Oleh:
ABDULLAH MUJAHID
115040201111159
PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
i
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkah dan karunianya kami masih diberikan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Pengendalian Hama dan Penyakit pada Cabai
Merah”.
Pada makalah ini telah dibahas macam-macam hama dan penyakit serta
pengendalian pembasmian hama dan penyakit tersebut, sehingga bagi siapa saja yang
akan memperdalam budidaya mengenai cabai merah tidak begitu susah.
Terima kasih atas perhatian saudara Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
perlukan.
Penyusun
ii
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................1
1.2 Rumusan masalah .................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................2
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ..................................................................3
2.1 Jenis Dan Varietas Cabai merah...…...……………………………...…3
2.2 Morfologi Cabai……………………………………………………......4
2.3 Pemeliharaan Tanaman............................................................................5
BAB III : METODE PENELITIHAN .......................................................8
3.1 Pengendalian Hama...............................................................8
3.2 Pengendalian penyakit.........................................................11
BAB IV : PEMBAHASAN .....................................................................14
Daftar Pustaka..........................................................................................17
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada observasi yang telah dilakukan di desa genting pada hari selasa (16
Maret 2010) ditemukan adanya hama yang terdapat pada tanaman cabe. Selain
itu ada beberapa cabe yang rusak diakibatkan oleh penyakit Penjualan cabe yang
selalu mengalami fluktuasi nilai pasang-surut menyebabkan para petani was-was
akan kelanjutan penghidupan mereka. Berdasarkan pernyataan seorang petani,
yaitu pak Djirma (50 tahun) Pasalnya fluktuasi nilai pasang-surut tersebut
disebabkan oleh adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabe,
sehingga menyebabkan hasil produksinya berkurang. Hama-hama tersebut
diantaranya : kumbang dan belalang. Disamping hama, ternyata ketidak
sempurnaan hasil cabe disebabkan oleh adanya penyakit, antara lain: cabuk
putih, penyakit kuning, dan keriting cabe.
Gambar 1
1.3 Tujuan:
Hargai cabai tidak selalu menetap. Seperti halnya harga bahan pookok
yang lain, cabai juga mengalami pasaang-surut harga. Hargaa cabai merah akan
melonjak drastis pada saat musim hujan karena permintaan pasar yang sangat
besar berkaitan dengan datangnya beberapa hari raya keagamaan. Permintaan
pasar tersebut biasanya tidak diimbangi dengan pasokan yang mencukupi karena
banyak petani yang enggan membudidayakannya. Hal tersebut dimaklumi karena
membudidayakan cabai merah pada musim hujan sangat berisiko, yakni
kegagalan panen akaibat cuaca yang tidak mendukung dan serangan hama dan
penyakit yang bertubi-tubi.
Cabai merah yang dibudidayakan terdiri dari beberapa jenis dan varietas yaitu:
Cabai merah
Cabai bulat
Cabai bulat yang disebut juga dengan cabai udel atau cabai domba.
Buahnya pendek dan ujungnya tumpul. Saat muda berwarna putih, setelah tua
berubah menjadi merah. Rasanya tidak begitu pedas dan agak manis.
Cabai rawit merah yang disebut juga cabai jemprit atau cabai cengek.
Saat muda berwarna hijau, setelah tua menjadi berubah merah tua kecoklatan.
Bentuk buah bulat lonjong. Daging buah lunak, rasanya sangat pedas.
Akar
Daun
Bunga
Buah
Biji
Pemasangan ajir dilakukan saat tanaman masih kecil agar tidak merusak akar.
Satu ajir dilakukan secara betahap disesuaikan dengan perkembangan
tanaman. Biasanya, pengikatan untuk setiap tanaman dilakukan sampai empat
6
kali saat tanam sampai panen. Alat yang digunakan untuk mengikat ajir adalah
tali rafia sepanjang 20 cm. Usahakan, jangan terlalu kencang mengikat agar
tidak menimbulkan luka pada batang.
