Anda di halaman 1dari 71

UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH AMDAL

PENYUSUNAN KA ANDAL
“PT AGROTECH INDOKREASI”

Oleh
Muhammad Yusuf Alfein
4411418048

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ………………………………...............................................3

1.1. Latar Belakang ………………………………...............................................3

1.2. Tujuan dan Manfaat ………………………………...............................................4

1.3. Pelaksana Studi Amdal …………………………………………………………………............5

BAB 2 : PELINGKUPAN …………………………………………………………………............5

2.1. Deskripsi Rencana Usaha …………………………………………………………………............6

2.2. Dekripsi Rona Lingkungan Hidup Awal …………………………………………………………………….......17

2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat …………………………………………………………………..........34

2.4. Dampak Penting Hipotetik …………………………………………………………………..........39

2.5. Batas Wilayah Studi …………………………………………………………………..........50

BAB 3 : METODE PENELITIAN …..……………………………………………………………...........53

3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis ..………………………………………………………………...........53


Data Secara Umum

3.2. Metode Prakiraan Dampak penting …………………………………………………………………..........63

3.3. Metode Evaluasi Dampak Penting …………………………………………………………………..........66

3.4. Metode Penentuan Kelayakan …………………………………………………………………..........69


Lingkungan Hidup
BAB I : PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Provinsi Jawa Timur mepunyai potensi tinggi adalam bidang perkebunan.


Terutama didaerah Kota Batu, Kab Malang, Kab banyuwangi, dan beberapa daerah
lainnya. Optimalisasi hasil pertanian dapat diperoleh dengan salah satu caranya adalah
pemupukan dengan dosis yang tepat. Di daerah Kecamatan Karangploso terdapat PT
Agrotech Indokreasiyang berlokasi di Desa Ngijo. PT Agrotech Indokreasi merupakan
produsen pupuk yang terlengkap di Jawa Timur yang memproduksi pupuk kimia untuk
agroindustri. PT Agrotech Indokreasi terus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat,
demi mendukung ketahanan pangan nasional dan kemajuan dunia agroindustry dan
holtikultur.

Pembangunan kawasan pabrik pupuk PT Agrotech Indokreasidilaksanakan di


Kabupaten Malang yang terletak di kecamatan Karangploso dengan luas tanah yang
diperlukan seluas 25 ha. Dari luasan tersebut, daerah industri ini terletak pada Desa Ngijo
dengan luasan pabrik sebesar 15 ha dan 10 ha digunakan wilayah terbuka hijau. Rencana
kapasitas produksi pabrik pupuk tersebut adalah 150.000 ton/tahun untuk memenuhi
kebutuhan pupuk dalam negeri dan sebagian untuk mendukung kebutuhan pupuk di
kawasan Kabupaten Malang dan sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan menyebutkan bahwa semua kegiatan
petrokimia yang berlokasi di wilayah hulu wajib memiliki dokumen andal.

Kegiatan yang wajib AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan hidup (UKL-UPL) dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan kegiatan. AMDAL
dianggap memiliki kemampuan untuk melakukan prediksi dan identifikasi terhadap
kemungkinan timbulnya dampak lingkungan, atas dasar pemikiran tersebut analisis
masalah hukum tentang AMDAL pertama-tama akan membantu memberikan uraian terkait
perundang-undangan dan pelaksanaan AMDAL dengan Undang-undang atau ketentuan
hukum untuk memperoleh persamaan persepsi atas hukum yang mengatur pelaksanaan
AMDAL dilihat dari penyusunan, penilaian dan pengambilan keputusan.

PT Agrotech Indokreasi telah mendapatkan persetujuan penanaman modal oleh


Bupati Malang No.165.5873.331.212/2016 tanggal 13 Maret 2016. PT Agrotech
Indokreasi juga telah memiliki rekomendasi atas UKL-UPL kegiatan produksi pupuk di
Desa Ngijo dengan surat dari Bupati No.173.63/170/KPTS/526.811/2017 tanggal 20
Februari 2017. Seiring dengan akan dibangunnya industri pembuatan pupuk kimia, PT
Agrotech Indokreasi telah memiliki izin untuk mendirikan pabrik pupuk di Kabupaten
Malang yang telah disetujui oleh Bupati berdasarkan surat keputusan Bupati Malang
No.173.63/28/ILK/312.921/2017 seluas 15 ha.

Kewajiban membuat analisis mengenai dampak lingkungan dapat kita lihat pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 yaitu kriteria usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan Membuat
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Mengenai masalah analisis mengenai
dampak lingkungan adalah menyangkut masalah orang banyak, maka peranan pihak yang
berkepentingan yaitu pemrakarsa, aparatur pemerintah, dan masyarakat sangat penting

1.2 TUJUAN DAN MANFAAT RENCANA KEGIATAN :


1.2.1 Tujuan Jangka Pendek
Tujuan jangka pendek dari pembangunan industri oleh PT Agrotech Indokreasi di Kabupaten
Malang adalah :
a. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia serta kondisi teknis dan keuangan perusahaan.
b. Berpartisipasi dalam pengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia
nasional dan berperan aktif dalam community development.
c. Sebagai indikator awal perihal adanya perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki dan
informasi perkiraan dampak negatif yang akan terjadi dari mulai tahap pra konstruksi sampai
pada tahap operasional.

1.2.2 Tujuan Jangka Panjang


Tujuan jangka panjang dari pembangunan industri oleh PT Agrotech Indokreasi di Kabupaten
Malang adalah :
a. Mengidentifikasi dan mengkonfirmasikan kegiatan operasional perusahaan yang
diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
b. Memperkirakan dan mengevaluasikan dampak penting yang timbul akibat kegiatan atau
usaha terhadap lingkungan.
c. Merumuskan pengelolaan yang optimal untuk dipergunakan sebagai dasar penyusunan
dokumen amdal.

