PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) adalah salah satu jenis tanaman dari
famili Araceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil).
Saat ini, kelapa sawit sangat diminati untuk dikelola dan ditanam. Daya tarik
penanaman kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan
pesat. Luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh
yaitu pada tahun 2005 luas areal sawit mencapai 5.453.817 Ha dengan produksi
Crude Palm Oil (CPO) sebesar 11.861.615 ton dan mengalami peningkatan luas
areal menjadi 8.430.027 Ha dengan produksi CPO 20.615.958 ton hingga pada
kebun seluas 71 ha. Lokasi pembibitan harus mendapat perhatian, seperti: Dekat
dengan sumber air, bebas genangan atau banjir, dekat dari pengawasan, mudah
dikunjungi, tidak jauh dari areal yang akan ditanami, tidak terlalu jauh dengan
kelapa sawit. Dalam pembibitan kelapa sawit dikenal dengan adanya pembibitan
ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage system).
Pada penerapan sistem pembibitan ganda, penanaman bibit dilakukan sebanyak 2
kali. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan (pre nursery), yaitu kecambah
ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil sampai bibit berumur 3 bulan,
kemudian tahap kedua bibit tersebut ditanam ke pembibitan utama (main nursery)
plastik polibag besar hingga berumur 12 bulan tanpa harus ditanam dalam polobag
kecil. Pada prinsipnya sistem manapun yang dipilih tujuannya sama, yaitu untuk
menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan
adaptasinya yang besar sehingga faktor kematian bibit di pembibitan dan setelah
Bibit merupakan bahan yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan
budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan
menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah
bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta
Bibit yang dihasilkan adalah bibit yang baik dan berkualitas diperlukan
diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat
karena pemeliharaan lebih sulit dan seleksi bibit tidak bisa intensif serta banyak
bibit yang rusak pada saat pemindahan ke polybag besar (Ma’aruf, 2018).
Penyiapan Bedengan
Panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan lapangan (10-20 m), lebar bedengan
1,2 m dengan jarak antar bedengan 0,6-1 m. Tepi bedengan dibuat palang dari
papan, dengan panjang 10-20, tinggi 10 cm dan tebal 2 cm atau bambu dan balok
Tanah yang digunakan untuk media adalah tanah lapisan atas (top soil) dan
(40% debu, 30% pasir, dan 30% liat) dan mempunyai sifat drainase yang baik. Top
Tumpukan tanah yang telah diayak ditutup dengan terpal plastik agar tidak
kehujanan. Tanah yang telah diayak dicampur merata dengan pupuk RP sebanyak
Apabila top soil tidak tersedia, maka dapat digunakan tanah sub soil dicampur
Penyiapan Naungan
Naungan untuk pre nursery tidak mutlak dan dapat ditiadakan jika
penyiraman tidak terjamin atau kurang baik. Untuk bahan atap atau naungan bisa
dipakai pelepah daun sawit ataupun plastik net dengan 60% shading (naungan).
Tinggi tiang atap sekitar 2 m (dengan bagian tiang sedalam 0,3 m tertanam di dalam
memakai yang terlalu gelap dan naungan harus dibongkar setelah 12 minggu dari
penanaman kecambah.
Bahan tanaman yang digunakan harus dapat dipastikan berasal dari pusat
sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai
reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini
bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari
persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS
merupakan hasil seleksi yang ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga
Seleksi Kecambah
sekitar 8-25 mm berwarna gading dengan posisi saling bertolak belakang. Apabila
plumula kembar, plumula yang lebih lemah harus dibuang. Kemudian kecambah
Adapun kriteria Kecambah yang Abnormal yaitu: (1) mata tunas ada dua;
(2) Belum jelas radicula (berwarna putih) dan atau plumula (berwarna kuning); (3)
Radicula atau plumula busuk. (4) Radicula dan plumula searah.(5) Adanya jamur.
(6) Bentuk yang tidak normal atau rusak. (7) Embrio yang sedang berkembang pada
kecambah masih lemah dan harus diperlakukan dengan hati-hati. Kecambah selalu
ditemukan kecambah yang plumulanya kembar, maka yang lemah harus dibuang
Penanaman Kecambah
bungkusan plastik kecambah dibuka dan disimpan ditempat yang sejuk. Kecambah
harus segera ditanam pada hari itu juga atau paling lama 1 hari setelah penerimaan
kecambah. Penanaman kecambah harus dilakukan per kelompok. Sebelum
penanaman kecambah, babybag yang telah diisi tanah harus disiram dahulu.
menggunakan jari.
Letakkan kecambah dengan posisi bagian akar di sebelah bawah dan pucuk
menghadap keatas.
