Anda di halaman 1dari 20

TUGAS INDIVIDU

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


“PENGENDALIAN HAMA dan PENYAKIT
pada TANAMAN CABAI MERAH”

Oleh:

ABDULLAH MUJAHID
115040201111159

PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012
i

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
berkah dan karunianya kami masih diberikan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “Pengendalian Hama dan Penyakit pada Cabai
Merah”.
Pada makalah ini telah dibahas macam-macam hama dan penyakit serta
pengendalian pembasmian hama dan penyakit tersebut, sehingga bagi siapa saja yang
akan memperdalam budidaya mengenai cabai merah tidak begitu susah.
Terima kasih atas perhatian saudara Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
perlukan.

Penyusun
ii
Daftar Isi

Kata pengantar ..........................................................................................i

Daftar isi ..................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .......................................................................1
1.2 Rumusan masalah .................................................................1
1.3 Tujuan ...................................................................................2
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ..................................................................3
2.1 Jenis Dan Varietas Cabai merah...…...……………………………...…3
2.2 Morfologi Cabai……………………………………………………......4
2.3 Pemeliharaan Tanaman............................................................................5
BAB III : METODE PENELITIHAN .......................................................8
3.1 Pengendalian Hama...............................................................8
3.2 Pengendalian penyakit.........................................................11
BAB IV : PEMBAHASAN .....................................................................14

Daftar Pustaka..........................................................................................17
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada observasi yang telah dilakukan di desa genting pada hari selasa (16
Maret 2010) ditemukan adanya hama yang terdapat pada tanaman cabe. Selain
itu ada beberapa cabe yang rusak diakibatkan oleh penyakit Penjualan cabe yang
selalu mengalami fluktuasi nilai pasang-surut menyebabkan para petani was-was
akan kelanjutan penghidupan mereka. Berdasarkan pernyataan seorang petani,
yaitu pak Djirma (50 tahun) Pasalnya fluktuasi nilai pasang-surut tersebut
disebabkan oleh adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabe,
sehingga menyebabkan hasil produksinya berkurang. Hama-hama tersebut
diantaranya : kumbang dan belalang. Disamping hama, ternyata ketidak
sempurnaan hasil cabe disebabkan oleh adanya penyakit, antara lain: cabuk
putih, penyakit kuning, dan keriting cabe.

Gambar 1

1.2 Rumusan Masalah:

1. Meneliti jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabe?


2. Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada cabe ?
2

1.3 Tujuan:

Dengan adanya latar belakang kita dapat menyimpulkan atau mengambil


manfaat serta tujuan diadakan pembahasan ini, antara lain :

1 Mengetahui jenis hama yang menyerang tanaman cabe.

2 Mengetahui dan dapat mengendalikan hama dan penyakit pada cabe.


3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Cabai merah merupakan salah satu komoditi holtikultura unggulan.


Tanaman ini bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik di lahan basah (sawah)
dan lahan kering (tegalan), didataran rendah sampai dataran tinggi. Cabai merah
sangat cocok ditanam pada awal musim kemarau, walaupun tidak tertutup
kemungkinan dibudidayakan pada musim hujan.

Hargai cabai tidak selalu menetap. Seperti halnya harga bahan pookok
yang lain, cabai juga mengalami pasaang-surut harga. Hargaa cabai merah akan
melonjak drastis pada saat musim hujan karena permintaan pasar yang sangat
besar berkaitan dengan datangnya beberapa hari raya keagamaan. Permintaan
pasar tersebut biasanya tidak diimbangi dengan pasokan yang mencukupi karena
banyak petani yang enggan membudidayakannya. Hal tersebut dimaklumi karena
membudidayakan cabai merah pada musim hujan sangat berisiko, yakni
kegagalan panen akaibat cuaca yang tidak mendukung dan serangan hama dan
penyakit yang bertubi-tubi.

