Anda di halaman 1dari 32

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq merupakan salah satu tanaman
perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah sehingga
dapat diminati untuk dikelola atau di tanam, baik oleh pihak BUMN,
perkebunan swasta nasional dan asing maupun petani (perkebunan rakyat).
Komuditas kelapa sawit baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya,
menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non-migas terbesar bagi
negara. Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keunggulan
tersebut diantaranya memiliiki kadar kolesterol rendah bahkan tanpa
kolesterol.
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit
mentah (CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit
(PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO
banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan
margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan
pelumas), industri tekstil, kosmetik, sebagai bahan bakar alternatif (minyak
disel). Bagian bungkil sawit dan lumpur sawitnya dapat digunakan untuk bahan
baku pakan ternak, sabutnya untuk bahan penyekat dan campuran pakan ternak
dan bahan baku pupuk, kayu pohonnya untuk dinding rumah, serta pulp
kayunya digunakan untuk bahan baku kertas.
Tanaman kelapa sawit tidak lepas dari pemeliharaan guna mendapatkan
hasil yang diharapkan. Pemeliharaan dimulai dari awal pembibitan,
penanaman, pemupukan, pengendallian gulma tanaman belum menghasilkan
maupun tanaman yang sudah menghasilkan.

Pokok kelapa sawit diharapkan dapat tumbuh dengan cepat, maka perlu
diberi pupuk yang sesuai agar pertumbuhan dan perkembangannya lebih
optimal. Pupuk diberikan di piringan pokok kelapa sawit, pupuk diberikan agar
dapat menambah unsur hara didalam tanah. Unsur hara yang di berikan
biasanya banyak di ambil oleh gulma yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa
sawit, agar unsur hara tidak diambil oleh gulma perlu dilakukan penyiangan
dan penyemprotan gulma agar gulma mati dan tidak mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan kelapa sawit. Pengendalian gulma dengan cara penyiangan
dan penyemprotan di lakukan agar mempermudah untuk kegiatan selanjutnya.
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
a) Menambah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan bagi setiap
mahasiswa peserta praktek lapangan.
b) Melatih mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
dibangku kuliah secara langsung di lapangan.
c) Sebagai studi perbandingan antara teori-teori yang didapatkan di bangku
kuliah dengan pelaksanaan secara teknis di lapangan
d) Mengembangkan pola berpikir mahasiswa dalam menghadapi teknis
ataupun permasalahan agronomis yang ada di lapangan
e) Mempelajari, memahami, dan menganalisis kegiatan di lapangan
f) Meningkatkan kerjasama antara UNTAN dengan perusahaan tempat
pelaksanaan praktek magang guna untuk mengatasi permasalahanpermasalahan di lapangan.
2.

Tujuan Khusus
Sebagai tugas pembuatan laporan magang dan mencari pengalaman,
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang kelapa sawit, serta melatih
kerja secara langsung di lapangan.

C. Permasalahan
Permasalahan yang ditemukan dalam pelaksaan magang, yaitu :
1. Pada kegiatan penyemprotan menggunakan herbisida, banyak karyawan
penyemprot yang tidak memakai pakaian pengaman.

2. Penggunaan racun yang tidak tepat sasaran


3. Pemberantasan gulma yang telah meninggi
4. Pengulangan penyemprotan herbisida pada tempat yang sama
D. Metode Pendekatan
Pelaksanaan magang dan penyusunan pembuatan laporan magang dilakukan
beberapa metode, yaitu :
1. Metode observasi
Observasi adalah salah satu

metode pemantauan kegiatan langsung ke

lapangan, Mahasiswa turun langsung ke lapangan untuk melihat keadaan


yang sebenarnya.
2. Metode wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan dialog atau bertanya langsung
dengan para pemimpin ( manager, asisten kepala, asisten, mandor 1, mandor,
karyawan kebun) yang melaksanakan aktivitas kebun.
3. Studi pustaka
Dilakukan untuk memperoleh data sekunder berupa literatur-literatur yang
berkaitan dengan kegiatan magang.
4. Studi dokumenter
Hal ini bertujuan untuk menjelaskan secara visual kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di lapangan oleh peserta magang yaitu melalui gambar atau foto.

II.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

A. Sejarah Singkat Berdirinya Perusahaan Kartika Prima Cipta


PT. Kartika Prima Cipta (KPC) didirikan pada tanggal 16 November
2005 di hadapan Notaris/Hardinawanti Surodjo, S.H. di Jakarta dengan Akta
Notaris No.16. Susunan pengurus perusahaan terdiri dari Direksi dan
Komisaris perusahaan, beralamat Kantor Pusat di Jembatan III Barat Blok E
No. 9, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta
Utara. Anggaran dasar perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI

No. C-26928 HT.01.01.TH.2004, tanggal 27 Oktober 2004 dengan NPWP


No.02.574.598.5-041.000. Perusahaan didirikan untuk melaksanakan berbagai
bidang usaha antara lain bidang perkebunan, perdagangan umum, distributor
dan lain-lain. Surat Keputusan Bupati Kapuas Hulu tentang dispensasi pembukaan
lahan pembibitan dan land clearing No. 525/70/Disperhut/Bun-A tanggal 18 Januari
2007.

Dalam pembukaan lahan, dilakukan adanya negosiasi antara pemilik hak


tradisional dengan PT KPC, hanya saja proses negosiasi tersebut dilakukan
secara lisan, belum dituangkan dalam bentuk tertulis, namun kesepakatan akhir
dari hasil proses negosiasi tersebut terdokumentasi secara tertulis dalam bentuk
Berita Acara Kesepakatan. Sebelum proses negosisasi dilakukan antara pihak
PT KPC dengan warga masyarakat, terlebih dahulu dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat: (a) Sosialisasi dilakukan secara berjenjang mulai dari
tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Dusun yang berada dalam areal
konsesi setelah berkoordinasi terlebih dahulu dengan aparat pemerintah
setempat. (b) Materi sosialisasi yang disampaikan meliputi: tujuan dan manfaat
pembangunan kebun kelapa sawit, manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat
jika menyerahkan lahan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit,
kaitannya dengan pengembangan ekonomi wilayah secara umum melalui
terbukanya peluang usaha, kesempatan bekerja serta terbangunnya infrastruktur
oleh perusahaan.
Setelah perusahaan melakukan sosialisasi, masyarakat diberikan
kesempatan dan tenggang waktu terutama anggota masyarakat yang
mempunyai lahan untuk memikirkan apakah mau bergabung atau tidak
bergabung dengan PT KPC. Bagi masyarakat yang berminat bergabung dapat
mendaftar langsung untuk ikut secara sukarela dan jika tidak berminat,
masyarakat tidak dipaksa untuk bergabung, dan lahan tersebut akan menjadi
enclave. (c) Sosialisasi tingkat kabupaten telah dilaksanakan pada bulan Maret
2007, dilanjutkan dengan sosialisasi tingkat kecamatan yaitu Kecamatan
Semitau dan Selimbau pada bulan April 2007 dan Kecamatan Suhaid pada

