Anda di halaman 1dari 20

PEMBANGUNAN INDUSTRI PUPUK

PT PETROKIMIA MALANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Analisis Dampak Lingkungan Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota Semester Genap Tahun Ajaran 2021/2022

Oleh:

RESTU SEPTIAN NUGRAHA 10070320062


RADEN HAFIZHAN BAHRUL ULLUM S 10070320041
ABDILLAH HAMDI 10070320100
FADHILA NUR AMALIA 10070320002
JANETA ADZANI 10070320013

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022 M/1443 H
1. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk berpengaruh terhadap ketersediaan lahan
pemukiman yang terbatas. Keterbatasan tersebut berdampak terhadap penyusutan
lahan pertanian sebagai wadah penghasil sumber pangan masyarakat. Untuk
menghindari krisis pangan diperlukan suatu inovasi pengendalian lahan terhadap
hasil pertanian. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan yaitu pemberian
pupuk sesuai kebutuhan.
Perkembangan industri di Kabupaten Malang tersebar di beberapa daerah.
Kabupaten Malang memiliki potensi hortikultura yang cukup menjanjikan seperti
buah, bunga, dan sayuran. Demi menunjang pertumbuhan di bidang hortikultura
diperlukan penggunaan pupuk berkualitas. Di daerah Kecamatan Karangploso
terdapat PT Petrokimia Malang yang berlokasi di Desa Ngijo. PT Petrokimia
merupakan produsen pupuk yang terlengkap di Indonesia yang memproduksi
pupuk kimia dan bahan kimia untuk agroindustri. PT Petrokimia Malang terus
tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, demi mendukung ketahanan
pangan nasional dan kemajuan dunia pertanian. Pembangunan pabrik pupuk PT.
Petrokimia Malang dilaksanakan di Kabupaten Malang yang terletak di kecamatan
Karangploso dengan luas tanah yang diperlukan seluas 30 ha. Dari luasan
tersebut, daerah industri ini terletak pada Desa Ngijo dengan luasan pabrik sebesar
20 ha dan 10 ha digunakan wilayah terbuka hijau. Rencana kapasitas produksi
pabrik pupuk tersebut adalah 200.000 ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri dan sebagian untuk mendukung kebutuhan pupuk di kawasan
Kabupaten Malang dan sekitarnya. Menurut Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan
menyebutkan bahwa semua kegiatan petrokimia yang berlokasi di wilayah hulu
wajib memiliki dokumen AMDAL.
Kegiatan yang wajib AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan hidup (UKL-UPL) dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin usaha dan kegiatan. AMDAL dianggap memiliki kemampuan untuk
melakukan prediksi dan identifikasi terhadap kemungkinan timbulnya dampak

1
lingkungan, atas dasar pemikiran tersebut analisis masalah hukum tentang
AMDAL.
PT. Petrokimia Malang telah mendapatkan persetujuan penanaman modal
oleh Bupati Malang No.165.5873.331.212/2016 tanggal 13 Maret 2016. PT.
Petrokimia Malang juga telah memiliki rekomendasi atas UKL-UPL kegiatan
produksi pupuk di Desa Ngijo dengan surat dari Bupati
No.173.63/170/KPTS/526.811/2017 tanggal 20 Februari 2017. Seiring dengan
akan dibangunnya industri pembuatan pupuk kimia, PT. Petrokimia Malang telah
memiliki izin untuk mendirikan pabrik pupuk di Kabupaten Malang yang telah
disetujui oleh Bupati berdasarkan surat keputusan Bupati Malang
No.173.63/28/ILK/312.921/2017 seluas 20 ha.
Di dalam Permen Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang kriteria
usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan
Membuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terhadap setiap
rencana yang diperkirakan memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup,
maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan Pasal 1 ayat (1) adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha.
Kewajiban membuat analisis mengenai dampak lingkungan dapat kita lihat
pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 yaitu
kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi
dengan Membuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Mengenai
masalah analisis mengenai dampak lingkungan adalah menyangkut masalah orang
banyak, maka peranan pihak yang berkepentingan yaitu pemrakarsa, aparatur
pemerintah, dan masyarakat sangat penting. Oleh karena itu untuk menegakan
analisis mengenai dampak lingkungan ini harus ada kerjasama yang baik antara
aparatur pemerintah dan pihak yang terkait.
2. Deskripsi Kegiatan
Penyusunan dokumen Amdal kegiatan Rencana Pembangunan Industri
Pupuk ini merupakan upaya dari pemrakarsa yaitu PT PETROKIMIA MALANG
untuk memenuhi persyaratan kegiatan yang berwawasan lingkungan. Rencana
Pembangunan Industri Pupuk ini dapat menimbulkan dampak positif maupun

