Anda di halaman 1dari 26

Undang-Undang Republik Indonesia No.

32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan Pasal 2 Ayat 1 Setiap Usaha dan atau Kegiatan wajib
memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012, Pasal 5
Ayat (4) bahwa Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL
atau SPPL dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan mengenai jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik


Indonesia Nomor P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 tentang
Pedoman Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
1. Mengidentifikasi dan mengumpulkan berbagai tahapan dan proses
pelaksanaan dari rencana kegiatan yang dilakukan
2. Mengidentifikasi kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar rencana
kegiatan yang dilakukan.
3. Mengidentifikasi potensi-potensi dampak yang diperkiarakan yang
akan timbul dari rencana kegiatan/usaha tersebut.
4. Menganalisis dan merumuskan upaya pengelolaan lingkungan yang
sebaiknya dilakukan sebagai antisipasi terhadap dampak yang
diperkirakan timbul
5. Menganalisis dan merumuskan upaya pemantauan lingkungan yang
sebaiknya dilakukan dalam mendeteksi tingkat dampak yang
diperkirakan timbul dan mengukur tingkat efektifitas bentuk
pengelolaan yang di munculkan
1. Bagi Permarakarsa/Penanggung Jawab Usaha/Kegiatan
a.Pedoman Pelaksanaan pengelolaan dan pematauan lingkungan kegiatan/usaha
yang dilakukan
b.Salah satu persyaratan dalam pengurusan izin terkait

2. Bagi Pemerintah dan Instansi Terkait


a.Alat Pengambil keputusan dalam menentukan kelayaan lingkungan bagi
kegiatan/usaha
b.Pedoman pengawasan terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
dilakukan oleh pelaku kegiatan/usaha
c.Salah satu pertimbanban daalam penyusunan kebijakan lingkungan hidup dan
kebijakan terkait lainnya di Kota Makassar

3. Bagi Masyarakat
a.Alat Kontrol dalam melihat kesinergisan antara pelaksanaan kegiatan/usaha
dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup di wilayahnya
b.Salah satu bahan acuan untuk turut berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan di Kota Makassar, baik yang terkait langsung dengan
kegiatan/usaha maupun efek yang lainnya,
RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN
Pemanfaatan Lahan Rencana Pembangunan SPBU
Proses Kegiatan usaha untuk pelayanan jasa pada SPBU PT. MANDAI ENERGI
PRIMA di ruas Jalan Poros Maros - Makassar adalah sebagai berikut :
1. Pengangkutan Bahan Bakar Minyak

Pengangkutan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari instalasi/depot pertamina ke lokasi


SPBU PT. MANDAI ENERGI PRIMA membutuhkan waktu ± 1/2 jam perjalanan,
dengan menggunakan kendaraan khusus mobil tangki Pertamina

2. Penyaluran ke Tangki Penampungan


Pengisian tangki penampungan untuk premium, solar, pertamax dan pertalite,
diasumsikan dilakukan setiap hari dengan menggunakan mobil tangki yang
berkapasitas, 10.000 liter dan atau 15.000 liter. Diasumsikan pengisian dilakukan
untuk bahan bakar premium setiap hari, solar 4 kali seminggu, pertamax 2 kali
sebulan , dan pertalite 4 kali sebulan (temporer). Waktu yang dibutuhkan untuk
memindahkan BBM dari mobil pengangkutan ke tangki penampungan ± 15 – 25
menit setiap mobil.

3. Pelayanan Pelanggan
SPBU PT. MANDAI ENERGI PRIMA melayani pelanggan untuk pengisian bahan
bakar selama 24 jam yang di bagi dalam 2 shift yaitu: (1) shift pertama bekerja
pukul 07.30-15.00, dan shift (2) kedua pukul 14.00-22.00, (3) ketiga pukul 22.00 –
07.30 untuk setiap shift tenaga kerja yang dibutukan sebanyak 4 orang pada
masing2 dispenser pompa premium, solar, pertamax, dan pertalite.
4. Penggunaan Air Tanah
Kebutuhan air tanah untuk operasional dipenuhi dengan air sumur gali. Keperluan
air bagi seluruh karyawan dan pelanggan yang menggunakan fasilitas umum
(toilet, kamar mandi dan wudhu) terisi setiap hari ada ± 300 orang ditambah 52
orang karyawan maka kebutuhan air : 350 orang x 50 liter = 17.500 liter (1,75 m3)
sedangkan untuk penyiraman tanaman dan fasilitas umum diperkirakan kurang
lebih 3 m3 per hari.

5. Penggunaan Sumber Energi Listrik


Sumber energi untuk memenuhi tiap tahap pasca kontruksi disediakan dari
PLN(pusat listrik Negara) 400 KVA dan energi cadangan dari genset dengan
kapasitas 300 KVA.