Manfaat Pembangunan

1. Bagi Pemerintah

 Sebagai pedoman bagi instansi pemerintah untuk mengevaluasi kegiatan PT


Agrotech Indokreasi dalam pemanfaatan lahan.
 Memberikan pemenuhan terhadap kebutuhan pupuk untuk penunjang kegiatan
pertanian
 Memberikan sumbangan pendapatan daerah
 Sebagai perkembangan sektor industri

2. Bagi Pemrakarsa

 Sebagai bentuk partisipasi dalam memanfaatkan potensi wilayah Kabupaten Malang


sebagai supplier pupuk
 Berpartisipasi melaksanakan program pembangunan daerah dalam menciptakan dan
meningkatkan lapangan pekerjaan
 Mengembangkan bidang agroindustri sebagai penunjang kegiatan pertanian

3. Bagi Masyarakat
 Tersedianya lapangan pekerjaan yang berpeluang untuk dapat menurunkan jumlah
pengangguran
 Terbukanya peluang kesempatan usaha kepada masyarakat sekitar kegiatan
pembangunan pabrik pupuk
 Bertambahnya jumlah penyuplai pupuk di Kabupaten Malang sehingga tidak perlu
pasokan dari luar kota

1.3. PELAKSANA STUDI AMDAL


Pemrakarsa Kegiatan
Identitas Penanggung Jawab di AMDAL Rencana Pembangunan Agroinsdustri di Kabupaten
Malang adalah :
 Nama : Muhammad Yusuf Alfein , S.Si
 Alamat : Jl. K.H Turaichan Adjhuri Kajeksan RT 03 RW 01 Kudus
 Jabatan : Direktur Utama
 No. KTP : 3319021008000005

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup Pasal 28 dinyatakan bahwa Penyusun Studi AMDAL wajib memiliki sertifikat
kompetensi peyusunan AMDAL. Penyusun kegiatan AMDAL Rencana Pembangunan
Industri Pupuk di Kabupaten Malang adalah sebagai berikut (Pada Tabel 1.1). Pekerjaan ini
diterima oleh :
 Nama : Ni Made Jenny
 Alamat : Pabelan,Salatiga
 Jabatan : Ketua Tim Penyusun Amdal
 No. KTP : XXXXXXXX

Tabel 2. 1 Susunan Anggota Tim Penyusun Studi AMDAL


Nama Bidang Sertifikat AMDAL
Muhammad Yusuf Alfein Ketua Tim Sertifikat KTPA :
LHIK :
Tedy Irsyad Ahli Kualitas Udara Sertifikat ATPA :
LHIK :
Lailatun Nisa Ahli Tata Lingkungan Sertifikat ATPA :
LHIK :
Salasabila Mumtaz Ahli tata ruang Sertifikat ATPA :
LHIK :
Fahrizal Anwar Ahli Transportasi Darat
Isnaini Putri Ahli Kesehatan Masyarakat
Naura Salsabila Widy Ahli Biologi
Juandra Alifiansyah Ahli Geologi
Dewanta Yusuf Ahli Hidrologi
Mufti Muhammad Al Arif Ahli Sipil
Siti Sulaiha Ahli Kimia
Rizqi Ulul Ahli social, ekonomi, dan
budaya
Ghani W Asisten tim ahli
Weda Andini Asisten tim ahli
BAB II : PELINGKUPAN

2.1 Deskripsi Rencana Usaha

2.1.1 Status Studi Amdal

Studi Amdal ini dilakukan sebelum kegiatan Pembangunan Industri Pupuk


PT AGROTECH INDOKREASI dilaksanakan. Penyusunan studi Amdal ini
dilaksanakan secara bersamaan denan penyusunan studi kelayakan (Feasibility
Study). Hasil dari studi Amdal ini nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kegiatan Pembangunan Industri
Pupuk PT AGROTECH INDOKREASI di Kabupaten Malang. Studi ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat adanya perubahan lingkungan,
geofisik-kimia, biologi, sosial, ekonomi, budaya, dan kesehatan masyarakat akibat
adanya kegiatan pembangunan ini. Kajian analisis dampak lingkungan yang
ditelaah meliputi kondisi lingkungan sebelum kegiatan dilaksanakan atau kondisi
rona lingkungan awal dan prakiraan kondisi lingkungan setelah kegiatan
dilaksanakan.
Selain itu, studi Amdal ini merupakan bentuk ketaatan pemrakarsa, dalam hal
ini PT AGROTECH INDOKREASI dalam memenuhi semuai peraturan
perundangan dan peraturan yang berlaku dalam kegiatan Rencana Pembangunan
Industri Pupuk. Dokumen Amdal yang disusun ini akan digunakna untuk menilai
kelayakan lingkungan terkait kegiatan Rencana Pembangunan Industri Pupuk PT
AGROTECH INDOKREASI.

2.1.2 Kesesuaian Lokasi Usaha

Lokasi pembangunan industri pupuk oleh PT AGROTECH INDOKREASI di


Kecamatan Karangploso dengan penggunaan lahan mayoritas adalah sawah.
Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Malang
tahun 2010-2030 lokasi pembanguan industri pupuk ini berada diluar kawasan
lindung (pada Gambar 2.3). Pembangunan industri pupuk berada di atas lahan
yang direncanakan sebagai kawasan industri yang saat ini masih berupa area
persawahan.

2.1.3 Deskripsi Rencana Usaha

2.1.3.1 Lokasi Industri


Lokasi industri pupuk milik PT AGROTECH INDOKREASI yang
meliputi area jalan danindustri berada di Desa Ngijo, Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

N Peruntuka Luas Letak Tanah Status Penggunaa


o n Lahan Tanah n Sekarang
1 Pabrik 14.90 Desa: Ngijo Masyaraka Sawah dan
Utama dan 0 m2 Kecamatan t Tegalan
Akses Karangploso
Jalan , Kabupaten
Malang
2 Area 14.98 Desa: Ngijo Masyaraka Sawah dan
terbuka 5 m2 Kecamatan t Tegalan
Hijau Karangploso
, Kabupaten
Malang

2.1.3.2 Proses Produksi Pupuk


Dalam proses produksi pupuk kimia oleh PT Agrotech Indokreasi
Memerlukan bahan baku dari Pabrik PHONSKA , disajikan melalui
proses berikut.

Proses pembuatan pupuk NPK secara general mengikuti


prosedur dari PHONSKA, meliputi tahapan pencampuran dan
pereaksian. Pada tahap pencampuran,bahan padat dan cair dicampur
dalam alat yang bernama granulator. Pada proses pembuatan pupuk NPK
dalam unit usaha ini juga ada proses untuk mengurangi kadar unsur hara
dan mengurangi zat berbahaya dari gas buang yang dinamakan proses
scrubbing.