2
negatif terhadap lingkungan baik komponen lingkungan geofisik, kimia, biologi,
sosial ekonomi dan budaya, serta kesehatan masyarakat.
Studi Amdal ini dilakukan sebelum kegiatan Pembangunan Industri Pupuk
PT PETROKIMIA MALANG dilaksanakan. Penyusunan studi Amdal ini
dilaksanakan secara bersamaan dengan penyusunan studi kelayakan (Feasibility
Study). Hasil dari studi Amdal ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kegiatan Pembangunan Industri
Pupuk PT PETROKIMIA MALANG di Kabupaten Malang. Studi ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat adanya perubahan lingkungan,
geofisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat akibat
adanya kegiatan pembangunan ini.
Selain itu, studi Amdal ini merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa, dalam
hal ini PT PETROKIMIA MALANG dalam memenuhi semua peraturan
perundangan dan peraturan yang berlaku dalam kegiatan Rencana Pembangunan
Industri Pupuk.
2.1 Pra Konstruksi
● Survei dan investigasi. Dilakukan pada lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan Pembangunan Industri pupuk oleh PT. Petrokimia Malang dan
area sekitarnya dengan tujuan mengetahui kondisi rona lingkungan awal
sebelum adanya kegiatan proyek.
● Sosialisasi. Dengan tujuan agar masyarakat yang diberikan penjelasan
diharapkan untuk memberikan tanggapan dan ingin mengetahui keinginan
masyarakat dan pemerintah daerah setempat terhadap kegiatan
pembangunan pabrik petrokimia malang.
● Pembebasan lahan. Lahan yang direncanakan untuk pembangunan
Agroindustri Pupuk PT. Petrokimia Malang awalnya berupa sawah dan
tegalan. Dengan adanya rencana pembangunan, menyebabkan adanya
proses pembebasan lahan yang membuat lahan tersebut berubah menjadi
area industri.
2.2 Konstruksi
● Rekrutmen tenaga kerja. Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja saat proses pembangunan konstruksi pabrik industri pupuk dan

3
sarana pendukung lainnya.
● Aktivitas basecamp. Berfungsi sebagai tempat kerja atau sarana
pendukung kegiatan proyek untuk keperluan rapat rapat koordinasi,
perencanaan proyek, dan istirahat.
● Mobilitas tenaga kerja, bahan dan peralatan. Tahap konstruksi
memerlukan sejumlah alat berat dalam melakukan kegiatannya.
● Persiapan lahan pada tapak proyek. Kegiatan penyiapan lahan merupakan
pembersihan lahan dengan pemangkasan, penggalian, pengukuran, dan
pengangkutan tanah dan tanaman yang menutupinya sehingga lahan
tersebut dapat dibangun pabrik.
● Pembangunan fisik gedung, jalan serta sarana dan prasarana.
Pembangunan fisik gedung meliputi Gedung utama pabrik, Gudang,
Gedung kantor utama, rumah pompa, water receiver, parking house,
kantin, finish mill/grinding house, clinic dan rumah genset serta beberapa
Gedung penunjang lain.
2.3 Operasi
● Rekrutmen tenaga kerja. Tenaga kerja untuk proses operasional
diperkirakan akan membutuhkan pekerja sebanyak 446 orang.
● Kegiatan produksi industri pupuk. Kapasitas produksi yang diharapkan
dari pembangunan industri pupuk PT Petrokimia Malang adalah sebesar
200.000 ton pupuk per tahun.
● Pembangkitan energi listrik. Proses produksi akan membutuhkan
kontinuitas dari ketersediaan listrik, jika energi terpasok secara terus
menerus maka proses akan lebih efektif dan efisien. inuitas proses
produksi yang stabil bila terjadi pemadaman.
● Kegiatan pengelolaan limbah padat, cair, gas. Limbah yang dihasilkan
industri adalah limbah padat, cair, dan gas dengan klasifikasi yaitu dari
kegiatan transportasi, limbah bahan berbahaya dan beracun, dan limbah
domestik.
● Fasilitas pelayanan umum. Sarana prasarana umum yang disediakan oleh
pemrakarsa adalah masjid, lahan terbuka hijau, dan taman. Beberapa
penyediaan fasilitas umum tersebut digunakan secara bersama oleh tenaga