6. Jenis-jenis Limbah dan pengelolaannya


Pengelolaan limbah direncanakan menggunakan prinsip-prinsip mengurangi
sumber limbah, menggunakan kembali, dan mendaur ulang dari semua limbah
yang dihasilkan.
Limbah cair – Oil catcher
Sampah - Resto, café, Mushollah dan Kantor
Limbah Air Domestik - Resto, café, Mushollah dan Wc Umum
Lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 74.902.07 (Mandai-
Simpang Lima Bandara) berada di PPK II berfungsi sebagai pusat kegiatan
maritim skala internasional, nasional, dan regional ditetapkan di kawasan
pengembangan pesisir bagian Utara di sebagian wilayah Kecamatan Ujung
Tanah, sebagian wilayah Kecamatan Tallo, sebagian wilayah Kecamatan
Tamalanrea, dan sebagian wilayah Kecamatan Biringkanaya dan pusat kegiatan
yang menunjang dan mendukung kegiatan kebandarudaraan skala internasional,
nasional, dan regional di sebagian wilayah Kecamatan Biringkanaya.
Lokasi ini berada di ruas jalan Poros Maros Makassar yang merupakan jalan
nasional. Ruas jalan ini merupakan jalur perlintasan menuju Kota Makassar yang
digunakan oleh seluruh pengguna jalan yang berasal dari seluruh wilayah utara
Sulawesi Selatan
Jarak Lokasi 74.902.07 (Mandai-Simpang Lima Bandara) oleh PT. Mandai
Energi Prima , dengan pusat kegiatan lainnya adalah :

1. Pemukiman Penduduk – Komp AURI : ± 200 meter


2. Bengkel PT. Catur Putra Harmonis :± 0 meter
3. Alfamart di PT. Catur Putra Harmoni : ± 10 meter
3. Bandara Internasional Hasanuddin : ± 1200 meter
4. Yayasan Darussalam (TK,SD,SMP) : ± 500 meter
5. Komp Ruko : ± 200 meter
6. Balai Besar Karantina Ikan : ± 100 meter
7. Jalan Keluar Masuk Tol : ± 200 meter
Berdasarkan hasil analisis komponen lingkungan yang diperkirakan
terkena dampak maka komponen lingkungan yang dikelola dan dipantau
adalah komponen lingkungan yang mengalami dampak akibat usaha
dan/atau kegiatan pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) 74.902.07 (Mandai-Simpang Lima Bandara). Dampak
lingkungan akan dikelola dan dipantau pada setiap tahapan pembangunan,
yaitu tahap pra-konstruksi, konstruksi, dan pasca-konstruksi/ operasional.

Dampak yang akan terjadi diprakirakan melalui proses pelingkupan, yaitu


dengan memahami jenis kegiatan yang akan dilakukan dan komponen
lingkungan sekitarnya yang kemungkinan akan terkena dampak.
Berdasarkan pertimbangan komponen tersebut, yaitu komponen kegiatan
dan komponen lingkungan maka dapat diidentifikasi dampak potensial
yang kemungkinan akan timbul.
Penyusunan Dokumen Lingkungan - Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL-UPL)

disusun

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Republik Indonesia Nomor P.26/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018
tentang Pedoman Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, maka uraian
upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap
dampak meliputi

Sumber Dampak, Jenis Dampak, Besaran dampak, upaya


pengelolaan dampak, upaya pemantauan, dan Periode serta instansi
yang berperan dalam mengawasi dan mengontrol kegiatan.
IDENTIFIKASI KEGIATAN & DAMPAK LINGKUNGAN
YANG MUNGKIN TERJADI
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP & UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
Program Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup Kegiatan Pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) 74.902.07 (Mandai-Simpang Lima Bandara)
Kegiatan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 74.902.07
(Mandai-Simpang Lima Bandara) oleh PT. Mandai Energi Prima terdapat
saluran drainase umum yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan
air dari setiap kegiatan menuju ke sungai atau laut dan berfungsi juga pada
saat musim hujan untuk mengalirkan air hujan. Khusus Untuk limbah Cair
yang dihasilkan oleh kegiatan penunjang PT Mandai Energi Prima yang
dikelola dengan menggunakan IPAL. Khusus untuk ceceran minyak yang
terjadi di areal pengisian dan lokasi bongkar muat BBM telah dipasangkan oil
catcher sebelum dialirkan drainase umum. Pengolahan Air Limbah yang
dihasilkan oleh Kegiatan Penunjang SPBU di salurkan melalui Pipa khusus
menuju IPAL Induk yang dibangun oleh pemrakarsa. Selain itu juga
menghasilkan limbah B3 dalam operasionalnya namun dalam volume yang
sedikit. Untuk itu Pemrakarsa akan melengkapi Jenis Izin Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) terkait Izin Lingkungan yang dimiliki
wajib di lengkapi oleh Pihak Pemrakarsa yaitu :

1. Izin TPS Limbah Bahan Bahaya Beracun (B3)


2. Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC)

Anda mungkin juga menyukai