lebih dari 10 kg. Selain itu, terdapat minimal 10 buah sawit

yang jatuh karena terlepas sendiri dari tandannya. Jika bobot tandan sawit di

bawah 10 kg, maka setidaknya telah ada 5 buah sawit matang yang jatuh

sendiri. Tanda yang lain khususnya untuk tandan kelapa sawit yang

memberondol, bobot rata-ratanya ialah 3 kg.

Proses memanen kelapa sawit dilakukan pada tandan yang memiliki

tingkat kematangan mencapai fraksi 1-3. Maksudnya prosentasi buah yang

matang dan jatuh sendiri antara 12,5- 75 persen. Teknik pemanenan bisa

dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu sistem tetap dan sistem

giring.

Frekuensi panen kelapa sawit dapat dikerjakan setiap enam hari

dalam seminggu. Satu hari sisa biasanya digunakan untuk beristirahat dan

merawat alat-alat panen. Di samping itu, hal ini juga bertujuan untuk

memberikan kesempatan tanaman-tanaman budidaya menyesuaikan diri

kembali. Jangan pernah memanen buah yang masih mentah sebab dapat

menyebabkan kelapa sawit mengalami stres dan enggan menghasilkan

bunga betina.

B. Pengelolaan Lingkungan Perkebunan

Sebagai Negara penghasil  Sawit  terbesar di dunia, pembangunan

perkebunan kelapa sawit berkelanjutan atau sustainable palm oil merupakan

kewajiban yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia dalam upaya


memelihara lingkungan, meningkatkan kegiatan ekonomi, dan penegakan

peraturan perundangan Indonesia di bidang perkelapa sawitan.

Pertumbuhan produksi kelapa sawit juga semakin meningkat dari tahun ke

tahun yang mencapai 3,61 persen. Selain itu luas lahan perkebunan kelapa

sawit di Indonesia termasuk terluas di seluruh dunia yaitu seluas 11,75 juta

hektare. Kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena buah

kelapa sawit dapat dibuat menjadi beberapa bahan olah setengah jadi

seperti Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernell Oil (PKO). Di sisi lain,

masalah lingkungan sangat melekat dengan perkebunan kelapa sawit kita,

karena setidaknya setengah dari delapan juta hektar perkebunan yang saat

ini produktif telah dikembangkan melalui deforestasi.

Dalam rangka mempertahankan kualitas dan kuantitas serta menjaga

daya saing kelapa sawit di pasar internasional, pemerintah telah menyusun

standardisasi  sertifikasi  yang  disebut Indonesian Sustainable Palm Oil

Certification System (ISPO).  ISPO   diatur   dalam   Permentan   No.   11/

Permentan/OT.140/3/2015 tentang Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia memiliki tujuh prinsip, yaitu 1) legalitas usaha

perkebunan; 2) manajemen perkebunan; 3) perlindungan terhadap

pemanfaatan hutan alam primer dan lahan gambut; 4) pengelolaan dan

pemantauan lingkungan; 5), tanggung jawab terhadap pekerja; 6) tanggung

jawab social; 7) dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan peningkatan

usaha secara berkelanjutan. Keberlanjutan yang menyeluruh tercapai

apabila terdapat keterpaduan antara tiga pilar utama pembangunan, yaitu

keberlanjutan dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta aspek


kelembagaan yang meliputi kerangka kerja kelembagaan dan kemampuan

lembaga/institusi yang ada.

Tiga prinsip  utama yang harus dipenuhi dari tujuh prinsip tersebut

adalah yaitu legalitas usaha kebun, manajemen perkebunan, dan

pemantauan dan  pengelolaan lingkungan.  Prinsip-prinsip ini  memiliki

berbagai kriteria yang mengatur bagaimana pengelolaan perkebunan yang

baik mulai dari legalitas usaha, perencanaan perusahan, teknis budi daya,

teknis pengolahan hasil, dan bagaimana pengelolaan lingkungan. Legalitas

usaha diperlukan agar semua kegiatan perusahaan sah di mata hukum dan

diketahui oleh negara. Manajemen perkebunan diperlukan untuk menjaga

kualitas dan kuantitas TBS (Tandan Buah Segar), CPO, dan kernel.

Pemantauan dan penge- lolaan lingkungan diperlukan sebagai bentuk

tanggung jawab perusahaan atas lingkungan sehingga TBS, CPO, dan

kernel yang dihasilkan merupakan produk yang ramah lingkungan. Jika

perusahaan melakukan hal  tersebut  maka  dapat  memenuhi   pengelolaan 

perkebunan dengan baik.

Bagi pekebun kelapa sawit yang akan mendapat sertifikasi ISPO

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) mempunyai surat tanda

daftar usaha Perkebunan; 2) bukti kepemilikan tanah dan diakui Negara; 3)

Pekebun yang mengajukan Sertifikasi ISPO dapat dilakukan secara

perseorangan atau berkelompok; 4) Kelompok dapat berbentuk kelompok

pekebun, gabungan kelompok pekebun, koperasi, atau kelembagaan

ekonomi pekebun, sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 5)

Kelompok pekebun harus memiliki Tim Sistem Kendali Internal (Internal

Control System/ICS) yang bertanggung jawab dalam penerapan ISPO.


Selain itu pekebun juga melampirkan surat pernyataan pengelola

lingkungan.

C. Konservasi

Makna konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan

sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Kegiatan konservasi dapat pula

mencakupi ruang lingkup  preservasi, restorasi, rekonstruksi, adaptasi dan

revitalisasi. Perlunya konservasi merupakan sebuah keniscayaan.