4
kerja dan masyarakat sekitar.
2.4 Pasca Operasi
● Sosialisasi. Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara
pemrakarsa dengan masyarakat untuk memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa adanya penghentian kegiatan operasi sehingga pihak
pemrakarsa dapat berdiskusi langsung dengan masyarakat terkait
penentuan penggunaan lahan pasca operasi. Masyarakat yang mengikuti
sosialisasi adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar area pabrik
(30 Ha) yaitu masyarakat Desa Ngijo dengan jumlah penduduk 10.825
jiwa
● Pelepasan tenaga kerja. Setelah selesainya kegiatan operasi maka telah
selesai pula tugas dari pekerja pabrik, sehingga dilakukan pelepasan
tenaga kerja oleh perusahaan. Tenaga kerja yang dilepas oleh perusahaan
diperkirakan mencapai 500 orang.
● Alih fungsi lahan. Sebelum PT Petrokimia Malan berdiri lahan pabrik
merupakan lahan yang digunakan untuk pertanian dan tegalan. Lahan
bekas operasi pabrik diharapkan dapat digunakan seperti sedia kala
sebelum proses pra konstruksi hingga operasi berlangsung maka perlu
dilakukan usaha pengembalian kualitas lahan agar hal tersebut dapat
tercapai, luas lahan yang akan dikembalikan peruntukannya adalah 30 Ha.
● Pemanfaatan bangunan industri. Dalam rangka memperlancar aktivitas
kehidupan masyarakat, pemanfaatan bangunan industri diserahkan kepada
masyarakat yang dapat digunakan sebagai area kegiatan religi, kegiatan
kemasyarakatan maupun kegiatan pendidikan non formal.
● Pemberdayaan masyarakat disekitar pabrik. Pemberdayaan masyarakat di
sekitar pabrik dengan jumlah penduduk sebesar 10.825 jiwa yaitu seperti
pemberian informasi, pengarahan terhadap pemanfaatan lahan area bekas
industri pabrik pupuk, pembekalan pengetahuan mengenai penanaman
kembali, dll.
3. Rona Lingkungan
3.1 Geofisik-Kimia
Analisis lingkungan geofisik kimia mencakup komponen lingkungan

5
perubahan bentang alam, peningkatan kadar debu, dan peningkatan kebisingan.
Metode pengumpulan dan analisis data untuk lingkungan geofisik-kimia adalah:
3.1.1 Perubahan Bentang Alam
Parameter yang dijadikan acuan dalam menganalisis besarnya perubahan
bentang alam adalah Analisis morfologi yang berkaitan dengan lereng relief.
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi yang lebih
menekankan data bentuk lahan dan proses geomorfologi yang terjadi.
Pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi
yaitu dilakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan beberapa parameter
bentuk lahan meliputi topografi, lereng, material dan proses geomorfologi yang
bekerja serta klimatologi. Data sekunder konfigurasi permukaan bumi disadap
dari peta topografi sebagai sumber data untuk digunakan dalam mengkaji
fisiografi daerah penelitian yaitu di lokasi kegiatan pembangunan Industri Pupuk
di Kabupaten Malang.
Data hasil pengamatan dibandingkan dengan kondisi bentang alam sebelum
industri Pupuk dibangun dan kondisi setelah selesai dibangun. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
observasional. Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa
Peta Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan dilakukan untuk
memperbaiki atau merevisi peta lereng yang telah ada dengan melakukan
pengukuran kemiringan lereng di lapangan menggunakan abney level dan kompas
geologi. Apabila belum ada peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan data
pokok dari Peta Rupa Bumi. Peta Lereng Daerah Penelitian Peta Kemiringan
Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite (grid system) dengan
menggunakan Peta Rupa Bumi skala 1 : 50.000.
3.1.2 Peningkatan Kadar Debu
Parameter yang digunakan untuk analisis peningkatan kadar debu akibat
kegiatan pembersihan dan pengupasan lahan, kegiatan pembangunan dan
pengangkutan material, serta akibat kegiatan pengangkutan dan penimbunan tanah
penutup adalah besarnya jumlah kadar debu dalam udara ambien yang terjadi.
Penentuan titik sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan angin
yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data kadar debu di udara

6
ambien merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan dan
akan diambil dari lokasi rencana kawasan pembangunan Industri Pupuk.
Pengumpulan data peningkatan kadar debu dilakukan melalui pengambilan
sampel kualitas udara, yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai kualitas lingkungan kadar debu di wilayah studi. Sampel kualitas
lingkungan yang telah diambil selanjutnya akan dilakukan pengujian dan analisis
di laboratorium. Pengambilan sampel dan pengujiannya dilakukan dengan
bekerjasama dengan lembaga yang telah memiliki akreditasi. Lokasi pengambilan
sampel berada di wilayah studi, yaitu di lokasi studi serta lingkungan di sekitarnya
yang diperkirakan terkena dampak dan mengalami perubahan lingkungan.
Komponen lingkungan kadar debu yang diperiksa berdasarkan titik lokasi rencana
pengambilan sampel yang diambil di sekitar lokasi rencana pembangunan Industri
Pupuk dan di lokasi permukiman penduduk terdekat.
Baku mutu yang digunakan untuk menganalisis besarnya perubahan kadar
debu adalah baku mutu udara ambien dan emisi sumber tidak bergerak. Baku
mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen
yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien. Sedangkan baku mutu emisi sumber tidak
bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau beban emisi maksimum yang
diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien. Pedoman baku
mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Hasil pengukuran kualitas udara ambien, terutama pada parameter debu
yang diperkirakan akan mengalami perubahan dengan adanya kegiatan
pengerukan lahan atau kegiatan konstruksi pembangunan Industri Pupuk yang
berpengaruh terhadap kadar zat dalam udara ambien dibandingkan dengan baku
mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.
3.1.3 Pengukuran Tingkat Kebisingan