bulan Agustus 2007. Sosialisasi tingkat desa dalam wilayah Kecamatan Suhaid
dilaksanakan pada bulan Juli 2007 di Desa Mantan dan Menapar serta bulan
Agustus 2007 di Desa Mensusai.
Kepala Desa yang disahkan oleh Camat. Hal ini disebabkan kepemilikan
lahan di desa sudah dianggap sah, jika dibenarkan oleh warga yang
bersebelahan dan berbatasan langsung lahannya dengan pemilik lahan tersebut.
Masyarakat sangat mengenal dan tahu secara pasti siapa yang pertama-kali
membuka dan mengelola lahan tersebut baik dengan menanam tanaman
pangan maupun tanaman tahunan. Terdapat kesepakatan diantara warga bahwa
siapa yang membuka wilayah hutan yang belum pernah dimasuki oleh orang
lain maka lahan tersebut menjadi milik warga yang bersangkutan. Jika ada
warga lain yang ingin melakukan kegiatan pada lahan tersebut (berladang,
meramu atau berburu) maka harus meminta ijin terlebih dahulu kepada yang
bersangkutan. Apabila telah disepakati penerimaan lahan dari masyarakat
kepada perusahaan maka besarnya ganti-rugi atau istilah lokalnya Simpak
Beliung atau balas jasa yang harus dibayarkan oleh perusahaan kepada
pemilik lahan dilakukan pada waktu dan tempat yang disepakati, biasanya di
rumah pemilik atau beberapa warga berkumpul di salah satu rumah warga yang
disepakati, dengan proses seperti itu maka surat-surat keputusan dari bupati
kapuas hulu, maka terbukalah perizinan lahan.
1. Letak dan Luas Wilayah
Kebun kelapa sawit PT. KPC Muara Tawang Estate terletak di kecamatan
Semitau, Desa Semitau Hulu dan kecamatan Suhaid Kabupaten Kapuas Hulu.
Kecamatan Suhaid terdiri atas 8 desa dengan luas wilayah 74.484 Ha, 4 desa
diantaranya masuk dalam areal konsesi PT KPC yaitu Desa Mensusai,
Kerangas, Mantan dan Nanga Suhaid. Luas wilayah kebun muara tawang estate
sampai tahun 2012 dari divisi 1, 2, 3 dan 4 adalah 2500 ha.
Batas wilayah PT. KPC Muara Tawang Estate adalah sebagai berikut :
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Baru dan Desa Masjid
Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Selimbau

Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Selimbau


Sebelah barat berbatasan dengan Desa Semitau Hilir
2. Topografi dan Jenis Tanah
Keadaan umum topografi di kebun Muara Tawang Estate merupakan daerah
perbukitan, dataran rendah seperti rawa, tanah bergelombang, dan tanah datar.
Jenis tanah di kebun Muara Tawang Estate PT. KPC yang lebih dominan adalah
Podsolik Merah Kuning (PMK), dengan kesuburan tanah yang rendah. Tanah PMK
umumnya mempunyai solum yang dalam yaitu 120 cm sedangkan lapisan bahan
organiknya sangat tipis 10 cm dengan bahan induk dari batuan beku dan endapan
dengan komposisi perbandingan pasir 20%, debu 10-49% dan liat 20-50%.
Jenis tanah yang lainnya adalah tanah gambut, tetapi sedikit sekali tanah
gambut yang ditanam karena syarat penanaman untuk tanah gambut tidak memenuhi
peraturan menteri pertanian. Gambut merupakan tanah hasil akumulasi timbunan
bahan organik dengan komposisi lebih dari 65% (enam puluh lima persen) yang
terbentuk secara alami dalam jangka waktu ratusan tahun dari lapukan vegetasi yang
tumbuh di atasnya yang terhambat proses dekomposisinya karena suasana anaerob dan
basah.
Pengusahaan budidaya kelapa sawit pada dasarnya dilakukan di lahan mineral,
karena tidak tersedianya lahan mineral, budidaya kelapa sawit dilakukan di lahan
gambut dengan memenuhi kriteria yang dapat menjamin kelestarian fungsi lahan
gambut, yaitu: (a) diusahakan hanya pada lahan masyarakat dan kawasan budidaya,
(b) ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 (tiga) meter, (c) substratum tanah mineral
di bawah gambut (d) tingkat kematangan gambut saprik (matang) atau hemik
(setengah matang); dan (e) tingkat kesuburan tanah gambut eutropik.

3. Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi proses fisiologi tanaman seperti
asimilasi, pembentukan bunga dan penyerbukan. Cahaya matahari dan hujan
membantu pembentukan bunga kelapa sawit yang diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah. Beberapa unsur iklim lainnya
seperti suhu, kelembaban udara, dan angin menjadi syarat untuk mendapatkan
lokasi perkebunan yang sesuai. Iklim yang baik bagi kelapa sawit terletak di
antara 15 LU sampai 15 LS.
a. Curah Hujan

Curah hujan yang ideal bagi kelapa sawit, yakni 2000-2500 mm pertahun
dan tersebar merata setiap tahun. Curah hujan berguna untuk meminimalkan
penguapan dari tanah dan tanaman. Namun, curah hujan yang terlalu tinggi
justru dapat mengakibatkan erosi. Karena itu, menajemen air perlu dilakukan
dengan membuat penampungan air dan sumur resapan.
b. Cahaya Matahari
Cahaya matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat saat proses
asimilasi dan memacu pembentukan bunga dan buah. Lama penyinaran
matahari minimum 1600 jam per tahun atau selama 5-7 jam/hari. Sedangkan
untuk suhu optimum bagi kelapa sawit berkisar 27-29C. Kekurangan dan
kelebihan cahaya matahari bagi tanaman menyebabkan ketidakstabilan proses
asimilasi produksi.
c. Kelembaban Udara dan Angin
Kelembaban udara dapat mengurangi penguapan sedangkan angin
berfungsi membantu penyerbukan secara alamiah. Angin yang bersifat kering
juga dapat berpengaruh buruk karena dapat menyebabkan penguapan yang
lebih besar, mengurangi kelembaban, dan kelayuan. Kelembaban optimum bagi
pertumbuhan tanaman kelapa sawit, yaitu 80-90%. Faktor lain yang
mempengaruhi kelembaban diantaranya suhu, sinar matahari, lama penyinaran,
curah hujan, dan evapotranspirasi.
Tabel 1. Parameter iklim untuk kesesuaian lahan kelapa sawit
Parameter iklim

Kelas 1

Kelas 2
Sedang

Baik
Curah hujan (mm)

Defisit

air

(mm/tahun)
Hari tanpa hujan
Temperatur (C)
Penyinaran (jam)
Kelembaban%)

Kelas
kurang

Kelas 4
tidakbaik

2.000-

1.800-

baik
1.500-

2.500

2.000

1.800

0-150

150-250

250-400

>400

<10
22-23
6
80

<10
22-23
6
80

<10
22-23
<6
<80

>10
22-23
<6
<80

< 1.500

Sumber : Publikasi PPKS, LPP, dan pengalaman pribadi (Sunarko,2009)


