Anda di halaman 1dari 34

MAGANG I

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG


DI PERKEBUNAN PT. WINDU NABATINDO LESTARI
KECAMATAN CEMPAGA HULU, KABUPATEN KOTA
WARINGIN TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
PENGELOLAAN KEBUN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :
Nama : BENI PUTRA PRATAMA SILITONGA
NIM : 19/20903/BP/SPKS D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan karunia
dan rahmat-Nya, kegiatan dan laporan Magang di PT. Pundu Nabatindo Estate ini
dapat berjalan dengan baik. Magang ditujukan untuk dapat memberi pemahaman dari
segi-segi perbedaan yang timbul antara teori dan praktek lapangan secara langsung,
sehingga dapat dibuat suatu serangkaian pelajaran yang berguna untuk
pengembangan pendidikan perkebunan kelapa sawit.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan kegiatan dan laporan Magang.
2. Bapak M.Yusuf Fadly Asisten Pembimbing dan seluruh staff-staff Estate PNBE
yang senantiasa membimbing dan mengarahkan pekerjaan-pekerjaan di lapangan
dan kantor dalam penyusunan laporan ini.
3. Supervisi serta seluruh karyawan yang dengan senang hati membantu dalam
kegiatan di lapangan.
4. Bapak Tresno sihombing selaku kasie dan Purnomo selaku Estate Manager PNBE
yang senantiasa memantau pekerjaan-pekerjaan di lapangan dan kantor.
5. Sry Dr. Sri Surianti, SP.,MP. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran dan pengarahan dalam penulisan laporan ini.
6. Bapak Dr. Dimas Deworo Puruhito, SP., MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Instiper.
7. Orang Tua yang telah mendoakan saya selama proses magang berlangsung.
8. Semua pihak yang telah berjasa dari awal hingga tersusunnya laporan Magang ini.

Penulis menyadari sepenuhnya Laporan Magang ini memiliki banyak


kekurangan dan kelebihan di dalamnya. Oleh karena itu, masukan saran maupun
pendapat dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menunjang kesempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya
dan bagi pribadi pada khususnya.
Yogyakarta, 01 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Magang

Mahasiswa Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta turut


berpartisipasi dalam mengikuti program merdeka belajar kampus merdeka
(MBKM) yang diselengarakan oleh kementrian pendidikan kebudayaan riset dan
teknologi. Salah satu sub-program yang saya ikuti adalah magang di PT.
Bumitama Gunajaya Agro, Region Kalimantan Tenggah.

Magang ini ditawarkan pada semester tujuh dan harus memenuhi beberapa
syarat. Progam merdeka belajar kampus merdeka (MBKM) ini sangat penting
bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun
hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan
lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian.
Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan
akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan
passion dan bakatnya.
Proses pembelajaran dalam Kampus Merdeka merupakan salah satu
perwujudan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered
learning) yang sangat esensial. Pembelajaran dalam Kampus Merdeka
memberikan tantangan dan kesempatan untuk pengembangan inovasi, kreativitas,
kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan
kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan
dinamika lapangan seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi
sosial, kolaborasi, manajemen diri, tuntutan kinerja, target dan pencapaiannya.
Melalui program merdeka belajar yang dirancang dan diimplementasikan dengan
baik, maka hard dan soft skills mahasiswa akan terbentuk dengan kuat.
B. Tujuan Magang
Tujuan kegiatan magang pengelolaan perkebunan kelapa sawit dilaksanakan
sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu mempersiapakan diri untuk di dunia kerja


2. Meningkatkan hard dan soft skills mahasiswa

C. Deskripsi Perusahaan
Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok
perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit.
kegiatan bisnis utama kami adalah membudidayakan pohon kelapa sawit, serta
memanen dan mengolah tandan buah sawit segar (TBS) menjadi CPO dan PKO
yang terbesar di Indonesia. Saat ini BGA Group beroperasi di empat propinsi
yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Riau. Unit usaha BGA Group
terdiri dari 66 perkebunan kelapa sawit (Estates) seluas 181.570 Ha (Planted
Area) dan 14 pabrik kelapa sawit (Mills) dengan total kapasitas 925 ton/jam.
BGA Group bertekad tidak sekedar membangun perkebunan, melainkan
membangun masyarakat perkebunan di Indonesia, bersama dengan para petani
kelapa sawit yang merupakan mitra usaha.
Magang adalah suatu program belajar sekaligus berlatih bekerja dengan cara
langsung pada sebuah perusahaan selama beberapa waktu. Perusahaan yang
menerima karyawan magang berhak memberi tugas dan wajib memberi
bimbingan selama program. Di akhir program, peserta magang akan mendapat
penilaian dari pihak perusahaan, terutama dari atasannya langsung.Magang
termasuk salah satu mata kuliah wajib yang akan mempengaruhi nilai. Namun,
ada juga program studi yang tidak mensyaratkannya sama sekali.Kamu mungkin
juga pernah mendengar istilah PKL atau Praktek Kerja Lapangan. Tujuan utama
program magang adalah mempersiapkan mahasiswa untuk menghadapi dunia
kerja. Kegiatan Magang ini berlangsung selama 5 bulan terhitung mulai tanggal
16 Agustus – 21 Desember 2022.
Secara geografis Pundu Nabatindo Estate (PNBE) terletak di desa
Pundu,kecamatan Cembaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan
Tengah. Pundu Nabatindo Estate (PNBE) merupakan salah satu bagian dari anak
perusahaan PT. Windu Nabatindo Lestari. Adapun luasan Ha yang dimiliki
PNBE seluas 2.179 ha,yang terdiri dari 3 divisi.
1. Divisi I luas areal tanam :
2. Divisi II luas areal tanam :
3. Divis III luas areal tanam :729,38 ha
Adapun lokasi magang penulis di Divisi 3 dengan luasan ha berdasarkan Tahun
tanam :