Parameter yang digunakan untuk menganalisis peningkatan kebisingan


adalah tingkat kebisingan yang terjadi. Penentuan tingkat kebisingan dan
hubungannya dengan reaksi masyarakat atau individu biasanya menyangkut

7
penentuan level kebisingan yang dapat diterima atau direkomendasikan dan
pengaruh dari level kebisingan yang tinggi. Rentang intensitas suara adalah 0 dB
sampai dengan 150 dB dimana kebisingan normal dalam kehidupan sehari-hari
berkisar antara 55 dB sampai 63 dB.
Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan jarak antara
sumber kebisingan di lokasi tapak rencana kegiatan terhadap lingkungan kerja
atau permukiman masyarakat yang diperkirakan akan terdampak. Data tingkat
kebisingan merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan
dan akan diambil dari lokasi rencana kawasan pembangunan Industri Pupuk.
Kebisingan diukur secara langsung menggunakan alat Sound Level Meter di
lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien.
Baku mutu tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan. Baku tingkat kebisingan mengacu pada Kepmen LH No. 48 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, dimana baku mutu kebisingan
diklasifikasikan berdasarkan peruntukan kawasan atau lingkungan kesehatan.
Baku mutu yang digunakan untuk menganalisis besarnya tingkat kebisingan
adalah baku mutu tingkat kebisingan sesuai dengan Kep. Men. LH No. 48 tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, dimana hasil perhitungan dikonversi
menjadi skala kualitas lingkungan. Metode evaluasi yaitu dengan cara menghitung
nilai LSM dan dibandingkan dengan nilai baku tingkat kebisingan yang ditetapkan
dengan toleransi + 3 Db (A).
3.2 Hidrologi
3.2.1 Debit Air Permukaan/Kuantitas Air
Menentukan debit air permukaan akan digunakan untuk mendeskripsikan
potensi peningkatan terjadinya banjir akibat adanya pembangunan Industri
Pupuk.Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data primer adalah dengan cara
perkiraan menggunakan FJ.Mock melalui data iklim dan data panjang serta luasan
dimensi sungai. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pengumpulan
referensi terkait dengan studi sebelumnya dengan pengukuran laju air permukaan.
Analisis data untuk mengetahui perubahan kuantitas air berfungsi untuk
mengetahui potensi ketersediaan air melalui debit air permukaan, serta potensi

8
peningkatan limpasan permukaan sebagai dampak kegiatan.
3.2.2 Pengukuran Kualitas Air
Metode yang digunakan untuk menentukan kualitas air adalah metode
analisis kimia yang bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur yang
berada dalam air sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor KEP.02/MenKLH/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan.
Pada data kualitas air tanah yang diambil dari contoh air tanah di wilayah
proyek dengan parameter kualitas air sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 416/MENKES/lX/1990, yaitu air bersih yang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari dimana kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila masak. Pengambilan sampel air sungai dilakukan pada tiga titik sampel
yaitu di titik sebelum lokasi proyek, di lokasi proyek dan setelah lokasi proyek.
Sampel air bersih di ambil sebanyak satu titik yaitu air bersih yang digunakan
penduduk di sekitar rencana lokasi pembangunan.
Sampel yang berhasil diambil kemudian diuji di laboratorium agar dapat
diketahui kandungan zat pada air, kemudian dianalisis dengan membandingkan
standar baku mutu perairan sehingga diketahui tingkat pencemaran perairan
tersebut.
3.3 Lahan
3.3.1 Penurunan Produksi Pertanian
Data yang didapatkan merupakan data sekunder yang melingkupi data luas
lahan produktif khususnya sektor pertanian, data jumlah produktivitas komoditas
pertanian setiap tahun (dari data tahun terakhir).
Analisis data digunakan untuk mengetahui berapa persen penurunan
produksi pertanian akibat pembebasan lahan atau alih fungsi lahan sebagai
dampak adanya kegiatan pembangunan. Hal ini terkait dengan perubahan daya
dukung lingkungan wilayah tersebut.
3.3.2 Penurunan Kualitas Udara
Data diambil dan dikumpulkan melalui pengambilan sampel kualitas udara
dan kemudian diperoleh informasi mengenai kualitas lingkungan kadar debu di
wilayah studi. Sampel kualitas lingkungan yang telah diambil selanjutnya akan