Skema pembuatan pupuk NPK menurut standar PHONSKA


Pada Unit Pabrik Pupuk PT Agrotech Indokreasi, tahapan secara khusus
yang akan dijalankan dalam proses operasionalnya meliputi :
1. Pengumpanan Bahan Baku
Merupakan tahap pemindahan bahan baku dari gudang menuju ke
unit produksi pabrik. Pada tahap ini digunakan system konveyor
menggunakan belt dan elevator sebagai sarana pemindah bahan
baku. Urea, ZA, KCl, dan Filler ditransportasikan ke dalam hopper
kecil menggunakan payloader. Hopper yang diletakkan di atas belt
conveyor akan memindahkan bahan-bahan tersebut di atas ke bucket
elevator di dekat gudang penyimpanan. Bahan baku yang melewati
belt conveyor pertama akan terlebih dahulu melewati filter magnetik
untuk mengambil benda-benda yang berupa logam yang terikut
dalam bahan baku. Selanjutnya bahan-bahan tersebut akan
dipindahkan ke pabrik lewat belt conveyor kedua. Di dalam pabrik
Phonska, bahan baku tersebut dimasukkan ke belt conveyor 22M-
304 yang membagi bahan baku tersebut ke bin 26D-
316/317/318/319.
Tiga bin dengan kapasitas besar digunakan untuk menyimpan
urea, ZA, KCl. Berat bahan baku dalam bin dikonversikan sebagai
ketinggian. Bin dilengkapi dengan indikator ketinggian. Bila
ketinggian bahan baku dalam bin terlalu tinggi, high level switch
akan menyebabkan interlock pada sistem pengumpanan bahan baku
yang berhubungan dengan gudang penyimpanan, sehingga operator
pay loader akan menghentikan sistem pengumpanan Alarm juga
akan bekerja jika terdapat kesalahan pada weighing cell atau
kesalahan pembacaan akibat adanya penyumbatan di dalam bin.
Bahan baku padat dari 26D-316,317,318,319 akan dikumpulkan di
belt conveyor yang kemudian akan dimasukkan ke granulator
melalui recycle elevator 22M-305.
Spesifikasi lebih rinci mengenai bahan bahan yang digunakan
dalam pembutan pupuk NPK pada unit pabrik PT …..
1. Asam Fosfat
 Pengumpanan dan Penggunaan
Asam fosfat (52% P2O5) diumpankan ke :
a. Pre neutralizer 26R-303
b. Granulator pre scrubber 26D-311AB
 Kadar umpan asam fosfat berlebih ke scrubbing system
harus dihindari karena dapat menimbulkan beberapa
akibat:
a. Menurunkan rasio N/P
b. Menaikkan losses flourine
c. Relatif menaikkan losses air yang dapat menyulitkan
pengaturan neraca air dalam system
 Kekurangan asam fosfat juga harus dihindari karena :
a. Menaikkan rasio N/P
b. Mudah terjadi permasalahan kristalisasi di scrubbing
system

 Jumlah P2O5 (dari asam fosfat) yang dimasukkan ke unit


harus dijaga agar tetap sama. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap perubahan jumlah air yang harus ditambahkan.
Tidak hanya pada scrubbing system tetapi juga pada
pengaturan fasa cair - padatan di granulator untuk
mencapai
a. hasil granulasi yang lebih tinggi
b. minimal recycle
c. konsumsi bahan bakar minimal
d. kemudahan operasi, dll
2. Asam Sulfat
Pengumpanan
Sistem pengumpanan asam sulfat 98% adalah sebagai
berikut :
a. ke granulator 22M-361
3. Amoniak
Pengumpanan dan Penggunaan :
 Tekanan amoniak cair di battery limit harus 3-4
kg/cm2 diatas kesetimbangan agar amoniak dapat
masuk ke pre neutralizer tank 26R-303.
 Sistem injeksi amoniak di granulator dapat
dibersihkan dengan steam flushing, dan setelahnya
agar dihembus dengan plant air selama 2-3 menit
untuk menghilangkan sisa steam, dan untuk
mencegah terhisapnya padatan akibat kondensasi dari
sisa steam yang dapat menimbulkan scaling pada
lubang sparger.
4. Urea
Pengumpanan dan Penggunaan
 Pengumpanan dilakukan dengan menggunakan
22M-305

5. Amonium Sulfat (ZA)


Pengumpanan dan Penggunaan
 Pengumpanan dilakukan dengan menggunakan
22M-305

6. F. Mauriate of Potash / Kalium Chloride


Pengumpanan dan Penggunaan
 Pengumpanan dilakukan dengan menggunakan
22M-305
 Komposisi rate bahan baku utama yang
digunakan di Pabrik Phonska adalah :
1. Asam phospat : 0,2810 ton/ton produk
2. Amoniak : 0,1390 ton/ton produk
3. Asam sulfat : 0,2210 ton/ton produk
4. Urea : 0,0250 ton/ton produk
5. KCl : 0,2520 ton/ton produk
6. ZA : 0,1300 ton/ton produk