1. 1998 : 373,86 ha
2. 1999 : 239,39 ha
3. 2003 : 108,21 ha
4. 2008 : 8,97 ha
5. 2013 : 1,77 ha
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Persiapan Lahan
Persiapan lahan (Land Preparation) adalah kegiatan pembukaan dan
pengolahan lahan hingga siap ditanami kelapa sawit. Pembukaan lahan
merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan pertanaman kelapa sawit yang
sangat bergantung pada jenis vegetasi, topografi, sarana, dan prasarana
pendukung (Anonim, 2015). Menurut Sunarko (2014) jenis pekerjaan, persiapan
lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Penyusunan Tata Ruang
Penyusunan tata ruang adalah kegiatan merencanakan pembangunan
perkebunan kelapa sawit pada suatu lokasi tertentu sehingga tervisualisasi
seperti apa perkebunan yang akan dibangun.
2. Rintis–Blocking
Rintis-blocking merupakan kegiatan membagi wilayah kebun yang ada
dengan penentuan titik titik yang akan dijadikan blok, jalurjalan, dan
membuat jalan setapak yang hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki.
3. Pembuatan Jalan dan Jembatan
Jalan maupun jembatan merupakan prasarana untuk transportasi
melewati wilayah kebun untuk membantu mobilitas berbagai jenis kegiatan
seperti penanaman terutama dalam pengangkutan bibit, alat-alat dan tenaga
kerja serta pengawasan seluruh pekerjaan di lapangan. Jalan di dalam
perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi 6 jalan, yaitu Acces Road, Main
Road, Collection Road, Key Road, jalan kontur, dan jalan pringgan.
Adapun persentase panjang jalan untuk panjang jalan utama adalah 5%
dari total panjang jalan, panjang jalan transport adalah 25% dari total
panjang jalan, dan panjang jalan pengumpul adalah 70% dari total panjang
jalan.
4. Pembuatan Drainase
Pembuatan drainase merupakan kegiatan pembuatan parit-parit di
daerah rendahan dan gambut untuk mengatur tinggi permukaan air ataupun
kelebihan air.
5. Persiapan Lahan Eks Lalang
Untuk lahan eks lalang, persiapan lahan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara mekanis dan kimia. Untuk cara kimia, lalang disemprot
dengan menggunakan herbisida sistemik dengan beberapa kali pengulangan
sedangkan cara mekanis dilakukan dengan menggunakan traktor yang
dilengkapi dengan alat bajak dan garu untuk membalik tanah agar akar
tanaman lalang naik kepermukaan sehingga kering dan akhirnya mati.
6. Imas
Imas merupakan kegiatan pemotongan kayu-kayu kecil yang memiliki
diameter kurang dari 15 cm dan memiliki tujuan untuk memberikan jalan
kepada pekerja yang akan melakukan pekerjaan tumbang. Selain itu yang
harus diperhatikan adalah bekas tebang harus mepet degan permukaan tanah
(maksimum 20 cm) dan dilakukan hingga bersih.
7. Tumbang
Tumbang merupakan kegiatan penebangan kayu yang berukuran besar
atau yang memiliki diameter lebih dari 15 cm. Penumbangan harus
dilakukan terhadap semua kayu tanpa terkecuali (tidak boleh ada kayu yang
berdiri tegak) dan hasil tebangan maksimum 125 cm dari permukaan tanah.
8. Pancang Rumpukan
Memancang adalah kegiatan menentukan jarak tanam di lapangan yang
berhubungan dengan kerapatan tanaman. Kerapatan tanam adalah jumlah
tanaman yang terdapat dalam satu luasan yang dipegaruhi oleh bahan tanam,
lingkungan, dan sistem tanam.
Luas areal(1 Ha)
Jumlah tanaman =
Jarak tanam x jarak tegak lurus
Pada perkebunan kelapa sawit, dianjurkan menggunakan sistem tanam
segitiga sama sisi karena dengan menggunakan sistem ini maka jumlah
tanaman/ha yang didapatkan lebih besar 14% dari sistem bujur sangkar pada
jarak yang sama. Jika jarak tanam yang dipakai 9,2 m dan jarak antar baris
7,97 m maka dengan sistem segitiga sama sisi jumlah tanaman pokok/ha
adalah 136 pokok. Pemancangan sebaiknya dilakukan setelah pekerjaan
perun dan rumpuk. Jarak tanam yang dipakai tergantung pada kerapatan
tanam.
Pancang tanam pada areal tipe datar sampai berombak dilakukan dengan
cara pancang kepala dipasang dengan jarak antar pancang 500 m
memanjang blok dan setiap 100 m searah lebar blok tersebut. Diantara