9
dilakukan pengujian dan analisis di laboratorium. Sampel udara diuji dengan
bekerjasama dengan lembaga yang telah memiliki akreditasi. Lokasi pengambilan
sampel berada sebelum, di wilayah studi dan setelah lokasi wilayah studi yang
diperkirakan terkena dampak dan terjadi perubahan.
Baku mutu yang menjadi dasar pengukuran udara adalah Peraturan
Pemerintah No.56 Tahun 1996. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau
kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Sedangkan baku
mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau beban
emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara
ambien. Sampel udara yang telah diambil akan diuji ke laboratorium untuk
diketahui jenis kandungan yang ada di udara dan kemudian dibandingkan dengan
standar baku mutu.
3.4 Sosial Ekonomi dan Budaya
Bagian-bagian lingkungan yang akan dianalisis mencakup komponen
lingkungan demografi, sosial ekonomi, dan sosial budaya. Analisis lingkungan
sosial mengacu pada KepKa Bapedal No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis
Kajian Aspek Sosial Dalam Penyusunan Amdal. Parameter yang dianalisis pada
komponen ini adalah jumlah dan pertumbuhan penduduk. Metode pengumpulan
dan analisis data untuk lingkungan sosial yaitu, data pendukung untuk analisis
sosial ekonomi dan budaya adalah terkait dengan data demografi kependudukan,
dimana komponen demografi merupakan komponen pokok yang digunakan
sebagai dasar dalam analisis dampak sosial lainnya.
Data yang didapatkan adalah data series jumlah penduduk di wilayah studi,
minimal series 5 tahun. Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang
ada pada instansi terkait, yaitu BPS, kantor desa atau kantor kelurahan. Kebutuhan
data kependudukan secara series ini diperlukan dalam analisis proyek penduduk
pada masa mendatang.
Analisis untuk kependudukan dalam studi ini pada dasarnya adalah analisis
perkiraan jumlah penduduk atau proyek penduduk pada masa yang akan datang
dengan metode yang sesuai. Pemilihan metode proyeksi penduduk ini didasarkan
pada karakteristik Perubahan dan pertumbuhan jumlah penduduk dari waktu ke

10
waktu.
4. Prakiraan Dampak
4.1 Pra Konstruksi

Gambar 1. Bagan Alir Tahap Pra Konstruksi


Sumber: AMDAL Rencana Pembanguan Industri PT. Petrokimia Malang

1. Survey dan Investigasi


Pengadaan survey dan investigasi dilakukan oleh tim surveyor dan
investigasi. Kegiatan tersebut menimbulkan dampak keresahan masyarakat
setempat. Dari keresahan yang timbul tersebut dapat menimbulkan perubahan
persepsi dan sikap masyarakat. Masyarakat yang berada di area kegiatan
pembangunan industry pupuk PT Petrokimia Malang mencakup Desa Ngijo,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang dengan total penduduk 15.510 jiwa
(BPS Kabupaten Malang, 2018).
2. Sosialisasi ke Masyarakat
Setelah melakukan survei dan investigasi dilanjutkan dengan pelaksanaan
sosialisasi yang mengundang tokoh masyarakat setempat, pimpinan daerah
setempat serta pihak berwenang lainnya. Pihat tersebut akan dikumpulkan dan
diberikan informasi mengenai detail rencana pembangunan industri pupuk.
Masyarakat dapat berperan langsung dalam pembangunan industri pupuk seperti

11
menjadi tenaga kerja, divisi keamanan dan lainnya serta berperan tak langsung
dengan memberikan saran dan tanggapan mengenai industri pupuk. Jika proses
sosialisasi tidak terlaksana dengan baik makan akan menimbulkan perubahan
persepsi dan menimbulkan keresahan masyarakat.
3. Pengadaan Tanah
Lahan yang direncakan untuk pembangunan Agroindustri Pupuk PT.
Petrokima Malang awalnya berupa sawah dan tegalan. Dengan adanya rencana
pembangunan, menyebabkan adanya proses pembebasan lahan yang membuat
lahan tersebut berubah menjadi area industri sehingga menyebabkan alih fungsi
lahan seluas 30 ha. Dengan adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan
pengurangan produksi pertanian disebabkan lahan pertanian semakin berkurang
dan kemungkinan besar masyarakat beralih profesi karena tidak memiliki lahan
pertanian yang akan digarap. Selain itu juga akan berdampak terhadap perubahan
ekosistem di lahan yang berupa sawah dan tegalan yang semula menjadi habitat
asli bagi hewan endemik seperti ular, tikus, dan burung. Hal ini menyebabkan
rusaknya rantai makanan di sawah dan tegalan.
4.2 Pasca Konstruksi
1. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara pemrakarsa
dengan masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa
adanya penghentian kegiatan operasi sehingga pihak pemrakarsa dapat berdiskusi
langsung dengan masyarakat terkait penentuan penggunaan lahan pasca operasi.
Pihak pemrakarsa juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi
kepada masyarakat terkait upaya yang akan dilakukan untuk mengembalikan
kualitas lahan pasca operasi dengan detail sehingga masyarakat dapat
menyaksikan dan berpartisipasi dalam proses reklamasi lahan. Masyarakat yang
mengikuti sosialisasi adalah masyarakat yang bertempat tinggal disekitar area
pabrik (30 Ha) yaitu masyarakat Desa Ngijo dengan jumlah penduduk 10.825
jiwa.
2. Pelepasan Tenaga Kerja
Setelah selesainya kegiatan operasi maka telah selesai pula tugas dari
pekerja pabrik, sehingga dilakukan pelepasan tenaga kerja oleh perusahaan.