7. Bahan Penunjang Lain :


 coating Oil
 coating Powder
 pigmen
2. Persiapan Slurry dan Proses Granulasi
Variasi formulasi NPK membutuhkan sistem yang efisien untuk
menghasilkan perolehan granulator yang besar. Asam Sulfat dapat
ditambahkan pada bahan baku padat melalui distributing pipe
sedangkan steam dan amoniak.
diumpankan melalui sparger di dasar granulator. Produk keluaran
bahan baku dialirkan secara gravitasi ke dalam drum granulator
22M-361 dan mengalami proses granulasi. Granulasi ini merupakan
proses utama dalam pembuatan phonska granular. Pada proses
granulasi terjadi reaksi kimia dan fisis antara berbagai bahan baku
dengan senyawa H3PO4 yang berasal dari asam fosfat.
Asam fosfat dinetralkan dengan amoniak hingga mencapai
nisbah molar N/P = 0,8, tergantung grade yang diinginkan dengan
PH 3. Proses neutralisasi ini berlangsung didalam Pre Neutralizer
yang dipasang sedemikian rupa sehingga slurry amoniumfosfat
(mengandung sedikit sulfat) yang dihasilkan langsung tertuang ke
dalam granulator. Temperatur slurry berkisar antara 100-120 0C
sedangkan kadar air dalam slurry mencapai 8-17 %. Kadar yang
lebih rendah dapat tercapai apabila terdapat asam fosfat konsentrasi
tinggi.
Pre Neutralizer memiliki pengontrol laju alir fosfat, asam sulfat
dan amoniak cair. Asam ini dicampurkan dengan asam fosfat
konsentrasi tinggi. Air proses kadang-kadang juga ditambahkan
untuk mengencerkan asam fosfat tersebut.
Untuk melengkapi proses netralisasi asam agar mencapai nisbah
N/P 1,8 (tergantung grade yang diinginkan), dan/atau untuk
menetralkan asam sulfat yang diumpankan ke dalam granulator,
dipasang ammoniation system sparger. Jenis sparger yang
digunakan adalah ploughshare yang dipasang di dasar granulator,
sehingga amoniak yang terbawa ke dalam scrubber dapat
diminimalkan. Penggunaan amoniak cair dilakukan untuk
memudahkan pengontrolan temperatur pada granulator.
Pengontrolan temperatur ini sangat penting produk yang diinginkan
memiliki kandungan urea yang tinggi. Produk keluar dari granulator
dengan kandungan NPK yang sesuai.
3. Granulator (22M-361) Rotary Drum
Untuk membuat NPK, semua bahan baku dan recycle diumpankan
ke dalam granulator. Recycle berasal dari produk yang berbentuk
butiran halus, produk oversize, produk undersize, dan sebagian
produk komersil untuk menjaga keseimbangan air dan panas yang
digunakan. Pada semua grade, asam sulfat dapat langsung
ditambahkan ke dalam granulator yang selanjutnya akan bereaksi
dengan amoniak yang dimasukkan melalui ploughshare
penambahan amoniak dan asam sulfat. Reaksi asam sulfat ini
terjadi pada permukaan granul menyebabkan granul tetap kering
(yang merupakan suatu keuntungan jika
digunakan urea dengan kelarutan tinggi), keadaan ini juga dapat
membuat granul menjadi keras sehingga lebih mudah dalam hal
penyimpanan dan penanganannya.
Terkadang air dapat ditambahkan secara langsung ke dalam
granulator agar granul yang dihasilkan lebih seragam, akan tetapi
hal ini tidak umum dilakukan. Urea yang digunakan akan sangat
menyatu dengan granul akibat panas yang dihasilkan dalam Pre
Neutralizer.Suhu dalam granulator ini berkisar anatar 780C dengan
perputaran granulator 11- 12 rpm.
Padatan keluar dari granulator dengan kandungan kadar air
normal 2-3 % dan diumpankan secara gravitasi ke dalam dryer
untuk memperoleh kadar air yang diinginkan yaitu 1-1,5 %. Chute
yang menghubungkan dryer dan granulator harus dipasang dengan
kemiringan 700 agar tidak terjadi penumpukan produk pada
dindingnya. Gas yang terbentuk dalam granulator disedot melalui
granulator pre-scrubber 26D-311AB untuk menangkap kembali
sisa amoniak dan debu yang lolos.
4. Penngeringan dan Pengayakan Produk
Dryer berbentuk rotary drum, 22M-362. Dryer ini akan
mengeringkan padatan keluaran granulator hingga kadar airnya
mencapai 1-1,5 % menggunakan udara pengering dengan arah co-
current. Combustion Chamber ( Furnace ) menggunakan bahan
bakar batu bara sebagai media pemanas.Suhu masuk dalam dryer
berkisar 5000C dan suhu keluaran dryer berkisar 90 0C.
Terdapat 1 buah fan yang menyuplai udara ke dalam dryer hasil
dari pembakaran di dalam furnace .Udara yang keluar dari dryer
mengandung sejumlah amoniak yang lepas dari produk, debu, dan
air yang teruapkan dari produk saat dikeringkan. Udara akan
dimasukkan ke dalam cyclone 22D-322, untuk memisahkan
sebagian besar partikel yang terbawa gas. Cyclone ini dilengkapi
dengan rantai pembersih dan small vibrator untuk mencegah
penumpukan di dinding cyclone.
Produk kering diumpankan ke exit dryer conveyor. Dari situ
produk diumpankan ke screen feed elevator 22M-362, yang akan
membawa produk ke penyaring / process screen 22F-301A/B/C/D di
Phonska IV ini memiliki 4 screen.
Produk dengan ukuran yang sesuai (onsize) dari penyaring
diumpankan langsung ke small recycle regulator bin . Produk
oversize yang telah dipisahkan dijatuhkan secara gravitasi ke dalam
Crusher 22Q-301A/B/C/D untuk di hancurkan dan hasil produk dari
crusher kembali kegranulator melalui recycle drag conveyor 22M-
304 .Produk undersize dari jatuh secara gravitasi ke dalam recycle
belt conveyor 22M-304, sedangkan produk onsize diumpankan ke
product feeder 22M-310A melalui product screen conveyor 22M-
303 yang. Conveyor tersebut memiliki kecepatan motor yang
berbeda-beda, dikontrol dari CCR.

5. Pendinginan (Cooler 22-M-363)


Produk dengan ukuran onsize yang keluar dari product feeder 22-
M-310A diumpankan ke dalam polishing screen 26-F-302 untuk
menghilangkan butiran halus yang selanjutnya akan digabungkan
dengan aliran recycle. Jenis penyaring ini mirip dengan penyaring
yang telah dijelaskan di atas. Dari product feeder 22-M-310A di
aliran ke cooler drum ( 22M-363 ) yang akan menurunkan
temperatur menggunakan 1 tahap pendinginan menggunakan udara
kering pendingin yang berasal dari exchanger yang digunakan untuk
memanaskan amoniak.
Beberapa grade NPK mempunyai kelembaban relatif kritis
(CRH) sekitar 55 % pada 300C (makin rendah pada temperatur yang
lebih tinggi) dan dapat menahan kadar air jika kondisi udara
lingkungan memiliki kadar air yang relatif tinggi. Pemanas udara
akan meningkatkan temperatur udara dan akibatnya kelembaban
relatif udara akan berkurang.
Partikel yang terbawa udara saat keluar dari pendingin diambil
kembali di dalam cyclone 23D-323 dan dikumpulkan di dalam
hopper. Dari hopper ini partikulat akan dikembalikan ke recycle
conveyor. Udara bersih keluaran cyclone akan dikirim ke final tail
gas scrubber 26D-312 untuk dicuci melewati fan. Untuk
meningkatkan efisiensi energi, sebagian dari udara hangat yang
sudah bersih dimasukkan ke dalam drum sebagai udara pengencer
melalui fan.
Produk dingin dimasukkan ke final product elevator 26m-308 ,
sebelum masuk tahap pelapisan produk dari product elevator 26m-
308 harus melalui polishing screen 26F-302 dimana produk yang on
size masuk ke dalam Cooter 26 M-364 dan untuk produk yang
undersize masuk kembali ke bahan baku melalui Recycle Drag
Conveyor 22M-304 .