2.3.2 Penyulaman
Penyulaman dilakukan 10-14 hari setelah penanaman. Penyulaman
yang baik dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress pada
bibit sulaman akibat sinar matahari yang terlalu menyengat. Bibit yang
digunakan untuk penyulaman diambil dari sisa bibit hasil persemaian
terdahulu agar keseragaman ukuran dan umurnya tetap terjaga. Biasanya bibit
yang digunakan untuk sulaman akan layu sementara setelah ditanam. Untuk
itu dilakukan penyiraman agar bibit segar kembali.
Pengairan
Cabai merah termasuk tanaman yang tidak tahan kering, tetapi juga
tidak tahan terhadap genangan air. Cabai merah tetap membutuhkan pengairan
yang cukup selkama masa pertumbuhan sampai saat panen pertama. Jika
kekuranga air pada masa pertumbuhan mengakibatkan tanaman menjadi
kerdil.
Perompelan Tunas
Pengendalian Gulma
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Salah satu kendala dalam budidaya cabai merah pada musim hujan adalah
gencarnya serangan hama dan penyakit. Serangan itu terjadi sejak bibit di
persemaian samapai panen. Kehilangan hasil panen karena serangan hama dan
penyakit pada cabai bisa mencapai 10-80%. Oleh karena itu, pengendaliannya
harus berlangsung sejak dini. Jika serangan sedah sangat berat bisa menjadi gagal
panen.
Pemantauan serta perawatan intensif lebih diutamakan daripada
mengobati tanaman yang telah sakit. Pengendaliannya, berdasarkan konsep
pemberantasan hama terpadu (PHT), yaitu pestisida sebagai alternatif terakhir
jika pengendalian nonkimia kurang efektif. Penggunaan pestisida disesuaikan
dengan jenis serangan. Tidak dianjurkan menggunakannya secara berlebihan,
karena bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada hama dan penyakit,
terbunuhnya musuh alami hama, dan meningkatkan kandungan residu berbahaya
bagi konsumen cabai.
Hama ini menyerang bagian batang cabai yang masih muda dengan
cara memakannya sampai batang terpotong. Pencegahan ulat tanah bisa
dilakukan dengn mengambilnya secara manual dan memusnakannya.
Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan Diptrex 95 SP atau
Drusban 0,2% dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.
Buah adalah sasaran utama hama ini. Buah yang terserang akan
9
membusuk dan rontok. Agar tidak menular, buah yang telah terserang harus
dibuang atau dimusnakan. Pengendalian hama ulat buah dilakukan dengan
mengaplikasikan insektisida, seperti Agrimycin, Buldok 25 EC, Cucacron 500
EC dengan dosis sesuai dengan anjuran kemasannya.
Ulat grayak menyerang daun dan buah cabai. Gejala yang ditimbulkan
oleh serangan hama ini adalah rusaknya daun dan buah cabai akibat gigitan
ular grayak. Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan selalu menjaga