12
Tenaga kerja yang dilepas oleh perusaan diperkirakan mencapai 500 orang.
3. Alih Fungsi Lahan
Lahan bekas operasi pabrik diharapkan dapat digunakan seperti sediakala
sebelum proses pra konstruksi hingga operasi berlangsung, sehingga masyarakat
di sekitar pabrik dapat menjalankan aktivitasnya seperti sediakala. Sebelum PT
Petrokimia Malan berdiri lahan pabrik merupakan lahan yang digunakan untuk
pertanian dan tegalan. Tingkat kelayakan lahan harus tercukupi untuk peruntukan
lahan tersebut, maka perlu dilakukan usaha pengembalian kualitas lahan agar hal
tersebut dapat tercapai, luas lahan yang akan dikembalikan peruntukannya adalah
30 Ha.
4. Pemanfaatan Bangunan Industri
Bangunan industri dimanfaatkan setelah proses produksi pabrik berhenti.
Dalam rangka memperlancar aktivitas kehidupan masyarakat, pemanfaatan
bangunan industri diserahkan kepada masyarakat yang dapat digunakan sebagai
area kegiatan religi, kegiatan kemasyarakatan maupun kegiatan pendidikan non
formal. Perawatan gedung juga harus dilakukan guna mempertahankan umur
gedung yang lebih lama dan menghindari kesan kumuh.
5. Pemberdayaan Masyarakat disekitar Pabrik
Pemberdayaan masyarakat di sekitar pabrik dengan jumlah penduduk
sebesar 10.825 jiwa meliputi kegiatan:
a) Pemberian informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
tentang upaya peningkatan dan perlindungan kualitas lahan bekas
industri pabrik pupuk.
b) Pengarahan terhadap pemanfaatan lahan area bekas industri pabrik
pupuk.
c) Pembekalan pengetahuan tentang pentingnya pengolahan lahan yang
tercemar akibat industri pabrik.
d) Pembekalan pengetahuan mengenai pentingnya penanaman kembali
terhadap lahan bekas industri.
e) Mengembangkan bersama-sama pemanfaatan lahan area industri
berbasis lingkungan.
f) Pembentukan kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik.

13
g) Penghibahan limbah domestik yang masih memiliki nilai jual kepada
kelompok masyarakat.
h) Perekrutan masyarakat disekitar lokasi pabrik untuk menjadi tenaga
kerja.
i) Pengarahan dan pembekalan kepada masyarakat disekitar lokasi pabrik
terkait potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dan memiliki
nilai jual.
5. Evaluasi Dampak
5.1 Metode Evaluasi Secara Holistik Terhadap Dampak Lingkungan
Evaluasi secara holistik dapat berupa pengkajian secara totalitas dengan
beragam dampak pada setiap komponen lingkungan hidup dengan usaha atau
kegiatan penyebab dampak. Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap dampak
penting hipotetik (DPH) baik bersifat penting maupun tidak penting, pada
kejadian ruang dan waktu yang sama. Pengkajian terhadap dampak penting
hipotetik (DPH) bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan interaksi seluruh
dampak penting hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak
secara total terhadap kegiatan. Secara umum dampak yang bersifat holistic terjadi
dalam satu pelaksanaan kegiatan.
Metode yang digunakan dalam evaluasi ini dengan menggunakan matriks
interaksi antara dampak penting hipotetik (DPH) dengan ruang dan waktu
terjadinya dampak. Pada keseluruhan dampak penting hipotetik (DPH) baik
bersifat penting maupun tidak penting dari hasil perkiraan dampak yang akan
diperkirakan ruang dan waktu terjadinya dampak. Setiap identifikasi ini,
menghasilkan dampak penting hipotetik (DPH) yang memiliki ruang dan waktu
sama ataupun tidak sama pada kegiatan tersebut. Adapun evaluasi dampaknya
dibagi kedalam 2, diantaranya sebagai berikut :
5.1.1 Evaluasi Dampak Pra Konstruksi
- Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat diperkirakan terjadi disekitar lokasi
Pembangunan Agroindustri Pupuk, keresahan yang dilakukan masyarakat
meliputi keresahan karena adanya pengukuran lahan, pembebasan lahan
Survei dan Investigasi serta kegiatan pengadaan tanah yang dilakukan