2.1 Jenis Dan Varietas Cabai merah

Cabai merah yang dibudidayakan terdiri dari beberapa jenis dan varietas yaitu:

 Cabai merah

Cabai merah, menghasilkan buah yang bulat panjang dan runcing


ujungnya. Saat masih muda berwarna hijau, setelah tua berubah menjadi
merah. Daging buah umumnya renyah, kadang-kadang lunak pada jenis
tertentu. Rasanya manis agak pedas. Ada dua jenis cabai merah yang dijual
dipasaran, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting.
4

 Cabai bulat

Cabai bulat yang disebut juga dengan cabai udel atau cabai domba.
Buahnya pendek dan ujungnya tumpul. Saat muda berwarna putih, setelah tua
berubah menjadi merah. Rasanya tidak begitu pedas dan agak manis.

 Cabai rawit merah

Cabai rawit merah yang disebut juga cabai jemprit atau cabai cengek.
Saat muda berwarna hijau, setelah tua menjadi berubah merah tua kecoklatan.
Bentuk buah bulat lonjong. Daging buah lunak, rasanya sangat pedas.

2.2 Morfologi Cabai

Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi akar, batang, dan cabang,


daun, bunga, buah, serta buah dan biji

 Akar

Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan bercabang-cabang


kesamping membentuk akar serabut. Akar serabut cabai bisa menembus tanah
samapi kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm.

 Batang dan cabang

Tanaman cabai berbentuk semak, batangnya berkayu. Tipe


percabangannya tegak dan menyebar dengan tajuk yang berbeda-beda,
tergantung pada varietasnya. Tinggi tanaman cabai mencapai 100-120 cm
dengan lebar tajuk cabangnya bisa mencapai bisa sampai 100cm.

 Daun

Daun cabai merupakan daun tunggal dengan helai berbentuk ovote


atau lanceolate, muncul di tyunas-tunas samping yang tumbuh berurutan di
batang utama. Daun cabai tersusun spiral, umumnya berwarna hijau dan hijau
tua.
5

 Bunga

Bunga cabai bersifat tunggal dan tumbuh di ujung ruas tunas.


Mahkotanya berwarna putih atau ungu, tergantung pada varietasnya. Alat
kelamin jantan dan betina terletak di satu bunga, sehingga termasuk bunga
sempurna.

 Buah

Ukuran buah cabai beragam, dari pendek sampai panjang dengan


ujung runcing atau tumpul. Bentuk buah umumnya bulat memanjang. Buah
cabai memiliki rongga dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai dengan
varietasnya. Di dalam buah terdapat plasenta tempat biji melekat. Daging
buah cabai umumnya renyah dan kadang-kadang lunak.

 Biji

Biji cabai terletak di dalam buah, melekat sepanjang plasenta.


Warnanya putih atau kuning jerami dan memiliki lapisan kuning keras di
bagian luarnya. Bobot cabai yang telah kering rata-rata 120 butir/gram. Biji
inilah yang digunakan sebagai benih untuk menghasilkan bibit tanaman baru.

2.3 Pemeliharaan Tanaman


Masalah utama dalam budidaya cabai merah pada musim hujan adalah
cuaca yang tidak mendukung serta munculnya gangguan hama dan penyakit
yang bertubi-tubi. Untuk itu, cabai merah yang ditanam harus dipelihara dan
dirawat dengan maksimal agar tidah mengalami gagal panen akibat mati atau
terserang hama dan penyakit.

2.3.1 Pemasangan Ajir

Pemasangan ajir dilakukan saat tanaman masih kecil agar tidak merusak akar.
Satu ajir dilakukan secara betahap disesuaikan dengan perkembangan
tanaman. Biasanya, pengikatan untuk setiap tanaman dilakukan sampai empat
6

kali saat tanam sampai panen. Alat yang digunakan untuk mengikat ajir adalah
tali rafia sepanjang 20 cm. Usahakan, jangan terlalu kencang mengikat agar
tidak menimbulkan luka pada batang.

2.3.2 Penyulaman
Penyulaman dilakukan 10-14 hari setelah penanaman. Penyulaman
yang baik dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress pada
bibit sulaman akibat sinar matahari yang terlalu menyengat. Bibit yang
digunakan untuk penyulaman diambil dari sisa bibit hasil persemaian
terdahulu agar keseragaman ukuran dan umurnya tetap terjaga. Biasanya bibit
yang digunakan untuk sulaman akan layu sementara setelah ditanam. Untuk
itu dilakukan penyiraman agar bibit segar kembali.