pancang kepala dipasang anak pancang. Jarak antar anak pancang di areal
datar sampai berombak ditetukan berdasarkan kerapatan tanamnya.
9. Perun Mekanis
Perun merupakan kegiatan merencek atau memotong kayu-kayu yang
sudah ditumbang dan mengumpulkannya. Kayu-kayu tersebut dipotong
dengan panjang 2-3 m dan potongan-potonganya dikumpulkan atau
ditumpuk.
10. Cincang Jalur
Cincang jalur merupakan kegiatan memotong kayu-kayu yang melintang
ataupun semak belukar di alur tanam menggunakan chainsaw dan disusun di
rumpukan.
11. Pembuatan Tapak Kuda atau Teras
Tapak kuda atau teras merupakan tempat dudukan tanaman kelapa sawit
yang dibuat pada areal berbukit dan memiliki tujuan agar tanaman memiliki
ruang tempat tumbuh yang baik. Standar pembuatan tapak kuda/teras adalah
dibuat bila areal berbukit (kemiringan > 5˚), ukuran tapak kuda 4 x 3,5 m
dan lantai tapak kuda harus rata dan sedikit miring ke dalam (Lubis, 1992).
B. Pembibitan
Terdapat 2 tahapan dalam pembibitan kelapa sawit, yaitu tahap pembibitan
awal (Pre-nursery) dan tahap pembibitan utama (Mainnursery).Tahap pembibitan
awal (Pre-nursery) adalah tahap menumbuhkan kecambah kelapa sawit
menggunakan polybag ukuran kecil. Sedangkan tahap pembibitan utama (Main-
nursery) yaitu tahap pembesaran bibit kelapa sawit yang telah tumbuh sampai
bibit siap tanam.
1. Tahap pembibitan awal (Pre-nursery)
Tahap pembibitan pre-nursery ialah tahap pengembangbiakan
kecambah kelapa sawit menjadi bibit berukuran kecil. Lama waktu tahapan
ini berlangsung antara 2-3 bulan. Adapun tujuan sistem pembibitan
prenursery ini yaitu mempermudah pemantauan awal sehingga tingkat
pertumbuhan sawit dan kondisinya terjaga. Polybag yang digunakan pada
pembibitan tahap ini adalah polybag kecil dengan ukuran 14 cm x 8 cm.
Media semai berupa campuran tanah dan kompos.Gunakan tanah gembur
lapisan atas (top soil) dan kompos atau pupuk kandang dengan
perbandingan 6:1. Media semai dimasukkan kedalam polybag dan disusun
pada bedengan yang berukuran 1 m dengan panjang sesuai
kebutuhan.Bedengan untuk meletakkan polybag sebaiknya dibuat sedikit
lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya supaya terhindar dari genangan
air saat musim hujan.Kecambah kelapa sawit ditanam pada polybag dengan
bakal daun (plumula) yang bentuknya agak tajam dan berwarna kuning
menghadap ke atas
2. Tahap Pembibitan Utama
Bibit kelapa sawit yang sudah berusia lebih dari 3 bulan selanjutnya
akan memasuki tahap pembibitan main-nursery. Tahap ini berlangsung
selama 10-12 bulan. Pembibitan utama (main-nursery) bertujuan untuk
menghasilkan bibit-bibit kelapa sawit yang siap ditanam di lahan
terbuka.Tahap ini adalah tahap pembesaran bibit kelapa sawit yang telah
tumbuh. Polybag semai yang digunakan berukuran lebih besar, yaitu 19 40
cm x 50 cm. Media semai yang digunakan berupa campuran tanah gembur,
kompos/pupuk kandang dengan perbandingan 4 : 1. Pindahkan bibit dari
polybag kecil secara hati-hati.Pengisian polybag sebaiknya tidak terlalu
penuh agar saat pemupukan dan penyiraman tidak tumpah/keluar dari
polybag. Berbeda dengan tempat pembibitan pre nursery yang sebaiknya
dipilih dekat dengan pemukiman, pada tahan pembibitan main-nursery,
pemilihan tempatnya lebih baik dekat dengan kebun budidaya. Area yang
dipakai memiliki permukaan rata, bebas banjir, serta suci dari hama dan
penyakit. Lokasi pembibitan kelapa sawit main-nursery juga dekat dengan
sumber air dan sudah dilengkapi sistem drainase yang baik.
A. Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan
Pemeliharaan tanaman adalah bagian cukup penting untuk memperoleh hasil
produksi yang lebih maksimum setelah melalui proses persemaian, pembukaan
lahan dan penanaman pohon di lapangan yang diikuti dengan penanaman penutup
tanah untuk memperkecil pertumbuhan gulma maka saatnya untuk melanjutkan
pemeliharaan.
Yang dimaksud TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen (mulai
dari saat tanam sampai panen pertama) yaitu dengan periode waktu TBM pada
tanaman kelapa sawit terdiri dari:

Periode Keterangan

TBM 0 Menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka,


ditanami kacangan penutup tanah dan kelapa sawit sudah
ditanam pada tiap titik panjang.

TBM 1 Tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)


TBM 2 Tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)

TBM 3 Tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)

Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan adalah awal dari penentuan


tinggi rendahnya tandan yang akan dihasilkan setelah pada awal telah diikuti
dengan sistem yang telah diatur sehingga tanaman dapat disebut TBM. Perihal
yang menjadi fokus pada pemeliharaan ini diantaranya :
1. Konsolidasi (Sensus - Penyisipan)
Konsolidasi merupakan kegiatan perawatan tanaman yang pertama kali
dilakukan setelah penanaman. Tujuan untuk memastikan penanaman
tumbuh sempurna, tegak dan tmbuh sehat/normal. Untuk mencapai
produktivitas yang maksimum, kerapatan tanaman sesuai standar dengan
pohon yang sehat harus dicapai pada bulan ke 12 setelah penanaman. Sensus
pada TBM 1 dengan penyisipan menjadi prioritas utama.Dari bulan ke 14
hingga ke 23, sensus tanaman non produktif memastikan pohon yang harus
dibongkar dan disisip pada bulan ke 26. Kedua kegiatan tersebut bertujuan
untuk memastikan pohon-pohon yang ada di lapangan adalah pohon
produktif.
2. Sensus TBM 1 dan Penyisipan
Sensus ini bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong,
pohon yang diserang berat oleh hama tikus, Oryctes dll, maupun tanaman
abnormal. Sensus tanaman dilakukan pada umur 6, 14, 17, 20 dan 23 bulan
setelah tanam. Untuk pohon abnormal diberi tanda silang cat warna putih
untuk dilakukan Pembongkaran pohon abnormal. Tanaman yang doyong
ditegakkan, yang mati dilakukan penyisipan dengan tanaman yang seumur.
3. Sensus Tanaman Tidak Produktif
Pada saat dimulai kastrasi pada bulan ke 14 dan 18, bunga betina yang
ada di pohon non produktif (Ss1 s/d Ss4) tidak dibuang. Sensus tanaman
produksi rendah (low yielding) dilakukan 4 kali pada umur 17, 20, 23 dan 26
bulan setelah tanam dengan cara :
a. Sensus pertama pada umur bulan (Ss1).
b. Pohon yang berbunga betina 17< 4 diberi tanda titik pada pelepah ke
tiga dengan warna putih.
c. Sensus kedua pada umur 20 bulan (Ss2).
d. Pohon hasil Ss1 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga betina < 3,
maka diberi tanda titik pada pelepah yang sama sehingga jumlah
titiknya ada dua.
e. Sensus ketiga umur 23 bulan (Ss3).
f. Pohon hasil sensus Ss2 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga
betina < 3, maka diberi tanda titik lagi, sehingga jumlah titik ada tiga.
g. Sensus keempat pada umur 26 bulan (Ss4).
h. Pohon hasil sensus Ss3 dilihat kembali, dan apabila jumlah bunga
betina < 3, maka diberi tanda dengan titik lagi, sehingga jumlah titik
ada empat. Hasil sensus keempat dengan tanda titik 4 dianggap
tanaman tidak produktif harus dilakukan pembongkaran dan
penyisipan pada 3 bulan berikutnya (pohon umur 29 bulan). Apabila
persentase tanaman tidak produktif cukup tinggi pada umur 26 bulan,
maka pelaksanaan pembongkaran tanaman tidak produktif ditunda.
Tanaman tersebut harus disensus kembali pada umur 29, dan 32 bulan
untuk memastikan bahwa tanaman tersebut benar tidak
produktif.Dengan demikian pada umur 34 bulan kerapatan tananam
sesuai dengan standar (full stand).
4. Piringan dan Jalan Pikul
Standar pembuatan dan pemeliharaan piringan dan jalan pikul :
a. Piringan bebas dari gulma sampai radius 30 cm di luar tajuk daun atau
maksimal 180 cm dari pohon.
b. Pembuatan jalan pikul dilakukan pada umur tanaman 6 – 12 bulan
dengan ratio 1 : 2 selebar 1,2 m.
c. Perawatan jalan pikul dan jalan kontrol dilakukan bersamaan dengan
rawat piringan.
d. Perawatan piringan pada TBM 1 (umur < 12 bulan) sebaiknya manual,
kecuali ada pertimbangan lain.
e. Perawatan piringan secara kimiawi harus dilakukan hati-hati agar tidak
mengenai pelepah. Sampai umur tanaman 24 bulan, herbisida glifosat
tidak boleh digunakan.
f. Penentuan jenis herbisida dan alat semprot harus disesuaikan dengan
jenis gulma yang dominan.
g. Apabila pada areal piringan terdapat ilalang sebaiknya dilakukan
wiping
5. Titi Panen
a. Titi panen harus dibuat di setiap jalan pikul yang melewati parit
maupun saluran air, agar jalan pikul dapat dilalui tanpa hambatan.
b. Titi panen harus dibuat secara bertahap setelah jalan pikul tersedia.
Untuk TBM 1 dipasang titi panen pada jalan pikul 1 :2, khusus untuk
areal replanting titi panen dipasang pada jalan pikul 1 : 3.
c. Titi panen dapat dibuat dari kayu maupun beton.
d. Penggatian titi panen kayu ke beton sebaiknya sudah dimulai pada
TBM 3 dan telah selesai TM 2 (lihat Tabel 5).
e. Jumlah titi panen bergantung dari jumlah parit dan saluran air.
f. Panjang titi panen bergantung pada lebar parit dan saluran air.
g. Penentuan jumlah dan panjang titi panen harus didasarkan data sensus
yang benar.
h. Lebar titi panen bergantung pada kebutuhan dan harus dapat dilalui
angkong dengan ketentuan lebar titi panen sekitar 20 cm

6. Gawangan
a. Gawangan harus bebas dari gulma kelas C dan anak kayu, sedangkan
gulma yang berguna harus dikendalikan pertumbuhannya.
b. Ada 3 jenis gulma yang perlu dikendalikan, yaitu ilalang rumput teki –
tekian dan tumbuhan pengganggu atau anak kayu di gawangan.
c. Gulma utama yang tidak boleh ada di perkebunan kelapa sawit adalah
ilalang dan gulma berkayu.
d. Sedangkan untuk gulma lunak seperti digitaria sp dan jenis gulma
rumput lunak lainnya masih dapat ditoleran tidak perlu dikendalikan
asalkan tingginya tidak melebihi 15- 20 cm.
e. Ilalang pada perkebunan kelapa sawit sangat perlu dihindari. Ilalang
perlu dikendalikan karena pertumbuhannya yang cepat sehingga
penyerapan unsur hara yang cepat pula oleh ilalang akan mengganggu
pertumbuhan kelapa sawit, selain itu juga dengan kondisi populasi
ilalang yang tinggi merupakan potensi terjadinya kebakaran.