14
sebelum adanya pembangunan. Keresahan masyarakat diperkirakan
dirasakan oleh masyarakat yang berada di area kegiatan pembangunan
agroindustri pupuk yaitu di Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang
- Persepsi dan Sikap Masyarakat
Sosialisasi Dan Publikasi tentang pembangunan agroindustri pupuk
dilakukan dengan mendirikan papan pengumuman pada tapak proyek,
kantor daerah setempat serta pengumuman di surat kabar setempat.
Namun, komponen lingkungan perubahan persepsi dan sikap masyarakat
yang ditimbulkan dari proses publikasi tergolong penting dan
menimbulkan kekhawatiran pada masyarakat.
- Alih Fungsi Lahan
Perubahan fungsi lahan seluas 30 Ha dari sawah dan tegalan
menjadi lahan pabrik pupuk dan akses jalan akibat kegiatan pengadaan
tanah dapat mengancam keutuhan ekosistem. Selain itu, hal ini dapat
mengurangi daerah resapan air. Dampak tersebut menjadi kekhawatiran
masyarakat, beban kerusakan komponen lingkungan tersebut juga cukup
tinggi, serta mengancam hasil pendapatan masyarakat yang semula berasal
dari hasil pertanian.
- Pengurangan Produksi Pertanian
Pengurangan produksi pertanian akibat kegiatan pengadaan tanah
untuk kegiatan pembangunan dari lahan seluas 30 Ha yang didominasi
oleh sawah dan tegalan akan mempengaruhi kebutuhan masyarakat sekitar
wilayah proyek. Pengurangan produksi pertanian ini akan menimbulkan
kekhawatiran dari masyarakat karena telah kehilangan lapangan
pekerjaannya sebagai petani. Namun hal ini dapat diantisipasi dengan
adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang akan diadakannya
rekruitmen pekerja sesuai SOP yang ada sehingga masyarakat yang
kehilangan pekerjaan bisa mendapatkan pekerjaan yang baru serta untuk
kebutuhan masyarakat yang berupa hasil pertanian dapat ditunjang dari
desa lainnya.
- Perubahan Flora dan Fauna Endemik

15
Perubahan flora dan fauna ini disebabkan karena adanya kegiatan
pengadaan lahan yang semula merupakan lahan pertanian menjadi lahan
pabrik agroindustri. Fauna seperti ular, tikus dan burung akan mulai hilang
sebab habitatnya akan terganti, begitu pula dengan flora yang ada seperti
tanaman padi. Sehingga hal ini juga akan berpengaruh terhadap rantai
makanan di sawah.
5.1.2 Pasca Operasi
- Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat stelah kegiatan pasca operasi berasal dari
kegiatan sosialisasi dan pelepasan tenaga kerja. Kejelasan pemanfaatan
bangunan industri merupakan faktor yang memicu keresahan masyarakat,
pentingnya mitigasi terhadap dampak ini menyebabkan dampak ini
menjadi dampak penting hipotetik.
- Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Penentuan respon akhir kegiatan pembangunan industri pupuk oleh
PT Petrokimia Malang sangat ditentukan oleh perubahan persepsi dan
sikap masyarakat pada tahap pasca operasi. Kegiatan sosialisasi perubahan
persepsi dan sikap masyarakat menjadi dampak penting hipotetik karena
pada kegiatan sosialisasi menjadi cikal bakal respon masyarakat untuk
kegiatan pasca operasi selanjutnya.
Kegiatan alih fungsi lahan dapat menimbulkan perubahan persepsi
dan sikap masyarakat karena respon negative masyarakat untuk kegiatan
pasca operasi. Selanjutnya kegiatan alih fungsi lahan merupakan dampak
sekunder, tergantung dari pengelolaan dampak keresahan masyarakat,
apabila pengelolaan benar maka perubahan persepsi dan sikap cenderung
positif.
- Perubahan Tingkat Pengangguran
Pelepasan tenaga kerja berdampak pada peningkatan
pengangguran, namun diperkirakan dampak ini tidak dalam jumlah besar
dan dengan adanya rencana pemrakarsa tentang pemanfaatankembali
tenaga kerja untuk mereklamasi lahan. Kegiatan pelepasan tenaga kerja
tidak mempengaruhi tingkat jumlah pengangguran karena jumlah tenaga