6. Pelapisan
Pelapisan diperlukan terutama pada formulasi yang menggunakan
urea, karena sifat higroskopis bahan baku yang dapat mempercepat
proses caking, terutama jika terdapat variasi temperatur udara dan
kadar air. Coating agent terbuat dari silica powder dan coating oil,
spesifik sesuai keinginan. Coating oil dan padatan diumpankan ke
dalam coater drum
Coating oil disimpan di dalam tangki coating oil, diisikan langsung
dari truk atau barrel dengan pompa portabel. Untuk menambah
sifat anticaking, salah satu coating agent ditambahkan senyawa
teraminasi sehingga dapat memberikan daya tahan ekstra terhadap
penyerapan air. Produk keluaran coater dimasukkan ke final belt
conveyor yang akan mengirim produk ke gudang penyimpanan
akhir

7. Penyerapan Gas Scrubbing


Pabrik dilengkapi dengan sistem scrubbing dan peralatan dedusting
dengan tujuan membersihkan gas buang dan menangkap unsur hara
untuk di daur ulang. Sistem scrubbing ini terdiri dari 4 tahap
I. Pencucian Tahap Pertama
Pencucian tahap pertama menggunakan alat yang dinamakan
granulator pre scrubber 26D-311AB, untuk mencuci gas
yang mengalir dari granulator 22M-361 dan Pre Neutralizer
26R-303. Granulator pre scrubber terdiri dari ventury
scrubber dengan beda tekanan rendah dan cyclonic tower.
Alat ini dilengkapi sprayer pada pipa sebelum memasuki
scrubber dengan tujuan untuk menjaga pipa tetap bersih,
pencucian awal, dan membasahi gas untuk mencapai kondisi
jenuh. Sisi dasar cyclone tower merupakan tangki
penampung larutan dan larutan disirkulasikan menggunakan
pompa juga sekaligus mentransfer larutan ke Pre Neutralizer
II. Pencucian Tahap Kedua
Pencucian tahap kedua menggunakan 2 buah venturi
scrubber dengan dimensi yang sama. Alat yang digunakan
adalah :
 Dryer Scrubber 22D-302 , untuk mencuci gas yang
berasal dari dryer cyclone 22-D-322 dan gas yang
berasal dari dryer 22D-322.
 GranulatorScrubber 22D-301, untuk mencuci gas yang
berasal dari Garnulator Pre Scrubber 26D-311AB
untuk mencuci gas – gas yang masih mengandung
emisi yang berasal dari Garnulator Pre Scrubber

III. Pencucian Tahap Ketiga


Alat yang dipakai adalah dust scrubber 22D-303 , yang
digunakan untuk mencuci gas yang berasal dari 2 sistem
scrubber yang telah disebutkan di atas dan yang berasal dari
Dedustng cyclone 22D-323 dan scrubber seal tank 22TK-
302 . Scrubber ini mempunyai 2 tahap pencucian, pertama
pada posisi saluran tegak tempat gas masuk dan kedua pada
bagian mendatar.

IV. Pencucian Tahap Keempat


Tahap pencucian keempat dilakukan untuk memenuhi
ketentuan emisi gas buang. Tahap ini dilakukan
menggunakan Tail Gas Scrubber (TGS) 26-D312. Gas NH3
yang mungkin masih terdapat atau lolos dalam scrubber
22D301 A/B, 22-D-302 A/B dan 22-D-303 A/B ditangkap
oleh Tail Gas Scrubber (TGS) 26-D312. TGS dilengkapi
dengan pompa sirkulasi dan sistem injeksi asam sulfat di
bagian bawah tower untuk mengatur Ph cairan dengan
kisaran 4,5 yang kemudian cairan tersebut disirkulasi
dengan pompa menuju bagian atas tower dengan cara
dilakukan spray agar amoniak yang masih terikut dalam gas
buang dapat terserap sehingga diharapkan gas yang keluar
dari tower ini sesuai dengan batasan emisi buangan gas
yang telah ditentukan atau diijinkan.
2.1.3.3 Peralatan Yang Digunakan Dalam Produksi Pupuk
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi pupuk PT
AGROTECH INDOKREASI disesuaikan dengan kapasitas atau taget
produksi tiap tahunnya. Berikut merupakan jenis peralatan yang
digunakan pada proses produksi pupuk.
Tabel 2. 3 Jenis Peralatan Utama
2.1.3.4 Perencanaan Sumber Air yang Digunakan
PT Agrotech Indokreasi menggunakan air yang berasal dari Sungai
Bodo. Air ini digunakan untuk penggunaan kebutuhan air perkantoran,
toilet, dapur dan operasional pabrik. Kebutuhan debit air sebesar 5 liter
per detik. Air Sungai Bodo dialirkan kedalam penampung air melalui
pipa sepanjang 500 m. Air Sungai dimanfaatkan dengan melalui proses
penjernihan terlebih dahulu yang diolah di Instalasi Penjernihan Air
(IPA) yang terdapat di dalam lokasi produksi.

2.1.3.5 Rencana Pengelolaan Limbah yang Disebabkan oleh Industri


Pupuk
Dalam operasionalnya, industri ini akan menghasilkan beberapa limbah
yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Limbah Transportassi
Limbah transportasi diperoleh akibat pengangkutan limbah hasil
produksi, pengangkutan bahan baku, pengangkutan dalam pabrik
dan transportasi karyawan yang menimbulkan pencemaran
akibat debu, kebisingan, kemacetan lalu lintas dan polutan gas.
Untuk penanganan limbah ini ditangani dengan pembuatan
wilayah hijau di kawasan pabrik dan penyiraman secara rutin
apabila timbul debu berlebih dari kegiatan transportasi dan
mewajibkan penggunaan masker bagi karyawan dan tamu pada
saat berada di area pabrik. Selain itu dapat dilakukan
pengontrolan kuantitas transportasi yang keluar-masuk area
pabrik.
B. Limbah B3 dan non B3
Limbah B3 diperoleh dari hasil proses produksi dan limbah
domestic hasil operasional pabrik. Untuk penanganan ini
dilakukan pengelolaann sesuai SOP dalam pengolahan limbah,
bekerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki izin untuk
pengangkutan serta pengadaan fasilitas pengelolaan limbah
seperti bak sampah, TPS dan sebagainya sementara untuk limbah
non B3 dapat ditampung di TPS kemudian dilakukan
pencacahan.
C. Limbah Domestik
Limbah domestik berasal dari sanitasi MCK, toilet, pembersihan
lingkungan, pembersihan kendaraan, kegiatan dapur serta limbah
cair domestik hasil operasional pabrik. Hal ini ditangani dengan
cara meminimalisir penggunaan air, membuat jalur parit atau
septi tank untuk limbah MCK dan sejenis serta pengadaan jalur
limbah cair menuju effluent untuk diolah sesuai keadaan
kandungan limbah cair.