Secara umum kecamatan Suhaid Semitau di kebun Muara Tawang Estate
terdapat 2 musim yaitu musim penghujan (bulan basah) dan musim kemarau
(bulan kering).
4 . Keadaan penduduk
Kondisi kependudukan dari kecamatan dan desa yang sudah ada kegiatan
perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
(1) Kecamatan Suhaid terdiri atas 8 desa dengan luas wilayah 74.484 Ha, 4
desa diantaranya masuk dalam areal konsesi PT KPC yaitu Desa Mensusai,
Kerangas, Mantan dan Nanga Suhaid. Jumlah penduduk yang berada pada
empat desa yang masuk dalam areal konsesi perusahaan adalah 7.545 jiwal
atau 30,31% dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Suhaid.(2)
Kecamatan Semitau terdiri atas 8 desa, namun hanya 1 desa yang masuk dalam
areal konsesi perusahaan yaitu Desa Semitau Hulu dengan jumlah penduduk
sebesar 2.070 jiwa atau 27,10% dari 7.641 jiwa penduduk kecamatan. Suku
yang dominan di areal konsesi perusahaan PT. KPC yaitu suku Dayak dan
Melayu. Mata pencaharian penduduk yang utama adalah di sektor pertanian
(73%) seperti: kebun karet, tanaman pangan lahan kering, dan nelayan
penangkap ikan di sungai dan danau.
B. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi di lapangan adalah untuk perkebunan kelapa sawit PT
KPC terdiri dari Vice President Agronomi, Regional Controller, assisten Astate
Maneger, Assisten, mandor 1, Mandor-mandor, Karyawan.
Gambar 1. Skema diagram organisasi
Vice President Agronomi (VPA)
Regional Controller (\Estate Manager (EM)
Assistent Estate Manager

Assisten
Mandor 1
Mandor
Karyawan

C. Visi dan Misi


1. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan perkebunan yang kompetitif di bidangnya dengan
produk berkualitas internasional, dengan tetap memperhatikan aspek sosial
dan lingkungan.
2. Misi Perusahaan
1. Menciptakan sumber daya manusia yang terlatih
2. Menggunakan bibit tanaman yang berkualitas
3. Melaksanakan pemeliharaan yang terencana
D. Tenaga Kerja
Adanya tenaga kerja di perusahaan PT.KPC akan mempermudah
lancarnya suatu pekerjaan, sehingga terciptanya hubungan kerja sama dan
informasi yang baik antar tenaga kerja. Tenaga kerja di PT.KPC terdiri dari
tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja berasal dari macam daerah, yaitu
berasal dari kecamatan Suhaid, Semitau, Sambas, Pontianak dan tenaga kerja
yang berasal dari luar kalimantan seperti Jawa dan NTT.
E. Sarana dan Prasarana
Untuk kesejahteraan karyawan perusahaan menyediakan beberapa sarana
dan prasarana seperti perumahan (mess), yang terdiri dari mess GM, mess EM,
mess Staf, mess karyawan. Selain mess juga disediakan sarana olahraga seperti
lapangan bola kaki, voli, tenis meja dan badminton. Selain sarana olahraga,

sarana tempat beribadah seperti mesjid juga ada disediakan oleh perusahaan
sehingga karyawan dan staf untuk melakukan ibadah, rumah pintar untuk anakanak belajar, yang tinggal di lingkungan perkebunan.
Perusahaan menyediakan berbagai peralatan pengaman untuk para
karyawan yang bekerja. Alat-alat pengaman tersebut berupa helm untuk
menghindari kepala dari benturan maupun dari duri sawit, sepatu bot dan sepatu
ket khusus bagian mekanik, sarung tangan dan masker penutup mulut, semua
perlengkapan tersebut wajib digunakan ketika karyawan melakukan pekerjaan
sesuai profesinya. Ini semua dilakukan untuk melindungi karyawan tersebut dari
kecelakaan selama bekerja.
Perusahaan juga menyediakan kendaraan untuk sarana pengangkutan
seperti truk untuk mengangkut hasil panen, motor, bis sekolah untuk anak-anak
yang bersekolah, dan lain-lain.

10

III. KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN


A. Tempat dan Waktu
Pelaksanaan magang dilaksanakan daerah Suhaid-Mantan di kebun
Muara Tawang Estate di divisi 2 Segulai PT. Kartika Prima Cipta, dimulai pada
tgl 16 Juli 16 September 2012.
B. Kegiatan di Lapangan
1. Pengenalan Lapangan
Keliling lapangan untuk mengetahui keadaan lahan, jenis tanah, tanaman
TM dan TBM, jalan, kantor dan perumahan, serta mengenal karyawankaryawan.
2.

Pembibitan
Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan
penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi
kondisi

cekaman

lingkungan

pada

saat

pelaksanaan

penanaman

(transplanting). menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut


di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol
selama pelaksanaan di lapang.
1). Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan
yaitu, (a) menggunakan air bersih bermutu baik dengan PH air minimum 4,
yang cukup mengairi 120.000 l/ha/10 jam, (b) lokasinya datar, drainase baik
dan tidak banjir, (c) tersedia top soil yang cukup untuk pengisian polibag, (d)
aman dari gangguan, dan terdapat pohon tinggi di sekitar pembibitan.

11

2). Luas Pembibitan


Umur bibit siap tanam optimal 11-13 bulan, jarak antar polibag 90 cm
berbentuk segitiga sama sisi dan luas dalam 1 ha dapat menampung 12.000
bibit.
3). Persiapan lahan dan kegiatan pembibitan
Persiapan lahan sebelum dilakuannya penanaman kecambah, yaitu lahan
harus bersih, lengkap dengan instruksi air dan jaringan jalan.
Perusahaan menerapkan cara pembibitan dengan 2 tahap yaitu, pre-nursery dan
main nursery. Pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan
pembibitan awal (pre nursery) terlebih dahulu selama 3 bulan pada polybag
berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama (main nursery)
dengan polybag berukuran lebih besar.
Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan
perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain kemudahan
dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu dalam persiapan
pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
4). Sistem irigasi
Tujuan di lakukannya irigasi untuk menjamin bahwa polibag bibit dapat
memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan pertumbuhan yang
optimal.

Penyiraman

bibit

menggunakan

sistem

pengairan

berkabut

(mistirrigation), air yang di gunakan adalah air bersih dengan PH air minimum
4.
A. Pre-Nursery
Tujuannya adalah memberi waktu lebih longgar untuk persiapan areal
bibitan dan mempersempit tempat pemilihan bibit selama 3 bulan pertama atau
memiliki 4-5 helai daun untuk memudahkan pemeliharaan yang optimal.
1). Ukuran polibag
Ukuran polibag kecil dengan ketebalan 0,075 mm x lebar 15 cm x
panjang 23 cm (setelah diisi akan berdiameter 10 cm, dan tinggi 17,5 cm).
2). Media tanam