A. Perawatan Tanaman Menghasilkan


1. Sensus Pohon
Sensus pohon dengan menggunakan stiple card dimulai pada TM 1 (paling
lambat umur 36 bulan) dan diulangi setiap 5 tahun. Hasil sensus pohon dicatat
dalam form stiple card dan diupdate setiap kali ada perubahan. Pada TM muda
selain sensus jumlah pohon, masih dilakukan juga sensus pohon abnormal
secara visual dan jika ditemukan di lapangan harus dibongkar dan disisip.
2. Perawatan Piringan, Jalan Pikul, dan Jalan Kontrol
Memelihara akses ke dalam blok dan ke pohon untuk mempermudah
aktivitas panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan, serta mengurangi
kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan cahaya matahari.
Ketentuan :
a. Piringan, jalan pikul dan jalan kontrol bebas dari semua gulma.
b. Lebar piringan dengan jari-jari 2 m.
c. Perawatan piringan, jalan pikul, jalan kontrol dan TPH harus dilakukan
dalam satu paket.
d. Perawatan Piringan, Jalan pikul dan Jalan kontrol di sempadan sungai
mengikuti SOP yang berlaku.
B. Panen
Panen merupakan kegiatan pengambilan buah kelapa sawit yang telah
memenuhi kriteria matang panen dari pohonnya selanjutnya bersama-sama
berondolannya dikumpulkan ke TPH untuk kemudiandiangkut ke pabrik.
Pekerjaan panen dapat langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi
perusahaan kelapa sawit melalui penjualan CPO (Crude Palm Oil) dan PKO
(Palm Kernel Oil) (Pahan, 2006).
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dan kandungan ALB yang
rendah serta memelihara kondisi tanaman tetap baik, maka koordinasi antara yang
terkait harus terjalin dengan baik agar TBS yang dipanen dapat masuk ke pabrik
pada hari yang sama (Lubis, 1992).
Kegiatan panen harus memperhatikan aspek-aspek berikut :
1. Taksasi Panen
Taksasi atau prakiraan buah bertujuan untuk memperkirakan jumlah
TBS pada masa mendatang, guna mengetahui prakiraan tenaga panen,
transportasi, dan rencana pengolahan di PKS.Taksasi dilakukan dengan
menghitung angka kerapatan panen (AKP) yaitu 5% dari luasan suatu blok
yang akan dipanen.AKP dilakukan denganmenghitung jumlah janjang yang
siap dipanen dan jumlah pokok sampel. AKP merupakan perbandingan
jumlah janjang yang siap panen dan jumlah pokok sampel
2. Kriteria Panen
Kriteria panen ditentukan pada saat kandungan minyak dalam dalam
daging buah maksimal, dan kandungan asam lemak bebas rendah.
Berdasarkan penyelidikan, kriteria matang panen yang paling baik adalah 2
brondolan/kg berat tandan. Macam-macam kriteria matang panen yaitu
Matang panen pohon, pohon kelapa sawit dikatakan matang atau dapat
dipanen apabila BJR yang dihasilkan rata – rata 3.5 kg . Matang panen blok,
blok tanaman kelapa sawit dikatakan dapat dipanen apabila 60% dari
tanaman telah memenuhi kriteria matang panen pohon. Matang panen
tandan, yaitu buah kelapa sawit dikatakan matang apabila sudah ada dua
brondolan per kg berat tandan, jatuh dipiringan.
3. Persiapan Panen
Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum
TBM beralih menjadi TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin
tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-
hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan
potong buah yaitu persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah,
pembagian seksi potong buah dan penyediaan alat-alat kerja. Persiapan areal
panen berhubungan dengan adanya mutasi dari tanaman belum
menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM).Dalam keadaan
normal, perubahan TBM ke TM terjadi pada tahun ketiga sesudah tanaman
ditanam.
4. Rotasi Panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir
sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Di perkebunan kelapa
sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari karena
proses pematangan buah adalah 7 hari, itu artinya satu areal panen harus
dimasuki (diancak) oleh pemanen tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap baik
bila buah tidak lewat matang, yaitu menggunakan sistem 6/7. Artinya,
dalam satu minggu terdapat 6 hari panen (misalnya Senin – Sabtu), dan
masing – masing ancak panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya. Dikenal
tiga sistem ancak panen, yaitu sistem ancak giring, ancak tetap, dan ancak
D6.
5. Golongan Panen
Penggolongan panen dibuat untuk meningkatkan produktivitas dan
kuantitas serta kualitas TBS yang dipanen oleh pemanen serta dengan
mempertimbangkan kecepatan pertumbuhan tinggi pokok, sehingga perlu
disesuaikan dengan sistem premi panen. Perubahan golongan panen
ditentukan berdasarkan sensus tinggi pokok yang dilakukan di lapangan.
6. Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan kegiatan panen merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan, kegiatan panen yaitu kualitas potong buah dan kutib brondol
harus diperhatikan dengan baik. Aspek K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) harus dijaga sebaik mungkin. Instruksi kerja yang sesuai perlu
diperhatikan oleh karyawan panen maupun pemberondol, yaitu :
a. Mengikuti lingkaran pagi bersama asisten dan mandor. Persiapan
peralatan panen dan pemakaian APD dengan lengkap.
b. Mandor memberi instruksi areal yang akan dipanen. Kemudian
pemanen dan pemberondol masuk ke ancaknya masing-masing mulai
dari blok panen awal.
c. Pemanen menurunkan buah yang matang panen pohon yaitu dengan
kriteria 9 brondol di piringan atau 7 brondol di piringan pada musim
hujan.
d. Sebelum buah diturunkan, pelepah harus diturunkan terlebih dahulu
(pemotongan pelepah harus mepet) kemudian pelepah disusun di
gawangan mati dengan membentuk L shape.
e. Potong tangkai tandan buah kemudian tangkai dibuang ke gawangan
mati.
f. Tandan kemudian diangkut ke TPH dengan menggunakan alat
angkong, tandan disusun di TPH 5 berbanjar dan diberi nomor.
g. Untuk pemberondol, jarak dengan pemanen minimal 1 blok, hal ini
untuk menjaga aspek K3 dalam bekerja (kemungkinan terkena egrek
atau kejatuhan pelepah dan tandan).
h. Pemberondol mengutip brondol yang ada di piringan, pasar pikul,
pasar mati, atau pun di parit.
i. Berondol kemudian di bawah ke TPH dan ditakar pada ember 6 kg,
lalu ditumpuk di atas karung. Tiap TPH di beri tusuk sate yaitu
keterangan nomor brondol dan jumlah takaran.
7. Pengangkutan Tandan Buah
Pengangkutan TBS dan brondolan ke PKS merupakan sistem kerja
berantai yang dimulai dari taksasi, panen, dan pengangkutannya. Buah yang
di panen harus segera dibawah pada hari itu juga (maksimal 8 jam) agar
tidak terjadi kenaikan ALB (Asam Lemak Bebas). Saat buah mencapai titik
tepat matang, kandungan ALB minyak kelapa sawit hanya sekitar 0,1 %
tetapi waktu sampai dilokasi pabrik kandungan ALB tersebut telah
melampaui 2%, bahkan kadang-kadang melampaui 3%, atau setara dengan
peningkatan lebih dari 20 kali lipat.
Pengangkutan TBS dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu secara
manual menggunakan tenaga manusi dan secara mekanis dengan BIN
sistem. Dalam pengangkutan perlu diperhatikan penggunaan jalan yang
digunakan sebagai prasarana transportasi sehingga harus dalam kondisi baik
dan terawat agar tidak ada kendala dalam pengangkutan.
III. PELAKSANAAN MAGANG