2.1.3.6 Sumber Energi Listrik yang Digunakan dan Alokasinya


Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik di PT Agrotech Indokreasi
dengan perincian ± 600 KVA yang digunakan untuk peralatan utama dan
prasarana didapat dari kontrak tenaga listrik dari PLN. Serta dalam
mendukung kebutuhan tenaga listrik ini, selain diperoleh tenaga listrik
dari PLN listrik juga disuplai dari emergency generator untuk menjaga
komunitas proses produksi yang stabil bila terjadi pemadaman secara
mendadak.
Alokasi energy listrik sebanyak 64% digunakan untuk alat fermentor
pada proses produksi pupuk hayati. Sedangkan sisanya yaitu sebesar
14% konsumsi listrik digunakan untuk penggunaan alat mixer dan
sebesar 12% konsumsi listrik digunakan untuk penggunaan alat agitator.
Dan sisanya sebesar 10% dipergunakan untuk penggunaan oven, boiler
dan pompa.
2.1.3.7 Rencana Penerapan Konservasi Energi
Langkah penghematan energi pada proses pengolahan bahan baku
:
a. Seleksi bahan baku
b. Kontrol alat pengahalus (crusher) secara optimum
c. Memaksimalkan kontrol terhadap proses analisa ukuran mesh dan
analisa mikroba
d. Melakukan penyimpanan bahan baku secara tepat
e. Melakukan pengontrolan terhadap proses mixer secara optimal
f. Melakukan analisa biakan mikroba menggunakan media spesifik padat
dalam petridish dan aquades yang ramah lingkungan

Langkah penghematan energi pada proses fermentasi dengan


menggunakan alat fermentor :
a. Mencegah kebocoran
b. Memaksimalkan kontrol terhadap sistem tekanan dan temperatur
c. Memaksimalkan adanya mikroba yang digunakan
d. Memaksimalkan proses reaksi kimia yang berlangsung

2.2 Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal

Rencana pembangunan untuk industri pupuk oleh PT Agrotech Indokreasi di


Kabupaten Malang tepatnya di Desa Ngijo Kecamatan Karangploso akan berpotensi
menimbulkan dampak lingkungan sekitar wilayah studi. Kondisi rona lingkungan hidup
awal sebelum adanya proyek perlu dilakukan pengamatan guna untuk mengetahui
besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri tersebut. Komponen rona
lingkungan hidup awal antara lain meliputi komponen geo-fisik-kimia, lingkungan
biologi, lingkungan tata ruang, lingkungan social ekonomi budaya dan lingkungan
kesehatan masyarakat.

2.2.1 Lingkungan Geo Fisik Kimia

a) Klimatologi
Kabupaten Malang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan dan dikategorikan sebagai kabupaten yang beriklim tropis. Musim
penghujan pada Kabupaten Malang cenderung sedikit lebih panjang
dibandingkan dengan musim kemarau karena dipengaruhi oleh topografi
wilayah seperti kecepatan angin dan karakteristik daerah masing-masing.
Data Klimatologi diambil dari Dinas Pekerjaan Umum bidang Pengairan
Kabupaten Malang dan Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Karangploso
karena sesuai dengan lokasi Pembangunan Industri Pupuk. Ketersediaan data
Curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari data curah hujan Tahun 2009-2018 tersebut dilokasi studi
mengalami hujan sepanjang tahun kecuali dibulan September. Curah hujan
terendah terjadi pada Bulan Agustus, dimana curah hujan rata-rata 1 mm/hari,
sedangkan curah hujan rata-rata tertinggi berada pada bulan Desember
dengan curah hujan rata-rata mencapai 646,4 mm/hari. Berdasarkan data
tahun 2009 tercatat rata-rata curah hujan paling rendah sebesar 0 mm/hari
sedangkan curah hujan paling tinggi sebesar 516 mm, sedangkan pada tahun
2017 dari data tercatat bahwa rata-rata curah hujan terendah yaitu 61,1
mm/tahun. Data hari hujan menunjukkan bahwa pada tahun 2018 pada bulan
Desember tercatat hari hujan tertinggi yaitu 25 Hari dan hari terendah terjadi
pada bulan September yaitu tanpa ada hari hujan. Berdasarkan Smith-
Ferguson titik iklim Kabupaten Malang memiliki 7 bulan basah dan 2 bulan
kering dengan indeks 0,287 termasuk tipa B (basah) dan menurut Oldeman
memiliki 3 bulan basah dan 5 bulan kering termasuk tipe D3.

Kelembaban udara terendah dari data kelembaban udara di wilayah studi


periode 2009-2018 menunjukkan tingkat kelembaban terendah sebesar 62,1%
di bulan September 2012 dan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan April
2011 dengan tingkat kelembaban 90, 6%. Kelembaban udara terendah rata-
rata perbulannya yaitu pada bulan September mencapai 70,9% sedangkan
kelembaban udara tertinggi pada bulan Februari dengan tingkat kelembaban
81,4%. Tahun 2011 merupakan tahun paling lembab dengan besar
kelembaban udara mencapai 85,6%, sedangkan tahun 2015 merupakan tahun
kering dengan tingkat kelembaban mencapai 71,9%.
Kecepatan angin terendah dari data kecepatan angin di wilayah studi
periode 2009-2018 menunjukkan tingkat kecepatan angin terendah sebesar
2,8 km/jam di bulan Nopember 2016 dan kecepatan angin tertinggi terjadi
pada bulan Agustus 2014 dengan tingkat kecepatan angin 16,2 km/jam
Kecepatan angin terendah rata-rata perbulannya yaitu pada bulan Desember
mencapai 7,7 km/jam sedangkan kecepatan angin tertinggi pada bulan
Agustus dengan tingkat kecepatan angin 12,9 km/jam. Tahun 2010
merupakan tahun paling tinggi kecepatan angin dengan besar kecepatan angin
mencapai 12,1 km/jam, sedangkan tahun 2016 merupakan tahun dimana
tingkat kecepatan angin rendah dan mencapai 4,2 km/jam.

b) Hidrologi
Kabupaten Malang yang merupakan daerah dataran tinggi memiliki
drainase yang baik yakni tidak pernah tergenang air, kecuali pada dataran-
dataran yang kemampuan saluran drainasenya bermasalah. Drainase tanah
menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh terhadap kandungan air dan
menunjukkan kecepatan resapan air dari permukaan tanah. Di wilayah ini
terdapat genangan air berupa waduk Karangkates dan Selorejo yang
menjadi muara drainase dari berbagai wilayah. Wilayah Kabupaten
Malang diidentifikasi terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1 (satu)
pegunungan. Keberadaan gunung dan pegunungan tersebut, menjadikan
Kabupaten Malang memiliki potensi kehutanan yang luas dan sumber-
sumber mata air yang dimanfaatkan untuk kepentingan konsumsi, irigasi
pertanian dan industri. Limpahan air dari sumber mata air mengalir
melalui sungai-sungai besar maupun kecil. Tercatat, di Kabupaten Malang
mengalir 5 (lima) sungai besar dan 68 sungai kecil. Sungai besar antara
lain 1) Sungai Brantas, 2) Sungai Lesti, 3) Sungai Amprong, 4) Sungai
Konto, dan 5) Sungai Metro. Diantara sungai-sungai besar tersebut,
Sungai Brantas adalah sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Timur.
Daerah studi merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah DAS
Brantas dan DAS Konto. Keadaan debit air di DAS tersebut dipengaruhi
oleh curah hujan, sehingga pada umumnya ketika musim kemarau tiba
debit sungai tidak begitu besar. Secara umum berdasarkan data yang ada
di Kabupaten Malang terdapat 588 mata air dengan debit 1 sampai di atas
200 liter/detik, debit tertinggi terdapat di Wendit Kecamatan Pakis (1.100
liter/detik). Sedangkan kecamatan yang memiliki debit air lebih dari 200
liter/detik adalah mata air yang berada di Tumpang, Pakis, Singosari,
Gondanglegi, Sumberpucung, Ngajum, Wagir, Ampelgading dan Dampit.