12

Menggunakan tanah top soil (kedalaman tanah maksimal 30 cm) tanah


mineral dengan tekstur lempung, kecuali areal gambut dapat menggunakan
tanah gambut. Sebelum di lakukan penanaman media tanah diayak memakai
saringan 1,0 cm x 1,0 cm untuk mencegah masuknya gumpalan-gumpalan
tanah serta masuknya sampah. Media tanam dicampur dengan 50 kg pupuk
rock phosphate per 2 m3 tanah ( 1000 polibag kecil)
3). Pengisian polibag
Polibag kecil pada 4 minggu sebelum penanaman kecambah, polibag
sudah diisi tanah dalam jumlah yang cukup. Guncang polibag pada waktu
pengisian untuk memadatkan tanah dan diisi dengan tinggi kedalaman 1 cm
dari bibir polibag, kemudian polibag di siram setiap hari sampai tanah jenuh
sebelum penanaman dan diisi kembali dengan tanah apabila diperlukan.
4). Penanaman kecambah
Lakukan penyiraman sampai tanah jenuh sebelum ditanam kecambah,
kemudian seleksi kecambah dan dihitung. Penanaman harus memperhatikan
posisi radikula (bakal akar) yang di posisikan ke arah bawah dan plumula
(bakal daun). Kecambah kemudian di tanam dengan kedalaman 2 cm di bawah
permukaan tanah polibag. Polibag kemudian di siram sampai jenuh setelah
penanaman. Penanaman selasai dilakukan, kemudian di lakukan penaungan
yang disesuaikan dengan iklim setempat.
5). Naungan
Pada tahap awal bibit dapat diletakkan di bawah naungan setelah dua
daun keluar. Naungan dapat dikurangi sebesar 50% dan setelah daun ketiga
keluar, naungan dapat dihilangkan. Luas naungan minimal sebesar bedengan
dengan tinggi 2 m.
6). Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 30 menit atau
setara 6 mm curah hujan untuk setiap penyiraman. Apabila malam hari ada
curah hujan > 10 mm maka tidak perlukan penyiraman pada esok hari dan
penyiraman sore hari tergantung kelembaban tanah polibag. Apabila pagi turun
hujan > 10 mm maka tidak dilakukan penyiraraman pagi dan sorenya.
7). Pengendalian gulma, hama dan penyakit

13

Pengendalian gulma di dalam polibag dilakukan secara manual


(mencabut) dan tidak menggunakan herbisida. Hama yang umum mengganggu
bibit pre-nursery adalah semut, jangkrik, belalang, tikus dan cacing. Sedangkan
penyakit yang umum adalah Helminthosporium, Anthracnosa dan blast.
Penggunaan bahan kimia dalam pengendalian harus dilakukan secara hati-hati
karena bibit muda masih sangat peka.
8). Pemupukan
Pemupukan anorganik terhadap bibit dimaksudkan dapat mencukupi
kebutuhan hara tanaman agar tercapai pertumbuhan lebih optimal. Pemupukan
harus sesuai jenis, dosis dan jadual yang telah ditentukan. Pada pemupukan
pre-nursery, dilakukan saat daun kedua membuka sempurna, pupuk dilakukan
dengan cara penyiraman atau penyemprotan yaitu apabila daun pertama sudah
keras. Apabila 1 jam setelah pemupukan maka dihidupkan mist irrigation
selama 10-15 menit untuk mencuci sisa cairan pupuk diketiak daun muda guna
menghindari terbakarnya daun muda.
9). Seleksi
Seleksi dilakukan pada bibit yang telah berumur 2 bulan dan pada saat
transplanting, bibit yang telah diafkir harus dimusnahkan dengan dilengkapi
berita acara. Jumlah bibit afkir di pre-Nursery mencapai 8-10% dari total bibit
yang di tanam. Ciri-ciri fisik bibit di afkir antaralain pucuk bengkok atau daun
berputar, daun kerdil dan menyempit, daun menyempit dan tegak, daun
melipat, menggulung, berkerut dan bibit yang kerdil.
B. Main Nursery
1) Pengukuran polibag
Polibag berukuran dengan ketebalan 0,15 mm x lebar 40 cm x panjang 50
cm (setelah diisi tanah berdiameter 25 cm dan tinggi 39 cm) dengan polibag
berwarna hitam dengan 4 baris lubang perforasi dengan jarak 5 cm.
2) Media tanam
Sama seperti pada pembibitan pre-nursery. Tanah pada 1 m 3 cukup untuk
55 polibag. Tanah di polibag besar, harus dilubangi dan selanjutnya

14

dimasukkan 100 gr pupuk rock phosphate ke lubang polibag besar sebelum


bibit di tanam.
3) Perawatan
Perawatan membersihkan gulma yang tumbuh di dalam dan di luar di
antara polibag.
a. Penyiraman
Penyiraman mist irrigation setara dengan 6 mm curah hujan, untuk setiap
kali penyiraman pagi dan sore.
b. Penambahan tanah
Penambahan tanah dilakukan seperlunya untuk mempertahankan
pertumbuhan tanah 5 cm dibawah bibir polibag
c. Pemberian mulsa
Pemberian mulsa di lakukan secara merata diatas permukaan tanah
dalam polibag, segera setelah penanaman. Mulsa yang dianjurkan berupa
cangkang, apabila tidak tersedia di ganti dengan fiber atau potongan lalang
kering.
d. Pengendalian Hama dan penyakit
Beberapa hama yang umum dijumpai di pembibitan utama adalah
kumbang Apogonia, belalang, ulat api, keong dan tikus. Pengendalian
kumbang, belalang, dan ulat api dilakukan dengan menyemprotkan Sevin
0,15% (1,5 g bahan aktif/ l air) ke tanaman dengan interval 10 hari sekali
hingga hamanya menghilang. Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan
memakai racun tikus. Pengendalian keong dapat dilakukan secara manual
dengan tangan atau secara kimia menggunakan racun. Penyakit yang dijumpai
di pembibitan utama adalah penyakit daun Anthracnosa dan Curvularia.
Bibit yang terserang Anthracnosa memiliki gejala daun yang mengering
mulai dari ujung dan tepi-tepinya, pengendalian Anthracnosa dilakukan dengan
fungisida Mannozeb 0,1%, sedangkan gejala penyakit Curvularia ialah bintikbintik kuning di tengah daun kemudian berubah mencoklat. Pengendaliannya
dengan memotong daun yang sakit dan membakarnya. Bila ditemukan gejala
serangan yang lebih parah maka bibit tersebut harus disingkirkan dari
pembibitan utama secepatnya dan kemudian dibakar. Pengendalian Curvularia

15

dilakukan melalui penyemprotan fungisida Kaptafol 0,2% dengan rotasi 2


e.

minggu.
Pemupukan
Pemupukan main-nursery pada saat transplating dari pre-nursery ke main
nursery biasanya bibit layu dan mengalami kekeringan. Pemupukan bibit
dilakukan dengan cara penyemprotan denngan larutan 8 gr urea, dalam 18 liter
air untuk 100 bibit . Pupuk diaplikasi secara merata di permukaan tanah dalam
polibag. Aplikasi dilakukan terus hingga 1 minggu sebelum dilakukan
transplanting ke lapangan. Pada bibit dengan media tanam, tanah gambut harus
ditambahkan pemberian pupuk CuSO4 dan ZuSO4 masing-masing 7,5 gr dalam

f.

15 liter air untuk 100 bibit.


Seleksi
Seleksi terdiri dari 4 tahap, yaitu berumur 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan.
Ciri-ciri bibit abnormal main nursery antara lain bibit kerdil, bibit layu dan
lemah, anak daun sempit, tidak pecah, daun berkerut dan bibit yang terserang
hama penyakit.
4) Penanaman
Penanaman dilakukan di musim hujan, sebelum penanaman pelepah bibit
kelapa sawit diikat dengan tali rafia pada 2 titik untuk memudahkan pemuatan
dan pengangkutan bibit tersebut ke lokasi penanaman, kemudian bibit harus
disiram apabila mencapai kejenuhan. Dalam proses penanaman, harus
diperhatikan dahulu apakah tanah sudah dipadatkan. Pada saat itu tali rafia di
lepaskansehingga pelepah kembali pada posisi alaminya.
3. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan
1) Sensus dan Penyisipan
Kerapatan tanaman sesuai standar dengan pohon yang sehat harus dicapai
pada bulan ke-12 setelah penanaman. Sensus pada TBM1 dengan penyisipan
menjadi prioritas utama. Dari bulan ke-14 sampai 23 sensus tanaman nonproduktif memastikan pohon yang harus dibongkar dan disisip pada bulan ke26, kegiatan tersebut bertujuan untuk memastikan pohon-pohon yang ada di
lapangan adalah produktif.
TBM 1 dan Penyisipan, tujuannya adalah mengetahui tanaman yang
mati, titik kosong dan pohon yang diserang berat oleh hama maupun tanaman

16

abnormal. Sensus tanaman tidak produksi dan penyisipan, pada saat dimulai
kastrasi pada bulan ke-14 dan 18 bunga betina yang ada di pohon non-produktif
tidak dibuang.
2) Pengukuran pertumbuhan tanaman
Mengetahui tingkat pertumbuhan dan kondisi tanaman adalah dengan
cara memonotoring panjang pelepah pada berbagai umur 6 bulan, 12 bulan, 18
bulan, dan 24 bulan setelah tanam.
3) Piringan, pasar pikul dan gawangan
Tujuan pembuatan piringan dan jalan pasar pikul serta perawatan
gawangan adalah mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam
penyerapan hara, air, dan matahari. Tujuannya juga mempermudah pekerja
untuk melakukan pemupukan dan kontrol lapangan.
a. Gawangan
Gawangan harus bebas dari gulma kelas C dan anak kayu, sedangkan
gulma yang berguna harus dikendalikan pertumbuhannya.
b. Pengendalian gulma, hama dan penyakit
Pengendalian gulma perlu dilaksanakan di piringan pohon, jalan pikul,
dan di gawangan. Pengendalian gulma di piringan pohon bertujuan untuk
memudahkan dalam pengutipan brondolan dan meningkatkan efektivitas
pemupukan. Pengendalian gulma di jalan pikul bertujuan agar mudah dilalui
oleh pekerja, sedangkan pengendalian gulma di gawangan bertujuan untuk
mengurangi persaingan terhadap penyerapan air, unsur hara, serta untuk
menjaga kelembaban kebun.
Hama utama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit menghasilkan
adalah ulat pemakan daun (UPDKS) seperti ulat api, ulat kantong, dan ulat
bulu. Pengendaliannya dengan cara menggunakan penyemprotan kimia.
Sedangkan apabila terserang hama tikus dilakukan pengendalian dengan cara
pemberian racun klerat. Sedangakan penyakit yang menyerang adalah penyakit
busuk arang, gejala serangan berupa busuk arang di pangkal batang. Ciricirinya pangkal batang mengeras, menghitam, akar menjadi rapuh dan tanaman
tumbang.
4) Pemupukan

17

Tujuan pemupukan adalah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman


sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan akan mampu berpotensi
secara maksimal. Dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan curah
hujan, untuk menghindari kehilangan unsur hara. Curah hujan yang ideal untuk
melakukan pemupukan adalah 60- 200 mm per bulan.
4. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
1) Sensus pohon
Sensus pohon dimulai pada TM 1 (paling lambat umur 36 bulan) dan di
ulangi setiap 5 tahun. Pada TM muda selain sensus jumlah pohon, dilakukan
juga sensus pohon abnormal secara visual dan jika ditemukan di lapangan,
harus dibongkar dan disisip.
2) Perawatan Jalan
a. Perawatan piringan
Perawatan dengan memelihara akses jalan ke dalam blok dan ke pohon
untuk

mempermudah

aktifitas

panen,

pemupukan,

penunasan,

dan

pengawasangan, serta mengurangi kompetisi dengan gulma dalam penyerapan


unsur hara, air, dan cahaya matahari. Perawatan untuk piringan semua jalan
pikul dan jalan kontrol bebas dari gulma, sedangkan lebar piringan berjari-jari
2 m.
b. Perawatan jalan
Jalan dan parit agar dibangun pada saat persiapan lahan, sehingga pada
saat TM hanya dilakukan perawatan saja. Jalan utama dirawat 1 kali setiap 6
bulan dengan pengerasan kemudian di grader dan dipadatkan dengan
compactor sebanyak 4-6 kali putaran. Jalan produksi dan jalan kontrol juga
harus di grader dan dipadatkan dengan tenaga manusia.
3) Pemberantasan lalang
Lalang merupakan gulma yang mempunyai racun alelopati yang rakus
memakan unsur hara tanaman sehingga sangat mengganggu pokok kelapa
sawit. Kegiatan wipping dibagi kedalam 2 cara, yaitu wipping, dengan cara
mengusapkan lalang dari daun bagian bawah dan ditarik menuju daun bagian

18

atas dengan menggunakan racun rollup. Alat yang digunakan adalah harwilang
yaitu menggunakan botol plastik yang telah dilobangi dan diselangi selang
inpus. Spot lalang, menggunakan alat penyemprot seset alat kep yang
dilengkapi nozle, nozle yang digunakan adalah nozle yellow dengan racun
rollup.
4)

Pengendalian gulma, penyakit, dan hama.


a. Pengendalian gulma
Salah satu perawatan untuk kebun kelapa sawit adalah pengendalian
gulma yaitu dengan cara penyemprotan. Penyemprotan memakai herbisida
dengan bahan aktif yang berbeda-beda, tergantung gulma di lapanagan.
Cara pengaplikasian adalah dengan cara menyemprot gulma, jarak
semprot dari batang, sekitar panjang pelepah . Pada saat menyemprot tidak
diperbolehkan melawan arah angin. Pengisian herbisida untuk tiap-tiap kep
sesuai dengan dosis dan herbisida di campur dengan air. Alat yang digunakan
adalah seset kep yang dilengkapi nozle. Karyawan penyemprot dilengkapi
dengan masker penutup wajah, sarung tangan plastik, kacamata, baju afron ,
dan sepatu boat pada saat menyemprot agar racun tidak terkena kontak
langsung.
b. Pengendalian penyakit
b.1 Penyakit busung pangkal batang dan batang atas
Merupakan penyakit tua atau akibat kelapa sawit yang di tanam di area
bekas palma yang lain. Penyakit ini disebabkan oleh Ganoderma genonense
yang merupakan jamur kelas Basidiomycetes. Pengendalian dengan cara
melakukan peta sensus tanaman, apabila di temukan adanya gejala sakit agak
parah maka dilakukan penumbangan batang.
b.2 Busuk tandan
Penyakit busuk tandan atau Merasmius palmivorus merupakan penyakit
penyebab tandan tidak berkembang dengan baik. Penyakit ini timbul jika
sanitasi dilakukan disekitar lingkungan tandan jelek. Pengendaliannya adalah
dilakukan perawatan tanaman sesuai standar budidaya. Buah busuk harus di
buang di gawangan mati dan di bakar.
e. Pengendalian hama tikus

19

Buah kelapa sawit sangat disukai tikus, untuk pengendalian hama tikus
dilakukan pemberian racun klerat. Racun klerat (rodentisida) adalah bentuk
umpan padatan segiempat berwarna hijau kebiru-biruan, berisi butiran beras
dengan bahan aktif brodifakum 0,005 %. Pemberian racun klerat untuk
mengendalikan tikus sawah, tikus semak dan tikus rumah. Jenis tikus
semak/belukar merupakan jenis yang paling dominan dan dijumpai pada
hampir disemua perkebunan kelapa sawit. Tikus memakan bunga dan buah,
serta membawa berondolan ke sarangnya atau ke tumpukan pelepah. Luka pada
buah karena keratan tikus dapat mengakibatkan peningkatan asam lemak bebas
minyak kelapa sawit.
Aplikasi klerat, klerat diberikan 3 hari sekali, dengan pemberian
menghadapkan ke jalan pasar pikul agar mudah terlihat bahwa pokok sawit
tersebut sudah diberi racun klerat. Setiap pokok tanaman diberi 1 racun klerat
dan diberi tanda dengan menancapkan 1 batang lidi. Penancapan batang lidi
dimaksud agar diketahui pada pokok tanaman tersebut sudah diberi racun klerat
dan tidak diulang sampai 2 kali.
Apabila dalam rotasi 3 hari tingkat makannya sampai 20% klerat pada
pokok tanaman maka diberikan kembali 1 racun klerat, tetapi apabila racun
klerat masih ada karna tidak di makan tikus maka tidak perlu diberikan
kembali. Sensus dilakukan setiap 3 bulan, yaitu januari, april, dan okteber
untuk seluruh kebun dengan sampel areal sebanyak 5%. Pemberian umpan
harus di catat, dan sedangkan program pemberian umpan dalam satu area
dilakukan serantak dan karyawan menggunakan sarung tangan.
5) Prunning dan penyusunan pelepah
Pruning adalah kegiatan pembersihan batang kelapa sawit dengan cara
membuang pelepah kelapa sawit (memangkas), pelepah yang dibuang adalah
pelepah yang kering dan pelepah yang tingginya telah mencapai 1 meter.
Apabila menemukan pokok kelapa sawit yang masih muda, maka tidak
dianjurkan untuk membuangnya ataupun yang tingginya belum mencapai 1
meter.

20

Pruning pelepah yaitu bertujuan untuk menjaga keseimbangan fisiologis


tanaman dan sanitasi, untuk memperlancar penyerbukan, untuk memudahkan
panen dan pengamatan tandan matang panen, untuk menghindari tersangkutnya
brondolan di ketiak pelepah, untuk mempermudah pembersihan piringan dan
pemupukan.
Pruning dilakukan menggunakan dodos (chisel) dan pokok sawit yang
telah meninggi menggunakan egrek. Pada waktu menunas pelepah dipotong
mepet ke batang dengan bekas potongan miring keluar (ke bawah) berbentuk
tapak kuda atau berbentuk huruf V. Pemotongan pelepah yang tidak mepet atau
seperti tanduk harus dihindari, karena brondolan akan tersangkut di ketiak
pelepah. Hal ini akan menyebabkan kriteria tandan matang panen akan sulit
dilihat oleh pemanen, karena brondolan tidak jatuh di piringan pohon.
Brondolan yang tersangkut akan menyebabkan produksi menurun dan
brondolan tersebut dapat tumbuh di ketiak pelepah.
Pelepah yang telah di pruning disusun di gawangan mati. Khusus pada
areal bergelombang, berikut pelepah disusun searah dengan kontur atau tegak
lurus dengan arah lereng yang bertujuan untuk mengurangi erosi permukaan.
6) Pemupukan
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produksi. Pemupukan dilakukan karena secara nyata bisa meningkatkan
produksi dan tetap menjaga stabilitas tanaman. Kebutuhan unsur hara bagi
tanaman kelapa sawit berbeda-beda. Jumlah unsur hara yang ditambahkan
melalui pupuk harus memperhitungkan kehilangan hara akibat pencucian,
penguapan, penambahan hara dari tanaman penutup tanah (cover crop), hara
yang terikat dari udara, serta potensi fisik dan kimia tanah.
Tujuan pemupukan adalah menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman
sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik dan mampu berpotensi secara
maksimal. Dalam pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan curah hujan,
untuk menghindari kehilangan unsur hara. Curah hujan yang ideal adalah 60200 mm per bulan. Dilakukan pemupukan pada kelapa sawit baik pada
tanaman menghasilkan ataupun tanaman belum menghasilkan dengan rotasi

21

persemester. Pupuk-pupuk yang digunakan seperti pupuk Urea, KCl, (MOP),


TSP, Kaptan, Dolomite, Klas Powder, Borate, CuSO4,

ZnSO4, dengan

pemakaian dosis sesuai yang ditetapkan.


Cara pengaplikasian dengan cara menaburkan pupuk disekeliling
piringan tanaman pokok kelapa sawit, dengan alat yang digunakan adalah
gancu dan mangkok. Mangkok plastik sebagai takaran, mangkok harus tersedia
sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang memupuk, dan mangkok harus
seragam. Salah satu pekerja ditugaskan mengumpulkan bekas karung pupuk
yang sudah ditabur yang jumlahnya harus sama dengan jumlah karung pupuk
yang diecer.
Untuk lebih mempermudah pembawaan pupuk, maka dalam 1 karung di
bagi dalam beberapa until sesuai jenis pupuk dan umur tanaman. Pemberian
pupuk pada pokok kelapa sawit dimulai dari pokok ke-8 ke pokok 1, kemudian
dari pokok ke-9 ke pokok 16. Pembawaan pupuk-pupuk tersebut dibawa
ketiap-tiap blok menggunakan truk atau menggunakan traktor gandengan.
7) Panen
Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan
tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan
tanaman panen juga salah satu faktor yang penting dalam menampung
produksi. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas
tanaman.
Panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga pengangkutan ke
pabrik. Tandan yang sudah dipanen disebut tandan buah segar (TBS). Urutan
kegiatan panen adalah pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan
brondolan,

pemotongan

pelepah,

pengangkutan

hasil

ke

TPH,

dan

pengangkutan hasil ke pabrik. Buah yang masak dan siap di panen berumur 6
bulan mulai dari berbunga. Pemanenan dapat dilakukan apabila ditemukan 1-2
buah brondolan yang jatuh.
Peralatan yang digunakan adalah dodos, gancu, pikul karung, angkung /
gerobak. Dodos berfungsi melepaskan janjang dari pokok tanaman atau
memotong pelepah yang menjepit tandan/janjang. Ganju di gunakan mengait

22

janjang agar mudah di bawa. Pikul karung berfungsi membawa janjang-janjang


yang telah di panen (pada tanah rawa). Angkung/ gerobak sorong digunakan
membawa janjang-janjang yang telah di panen pada tanah yang keras. Biasanya
dalam 1 pohon kelapa sawit ada 1-3 tandan yang siap dipanen, dan 1 tandan
beratnya bisa mencapai 8 kg. Pekerja pemanen harus melihat pokok dengan
cara mengelilinginya agar mengetahui tandan yang siap di panen.

Sarana

panen adalah jalan panen, tangga panen, titi panen dan TPH. Persiapan sarana
panen seperti pengerasan jalan, pembuatan titi/tangga panen, jalan panen
(pikul), dan tempat pengumpulan hasil (TPH).

IV. PEMBAHASAN
Gulma merupakan vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi
pesaing bagi tanaman utama (kelapa sawit) , sehingga keberadaannya tidak
dikehendaki karena mengganggu pertumbuhan dan produksi kelapa sawit serta
kelancaran aktivitas lainnya.
1. Pemakaian Pakaian Pengaman pada Saat Kegiatan Penyemprotan
Karyawan penyemprot sebelum melakukan kegiatan penyemprotan harus
memperhatikan keamanan. Keamanan tersebut berupa pakaian keamanan yang
bertujuan untuk melindungi karyawan dari bersentuhan langsung dengan racun
herbisida. Pakaian keamanan tersebut yaitu, sarung tangan, masker, kacamata,
baju afron dan sepatu boat. Banyak dari karyawan yang tidak lengkap memakai
pakaian pengaman, seharusnya pakaian keamanan itu penting sekali karena
menjaga agar tidak terganggunya kesehatan baik itu pada mata, pernapasan,
ataupun pada kulit yang elergi bahan-bahan kimia. Pakaian pengaman
diberikan oleh perusahaan kepada karyawan untuk di pakai selama
berlangsungnya kegiatan penyemprotan.
2. Penggunaan Racun Herbisida yang Tidak Tepat Sasaran

23

Untuk mengetahui racun yang di gunakan kita harus mengetahui dahulu


jenis-jenis gulma. Kelompok gulma terdiri dari rumput rumputan, gulma
berdaun lebar, berkayu, gulma pakisan, gulma teki tekian, gulma pisang liar
dan keladi-keladian, gulma bambu-bambuan dan gulma air. Di lapangan
banyak sekali jenis gulma, gulma-gulmanya ada sebagian yang hampir sama.
Karyawan harus paham, racun herbisida disesuaikan dengan gulma di
lapangan.

Tabel 2. Beberapa daftar jenis gulma. Gulma diharapkan (A), gulma inang (I)
gulma diperbolehkan (B), dan gulma merugikan (C)
NAMA BOTANI
Rumput-rumputan
Axonopuc compressus
Centotheca inpaceae
Paspalum conjugatum
Gulma berdaun lebar
Agaratum conyzaides
Borreria ltifolia
Euphorbia hirta
Kacangan
Clotalaria spp
Clitoria lauriforia
Casia tora
Semak
Clerodendrum
Pakis
Diplazium asperum
Diplazium asculantum
Nephrolepis bisserata

NAMA UMUM

KATEGORI

Rumput karpet/paitan
Rumput pagar
Rumput paitan/kerbau

A
B
B

Babadotan,wedusan
Kentangan
Patikan kerbau

B/I
B/I
A/I

Orok-orok
-

B
B
A/I

Green witch tongue

Pakis sayur
Pakis sayur
Pakis merambat

A/I
A/I
A

Imperata silindrica

Lalang

Adiantum spp

Pakis tiang

Mimosa pigra

Kucingan hijau

Scleria sumatrensis

Krisan

Melastoma melabathricum

Senduduk

Gulma merugikan

24

Tabel 3. Daftar bahan aktif herbisida


Bahan aktif
Parakuat diklorida
24-D dimetilamina
Metil metsulfuron

Sifat
Kontak
Sistemik
Sistemik

Gulma Sasaran
Semua gulma
Daun lebar
Pakis-pakisan, umbiumbian, daun sempit

Isoprofil amina glisofat


Glifosat kalium
Floroksipir 1-MHE
Triklopir

Sistemik

(paspalum lep to chloa)


Daun sempit, rumput-

Sistemik

rumputan.
Daun sempit, rumput-

Sistemik
Sistemik

rumputan
Daun lebar
Semak belukar, tanaman
berkayu, bambu, daun

Amonium glufosinal

Sistemik

lebar
Semua gulma

Setelah mengetahui jenis gulma sasaran, bahan aktif serta contoh-contoh


gulma di lapangan diharapkan karyawan dan mandor dapat mengetahui secara
jelas racun herbisida yang mana yang dipakai dan sesui sasaran.
Selain memakai penyemprotan racun herbisida, juga ada alternatif lain
yang di pakai yaitu penanganan terhadap tumbuhan pesaing tanaman utama
dengan tindakan, antaralain a) mengembangkan atau melestarikan tanaman
berguna sebagai inang parasitoid dan atau predator secara terkendali (dalam
batas tidak mengganggu tanaman pokok dan proses budidaya kelapa sawit). Seta
membatasi gulma lunak.
b) Menerapkan konsep pengelolaan gulma terpadu (integrated weed management)
dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian meliputi cara kultur
teknis, tindakan preventif, biologis, mekanis, dan kimiawi.
Standar dan tindakan pengendalian gulma dimulai dari awal penanaman di
TBM sampai TM adlah sebagai berikut :

25

1. Dilakukan pembersihan piringan sampai 30 cm diluar batas kanopi berdaun


atau sampai maksimum 180 cm dari panngkal pohon kelapa sawit ,
sedangkan jalan rintis dibersihkan selebar sekitar 1,2 m dilakukan setelah
tanaman berumur > 6 bulan.
2. Pengendalian secara preventif dan kultur teknis:
Penanganan dan perawatan kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma.
3. Pengendalian secara biologis :
a . Kacangan berfungsi sebagai pengendali biologis melalui persaingan hidup.
b. Pengembangan agensia pengendali hayati gulma seperti: Pareuchaetes
pseudoinsulata dan Cecidochares connexa untuk mengendalikan Chromolaena
odorata, Actinote anteas untuk mengendalikan Chromolaena odorata dan
Mikania spp.
4. Pelestarian tanaman berguna
Beberapa jenis tanaman yang berguna sebagai inang imago parasitoid
dan atau predator hama kelapa sawit yang tumbuh di lapang perlu dilestarikan
karena bermanfaat untuk mendukung perkembangan musuh alami hama
tanaman kelapa sawit dan berfungsi sebagai penutup tanah alami.
5. Perawatan secara mekanis .
Salah satu pilihan adalah dengan meggunakan Rotary Slasher untuk
perawatan jalan panen di daerah datar yang memungkinkan masuk alat tersebut
pada saat tanaman TBM 2.

3. Penanganan Gulma
Tanaman kacangan mukuna penutup tanah, sengaja di tanam agar
menjaga kelembaban tanah. Penanaman tanaman kacangan di tanam pada saat
kecambah kelapa sawit berumur 8 minggu, maka pada tanaman kelapa sawit
yang menghasilkan, banyak kacangan penutup tanah yang telah meninggi dan
fungsinya tidak lagi sebagai menjaga kelembaban tanah. Tanaman kacangan
penutup tanah berubah fungsi menjadi gulma yang perlu dikendalikan. Gulma
yang meninggi dan melilit batang tersebut tidak langsung disemprot tetapi
dipotong dengan menggunakan parang kemudian di lepaskan dari batang
kemudian barulah di semprot menggunakan herbisida.

26

4. Melakukan Penyemprotan Herbisida


Melakukan kegiatan penyemprotan juga harus mengetahui jalan areal
mana yang disemprot, apakah itu di gawangan, piringan, pasar pikul atau
lainnya. Masing-masing areal tersebut sudah ditetapkan seberapa banyak
pemakaian atau dosis perhektarnya. Pada beberapa kejadian masih juga terlihat
karyawan yang mengulang penyemprotan pada tempat yang sama. Hal ini
berpengaruh

terhadap

biaya

pemakaian

racun

karna

apabila

terjadi

pengulangan setiap hari pada beberapa karyawan saja dapat memakan biaya
yang lebih. Sebaiknya mandor benar-benar memperhatikan kerja karyawan dan
menunjukkan areal penyemprotan yang telah di bagi . Perhatikan tabel berikut
mengenai kegiatan dan dosis perhektarnya.

Tabel 4. Standar pekerjaan perawatan TM


Kegiatan/ gulma

Herbisida

sasaran

Dosis/ha

Rotasi

blanket

HK/ha

tahun
Gawangan
manual
DAK-TM muda
DAK Remaja-Tua
Semprot Semak
Semak secara umum
Semak

Parakuat diklorida
Methyl metsulfuron
dominan
surfactan

3
2

1500 L
0,075 kg
1,000 l

4,5-5 blanket
2

putihan/senduduk

27

1,5-2
1,3-1,5

4,5-5 blanket

Chromolaena

Methyl metsulfuron

0,150 kg

odorata/melastorna
Dominan anak kayu

Triclopir

1,000 l

surfactan

0,150 kg

4,5-5 blanket
2

Piringan dan jalan


pikul (efektif)
Manual
Garuk piringan TM
muda tua
Semprot TM muda
pakisan
Rumput-rumputan

2 (Setelah
pruning)

Parakuat diklorida

0,375 l

Methyl metsulfuron

0,20 kg

glyphosate

0,500 l

glyphosate

0,250 l

(Tidak untuk
campuran parakuat)

daur lebar lunak

Rumput-rumputan
dominan mikania
Rumput-rumput
dominan mikania

Pada lokasi lokasi air


jelek (gambut)

(tidak untuk
Fluroxypyr

0,063 l

campuran
parakuat)

Sulfosat

0.375 l

Methyl metsulfuron

0,20 kg

Parakuat diklorida

0,250 l

Methyl metsulfuron

0,013 kg

glyphosate

0,500 l

Semporot TM
remaja Tua
Pakisan
Rumput-rumputan

3
(tidak untuk
3

daur lebar lunak


Rumput-rumputan

campuran
parakuat)

Glyphosate

28

0,250 l

dominan mikania

Fluroxypyr

Pada lokasi lokasi air Sulfosat


jelek (gambut)

0,063 l
0,735 l

Methyl metsulfuron

0,020 kg

Parakuat diklorida
Methyl metsulfuron
Sulfosat
Methyl metsulfuron

0,004 l
0,0002kg
0,004 l
0,0002kg

TPH-vol 0,25%
dosis blanket
Pada lokasi umum
Pada lokasi lokasi air

jelek (gambut)
LALANG
Wipping TM muda
Glyphosate/
0,040 l
Wipping TM remaja- Sulfosat (pada lokasi 0,030 l

3
3

6,0

0,2
0,1

kualitas air jelek)


Tua
Spot spraying
4,000 l
2
4,0
Mandor juga sebaiknya menunjukan dan menjelaskan areal mana yang
telah di bagi kepada karyawan-karyawannya, sehingga pada areal yang luas
tersebut mereka tidak kebingungan, dan tidak mengulangi bagian yang telah
disemprot. Pengendalian gulma perlu dilaksanakan di piringan pohon, jalan
pikul, dan di gawangan. Pengendalian gulma di piringan pohon bertujuan
untuk memudahkan dalam pengutipan brondolan dan meningkatkan
efektivitas pemupukan. Pengendalian gulma di jalan pikul bertujuan agar
mudah dilalui oleh pekerja, sedangkan pengendalian gulma di gawangan
bertujuan untuk mengurangi persaingan terhadap penyerapan air, unsur hara,
serta untuk menjaga kelembaban kebun. Pengendalian gulma di piringan
pohon, jalan pikul, dan gawangan umumnya menggunakan alat semprot.
Sistem penyemprotan untuk mengendalikan gulma perlu pemilihan
jenis semprot yang sesuai untuk setiap jenis pekerjaan, gulma sasaran,
herbisida, dan dosis kebutuhan larutan (air) dan afisiensi hasil kerja yang
tercapai. Jenis alat semprot dan kategori yang diterapkan di kebun pada saat
ini.
1. Alat penyemprot gendong (kap)

29

Untuk semua kerja penyemprotan di LC dan TBM kebutuhan lain dari


volume sedang ( 450 l/ha), volume rendah (liw volume) 200-450 l/ha dan
apabila gulma sudah berkurang mengarah ke very low volume (VLV) 100200 l/ha. Jenis alat semprot yang digunakan saat ini adalah SA 15/ RB 15kapasitas KAP 15 liter.
2. CDA (Controlled Droplet Application) sprayer
Sistem saat ini memakai volume larutan yang sangat rendah (ultra low
volume-ULV) sekitar 12-20 l/ha dengan butir cairan 250 mikron. Cocok
untuk herbisida sistemik dan tidak boleh digunakan untuk campuran
paraquat. Sesuai untuk penyemprotan piringan di TM remaja-tua dan jalan
rintis di TM muda dengan tumbuhan gulma ringan sampai sederhana,
prestasi kerja tinggi, efisiensi dan cost efektif. Jenis alat yang digunakan saat
ini, yaitu mikron herbi, attila knapsack spragen, dan samurai.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah
melakukan pengendalian gulma dengan cara penyemprotan. Penyemprotan
dengan herbisida dan alat yang banyak di pakai adalah kap. Gulma perlu
dikendalikan karena gulma adalah vegetasi yang tumbuh secara alami dan
menjadi pesaing bagi tanaman utama (kelapa sawit) , sehingga keberadaannya
tidak dikehendaki karena merugikan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit
serta dapat mengganggu kelancaran aktivitas lainnya.
Gulma bisa tumbuh di jalan gawangan, jalan pasar pikul, bahkan di
piringan pohon kelapa sawit. Gulma yang dikendalikan seperti rumputrumputan, gulma berdaun lebar, daun lunak, anak kayu, berdaun sempit, semak
belukar dan lain-lain. Keberadaannya yang mengganggu pertumbuhan kelapa
sawit dan menggganggu aktivitas lainnya maka pengendaliannya juga sangat di
perhatikan oleh perusahaan kelapa sawit PT.Kartika Prima Cipta agar dapat
memproduksi kelapa sawit sebaik-baiknya baik kualitas maupun kuantitas.
B.Saran

30

Diharapkan kepada PT.Kartika Prima Cipta dapat meningkatkan kinerja


karyawan baik di lapangan maupun di kantor. Perhatikan dan bimbing
karyawan dengan baik dalam bekerja, sehingga target dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. SMA/MCAR/MEI,2007
Anonim. Direktorat Tanaman Tahunan Drektorat Jenderal Perkebunan Departemen
Pertanian. 2009
Anonim. Pembukaan Kebun Sawit diLahan Gambut. PERMEN_Pertanian No 14 Th
2009
Anonim. Penelitian Tentang Dampak Sosial Pembangunan Perkebunan Kelapa
Sawit di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. 2011
Sukamto,H. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Jakarta:
Penebar Swadaya, 2011
Sunarko. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta Selatan:
Agromedia Pustaka. 2007
Sunarko. Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan.
Jakarta Selatan: Agro Media Pustaka. 2009

31

32

Anda mungkin juga menyukai