 Pemberian Pupuk Susulan

Jenis pupuk yang dapat menambah unsur hara N, P, K, dan S adalah


urea, ZA, TSP/SP-36, KCL, dan ZK (K2SO4). Sementara itu, pupuk yang
dapat menambah unsur hara Ca dan Mg adalah kapur atau dolomit. Sebagai
penambah unsur hara mikro umumnya digunakan pupuk organik atau kompos.

Gambar 2. pupuk susulan


7
 Pemberian Pupuk Pelengkap Cair

Pemberian pupuk pelengkap cair (PPC) melalui daun diberikan saat


tanaman berumur empat dan tujuh minggu setelah bibit ditanam. Tujuannya
untuk melengkapi unsur hara yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Pemberian poupuk PPC dilakukan dengan cara menyemprotkannya
menggunakan sprayer.

 Pemberian Zat Pengatur Tunbuhan

Pemberian zat pengatur tumbuh merupakan salah satu cara untuk


mengatasi amslah faktor lingkungan yang kurang baik terhadap proses
pembungaan dan pembuahan. Pemberian ZPT diharapkan dapat mempercepat
munculnya bunga dan buah.

 Pengairan

Cabai merah termasuk tanaman yang tidak tahan kering, tetapi juga
tidak tahan terhadap genangan air. Cabai merah tetap membutuhkan pengairan
yang cukup selkama masa pertumbuhan sampai saat panen pertama. Jika
kekuranga air pada masa pertumbuhan mengakibatkan tanaman menjadi
kerdil.

 Perompelan Tunas

Selama pertumbuhan, batang cabai banyak ditumbuhi tunas-tunas baru


yang dalam perkembangannya ikut menyerap air dari tanah. Tunas yang
dirompel adalah tunas yang keluar dari ketiak daun di bawah cabang utama.
Tunas yang tumbuh di atas percabangan tidak dirompel.

 Pengendalian Gulma

Keberadaan gulma di bedengan atau parit bisa menjadi pesaing utama


untuk mendapatkan unsur hhara dan air dari dalam tanah. Selain.
8

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Salah satu kendala dalam budidaya cabai merah pada musim hujan adalah
gencarnya serangan hama dan penyakit. Serangan itu terjadi sejak bibit di
persemaian samapai panen. Kehilangan hasil panen karena serangan hama dan
penyakit pada cabai bisa mencapai 10-80%. Oleh karena itu, pengendaliannya
harus berlangsung sejak dini. Jika serangan sedah sangat berat bisa menjadi gagal
panen.
Pemantauan serta perawatan intensif lebih diutamakan daripada
mengobati tanaman yang telah sakit. Pengendaliannya, berdasarkan konsep
pemberantasan hama terpadu (PHT), yaitu pestisida sebagai alternatif terakhir
jika pengendalian nonkimia kurang efektif. Penggunaan pestisida disesuaikan
dengan jenis serangan. Tidak dianjurkan menggunakannya secara berlebihan,
karena bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada hama dan penyakit,
terbunuhnya musuh alami hama, dan meningkatkan kandungan residu berbahaya
bagi konsumen cabai.

3.1 Pengendalian Hama


 Ulat tanah (Agrotis sp)

Hama ini menyerang bagian batang cabai yang masih muda dengan
cara memakannya sampai batang terpotong. Pencegahan ulat tanah bisa
dilakukan dengn mengambilnya secara manual dan memusnakannya.
Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan Diptrex 95 SP atau
Drusban 0,2% dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

 Ulat buah (Daus sp)

Buah adalah sasaran utama hama ini. Buah yang terserang akan
9

membusuk dan rontok. Agar tidak menular, buah yang telah terserang harus
dibuang atau dimusnakan. Pengendalian hama ulat buah dilakukan dengan
mengaplikasikan insektisida, seperti Agrimycin, Buldok 25 EC, Cucacron 500
EC dengan dosis sesuai dengan anjuran kemasannya.