c) Geologi
Ditinjau dari keadaan geologinya, sebagian besar wilayah
Kabupaten Malang terbentuk dari hasil gunung api kwarter muda yang
meliputi areal seluas 44,25% atau 148.152,52 ha dari seluruh luas
Kabupaten Malang, sedangkan sebagian kecil merupakan miosen facies
batu gamping dengan luas 90.884,00 ha atau 27,15% dari luas Kabupaten
Malang seluruhnya. Jenis tanah di Kabupaten Malang terdiri dari jenis
tanah alluvial, regosol, brown forest, andosol, latosol, mediteran dan
litosol. Jenis tanah ini tidak seluruhnya tersebar di Kecamatan-kecamatan
yang ada di Kabupaten Malang.

d) Topografi
Topografi Kabupaten Malang sangat beragam, mulai dari pesisir,
dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, gunung api yang aktif maupun
tidak aktif, dan sungai. Kawasan pesisir pantai terletak di wilayah selatan
Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Samudera
Indonesia, membentang mulai dari Kecamatan Donomulyo, Bantur,
Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, sampai Ampelgading.
Wilayah dengan kontur datar terletak sebagian besar di Kecamatan
Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran, Pakisaji,
sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis,
Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo,
Bantur, Ngajum, Gedangan. Wilayah dengan kontur bergelombang
terletak di wilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Kawasan
dengan kontur perbukitan yang terjal sebagian besar di Kecamatan Pujon,
Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan
Tirtoyudo. Kondisi topografis dataran tinggi yang dikelilingi beberapa
gunung dan dataran rendah atau lembah berada pada ketinggian 250 – 500
meter dari permukaan laut (dpl) terletak di bagian tengah wilayah
Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi terbagi pada beberapa wilayah
meliputi, daerah perbukitan kapur (Gunung Kendeng) di bagian Selatan
pada ketinggian sampai dengan 650 meter dpl, daerah lereng Tengger
Semeru di bagian Timur membujur dari utara ke selatan pada ketinggian
500 – 3.600 meter dpl dan daerah lereng Kawi Arjuno dibagian Barat
dengan ketinggian 500 – 3.300 meter dpl. Wilayah Kabupaten Malang
diidentifikasi terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1 (satu) pegunungan,
Keberadaan gunung dan pegunungan tersebut, menjadikan Kabupaten
Malang memiliki potensi kehutanan yang luas dan sumber-sumber mata
air yang dimanfaatkan untuk kepentingan konsumsi, irigasi pertanian dan
industri.

1. Ketinggian Lahan Secara topografi wilayah daratan Kabupaten


Malang dibedakan menjadi beberapa wilayah ketinggian yaitu:
 Ketinggian 0 – 100 meter permukaan laut: 0% dari seluruh
wilayah dengan topografi relatif datar dan bergelombang.
 Ketinggian 100 – 500 meter permukaan laut: 75,76% dari seluruh
wilayah dengan topografi bergelombang dan bergunung.
 Ketinggian 500 – 1000 meter permukaan laut: 18,18% dari
seluruh wilayah dengan kondisi berbukit.
 Ketinggian lebih 1000 meter permukaan laut: 3,03% dari seluruh
wilayah dengan topografi bergunung dan terjal.

2. Kemiringan Lereng Sebagian besar wilayah Kabupaten Malang


mempunyai kemiringan lereng 48,69% hampir di seluruh dataran
rendah Kabupaten Malang, sedangkan untuk kemiringan lereng
28,85% berada pada daerah perbukitan dan pegunungan, kemiringan
lereng >22,46% berada pada daerah pegunungan.
2.2.2 Komponen Biologi

Flora Darat

Secara umum tipe komunitas tumbuhan yang terdapat di daerah studi


semuanya merupakan vegetasi budidaya yaitu sawah, pekarangan, kebun
palawijaya dan kebun campuran. Kebun campuran umumnya didominasi
oleh tanaman tahunan dari golongan buah-buahan yang rata-rata sudah
produktif sepertipohon jati, pohon mahoni, dan pohon semak. Berdasarkan
hasil pengamatan dan observasi menunjukan kondisi yang bervariatif,
dengan tingkatan antara banyak, sedang, dan kecil. Jenis tanaman budidaya
dengan populasi banyak umumnya didominasi tanaman pangan yang
dikonsumsi oleh penduduk sehari-hari seperti padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu. Selain itu, tanaman budidaya
lainyang mempunyai nilai jual tinggi seperti ubi jalar dan ubi kayu banyak
yang dibudidayakan oteh masyarakat setempat.
Terdapat berberapa tipe vegetasi di dalam dan di sekitar lokasi PT
PETROKIMIA, mulai dari tingkat pohon, tingkat semak dan tingkat herbal.
Terdapat berbagai macam jenis flora yang merupakan tumbuhan berkayu
dan tumbuhan tidak berkayu. Terdapat beberapa tipe vegetasi disekitar
(diluar) lokasi rencana Pembangunan PT PETROKIMIA yaitu : 1) Hutan
alam dan hutan sekunder, 2) Semak belukar dan tempat terbuka, 3) Hutan
tanaman budidaya termasuk tanaman pekarangan. Jenis flora yang ada di
daerah studi merupakan tumbuhan berkayu dan tumbuhan tidak berkayu.
Jenis utama tanaman palawija yang ada di daerah ini adalah jagung dan
kacang tanah dan tanaman sisipan berupa sayuran yang diusahakan dalam
lahan dengan skala kecil yang biasanya dimanfaatkan untuk kebutuhan
sampingan sedangkan tanaman utama untuk djjual.

Fauna

Keberadaan jenis fauna pada lokasi rencana proyek Pembangunan PT


PETROKIMIA dapat digunakan sebagai indikator terhadap perubahan
kondisi lingkungan yang ada. Berbagai jenis fauna akan memberikan
tanggapan tersendiri terhadap perkembangan dan perubahan kondisi
habitatnya. enis fauna yang ada diantaranya sapi, kerbau, kuda, kambing,
domba.