Timbun kembali dengan tanah setebal 1-1,5 cm dan tidak boleh dipadatkan
Kecambah yang belum jelas perbedaan bakal akar dan bakal daunnya dapat
Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Bila pada malam
hari turun hujan > 8 mm, maka besok paginya tidak perlu disiram. Kebutuhan air
adalah 0,2-0,3 liter per babybag per hari. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan selang air yang dilengkapi dengan kepala gembor di ujungnya, agar
tanah tidak keluar dari babybag atau selang air lay flat.
Penyiraman dapat juga dilakukan dengan gembor dan persediaan air diambil
dari drum yang ditempatkan pada setiap modul pre-nursery. Penyiraman adalah
salah satu perlakuan pemeliharaan yang terpenting dan harus dilaksanakan dengan
larutan pupuk dapat dilakukan jika penyiraman dengan air pada sore hari telah
phospate dan pupuk urea. Pemupukan pupuk rock phospate dilakukan dengan cara
mencampurkan pupuk rock phospate dengan tanah secara merata sebelum tanah
babybag. Sedangkan untuk pupuk urea dilakukan dengan cara menaburkan diatas
tanah pada babybag pada minggu ke-1 dan minggu ke-4. Namun jika diperlukan
stok Urea merupakan larutan 300 g Urea dalam 3 liter air. Untuk membuat larutan
300 ml larutan stock Urea ke dalam 14.700 ml air, lalu diaduk merata. Larutan ini
Pemberian Mulsa
Mulsa berupa cangkang ditabur dalam babybag disekitar bibit setebal 2,5
cm menutupi permukaan tanah (mulsa tidak boleh menyentuh bibit). Mulsa yang
terbawa air hujan atau penyiraman segera diganti. Fiber atau alang-alang (yang
tidak berbunga) dapat juga digunakan untuk mulsa dengan catatan air penyiraman
masih dapat masuk kedalam tanah. Pemberian mulsa dapat mencegah petumbuhan
Pengendalian Gulma
yaitu dengan mencabuti seluruh jenis gulma yang tumbuh di dalam babybag. Gulma
Waspada terhadap gejala serangan hama dan penyakit, agar tidak terjadi out
break. Untuk pembibitan diperlukan stok insektisida dan fungisida di gudang kebun
adalah 4 x 3,5 liter/ ha atau 3,5 kg/ ha per jenis insektisida maupun fungisida.
seperti herbisida dan pupuk. Pompa semprot yang dipakai untuk insektisida/
fungisida harus khusus dan tidak boleh dipakai untuk keperluan lainnya.
diperlukan didalam pembibitan yang bertujuan dapat mengobati bibit yang terkena
serangan hama dan penyakit yang akan dapat merusak bibit. Pengendalian hama
dengan cara menyemprotkan bahan kimia (erkatrin dan enkazeb), yang digunakan
sesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman.
Seleksi/ Pengafkiran
Proses seleksi dilakukan pada umur 3 bulan dan pada saat transplanting,
kemudian bibit yang diafkir harus dimusnahkan dan bibit yang dipindahkan ke main
nursery harus bibit yang benar-benar sehat. Jumlah bibit afkir di pre nursery
biasanya mencapai 2% sampai 5% dari total bibit yang ditanam. Ciri fisik bibit yang
diafkir yaitu:
1. Pucuk bengkok atau daun berputar, diakibatkan oleh penanaman kecambah yang
dilakukan terbalik dan karena faktor genetik, dapat diketahui dari daundaun yang
tingkat yang lebih berat akan terlihat kerutan pecah menyilang, faktor genetik.
3. Daun lalang atau daun sempit: bibit tumbuh dengan bentuk daun yang sempit
memanjang dan tegak menyerupai daun lalang, disebabkan oleh faktor genetik.
4. Daun melipat: helaian daun tidak membuka secara normal, tetapi menciut lengket
5. Daun menyempit dan tegak: bibit dengan daun menyempit dan tegak Daun yang
6. Bibit kerdil: bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan
7. Khimera: sebagian atau seluruh daun bergaris kuning terang yang sangat kontras
waktu yang tepat pada saat bibit berumur 3 bulan, hal tersebut bertujuan agar bibit
tidak mengalami shock pada saat transplanting pembibitan utama (main nursery).
Bibit yang berumur 3 bulan biasanya telah memiliki 4 helai daun sehingga pada
Penyiraman
diperlukan lagi jika curah hujan di atas 8 ml. Penyiraman di pembibitan utama
penyiraman dibantu dengan mesin pompa air yang disalurkan melalui pipa dan
selang.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur hara yang cukup pada bibit
agar pertumbuhan bibit baik dan normal. Pupuk yang digunakan pada pembibitan
utama (main nursery) yaitu pupuk urea, dolomit, rock phospate, dan NPK. Untuk
pada dasarnya sama saja pada pembibitan awal (prenursery) hanya saja yang
Pengendalian gulma
gulma di pembibitan utama terbagi dua jenis yaitu weeding atas adalah pembersihan
pembersihan gulma yang berada pada barisan diluar polybag, untuk pembersihan
Konsolidasi
yang rusak dan menambah tanah dalam polybag yang terkikis disebabkan pada saat
hujan dan penyiraman. Kegiatan ini memiliki peran yang penting karena dapat
Seleksi
ditanam adalah bibit yang benar-benar normal dan juga berkualitas. Penyeleksian
di pembibitan utama ini dilakukan oleh Mandor dan dua orang tenaga kerja.
pertama dilakukan pada saat bibit berumur 6 bulan, seleksi kedua dilakukan pada
saat bibit berumur 12 bulan pada saat bibit akan transplanting kelapangan. Untuk
dua minggu sebelum bibit ditanam kelapangan dan dilakukan putar bibit 180 drajat
2. Bibit erect Akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/
tajam terhadap sumbu vertikal sehingga terlihat tumbuh tegak. Biasa-nya anak daun
tumbuh dengan sudut yang sangat sempit terhadap tulang daun (rachis) dan terlihat
sangat kaku.
3. Bibit yang layu dan lemah (Limp) Pelepah dan helai daun terlihat lemah/layu,
penampilan bibit secara keseluruhan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung
4. Bibit flat top Akibat faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang
makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata.
5. Short internode Jarak antara anak daun pada tulang pelepah ( sangat dekat dan
6. Wide internode Jarak antara anak daun pada rachis terlihat sangat lebar. Bibit
7. Anak daun yang sempit (Narrow leaf) Bentuk helai anak daun tampak sempit dan
tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga berbentuk seperti jarum. Anak
tidak pecah.
9. Daun berkerut (Crinkle leaf) Bentuk daun ini memperlihatkan berbagai tingkatan
kerutan dan pada tingkat yang lebih berat akan terlihat kerutan tersebut pecah
menyi-lang. Gejala berat disebabkan oleh faktor genetik, dan gejala ringan
10. Chimaera Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat
atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari
11. Bibit terserang crown disease Akibat faktor genetik, pelepah menjadi bengkok,
12. Blast Bibit biasanya berubah secara progressif ke arah coklat dan mati perlahan-
lahan dimulai dari daun yang lebih tua dan bergerak keatas ke daun yang lebih
muda.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat ±25 mdpl pada bulan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul untuk
mengolah dan membersihkan areal lahan, meteran untuk mengatur jarak letak bibit,
penggaris untuk mengukur tinggi bibit kelapa sawit, jangka sorong untuk mengukur
diameter batang, alat tulis untuk mencatat data praktikum, gembor untuk menyiram
bibit
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit kelapa
sawit umur 3 bulan Varietas PPKS Marihat sebagai objek pengamatan, polybag
Pelaksanaan Praktikum
- Diletakkan bibit kelapa sawit pada lahan dengan jarak tanam 1x1x1 meter.
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman
Cara mengambil data tinggi tanaman kelapa sawit (Elais guineensis Jacq)
pada praktikum pembibitan kelapa sawit ialah mengukur tinggi tanaman dari
pangkal batang diatas pemukaan media tanam hingga ujung daun yang terpanjang
Jumlah Daun
Cara mengambil data jumlah daun tanaman kelapa sawit (Elais guineensis
Jacq) pada praktikum pembibitan kelapa sawit ialah dengan cara menghitung
jumlah daun yang terbuka sempurna dari awal pembibitan hingga praktikum
selesai. Pengamatan jumlah daun dilakukan saat bibit berumur 16 MST dan
2 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Perlakuan A1 A2 A3
I 55 56 56 47 48 60 57 53 53,5 48,5 54 55 53 56
IV 53 55 61 64 52 57 55 64 52 59 53
Perlakuan A1 A2 A3
Perlakuan A1 A2 A3
I 56 57,3 57 48 50 63 59 54 55 51 57 56,5 55 58
IV 56 56 64 66 54 59 57 67 55 60,2 55
Perlakuan A1 A2 A3
I 11 11 9 10 11 10 12 12 9 9 10 10 11 10
II 10 9 10 12 11 12 12 11 12 9 10 9 12
III 10 8 13 11 9 6 10 10 11 10 13 12 10
IV 13 12 11 10 10 9 12 10 10 9 12
Perlakuan A1 A2 A3
I 11 12 11 10 12 12 13 14 10 10 11 11 12 11
II 11 10 12 12 12 13 14 13 12 9 10 10 13
III 10 9 14 12 10 7 11 10 12 12 14 13 11
IV 14 12 12 11 12 11 12 10 11 9 12
Perlakuan A1 A2 A3
I 12 13 12 11 13 12 13 14 11 11 12 12 13 13
II 12 11 13 13 13 14 14 13 13 11 12 11 13
III 12 9 15 12 10 8 12 12 13 12 14 14 12
IV 14 13 12 11 13 12 13 11 12 10 14
21
DAFTAR PUSTAKA
Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.
PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra
(Eds.). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.