 Ulat grayak (Spodoptera sp)

Ulat grayak menyerang daun dan buah cabai. Gejala yang ditimbulkan
oleh serangan hama ini adalah rusaknya daun dan buah cabai akibat gigitan
ular grayak. Pengendalian hama ini bisa dilakukan dengan selalu menjaga
kebersihan lingkungan di sekitar tanaman. Pencegahannya bisa diaplikasikan
insektisida, seperti Atabron 50 EC, Curracon 500 EC, Dharmafur 3G, Fenval
200 EC dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

Gambar 3
daun berlubang akibat serangan ulat grayak

 Thrips

Hama thrips menyebabkan pucuk dan daun muda mengeriting berubah


warna menjadi keperakan sebelum akhirnya mengering dan rontok. Hama
yang berwarna abu-abu atau coklat ini memiliki ukuran yang sanagt kecil,
10

hanya1-1,5 mm. Pengendalian hama ini dilakukan dengan mengaplikasikan


insektisida, seperti Padan 50 SP, Dicarzol 25 SP, Decis 2,5 EC, Fenthrin 50
EC dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

 Belalang

Belalang yang menyerang biasanya adalah belalang yang berukurang


kecil. Bagian yang diserang adalah tuans muda dan batang. Akibat yang
ditimbulkan oleh belalang adalah rusaknya daun dan batang karena
gigitannya. Pecegahan belalang bisa dilakukan dengan cara mengambil dan
memusnakannya satu persatu atau memasang perangkap disekitar lokasi
tanam. Sementara itu pengendaliannya bisa dilakukan dengan
mengaplikasikan insektisida seperti Orthene, Diazinon, Malathion, Byrusil
dan Folidol dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya.

 Lalat buah (Bactrocera dorsalis)

Hama ini merupakan musuh utama dalam budidaya cabai karena


menjadi penyebab busuknya buyah. Lalat buah lalat buah menyuntikkan
telurnya kedalam buah cabai. Telur tersebut akan berkembang dan m enjadi
larva di dalam buah, saat itulah buah digerogoti dari dalam sampai busuk dan
rontok. Pencegahan lalat buah bisa dilakukan dengan memasang perangkap
berbahan aktif Methyl eugenol. Sementara untuk pengendaliannya dilakukan
dengan mengaplikasikan insektisida seperti buldok 25 EC, Curracon 500 EC,
Decis 2,5 EC, Mospilan 20 SP dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya.

Gambar 4. Buah membusuk


11

3.2 Pengendalian Penyakit


 Penyakit bercak daun

Penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora sp, yang


menyerang daun, batang, dan tangkai buah. Gejala serangannya muncul
bercak-bercak kecil berbentuk bulat dengan diameter 0,5cm. Penyakit ini
biasanya menyebabkan daun, buah serta tangkainya layu dan rontok.
Pencegahannya bisa dilakukan dengan memiliki bibit yang berkualitas dan
tahan penyakit. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan
fungisida, seperti Anvil 50 SC, Alto 100SL, Baycor 25 WP, Daconil75 WP,
Antracol 70 WP dengan dosis sesuai anjuran dikemasannya.

 Penyakit layu fusarium

Fusarium oxisporum merupakan jamur penyebab terjadinya penyakit


layu fusarium. Penyakit ini menyerang daun cabai. Gejala yang ditimbulkan
adalah layunya bagian bawah daun dan menyebar ke seluruh bagian daun.
Penyakit ini banyak menyerang tanaman cabai yang ditanam di dataran tinggi
yang terlalu lembab. Pencegahannya dilakukan dengan memilih bibit yang
tahan penyakit dan menjaga kondisi lingkungan selalu stabil.
Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida Saco P atau
Benlate dengan dosis sesuai anjuran pada kemasannya.