A. BHS ( BGA Harvesting System)/ Panen


1. Perencanaan Panen
Dalam perencanaan kegiatan panen ini,asisten dan mandor panen
melakukan cek AKP ( Angka Kerapatan Panen) terlebih dahulu untuk
mengetahui berapa jumlah janjang matang yang akan dipanen esok hari.
Setelah didapat AKP selanjutnya Mandor 1 dan mandor panen membuat
deklarasi Taksasi Panen serta membuat RKH .
2. Pengorganisasian Kegiatan Panen
Setiap pagi dilakukan apel pagi tahap 1 dimulai pukul 04.45 WIB yang
dipimin oleh Estate Manager dan Asisten divisi untuk membahas rencana
kerja hari ini serta memberikan arahan kepada mandor untuk panen diblok
sesuai dengan seksi panen hari itu juga.
Setelah apel pagi tahap 1 selesai Asisten dan mandor akan melakukan apel
pagi tahap 2 untuk memberikan arahan kepada karyawan rencana kerja hari
ini,untuk karyawan panen mandor akan memberikan arahan masing masing
ancak panen nya.
3. Pelaksanaan Kegiatan Panen
Kegiatan pelaksanaan panen ini dilakukan oleh tenaga kerja panen, yang
dilakukan mulai dari pagi – sore hari. Pemanenan melakukan panen sesuai
ancak dan blok yang sudah ditentukan oleh mandor panen. Tujuan panen
merupakan memotong buah dengan standar kematangan dan mengutip semua
brondolan untuk diangkut ke pabrik agar diproses.
Standar kematangan buah merupakan acuan dalam peniliaian grading
buah di TPH oleh krani, mandor 1, mandor panen, dan sebagai pedoman
pekerja potong buah untuk pengamboilan buah. Untuk pengambilan buah
harus didasarkan atas standar kematangan buah atau minimum ripe standar
sebagai berikut :
a) Buah mentah dengan ciri buah berwarna hitam kemerahan, buah luar
memberondol 1 - 12,5%
b) Buah kurang matang (Under Ripe) dengan ciri buah berwarna hitam
kemerahan, buah luar membrondol 12,5 – 25%
c) Buah matang (Ripe) dengan ciri buah berwarna merah mengkilap orange,buah
luar membrondol 25-75%
d) Buah lewat matang (Over Ripe) berwarna dominan orange, buah luar
memberondol 75 -100%.
4. Pengawasan, Evaluasi dan Pengandalian Kegiatan Panen
Pengawasan dilakukan oleh Asisten dan mandor Panen melakukan
pengawasan seluruh kegiatan panen agar memastikan seluruh kegiatan
pemanen dilakukan dengan standar dan kriteria panen. Pengecekan kualitas
hasil panen dilakukan oleh krani panen pada saat grading buah, kualitas yang
dimaksud adalah tingkat kematangan TBS yang dipotong sesuai dengan
standar yaitu kematangan minumum (2 brondol lepas dalam 1 kg TBS)
sampai dengan 50% brondol lepas dari jumlah brondol pertandan. Pengecekan
ini dilakukan ketika buah telah diletakan di TPH dengan melihat apakah ada
buah mentah, penyusunan TBS di TPH.
Setelah selesai panen asisten dan mandor panen melakukan mutu hancak
pemanen,tujuan nya adalah untuk memastikan bahwa hancak pemanen bersih
dan tidak meninggalkan brondolan di piringan serta buah tinggal dipokok.
Selain itu pemanen akan dikenakan sanksi jika terdapat buah tinggal dan
brondolan tidak dikutip di piringan.
5. Perbaikan dan Improvement Kegiatan Panen
Melakukan perbaikan alat terjadi kerusakan alat kerja seperti egrek,
pemanen harus menyampaikan ke mandor produksi untuk mencari egrek
cadangan dan menyampaikan ke Assisten divisi. Penggunaan APD yang
lengkap seperti sarung egrek, helm, dan kacamata untuk menghindari
keselakaan kerja, tujuan ini dilakukan agar para tenaga kerja lebih maksimal
melakukan pekerjaan.
B. Perawatan Tanaman Menghasilkan
1. Perencanaan Kegiatan Perawatan TM
Dalam perencanaan kegiatan perawatan TM ini, H-1 pada sore hari
Mandor perawatan dan mandor semprot membuat RKH untuk kegiatan ini
dilakukan mengisi nama tenaga kerja dan kegiatan pekerjaan yang dilakukan
esok hari seperti spraying, pemupukan, racking dan aplikasi jangkos di TM.
2. Pengorganisasian Kegiatan Perawatan TM
Setiap pagi dilakukan apel pagi tahap 1 bersama Estate Manager ,Asisten
dan supervisi. Kegiatan ini dilakukan untuk membahas evaluasi hasil kerja
para Supervisi kemarin dan rencana kerja hari ini seperti spraying,
pemupukan aplikasi jangkos dan racking.
Selanjutnya setelah lingkaran bersama asisten divisi dan supervisi
melakukan apel pagi besama, menentukan tugas para tenaga karja di
perawatan TM. Kegiatan ini dilakukan untuk membahas evaluasi hasil kerja
para karyawan perawatan TM kemarin dan rencana kerja hari ini.
3. Pelaksanaan Perawatan kegiatan TM
a. Pengendalian gulma dengan cara spraying
Pada pelaksanaan kegiatan penyemprotan spraying ini merupakan
pengendalikan gulma kayu secara kimiawi yang ada atau tumbuh pada
piringan, pasar pikul, pasar tengah, pasar mati, maupun TPH. Kegiatan
ini dilakukan oleh tenaga kerja perawatan TM pada pagi sampai siang
hari. Tujuan malakukan penyemprotan spraying yaitu memudahkan
tenaga kerja panen pada saat bekerja dalam pengangkutan tandan buah
segar (TBS) dari pasar pikul dan memudahkan untuk pengutipan
brondolan di piringan