Pendidikan konservasi sangatlah urgen di samping advokasi konservasi dan

pembangunan partisifatif. Nilai-nilai konservasi yang perlu

ditumbuhkembangkan dan dipelihara yaitu nilai menanam, memanfaatkan,

melestarikan, dan mempelajari dalam arti fisik dan non-fisik. Gerakan

konservasi merupakan kerja bersama, tidak mungkin dilaksanakan

sendirian. Selain itu, gerakan konservasi, semestinya tidak menjadi gerakan

yang eksklusif, tetapi bagaimanakah menciptakan gerakan konservasi yang

mendapatkan dukungan dan melibatkan publik. Gerakan konservasi adalah

sebuah alat, oleh karena itu, petuah satunya kata dan perbuatan, serta

seloka apa yang dikatakan dilakukan dan apa yang dilakukan dikatakan,

harus menjadi kulminasi spirit dari konservasi.

D. Peraturan-Peraturan Konservasi

UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan

Ekosistemnya.

1. Pasal 1
Dalam undang-undang ini dimaksud dengan :

1. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam

yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan

sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan

unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan

membentuk ekosistem.

2. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan

sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan

secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan

persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas keanekaragaman dan nilainya.

3. Ekosistem sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan

timbal balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun non

hayati yang saling tergantung dan pengaruh mempengaruhi.

4. Tumbuhan adalah semua jenis sumber daya alam nabati,

baik yang hidup di darat maupun di air.

5. Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang

hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara.

6. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas

dan atau dipelihara, yang masih mempunyai kemurnian

jenisnya.

7. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan

atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-

sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh

manusia.
8. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat

hidup dan berkembang secara alami.

9. Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas

tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai

fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi

sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

10. Cagar alam adalah kawasan suaka alam karena keadaan

alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, dan

ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi

dan perkembangannya berlangsung secara alami.

11. Suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang

mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau

keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya

dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

12. Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari

ekosistem asli, ekosistem unik, dan atau ekosistem yang

telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya

dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan

pendidikan.

13. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas

tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai

fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,


serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati

dan ekosistemnya.

14. Taman nasional adalah kawasan pelesatarian alam yang

mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi

yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,

pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

15. Taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam untuk

tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau

buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan

bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

16. Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang

terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

2. Pasal 2

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang.

3. Pasal 3

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya

alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat

lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat

dan mutu kehidupan manusia.

4. Pasal 4
Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta

masyarakat

5. Pasal 5

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

dilakukan melalui kegiatan:

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan

b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya;

c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tanggal dan waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan di PT......... Kegiatan ini

berlangsung empat bulan, mulai dari September sampai dengan Desember 2023.

yang meliputi pengumpulan alat dan bahan penelitian, pengambilan data, dan

dokumentasi.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, laptop, Kamera

handphone. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi

estate/lahan konservasi di estate A.

C. Prosedur Penelitian

a. Persiapan

Sebelum dilaksanakannya kegiatan penelitian lokasi konservasi perlu

adanya identifikasi, dan survey lokasi yang akan diteliti. Lokasi yang dimaksud

adalah lokasi konservasi yang hanya berada di estate A.

b. Penetapan lokasi dan metode pelaksanaan kegiatan

Setelah teridentifikasi dan telah di survey, maka kita sudah mengetahui

berapa lokasi konservasi yang akan kita teliti dalam estate tersebut. Adapun metode

pelaksanaannya yaitu dilaksanakan secara swakelola yang melibatkan partisipasi


seperti asisten atau mandor yang mengatur di afdeling yang mememiliki lahan

konservasi tersebut, mulai dari persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana metode kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode

kualitatif deskriptif digunakan untuk mempelajari dan menerangkan kasus secara

natural.

Dalam penelitian ini juga menggunakan teknik observasi/pengamatan

lapangan merupakan kegiatan yang pemusatan perhatian terhadap suatu obyek

dengan menggunakan seluruh alat indera. Hal-hal yang observasi dalam penelitian

ini tidak lepas dari fokus penelitian di atas yaitu ketersediaan lokasi konservasi

sebagai media lingkungan hidup, pola perilaku pihak perusahaan perkebunan

kelapa sawit dalam mengelola dan menjaga kelestarian lingkungan untuk

keberlanjutan di masa mendatang. Dalam pengumpulan data melalui teknik

observasi ini, peneliti menggunakan alat bantu yaitu catatan lapangan.

Observasi/Pengamatan Lapangan dilakukan secara langsung pada saat

pengambilan data dan dokumentasi melalui kegiatan di lapangan. Pengamatan

meliputi ketersediaan lokasi konservasi, kondisi lahan konservasi dan hasil

kegiatan.

E. Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

dengan penyajian secara kualitatif.

Analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi suatu kesatuan

yang dapat dikelola. Analisa dalam penelitian ini menggunakan teknik

Observasi/pengamatan lapangan untuk mengamati dan menganalisis ketersediaan

lokasi konservasi di perkebunan kelapa sawit.

F. Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel. 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan 2023 Bulan 2024


N Kegiatan
o Ja Fe Ma Ap Me Se Ok No De Ja Fe Ma
n b r r i p t v s n b r
1 Penyusun
an
Proposal

2 Seminar
Proposal

3 Penelitian

4 Pengolaha
n dan
analisa
data

5 Seminar
hasil

6 Ujian
 

Anda mungkin juga menyukai