kebersihan lingkungan di sekitar tanaman. Pencegahannya bisa diaplikasikan
insektisida, seperti Atabron 50 EC, Curracon 500 EC, Dharmafur 3G, Fenval
200 EC dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.
Gambar 3
daun berlubang akibat serangan ulat grayak
Thrips
Belalang
Busuk daun
Layu bakteri
Rebah kecambah
Virus yang menyerang biasanya dibawa hama inang, seperti kutu daun,
thrips, dan tungau. Gejala serangan virus antara lain timbul bercak-bercak
berbentuk lingkungan yang semakin lama semakin banyak di daun atau buah,
daun mengeriting, tanaman terlihat kurus dan merana, akhirnya mati. Penyakit
akibat virus belum bisa ditanggulangi karena tidak ada obatnya. Pencegahan
yang terbaik adalah dengan selalu menjaga lingkungan sekitar lokasi lahan
agar hama inang pembawa virus tidak datang. Selain itu tanaman yang
terserang harus dimusnakan agar tidak menulari tanaman yang masih sehat.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Adanya hama dan penyakit pada suatu lahan tanam yang menyerang
tanaman, perlu diberlakukan pengendalian dan perlindungan tanaman yang
dilakukan oleh produsen tanam agar tanaman terjaga dan dapat memberikan hasil
yang produktif. Begitu juga pada cabai yang merupakan tanaman budidaya
sayuran, hama dan penyakit yang terdapat di desa genting, malang adalah ulat,
thrips, belalang, lalat. Ada beberapa macam pengendalian yang diberlakukan
selain pengendalian secara manual. Pengendalian manual yaitu pengendalian
yang dilakukan dengan cara mengambil langsung hama yang sedang menyerang
tanaman budidaya cabai tersebut. Pengendalian manual ini dilakukan ketika
hama yang menyerang tanaman cabai masih dalam jumlah batas yang relatif
sedikit. Oleh karena-nya pengendalian semacam manual ini dipilih buruh tani
agar dapat menjaga tanaman dan kelangsungannya lebih baik , dikarenakan
jumlah hama yang menyerang masih relatif sedikit . Namun, pengendalian secara
manual ini tidak efektif ketika diberlakukan pada musim hujan seperti saat ini,
dikarenakan curah hujan yang tinggi yang memberikaan kelembapan pada
tanaman memberikan sinyal positif kepada hama-hama tanaman, sehingga
jumlah populasi hama yang menyerang semakin tinggi . Oleh karena itu,
penyemprotan pestisida dalam 2 pekan bisa diberikan sebanyak 2 kali guna
memberantas jumlah hama hama tanaman yang melonjak pada musim hujan.
Pestisida yang diberikan pun tidak sama, terdapat berbagai macam jenis pestisida
dari berbagai jenis pula . Keseluruhan pestisida yang diberikan disesuaikan
dengan fungsi dan guna masing – masing untuk tanaman. Dalam pemberian
pestisida kimia tersebut memiliki takaran-takaran tertentu untuk tanaman, agar
nantinya tidak terjadi ”over giving” pestisida yang dapat memberikan dampak
buruk terhadap tanaman .
15
Hasil dari pengendalian seperti diatas dirasa positif, mendekati optimal
.Hal itu dibuktikan bahwasannya tanaman terong yang ditanam di luas lahan 100
m ini dapat dipanen 1 kali dalam sepekan. Dalam sekali panen dapat
menghasilkan 1-2 ton tanaman cabai.
Sementara itu, tanaman cabai yang di budidayakan di desa genting ini
lebih dominan akan serangan penyakit jika dibandingkan dengan hama. diantara
berbagai jenis penyakit tanaman cabai, ditemukan adanya penyakit layu bakteri,
penyakit bercak daun, dan penyakit akibat virus.
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri. Ciri-ciri yang akan terlihat
ketika tanaman cabai terkena penyakit layu bakteri adalah layunya daun seperti
kepanasan, sehingga lama-lama batang dan cabang tertular dan tanaman akan
mati. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan bakterisida seperti
Agrept 20 WP atau Agrimycin 15/1,5 WP dengan dosis sesuai dengan anjuran di
kemasannya.
Untuk penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur yang meyerang daun,
batang, dan tangkai buah. Gejalanya muncul bercak-bercak kecil berbentuk bulat.
Penyakit ini biasanya memnyebabkan daun, serta tangkainya layu dan rontok.
Pencegahannya bisa dilakukan dengan memiliki bibit yang berkualitas dan tahan
penyakit. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida, seperti
Anvil 50 SC, Alto 100SL, Baycor 25 WP, Daconil 75 WP, Antracol 70 WP
dengan dosis sesuai anjuran dikemasannya.
16
Gambar 7
bercak-bercak kecil pada daun
Gambar 8
cabai mengeriting
17
Daftar Pustaka