b. Aplikasi Jangkos
Pada pelaksanaan aplikasi janjang kosong (jangkos) kelapa sawit
merupakan hasil pengolahan tandan kelapa sawit. Kegiatan ini dilakukan
oleh tenaga kerja perawatan TM pada pagi sampai siang hari. Pada
pengaplikasian ini menggunakan aplikasi manual (angkong) janjang
kosong di TM 1 pokok sebanyak 300 kg. Untuk peletakan jangkos 2 m x
3 m. Tujuan diberi jangkos pada TM kelapa sawit yaitu mempinyai
banyak manfaat antara lain menggunakan pupuk organik hasil kelapa
sawit, memperbaiki sifat fisik tanah, menjadikan tanah menjadi remah
dan meningkatkan infiltarasi tanah, meningkatkan kualitas dan
ketersedian unsur hara tanah, mengandung unsur hara yang dapat di
manfaatkan untuk tanah, seperti NPK, karbon, menjaga kelembaban
tanah.
4. Pengawasan, Evaluasi dan Pengandalian Kegiatan Perawatan TM
Pengawasan dilakukan oleh asisten dan supervisi perawatan TM
melakukan pengawasan secara langsung di tempat TM. Pengawasan ini
dilakukan mulai dari pagi hingga tenaga kerja selesai melakukan
pekerjaannya. Mengevaluasi hasil pekerjaan spraying dan aplikasi jangkos
yang telah terealisasi sesuai dengan instruksi kerja. Memastikan pekerjaan
spraying dan aplikasi jangkos yang benar-benar bersih atau teraplikasikan
dengan baik.
5. Perbaikan dan Improvement Perawatan TM
Melakukan perbaikan alat-alat jika ada terjadi kerusakan. Penggunaan
APD yang lengkap untuk menghindari keselakaan kerja, tujuan ini dilakukan
agar para tenaga kerja lebih maksimal melakukan pekerjaan
C. REPLANTING
1. Perencanaan Kegiatan Replanting
Dalam kegiatan Replanting ini perencanan nya dilakukan dengan
syukuran bersama Staff Dy. RH ,Estate Manager,Asisten ,kontraktor dan
mandor replanting untuk membuka blok mana yang akan ditumbang.
2. Pengorganisasian kegiatan Replanting
Setiap pagi dilakukan apel pagi tahap 1 dimulai pukul 04.45 WIB yang
dipimin oleh Estate Manager, Asisten divisi dan mandor replanting untuk
mengevaluasi kerja kemarin dan memberikan arahan untuk rencana kerja hari
ini mengenai blok yang akan ditumbang.
3. Pelaksanaan kegiatan Replanting
a. Menumbang,Chipping, Bongkar Bonggol, Akar dan Tunggul
Land clearing di areal yang akan direplanting harus benar-benar
bersih (clean clearing) dari batang sawit, bonggol, akar dan tunggul.
Karena resiko terbesar dari pekerjaan replanting adalah terserang
ganoderma. Ganoderma berkembang biak di perakaran sawit dan
batang sawit. pekerjaan tumbang, chipping, bongkar bonggol, akar
dan tunggul dilakukan bersamaan oleh satu alat agar kerjanya lebih
efesien dan efektif.
1. Penumbangan : batang sawit ditumbang dengan menggunakan
Excavator PC 200.
2. Chipping : Setelah kelapa sawit ditumbang maka mulai
dilakukan pencincangan batang kelapa sawit (chipping) dengan
ketebalan tidak lebih dari 10 cm dimulai dari sisi bonggol
kelapa sawit.
3. Bonggol & Akar : Harus dilakukan pembongkaran dengan
ukuran 2 meter (P) x 2 meter (L) x 1,5 meter (D). Lubang tsb
dibiarkan terbuka dan terkena sinar matahari minimal selama 2
minggu sebelum ditutup kembali.
4. Rumpukan Chipping (area datar) : harus teratur rapih, lurus
mengikuti pancangan dan tidak menyebar. Lebar rumpukan
chiping maksimal 4 meter, tinggi rumpukan chipping maksimal
2 meter, dan setiap 75 meter dibuatkan jalan supervisi (lorong
selebar 2 meter). Rumpukan Chipping (area teras) :
Tumbang/Chipping dengan ketebalan tidak lebih dari 10 cm
pada areal lereng atau berbukit rumpukan harus disebar tipis,
karena di areal berbukit akan dibuat Teras Contour setelah
selesai pekerjaan Chipping.
5. Pelepah kelapa sawit : dipotong per 2 meter diletakkan terpisah
dari rumpukan batang kelapa sawit, disusun terlungkup
(punggung pelepah berada di atas) dan searah barisan
rumpukan.
6. Semak , anak kayu, anak sawit liar harus disekalian
dibersihkan.
7. Pekerjaan Chipping termasuk dilakukan untuk pokok mati dan
pokok tumbang.
b.

