PENDAHULUAN
Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatra,
tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta. Kota Bandar
Lampung memiliki luas wilayah daratan 169,21 km² yang terbagi ke
dalam 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan dengan populasi penduduk
1.015.910[7] jiwa (berdasarkan data tahun 2017). Saat ini kota Bandar
Lampung merupakan pusat jasa, perdagangan, dan perekonomian di
provinsi Lampung
Batas Wilayah
Utara Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Lampung
Selatan
Luas lahan TPA Matahari seluruhnya adalah 14,3 ha yang terdiri dari lima
wilayah. Luas efektif TPA yaitu luas yang digunakan untuk
menimbunsampah adalah 80% dari seluruh luas lahan, 20% digunkaan
untuk prasarana TPA seperti pintu masuk, jalan, kantor dan instalasi
pengolahan lindi.
Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana atau usaha atau kegiatan
akan melakukan aktivitas prakonstruksi, konstruksi dan operasi, dari ruang
ini lah bersumber dampak terhadap lingkungan. Batas proyek ditentukan
berdasarkan batas tapak proyek rencana tata letak kegiatan pembangunan
TPA yang mana saat ini sebagian besar masih ditanami penduduk serta
sebagian lagi merupakan lahan milik Desa Sumber Agung.
Batas administrative
Batas administrative pembangunan TPA ditetapkan berdasarkan status
administrasi wilayah dimana kegiatan proyek dilaksanakan yaitu di Desa
Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung.
Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar rencana kegiatan/usaha yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan
proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang \diperkirakan
akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha/kegiatan.
Untuk pembanguanan TPA Matahari ini penduduk terkena dampak
bertempat tinggal di sepanjang jalan akses ke TPA yang berjarak sekitar
0,5 km dari lokasi TPA.
Batas ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari suatu rencana
usaha/kegiatan menurut media transportasi limbah, dimana proses alami
berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar. Batas ekologi TPA Matahari, meliputi:
a. Perubahan bentang lahan alam yang meliputi daerah tempat
pembangunan TPA
b. Batas ekologi yang terkait dengan udara yaitu komponen kebauan
yang dapat dirasakan pengaruhnya pada jarak radius 0,5 km.
c. Batas ekologi dari komponen biotis adalah persebaran vector lalat
yang kepadatannya tinggi dalam radius 0,2 km.
1. Iklim
2. Topografi
Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau
di bagian Selatan
Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di
bagian Utara
Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar
Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung,
Sukadana Ham, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok
di bagian Timur.
3. Hidrologi
Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar Lampung
dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan porositas dan
permaebilitas yaitu:
Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Pembuatan saluran drainase
5. Pembukaan dan pematangan lahan
6. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
7. Pembuatan pagar area dan jalan kerja
Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Pemrosesan sampah
3. Pengoperasian alat
5. Sampah Padat
Sampah pada kegiatan konstruksi proyek sebagian besar akan berupa
sisa/puing-puing bahan dan material proyek. Sementara pada tahap
operasi limbah padat akan berupa ceceran sampah di badan jalan
maupun sampah yang di hasilkan oleh kegiatan produksi.
7. Biota Perairan
Limbah dan leacheat yang teralir ke sungai dapat mempengaruhi
kualitas biota perairan setempat.
8. Kesempatan Kerja
Dampak terhadap pendapatan masyarakat merupakan dampak
turunan akibat terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha
pada tahap konstruksi dan operasional TPA matahari
9. Estetika Lingkungan
Dampak terhadap estetika lingkungan merupakan dampak turunan
akibat ceceran sampah padat, pengotoran badan jalan, kerusakan
badan jalan serta penghijauan yang berlangsung sejak masa
konstruksi dan operasional proyek.