16
kerja operasi relatif sedikit, untuk waktu operasi relatif lama sehingga
dampak ini tidak terlalu mendesak untuk dikelola.
5.2 Pengkajian Keterkaitan dan Interaksi Serta Karakteristiknya
Kajian dalam keterkaitan dampak penting hipotetik (DPH) memberikan cara
alternatif dalam komponen rencana usaha ataupun kegiatan, yang dapat diuraikan
dan diberikan rekomendasi pilihan terbaik. Pemberian rekomendasi dapat
dilakukan melalui hasil pengkajian berupa keterkaitan dan interaksi dampak
penting hipotetik (DPH) yang mencakup informasi sebagai berikut :
a. Keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH) beserta
karakteristiknya, seperti frekuensi, durasi dan intensitas dampak yang
akhirnya digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran dari
setiap dampak yang telah disesuaikan pada ruang dan waktu yang sama.
b. Setiap komponen rencana usaha ataupun kegiatan yang banyak
menimbulkan dampak lingkungan.
c. Area yang harus diperhatikan (area of concerns) beserta luasannya
(lokal, regional, nasional, maupun internasional lintas batas negara),
contohnya:
a) Area yang terkena paparan langsung dari beberapa dampak serta
pemukiman masyarakat;
b) Area yang rentan bencana terkena berbagai dampak lingkungan;
dan/atau
c) Kombinasi dari area yang dimaksud pada huruf a dan b atau
lainnya.
5.3 Pengkajian Terhadap Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Setiap hasil pengkajian keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik
(DPH),dilakukan pemeriksaan atas berbagai opsi pengelolaan dampak lingkungan
yang dilakukan, ditinjau dari ketersediaan dan kemampuan pemrakarsa untuk
melakukan opsi pengelolaan terbaik dan kesinambungan opsi pengelolaan yang
tersedia dengan kondisi lokal. Pemeriksaan ini dapat dirumuskan tujuan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang menjadi dasar bagi
penyusunan RKL-RPL lebih detail dan operasional.
Dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara kegiatan proyek dengan

17
setiap komponen lingkungan hidup, dalam pengkajian tersebut dasar pengelolaan
perlu penjelasan yang jelas, terutama dalam menyangkut antara lain; ciri-ciri
dampak penting; sifat dampak (positif maupun negative); waktu ambang batas;
kelompok masyarakat terkena dampak; luas daerah sebaran dampak, dan lain-lain.
6. Pengelolaan Lingkungan
6.1 Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dokumen RKL dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengelolaan
lingkungan untuk meminimalkan dampak negatif penting dan mengembangkan
dampak positif yang diperkirakan dapat timbul, sehingga rencana usaha ataupun
kegiatan tersebut dapat berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dalam suatu dokumen RKL dapat memuat informasi dan ketentuan mengenai
pengelolaan lingkungan yang meliputi:
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
2. Tolok ukur dampak
3. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
4. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup.
5. Lokasi pengelolaan lingkungan
6. Periode pengelolaan lingkungan
Suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam melaksanakan, mengawasi,
dan menerima laporan dari pengelolaan lingkungan tersebut. Dokumen RKL
ditulis dalam bentuk uraian dan ikhtisarnya akan dimuat dalam matrik RKL dan
disertai penjelasan secara singkat sehingga pelaksanaan RKL dapat melaksanakan
secara mudah.
6.2 Arahan Pemantauan Lingkungan
Dokumen RPL dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pemantauan lingkungan terhadap kegiatan pengelolaan lingkungan yang
dilaksanakan oleh pemrakarsa. Dalam memenuhi tujuan, maka dalam dokumen
RPL memuat informasi dan ketentuan mengenai pemantauan lingkungan yang
akan dilakukan yaitu:
1. Dampak penting yang dipantau
2. Sumber dampak
3. Parameter lingkungan yang dipantau

18
4. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
5. Metode pemantauan lingkungan hidup
6. Institusi pemantauan lingkungan hidup
Dokumen RPL ditulis dalam bentuk uraian hasil pemantauan yang nanti
dimuat dalam matrik RPL dan disertai penjelasan secara singkat, sehingga
pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
pengelolaan lingkungan dapat dipantau secara mudah.
6.3 Lingkup Pekerjaan Dalam Rangka Mencapai Sasaran RPL
Dalam upaya mencapai sasaran dan penjelasan RPL, maka dalam
pelaksanaan Studi AMDAL harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Mempelajari lingkup RPL dan memprioritaskan dampak penting yang
harus ditangani sebagaimana yang ditetapkan dalam RKL.
b. Mengkonsentrasikan pemantauan pada variabel atau parameter
lingkungan sebagaimana yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan pelaksanaan RPL.
c. Menyebutkan tujuan pemantauan lingkungan secara jelas dan terukur.
d. Memilih dan menetapkan metode pemantauan yang paling praktis dan
mudah dilaksanakan dengan tidak mengabaikan persyaratan teknis yang
berlaku.
e. Melengkapi peta petunjuk lokasi pemantauan dengan skala yang
memadai.
f. Menetapkan periode pelaksanaan RPL sesuai dengan kebutuhan.
g. Merumuskan dan menetapkan instansi pelaksanaan RPL dengan
mempertimbangkan hal-hal yang dilakukan pada perumusan institusi
RKL.
h. Mencantumkan komponen biaya dalam dokumen RPL sehingga
pemrakarsa dapat menyusun dan mengajukan anggaran yang
diperlukan.
i. Membahas dengan pemrakarsa dan instansi terkait lainnya untuk
meyakinkan bahwa RPL dapat dilaksanakan.
j. Menyelenggarakan Konsultansi Publik dalam rangka mengetahui
apresiasi dan aspirasi masyarakat.

19

Anda mungkin juga menyukai