Areal Gambut dan Rendahan


1) Pembuatan CECT
Cara penanganan Chipping di areal gambut berbeda
dengan cara penanganan di areal mineral datar maupun areal
mineral hilly. Hasil Chipping di areal gambut harus dimasukan
ke dalam CECT (Close Ended Conservation Trenches) tujuannya
agar rumpukan chipping tidak dijadikan tempat
berkembangbiaknya Oryctes. CECT dibuat dengan
menggunakan Excavator PC-200 dengan ukuran : Lebar atas 2,4
m x Lebar bawah 1,8 m x Dalam 1,2 m. Dibuat setiap baris
pokok ke 4 (rasio 1 : 4). Awal penggalian dimulai dan berakhir
dari pinggir Collection Road dengan jarak 4,75 m. Tanah galian
pembuatan CECT ditarik ke arah Pasar Pikul dan digunakan
untuk Pembuatan Chambering. Pembuatan Chamber atau batok
tengkurap di pasar pikul tujuannya agar tidak ada genangan air di
area pasar rintis. Pemadatan area Chambering lebih tinggi 40 –
50 cm dari muka air tanah (lihat gambar).
Pekerjaan CECT dilakukan sekaligus menutup lubang ex
penggalian bonggol dan perakaran. Pada saat pengerjaan CECT
harus dibuatkan pancang pembatu yang letaknya lurus dengan
pancang awal sehingga menjadi panduan untuk Operator
Excavator karena operator bekerja dengan posisi mundur.
Tujuannya agar hasil pembuatan CECT lurus. Pada areal gambut
dan rendahan semua pelepah, bahan-bahan cacahan, bonggol,
tunggul, dan akar harus ditempatkan pada CECT. Tidak
diperbolehkan ada yang tertinggal di dalam ataupun di atas
Chamber. Semua hasil Chipping, Daun , Bonggol, Akar dan
sampah lainnya harus tergenang air sehingga tidak bisa dijadikan
tempat bersarangnya dan berkembang biak Oryctes. CECT tidak
ditembuskan ke parit tengah (berjarak 6 meter dari parit tengah
dan 8 meter dari Kanal).
2) Field Drain
Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang Field
Drain per Ha = 339 m. Fungsi Field Drain adalah untuk
konservasi tanah dan air. Field Drain dikerjakan berselang satu
dengan CECT dengan ukuran Lebar Atas 1 m x Lebar Bawah 0,8
m x Dalam 0,8 m. Pada saat pengerjaan Field Drain harus
dibuatkan pancang pembatu yang letaknya lurus dengan pancang
awal sehingga menjadi panduan untuk Operator Excavator
karena operator bekerja dengan posisi mundur.
Tujuannya agar hasil pembuatan Field Drain lurus. Setiap
tunggul atau sisa-sisa kayu yang melintang di Parit Field Drain
harus dipotong dan dibersihkan. Setiap Parit Field Drain
ditembuskan ke Parit Tengah. Ujung Field Drain berjarak 8 m
dari pinggir Kanal.
3) Parit Tengah
Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang
Parit Tengah per Ha = 42 m. Jarak Parit Tengah ke Kanal = 125
m. Parit Tengah dikerjakan dengan jarak 125 m dari pinggir
Kanal dengan ukuran : Lebar Atas 1 m x Lebar Bawah 0,8 m x
Dalam 1 m. Semua tunggul-tunggul yang belum mengalami
dekomposisi dan yang melintang pada jalur Parit Tengah harus
dipotong dan dibersihkan Di ujung Parit Tengah harus dipasang
Over Flow agar air tidak cepat keluar ketika tidak turun hujan
atau pada saat musim kemarau.
4) Compacting jalur tanam
Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang
yang dicompac per Ha = 1.320 m. Compacting dilakukan pada
jalur tanam, yang berfungsi untuk menyediakan media bagi
perakaran tanaman, sehingga tanaman lebih baik atau kokoh
dalam pertumbu hannya. Lebar padatan pada jalur tanam adalah :
3 m, pada compacting pertama tanah gambut akan turun sekitar :
30 – 35 cm. Jumlah compacting pada areal yang akan ditanami
adah 2 kali atau
5) Cambering
Dikerjakan dengan Excavator PC 100. Rasio Panjang
yang di Cambering per Ha = 750 m. Fungsi dari Cambering :
Untuk mencegah terjadinya genangan air pada pokok sawit.
Untuk mencegah terjadinya genangan air pada pasar rintis
khususnya pada saat turun hujan, karena air akan langsung
mengalir ke CECT dan Field Drain, dan memudahkan evakuasi
TBS. Cambering dikerjakan setelah pekerjaan compacting, tanah
galian dari CECT dan Field Drain ditarik ketengah dengan bucet
Excavator. Tinggi cambering dari dasar tanah atau titik nol
adalah 25 – 30 cm dengan membentuk batok tengkurap. bolak
balik.
Gulma dan sisa-sisa chipping yang masih ada pada saat
cambering harus dibersihkan dengan dimasukkan ke dalam
CECT.

6) Lubang Tanam
Dikerjakan setelah dilakukan pancang tanam. Sistem
lubang adalah Hole in Hole. Lubang tanam dikerjakan secara
mekanis, dengan menggunakan excavator yang armnya telah
dimodifikasi, yang disebut Puncher dengan ukuran hole luar :
lebar atas x lebar bawah x dalam = 100 cm x 55 cm x 60 cm.
Dan hole dalam dengan ukuran diameter 40 cm dengan tinggi 40
cm. Tanah gundukan yang terjadi karena pengaruh trek
excavator pada saat maju melakukan houling harus diratakan
kembali. Lubang tanam tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari
baru ditanami oleh karena sifat tanah gambut yang irreversible
drying (tidak balik
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan Magang yang telah dilaksanakan di Pundu
Nabatindo Estate ( PNBE ) dapat disimpulkan sebagai berikut:
A. BHS ( BGA Harvesting System)/ Panen
1. Sistem panen yang digunakan Pundu Nabatindo Estate adalah C1R1
36R,artinya Cutter/pemotong 1 tenaga kerja , Pemberondol 1 tenaga
kerja,36R artinya 36 rotasi dalam 1 tahun
2. Sebelum melakukan panen sangat diperlukan cek AKP terlebih dahulu
untuk menentukan tonase yang akan dipanen esok hari
B. Perawatan tanaman menghasilkan
1. Kegiatan pengendalian gulma kimia dibagi berdasarkan jenis gulma dan
menggunakan jenis herbisida yang berbeda.
2. Pemupukan diaplikasikan dengan prinsip tepat dosis, waktu, cara, dan
tempat.

C. Replanting
1. Jika blok terdapat lahan gambut perlu dibuat parit untuk menjaga
ketersediaan air
2. Blok yang terjal diperlukan pembuatan terasan 3-4 m dari jarak
bawah,alasannya supaya tidak terjadi longsor
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2018. Buku Panduan Magang Program Khusus SPKS Instiper Yogyakarta.
Instiper Yogyakarta. Yogyakarta

Anonim, 2012. Management Commitee Agronomy and Research. PT. SMART.


Jakarta.

Anonim. 2015. https://media.neliti.com/media/publications/48376-ID-statistik-


kelapa-sawit-indonesia-2015.pdf. Diakses pada tanggal 6 Juni 2022 pada pukul
08.00 WIB. Statistik Kelapa Sawit Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik kelapa sawit Indonesia 2019. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.

Lubis, H, 1992. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karyanusa. Yogyakarta.

Pahan, I. 2012. Panduan lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pahan, Iyung, 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari
Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pardamaen Maruli. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit. Agro Media Pustaka. Jakarta

Sasradipoera, M. H., Adiwijaya Syaphon, Moch., Haji, Darwis Taufik., Maruli,


Pardamean., Irawan, Atep Yulianto. 2018. Good Agricultural Practice Kelapa
Sawit. Andi. Yogyakarta.

Sunarko, 2014. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Penerbit
Agro Media. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai