Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) adalah salah satu jenis tanaman dari

famili Araceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil).

Saat ini, kelapa sawit sangat diminati untuk dikelola dan ditanam. Daya tarik

penanaman kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan

bahan agroindustri (Rosa, 2012).

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami kemajuan

pesat. Luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh

perkebunan diseluruh Indonesia mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir,

yaitu pada tahun 2005 luas areal sawit mencapai 5.453.817 Ha dengan produksi

Crude Palm Oil (CPO) sebesar 11.861.615 ton dan mengalami peningkatan luas

areal menjadi 8.430.027 Ha dengan produksi CPO 20.615.958 ton hingga pada

tahun 2010 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).

Pembibitan adalah awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling

lambat 1 tahun sebelum penanaman dilapangan. Standar yang biasa dilakukan,

kapasitas pembibitan 1 ha kelapa sawit dapat menyediakan bibit tanaman untuk

kebun seluas 71 ha. Lokasi pembibitan harus mendapat perhatian, seperti: Dekat

dengan sumber air, bebas genangan atau banjir, dekat dari pengawasan, mudah

dikunjungi, tidak jauh dari areal yang akan ditanami, tidak terlalu jauh dengan

sumber tanah (top soil) untuk mengisi polibag (Kurniawan, 2010).

Pembibitan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya

kelapa sawit. Dalam pembibitan kelapa sawit dikenal dengan adanya pembibitan

ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage system).
Pada penerapan sistem pembibitan ganda, penanaman bibit dilakukan sebanyak 2

kali. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan (pre nursery), yaitu kecambah

ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil sampai bibit berumur 3 bulan,

kemudian tahap kedua bibit tersebut ditanam ke pembibitan utama (main nursery)

yang menggunakan plastik polibag besar selama 9 bulan.

Pada sistem pembibitan tahap tunggal, bibit langsung ditanam didalam

plastik polibag besar hingga berumur 12 bulan tanpa harus ditanam dalam polobag

kecil. Pada prinsipnya sistem manapun yang dipilih tujuannya sama, yaitu untuk

menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan

adaptasinya yang besar sehingga faktor kematian bibit di pembibitan dan setelah

dilapangan dapat ditekan.

Maksud dan Tujuan Pembibitan

Bibit merupakan bahan yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan

tanaman. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan

budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan

menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah

bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta

berkemampuan dalam mengahadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan

transplanting atau penanaman di lapangan (PPKS, 2003).

Bibit yang dihasilkan adalah bibit yang baik dan berkualitas diperlukan

pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Pengelolaan pembibitan

diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama

pelaksanaan di lapangan. Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan

yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit


unggul merupakan dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu

minyak kelapa sawit yang tinggi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian Mata Kuliah Perkebunan A: Kelapa

Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


BAB II
PEMBIBITAN

A.Pembibitan Awal (Pre Nursery)

Pembibitan pendahuluan dapat dilakukan menanam kecambah di atas

bedengan atau di dalam polybag kecil. Penggunaan bedengan tidak dianjurkan

karena pemeliharaan lebih sulit dan seleksi bibit tidak bisa intensif serta banyak

bibit yang rusak pada saat pemindahan ke polybag besar (Ma’aruf, 2018).

Penyiapan Bedengan

Bedengan diusahakan dengan arah memanjang dari Barat ke Timur.

Panjang bedengan disesuaikan dengan keadaan lapangan (10-20 m), lebar bedengan

1,2 m dengan jarak antar bedengan 0,6-1 m. Tepi bedengan dibuat palang dari

papan, dengan panjang 10-20, tinggi 10 cm dan tebal 2 cm atau bambu dan balok

kayu berdiameter 5 cm.

Penyiapan Media Tanam

Tanah yang digunakan untuk media adalah tanah lapisan atas (top soil) dan

tidak bercampur dengan batu-batu/kerikil. Tekstur tanah sebaiknya lempung berliat

(40% debu, 30% pasir, dan 30% liat) dan mempunyai sifat drainase yang baik. Top

soil diayak dengan lubang ayakan 1 x 1 cm untuk memisahkan bongkah-bongkah

tanah dan sisa sisa akar kecil.

Tumpukan tanah yang telah diayak ditutup dengan terpal plastik agar tidak

kehujanan. Tanah yang telah diayak dicampur merata dengan pupuk RP sebanyak

15 g/babybag (1m3 tanah dicampur dengan 15 kg pupuk RP untuk 1000 babybag).

Apabila top soil tidak tersedia, maka dapat digunakan tanah sub soil dicampur

dengan POME, dengan perbandingan volume 1:0,5 (tanah:POME). Babybag yang


telah diisi dengan campuran ini segera disiram dengan air pada kapasitas lapang

dan harus dibiarkan selama satu minggu, sebelum ditanami.

Penyiapan Naungan

Naungan untuk pre nursery tidak mutlak dan dapat ditiadakan jika

penyiraman terjamin baik dan teratur. Naungan hanya direkomendasikan apabila

penyiraman tidak terjamin atau kurang baik. Untuk bahan atap atau naungan bisa

dipakai pelepah daun sawit ataupun plastik net dengan 60% shading (naungan).

Tinggi tiang atap sekitar 2 m (dengan bagian tiang sedalam 0,3 m tertanam di dalam

tanah) dan lebar jarak antara 2 tiang sekitar 1,5 m.

Sekitar 10 minggu setelah tanam (dua daun) naungan berangsur-angsur

dikurangi sehingga dalam waktu 2 minggu kemudian naungan sama sekali

dihilangkan (setiap selang waktu 4 hari naungan dikurangi seperempatnya). Jangan

memakai yang terlalu gelap dan naungan harus dibongkar setelah 12 minggu dari

penanaman kecambah.

Bahan Tanaman (Kecambah)

Bahan tanaman yang digunakan harus dapat dipastikan berasal dari pusat

sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai

reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini

bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari

persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS

merupakan hasil seleksi yang ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga

kualitasnya terjamin (PPKS, 2003).

Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk

kecambah (germinated seed). Untuk kerapatan tanam 143 pohon di lapangan


diperlukan 200 kecambah/ha. Pemesanan kecambah sebaiknya dilakukan 3 - 6

bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan dengan

jadwal kedatangan kecambah (Pahan, 2010).

Seleksi Kecambah

Kecembah diseleksi sebelum ditanam. Ciri kecambah normal dilihat pada

diferensiasinya yaitu pucuk (plumula) dan akar (radicula). Plumula bentuknya

meruncing berwarna putih sedangkan radikula bentuknya agak tumpul, panjangnya

sekitar 8-25 mm berwarna gading dengan posisi saling bertolak belakang. Apabila

plumula kembar, plumula yang lebih lemah harus dibuang. Kemudian kecambah

ditanam seperti biasa.

Adapun kriteria Kecambah yang Abnormal yaitu: (1) mata tunas ada dua;

(2) Belum jelas radicula (berwarna putih) dan atau plumula (berwarna kuning); (3)

Radicula atau plumula busuk. (4) Radicula dan plumula searah.(5) Adanya jamur.

(6) Bentuk yang tidak normal atau rusak. (7) Embrio yang sedang berkembang pada

kecambah masih lemah dan harus diperlakukan dengan hati-hati. Kecambah selalu

ditempatkan dilokasi yang terlindungi dari sinar matahari langsung. Apabila

ditemukan kecambah yang plumulanya kembar, maka yang lemah harus dibuang

dan kecambah dapat ditanam seperti biasa.

Penanaman Kecambah

Kecambah yang masih dalam bungkusan plastik sebelum dibuka terlebih

dahulu dipisahkan sesuai dengan nomor kelompoknya. Sebelum ditanam, semua

bungkusan plastik kecambah dibuka dan disimpan ditempat yang sejuk. Kecambah

harus segera ditanam pada hari itu juga atau paling lama 1 hari setelah penerimaan
kecambah. Penanaman kecambah harus dilakukan per kelompok. Sebelum

penanaman kecambah, babybag yang telah diisi tanah harus disiram dahulu.

Penanaman kecambah harus dilakukan dengan hati-hati/teliti agar akar dan

pucuk tidak patah, dengan cara sebagai berikut :

 Buat lubang tepat ditengah babybag sedalam 2-2,5 cm dengan

menggunakan jari.

 Letakkan kecambah dengan posisi bagian akar di sebelah bawah dan pucuk

menghadap keatas.

 Timbun kembali dengan tanah setebal 1-1,5 cm dan tidak boleh dipadatkan

 Kecambah yang belum jelas perbedaan bakal akar dan bakal daunnya dapat

ditunda penanamannya, sedangkan yang terlalu panjang akarnya dapat

dipertahankan sampai 5 cm dari pangkalnya selebihnya harus dipotong.

 Setelah penanaman, papan label harus dipasang dengan mencantumkan

nama kelompok kecambah yang ditanam.

Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Bila pada malam

hari turun hujan > 8 mm, maka besok paginya tidak perlu disiram. Kebutuhan air

adalah 0,2-0,3 liter per babybag per hari. Penyiraman dilakukan dengan

menggunakan selang air yang dilengkapi dengan kepala gembor di ujungnya, agar

tanah tidak keluar dari babybag atau selang air lay flat.

Penyiraman dapat juga dilakukan dengan gembor dan persediaan air diambil

dari drum yang ditempatkan pada setiap modul pre-nursery. Penyiraman adalah

salah satu perlakuan pemeliharaan yang terpenting dan harus dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya terutama dalam fase awal di pre-nursery.


Pemupukan

Aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan program yang telah

direkomendasikan. Di pre-nursery selalu dilakukan pemupukan dengan cara

menyiramkan larutan pupuk (dengan menggunakan gembor). Penyiraman dengan

larutan pupuk dapat dilakukan jika penyiraman dengan air pada sore hari telah

selesai. Untuk memudahkan pelaksanaan pemberian pupuk dalam bentuk larutan,

maka direkomendasikan untuk membuat larutan stok terlebih dahulu.

Untuk pemupukan di prenursery menggunakan dua jenis pupuk, pupuk rock

phospate dan pupuk urea. Pemupukan pupuk rock phospate dilakukan dengan cara

mencampurkan pupuk rock phospate dengan tanah secara merata sebelum tanah

dimasukan ke babybag pada saat kecambah kelapa sawit belum dimasukan ke

babybag. Sedangkan untuk pupuk urea dilakukan dengan cara menaburkan diatas

tanah pada babybag pada minggu ke-1 dan minggu ke-4. Namun jika diperlukan

juga ditambahkan pupuk NPK.

Larutan stok ini harus diencerkan debelum disemprotkan ke bibit. Larutan

stok Urea merupakan larutan 300 g Urea dalam 3 liter air. Untuk membuat larutan

semprot sebanyak 15 liter (setara dengan volume 1 knapsack sprayer), tambahkan

300 ml larutan stock Urea ke dalam 14.700 ml air, lalu diaduk merata. Larutan ini

cukup untuk 300 bibit.

Pemberian Mulsa

Mulsa berupa cangkang ditabur dalam babybag disekitar bibit setebal 2,5

cm menutupi permukaan tanah (mulsa tidak boleh menyentuh bibit). Mulsa yang

terbawa air hujan atau penyiraman segera diganti. Fiber atau alang-alang (yang

tidak berbunga) dapat juga digunakan untuk mulsa dengan catatan air penyiraman
masih dapat masuk kedalam tanah. Pemberian mulsa dapat mencegah petumbuhan

gulma di dalam polybag.

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di pre-nusery hanya dilakukan dengan cara manual

yaitu dengan mencabuti seluruh jenis gulma yang tumbuh di dalam babybag. Gulma

yang telah dicabuti, dikumpulkan dan disingkirkan dari areal pembibitan.

Bersamaan dengan pengendalian gulma tersebut, untuk bibit yang doyong

dilakukan penegakan, sedangkan untuk bibit yang akarnya tersembul dilakukan

penambahan tanah ke dalam babybag.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Waspada terhadap gejala serangan hama dan penyakit, agar tidak terjadi out

break. Untuk pembibitan diperlukan stok insektisida dan fungisida di gudang kebun

adalah 4 x 3,5 liter/ ha atau 3,5 kg/ ha per jenis insektisida maupun fungisida.

Hindari penyimpanan insektisida dan fungisida tercampur dengan bahan lainnya,

seperti herbisida dan pupuk. Pompa semprot yang dipakai untuk insektisida/

fungisida harus khusus dan tidak boleh dipakai untuk keperluan lainnya.

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan awal (prenursery) sangat

diperlukan didalam pembibitan yang bertujuan dapat mengobati bibit yang terkena

serangan hama dan penyakit yang akan dapat merusak bibit. Pengendalian hama

dan penyakit dilakukan setelah penyiraman, kegiatan ini dilakukan seminggu

dengan cara menyemprotkan bahan kimia (erkatrin dan enkazeb), yang digunakan

sesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman.

Seleksi/ Pengafkiran
Proses seleksi dilakukan pada umur 3 bulan dan pada saat transplanting,

kemudian bibit yang diafkir harus dimusnahkan dan bibit yang dipindahkan ke main

nursery harus bibit yang benar-benar sehat. Jumlah bibit afkir di pre nursery

biasanya mencapai 2% sampai 5% dari total bibit yang ditanam. Ciri fisik bibit yang

diafkir yaitu:

1. Pucuk bengkok atau daun berputar, diakibatkan oleh penanaman kecambah yang

dilakukan terbalik dan karena faktor genetik, dapat diketahui dari daundaun yang

tumbuhnya melengkung membentuk setengah lingkaran.

2. Daun berkerut/keriput: memperlihatkan berbagai tingkat kerutan dan pada

tingkat yang lebih berat akan terlihat kerutan pecah menyilang, faktor genetik.

3. Daun lalang atau daun sempit: bibit tumbuh dengan bentuk daun yang sempit

memanjang dan tegak menyerupai daun lalang, disebabkan oleh faktor genetik.
4. Daun melipat: helaian daun tidak membuka secara normal, tetapi menciut lengket

seperti melipat dan bergulung, akibat kekurangan air.

5. Daun menyempit dan tegak: bibit dengan daun menyempit dan tegak Daun yang

menggulung: helaian daun tidak membuka secara normal tetapi tergulung di

sepanjang batang daun menyerupai bentuk tombak, disebabkan genetik

6. Bibit kerdil: bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan

dengan bibit sehat seumurnya, disebabkan oleh faktor genetik.

7. Khimera: sebagian atau seluruh daun bergaris kuning terang yang sangat kontras

dengan warna hijau gelap dari jaringan yang normal.


B.Pembibitan Utama (Main Nursery)

Pemindahan dari prenursery ke main nursery sebaiknya dipindahkan pada

waktu yang tepat pada saat bibit berumur 3 bulan, hal tersebut bertujuan agar bibit

tidak mengalami shock pada saat transplanting pembibitan utama (main nursery).

Bibit yang berumur 3 bulan biasanya telah memiliki 4 helai daun sehingga pada

proses pemindahan nantinya bibit tersebut telah mampu beradaptasi pada

lingkungan barunya (Makhrusin, 2015)

Penyiraman

Penyiraman pada pembibitan utama berbeda dengan pembibitan awal, pada

pembibitan utama penyiraman tidak dilakukan setiap hari. Penyiraman dilakukan

setidaknya seminggu sekali. Apabila musim hujan tentunya penyiraman tidak

diperlukan lagi jika curah hujan di atas 8 ml. Penyiraman di pembibitan utama

dilakukan dengan menggunakan selang kepala gembor atau griko. Untuk

penyiraman dibantu dengan mesin pompa air yang disalurkan melalui pipa dan

selang.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur hara yang cukup pada bibit

agar pertumbuhan bibit baik dan normal. Pupuk yang digunakan pada pembibitan

utama (main nursery) yaitu pupuk urea, dolomit, rock phospate, dan NPK. Untuk

pupuk daun menggunakan pupuk bypolan.

Pengendalian hama dan penyakit


Untuk pengendalian hama dan penyakit di pembibitan utama (main nursery)

pada dasarnya sama saja pada pembibitan awal (prenursery) hanya saja yang

membedakan adalah dosis yang diberikan. Untuk insektisida menggunakan

furadan, erkatrin dan untuk fungisida menggunakan enkazeb.

Pengendalian gulma

Pengendalian gulma di pembibitan utama bertujuan agar tidak terjadi

perebutan unsur hara yang dapat mengahambat pertumbuhan bibit. Pengendalian

gulma di pembibitan utama terbagi dua jenis yaitu weeding atas adalah pembersihan

gulma yang berada di dalam polybag sedangkan weeding bawah adalah

pembersihan gulma yang berada pada barisan diluar polybag, untuk pembersihan

gulma di dalam dan untuk diluar polybag dilakukan secara manual.

Konsolidasi

Konsolidasi di pembibitan utama pada dasarnya sama dengan di pembibitan

awal yaitu memperbaiki tanaman yang tumbuhnya miring, memperbaiki polybag

yang rusak dan menambah tanah dalam polybag yang terkikis disebabkan pada saat

hujan dan penyiraman. Kegiatan ini memiliki peran yang penting karena dapat

membantu mencegah terjadinya kerusakan bibit. Konsolodasi di pembibitan utama

dilakukan dengan rotasi dua kali dalam sembilan bulan.

Seleksi

Penyeleksian dilakukan agar pada saat transplanting ke lapangan bibit yang

ditanam adalah bibit yang benar-benar normal dan juga berkualitas. Penyeleksian

di pembibitan utama ini dilakukan oleh Mandor dan dua orang tenaga kerja.

Pembibitan di main-nursery dilakukan penyeleksian sebanyak 2 kali. Seleksi

pertama dilakukan pada saat bibit berumur 6 bulan, seleksi kedua dilakukan pada
saat bibit berumur 12 bulan pada saat bibit akan transplanting kelapangan. Untuk

penyeleksian pada saat bibit akan transplanting kelapangan dilakukan penyeleksian

dua minggu sebelum bibit ditanam kelapangan dan dilakukan putar bibit 180 drajat

bertujuan mematahkan akar-akar yang telah menembus tanah.

Ciri bibit abnormal di main nursery:

1. Kerdil (Runt/Stunted), bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil

dengan bibit sehat seumurnya.

2. Bibit erect Akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/

tajam terhadap sumbu vertikal sehingga terlihat tumbuh tegak. Biasa-nya anak daun

tumbuh dengan sudut yang sangat sempit terhadap tulang daun (rachis) dan terlihat

sangat kaku.

3. Bibit yang layu dan lemah (Limp) Pelepah dan helai daun terlihat lemah/layu,

penampilan bibit secara keseluruhan pucat dan pertumbuhan daun muda cenderung

lebih pendek dari yang seharusnya.

4. Bibit flat top Akibat faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang

makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata.

5. Short internode Jarak antara anak daun pada tulang pelepah ( sangat dekat dan

bentuk pelepah tampak pendek.

6. Wide internode Jarak antara anak daun pada rachis terlihat sangat lebar. Bibit

terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal.

7. Anak daun yang sempit (Narrow leaf) Bentuk helai anak daun tampak sempit dan

tergulung sepanjang alur utamanya (lidi) sehingga berbentuk seperti jarum. Anak

daun ini biasanya tumbuh membentuk sudut yang tajam dengan


8. Anak daun tidak pecah (Juvenile) Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau

tidak pecah.

9. Daun berkerut (Crinkle leaf) Bentuk daun ini memperlihatkan berbagai tingkatan

kerutan dan pada tingkat yang lebih berat akan terlihat kerutan tersebut pecah

menyi-lang. Gejala berat disebabkan oleh faktor genetik, dan gejala ringan

disebabkan oleh kekurangan air (water stress)

10. Chimaera Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat

atau bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari

jaringan yang normal.

11. Bibit terserang crown disease Akibat faktor genetik, pelepah menjadi bengkok,

melintir dan mudah patah.

12. Blast Bibit biasanya berubah secara progressif ke arah coklat dan mati perlahan-

lahan dimulai dari daun yang lebih tua dan bergerak keatas ke daun yang lebih

muda.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Lahan Praktikum Pembibitan

Perkebunan Kelapa Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian tempat ±25 mdpl pada bulan

Oktober sampai bulan Desember.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul untuk

mengolah dan membersihkan areal lahan, meteran untuk mengatur jarak letak bibit,

penggaris untuk mengukur tinggi bibit kelapa sawit, jangka sorong untuk mengukur

diameter batang, alat tulis untuk mencatat data praktikum, gembor untuk menyiram

bibit

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit kelapa

sawit umur 3 bulan Varietas PPKS Marihat sebagai objek pengamatan, polybag

sebagai tempat media tanam bibit, air untuk menyiram tanaman.

Pelaksanaan Praktikum

- Dibeli objek tanaman kelapa sawit dengan umur ±4 bulan di PPKS.

- Dibersihkan lahan tempat diletakannya bibit kelapa sawit.

- Diletakkan bibit kelapa sawit pada lahan dengan jarak tanam 1x1x1 meter.

- Diamati bibit kelapa sawit sesuai dengan parameter pengamatan.

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman

Cara mengambil data tinggi tanaman kelapa sawit (Elais guineensis Jacq)

pada praktikum pembibitan kelapa sawit ialah mengukur tinggi tanaman dari
pangkal batang diatas pemukaan media tanam hingga ujung daun yang terpanjang

dengan menggunakan penggaris sebagai alat pengukur tanaman tersebut.

Pengamatan dilakukan saat bibit berumur 16 MST.

Jumlah Daun

Cara mengambil data jumlah daun tanaman kelapa sawit (Elais guineensis

Jacq) pada praktikum pembibitan kelapa sawit ialah dengan cara menghitung

jumlah daun yang terbuka sempurna dari awal pembibitan hingga praktikum

selesai. Pengamatan jumlah daun dilakukan saat bibit berumur 16 MST dan

biasanya dilakukan bersamaan dengan pengamatan tinggi tanaman.yaitu 1x dalam

2 minggu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Pengamatan: Tinggi Tanaman (cm)


Umur Bibit : 16 MST

Perlakuan A1 A2 A3

I 55 56 56 47 48 60 57 53 53,5 48,5 54 55 53 56

II 55 58 56 59,5 51,5 58 57 55 58 59 51,5 60 51

III 61 58 55 51 56 52 61 47 60 47,5 54,5 55 53

IV 53 55 61 64 52 57 55 64 52 59 53

Parameter Pengamatan: Tinggi Tanaman (cm)


Umur Bibit : 17 MST

Perlakuan A1 A2 A3

I 55,3 57 56.5 47.8 48.5 61.5 57.8 53.5 54 49 55 56 53.5 57

II 55,8 59 57,5 60 52 58,5 58 56 59 60 53 62 52

III 62 59 55,5 52 56,7 53 62 47,8 60,2 47,8 55 56 53,5

IV 54,6 55,5 62 65 53 58,5 56,5 65 54 59,7 54,2

Parameter Pengamatan: Tinggi Tanaman (cm)


Umur Bibit : 18 MST

Perlakuan A1 A2 A3

I 56 57,3 57 48 50 63 59 54 55 51 57 56,5 55 58

II 57,2 60 58 61 53 59 59 56,5 60 62 54,5 62,5 53


III 62,5 60 57 52,5 57,8 54,2 62,3 48,5 61 48 55,8 56,5 54

IV 56 56 64 66 54 59 57 67 55 60,2 55

Parameter Pengamatan: Jumlah Daun (helai)


Umur Bibit : 16 MST

Perlakuan A1 A2 A3

I 11 11 9 10 11 10 12 12 9 9 10 10 11 10

II 10 9 10 12 11 12 12 11 12 9 10 9 12

III 10 8 13 11 9 6 10 10 11 10 13 12 10

IV 13 12 11 10 10 9 12 10 10 9 12

Parameter Pengamatan: Jumlah Daun (helai)


Umur Bibit : 17 MST

Perlakuan A1 A2 A3

I 11 12 11 10 12 12 13 14 10 10 11 11 12 11

II 11 10 12 12 12 13 14 13 12 9 10 10 13

III 10 9 14 12 10 7 11 10 12 12 14 13 11

IV 14 12 12 11 12 11 12 10 11 9 12

Parameter Pengamatan: Jumlah Daun (helai)


Umur Bibit : 18 MST

Perlakuan A1 A2 A3

I 12 13 12 11 13 12 13 14 11 11 12 12 13 13
II 12 11 13 13 13 14 14 13 13 11 12 11 13

III 12 9 15 12 10 8 12 12 13 12 14 14 12

IV 14 13 12 11 13 12 13 11 12 10 14
21

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas Perkebunan dan Produksi kelapa


Sawit di Seluruh Indonesia.

Rosa, R. N , 2012. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elais


guineensis Jacq) Di Kebun Bangun Bandar PT.Socfindo Medan, Sumatera
Utara. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Makhrusin, A. 2015. Teknik Pembibitan Kelapa Sawit dan Analisis Biaya


Pembibitan Kelapa Sawit di PT.Rambang Agro Jaya.

Kurniawan, M. 2010. Laporan Praktikum Pembibitan Kelapa Sawit. Universitas


Andalas. Padang.

Ma’aruf, A. 2018. Pengelolaan Kelapa Sawit 2: Pembibitan dan Penanaman.


Universitas Asahan. Tanjung Balai.

Mangoensoekerjo, S. Dan H. Semangun. 2008. Mnajemen Agribisnis Kelapa


Sawit. Universitas Gajah Mada press. Yogyakarta. 605 hal.

Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.

PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra
(Eds.). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Anda mungkin juga menyukai