 Patek buah atau antraknosa

Penyakit ini juga disebabkan oleh jamur. Gejalanya timbul cendawan


berwarna merah muda atau hitam bundar pada buah muda dan buah yang
sudah hampir matang. Lama-kelamaan buah menjadi busuk, kering, dan
akhirnya rontok.pencehan penyakit ini bisa dilakukan dengan mengatur jarak
tanam dan menjaga sanitasi lahan. Buah yang terserang harus dimusnakan
agar tidak menular ke buah yang masih sehat. Pengendaliannya diakukan
dengan mengaplikasikan fungisida seperti Ridomil MZ, Previcur-N, Provit,
12

Daconil,m Antracol, Vondozeb dengan dosis sesuai dengan ajuran


kemasannya.

Gambar 5 penyakit patek buah

 Busuk daun

Penyakit busuk daun disebabkan oleh jamur Phytopthora infestans.


Gejala yang ditimbulkan adalah munculnya beercaak-bercak hitam seperti
cacar pada daun dan buah. Penyakit ini menyebabkan buah dan daun menjadi
kering, keras, dan akhirnya membusuk. Pencegahan penyakit ini dilakukan
dengan meninggikan bedengan dan menjaga sanitasi lingkungan.
Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisisda seperti
Previcur-N, Cucapit, Dipolatan AF, Dithane M-45 dengan dosis sesuai dengan
anjuran di kemasannya.

 Layu bakteri

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit yang disebabkan bakteri


Pseudomonas solanacearum ini adalah layunya daun seperti kepanasan. Lama-
kelamaan, batang dan cabang tertular dan tanaman akan mati. Tanaman yang
sudah terserang bakteri ini tidak boleh dibiarkan hidup, tetapi harus
dimusnakan agar tidak menulari tanaman yang lainnya. Pencegahan penyakit
ini dilakukan dengan melakukan rotasi tanaman lahan yang digunakan.
Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan bakterisida seperti
Agrept 20 WP atau Agrimycin 15/1,5 WP dengan dosis sesuai dengan anjuran
di kemasannya.
13

 Rebah kecambah

Penyakit rebah kecambah atau damping off biasanya menyerang sejak


masa persemaian. Gejalanya adalah pangkal batang berubah warna menjadi
coklat kemudian membusuk. Pangkal batang yang membusuk tidak kuat
menyangga tanaman sehingga akan rebah dan akhirnya mati. Penyakit ini
disewbabkan oleh jamur Rhizoctonia sp dan Phytium sp. Pencegahan dapat
dilakukan dengan merendam akar benih menggunakan larutan
propamokarbihidroklorida. Pengendaliannya dilakukan dengan
mengaplikasikan fungisida seperti Vigitran Blue, Previcur N, Vendoseb 80
WP, Antracol 70 WP dengan dosis sesuai dengan anjuran di kemasannya.

 Penyakit akibat virus

Virus yang menyerang biasanya dibawa hama inang, seperti kutu daun,
thrips, dan tungau. Gejala serangan virus antara lain timbul bercak-bercak
berbentuk lingkungan yang semakin lama semakin banyak di daun atau buah,
daun mengeriting, tanaman terlihat kurus dan merana, akhirnya mati. Penyakit
akibat virus belum bisa ditanggulangi karena tidak ada obatnya. Pencegahan
yang terbaik adalah dengan selalu menjaga lingkungan sekitar lokasi lahan
agar hama inang pembawa virus tidak datang. Selain itu tanaman yang
terserang harus dimusnakan agar tidak menulari tanaman yang masih sehat.
14

BAB IV

PEMBAHASAN

Adanya hama dan penyakit pada suatu lahan tanam yang menyerang
tanaman, perlu diberlakukan pengendalian dan perlindungan tanaman yang
dilakukan oleh produsen tanam agar tanaman terjaga dan dapat memberikan hasil
yang produktif. Begitu juga pada cabai yang merupakan tanaman budidaya
sayuran, hama dan penyakit yang terdapat di desa genting, malang adalah ulat,
thrips, belalang, lalat. Ada beberapa macam pengendalian yang diberlakukan
selain pengendalian secara manual. Pengendalian manual yaitu pengendalian
yang dilakukan dengan cara mengambil langsung hama yang sedang menyerang
tanaman budidaya cabai tersebut. Pengendalian manual ini dilakukan ketika
hama yang menyerang tanaman cabai masih dalam jumlah batas yang relatif
sedikit. Oleh karena-nya pengendalian semacam manual ini dipilih buruh tani
agar dapat menjaga tanaman dan kelangsungannya lebih baik , dikarenakan
jumlah hama yang menyerang masih relatif sedikit . Namun, pengendalian secara
manual ini tidak efektif ketika diberlakukan pada musim hujan seperti saat ini,
dikarenakan curah hujan yang tinggi yang memberikaan kelembapan pada
tanaman memberikan sinyal positif kepada hama-hama tanaman, sehingga
jumlah populasi hama yang menyerang semakin tinggi . Oleh karena itu,
penyemprotan pestisida dalam 2 pekan bisa diberikan sebanyak 2 kali guna
memberantas jumlah hama hama tanaman yang melonjak pada musim hujan.
Pestisida yang diberikan pun tidak sama, terdapat berbagai macam jenis pestisida
dari berbagai jenis pula . Keseluruhan pestisida yang diberikan disesuaikan
dengan fungsi dan guna masing – masing untuk tanaman. Dalam pemberian
pestisida kimia tersebut memiliki takaran-takaran tertentu untuk tanaman, agar
nantinya tidak terjadi ”over giving” pestisida yang dapat memberikan dampak
buruk terhadap tanaman .
15
Hasil dari pengendalian seperti diatas dirasa positif, mendekati optimal
.Hal itu dibuktikan bahwasannya tanaman terong yang ditanam di luas lahan 100
m ini dapat dipanen 1 kali dalam sepekan. Dalam sekali panen dapat
menghasilkan 1-2 ton tanaman cabai.
Sementara itu, tanaman cabai yang di budidayakan di desa genting ini
lebih dominan akan serangan penyakit jika dibandingkan dengan hama. diantara
berbagai jenis penyakit tanaman cabai, ditemukan adanya penyakit layu bakteri,
penyakit bercak daun, dan penyakit akibat virus.
Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri. Ciri-ciri yang akan terlihat
ketika tanaman cabai terkena penyakit layu bakteri adalah layunya daun seperti
kepanasan, sehingga lama-lama batang dan cabang tertular dan tanaman akan
mati. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan bakterisida seperti
Agrept 20 WP atau Agrimycin 15/1,5 WP dengan dosis sesuai dengan anjuran di
kemasannya.

Gambar 6. akar yang terserang bakteri

Untuk penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur yang meyerang daun,
batang, dan tangkai buah. Gejalanya muncul bercak-bercak kecil berbentuk bulat.
Penyakit ini biasanya memnyebabkan daun, serta tangkainya layu dan rontok.
Pencegahannya bisa dilakukan dengan memiliki bibit yang berkualitas dan tahan
penyakit. Pengendaliannya dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida, seperti
Anvil 50 SC, Alto 100SL, Baycor 25 WP, Daconil 75 WP, Antracol 70 WP
dengan dosis sesuai anjuran dikemasannya.
16

Gambar 7
bercak-bercak kecil pada daun

Sedangkan penyakit akibat virus biasanya disebabkan oleh virus yang


menyerang. Gejala serangan virus antara lain timbul bercak-bercak berbentuk
lingkungan yang semakin lama semakin banyak di daun atau buah, daun
mengeriting, tanaman terlihat kurus dan merana, akhirnya mati. Penyakit akibat
virus belum bisa ditanggulangi karena tidak ada obatnya. Pencegahan yang
terbaik adalah dengan selalu menjaga lingkungan sekitar lokasi lahan agar hama
inang pembawa virus tidak datang. Selain itu tanaman yang terserang harus
dimusnakan agar tidak menulari tanaman yang masih sehat.

Gambar 8
cabai mengeriting
17

Daftar Pustaka

Agromedia, Redaksi. 2007. Budidaya Cabai merah. Jakarta: Agromedia pustaka.


http://www.google.com

Anda mungkin juga menyukai