Dari hasil inventarisasi fauna yang dilakukan di sekitar lokasi


rencana Pembangunan PT Agrotech Indokreasi, jenis fauna darat yang
terdapat didaerah desa ngijo proyek dan wilayah sekitarnya dapat
dikelompokkan dalam jenis Burung (Aves), hewan menyusui (Mama/ia),
dan jenis melata (Reptilia). Berdasarkan hasil survei dengan masyarakat
sekjtar lokasj rencana Pembangunan PT PETROKIMIA,beberapa jenjs
hewan mamalia yang mungkin masih dapat dijumpai antara lain; Sapi Liar
(Bos javanica), Babi Hutan (Sus vittatus), Ayam Hutan (Gallus Sp.), Kera
Abu-Abu (Macaca irus), Punglor (Zoothera interpres), Ular Sanca (Phiton
reticulatus), Landak (Hystrjx branchyura) dan Gagak Hitam (Cotvus
macrorhynchos) masih dapat dijumpai di kawasan ini. Selain itü masih
terdapat jenis Musang (Viviricu/a sp), Tikus Tanah (Rattus sp), Cecurut
(Suncus Murinus), Codot (Cynopterus Brachyotas, Kalong (Pteurocarpus
Vampyrus) dan Kelelawar (Tatarida P/icata). Jenis burung yang termasuk
satwa langka dan dilindungi seperti Elang (Butatstur sp) dan Alap-Alap
(Accipitridae) masih dapat dijumpai.
2.2.3 Komponen Sosial Ekonomi

Komponen lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya yang akan terpengaruh


dengan pembangunan industry pupuk oleh PT Agrotech Indokreasi adalah :

A. Sosial
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Karangploso terdiri dari 9 Desa dengan total luas wilayah
sebesar 58,74 km². Lokasi pembangunan PT. Petrokimia akan
dilaksanakan diantara Desa Ngijo. Luas wilayah Desa Ngijo (desa
dilokasi kegiatan terdekat dari lokasi) yang diprakirakan akan terkena
dampak secara langsung adalah 2,20 km², dengan jumlah penduduk
17202 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Karangploso tahun di 2018
adalah sebesar 81.985 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-
rata sebesar 154 jiwa/ km². Demografi Kecamtan Karangploso dapat
dilihat berdasarkan tabel berikut :

2. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur


Penduduk di Kecamatan Karangploso pada tahun 2018, berdasarkan
kelompok umur yaitu jumlah penduduk usia produktif (15-59 Tahun)
adalah sebesar 897.682 jiwa dan penduduk usia non produktif (0-14
tahun dan 60 tahun ke atas) adalah sebesar 406.398 jiwa. Tabel 2.19
merupakan jumlah penduduk menurut kelompok umur, dan jenis
kelamin tahun 2018.
3. Mata Pencaharian Penduduk
Potensi penduduk dan sumberdaya manusia yang terampil
merupakan salah satu pendukung dalam proses kegiatan
pembangunan wilayah. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai
penduduk dengan usia 15 tahun ke atas dan dibedakan sebagai
angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Berdasarkan lapangan
usaha, jumlah penduduk yang bekerja adalah sebesar 584.743 jiwa
yang terdiri dari 359.720 jiwa pekerja laki-laki dan 226.023 jiwa
pekerja perempuan yang sebagian besar bekerja pada sector
pertanian yaitu sekitar 47,15% dan pada sector bangunan 7,40%
sedangkan sisanya bekerja pada sector perdagangan, keuangan,
industri dan lainnya. Jumlah penduduk usia kerja yang bekerja
menurut lapangan usaha utama di Kecamatan Karangploso dapat
dilihat pada Tabel 2.20.
B. Ekonomi
1. Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Karangploso
Menurut BPS bahwa Pertumbuhan Ekonomi di Kecamatan
Karangploso dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Jumlah pendapatan dari pajak daerah pada 2018 adalah
133.770,23 juta atau 58,90 Persen dari total pendapatan di Kecamatan
Karangploso. Penerimaan dari sektor pajak daerah menurut jenis
pajak meliputi : hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan,
pajak parkir, pajak air tanah, bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan. Penyumbang terbesar pajak berasal dari pajak penerangan
jalan yaitu sebesar 58,8 milyar rupiah. Pertumbuhan ekonomi
Kecamatan Karangploso tahun 2017 mencapai 7,03% dan laju inflasi
tahun 2013 adalah 7,14 persen. Secara sektoral hampir semua/sub
sector penyusun laju pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan
positif
Aktivitas perekonomian lokal tidak terlepas dengan
ketersediaan berbagai sarana dan prasarana perekonomian yang
meliputi ketersediaan sarana produksi, ketersediaan sarana produksi,
ketersediaan jaringan lahan, transportasi pasar dan hal-hal
pendukung lainnya. Untuk menggambarkan aktifitas perekonomian
diwilayah studi adalah sebagai berikut.
1.1 Kegiatan Perekonomian
Kegiatan perekonomian masyarakat lokal di Kecamatan
Karangploso pada umumnya sudah berorientasi pasar. Hasil
pendapatan penduduk terutama dari kegiatan pertanian,
peternakan dan perkebunan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan sendiri tetapi juga untuk dijual.

1.2 Tenaga Kerja


Potensi penduduk dan sumber daya manusia yang
terampil merupakan salah satu pendukung dalam proses
kegiatan pembangunan wilayah. Penduduk usia kerja
didefinisikan sebagai penduduk dengan usia 15 tahun keatas.
Selain merupakan potensi, tenaga kerja juga dapat menjadi
permasalahan saat ini. Dimana adanya antara jumlah pencari
kerja yang lebih besar dari kesempatan kerja yang tersedia.
Berdasarkan data pencari kerja yang tercatat (dari data BPS)
, setiap tahun tidak semua pencari kerja dapat disalurkan dan
memperoleh pekerjaan. Pada tahun 2018 berdasarkan data
dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Karangploso
menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja dari semua
tingkatan pendidikan adalah sebesar 6830 jiwa menurun
cukup signifikan dari tahun 2017 sebesar 7290. Meskipun
demikian hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan lapangan
kerja masih tidak sebanding dengan pertumbuhan tenaga
kerja.

2. Produk Domestik Regional Brut


Kondisi ekonomi daerah secara umum dapat dilihat dari angka
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi, inflasi, pajak,
dan retribusi, pinjaman dan pelayanan bidang ekonomi. Angka
PDRB Kabupaten Malang atas dasar harga berlaku (ADHB)
Kabupaten Malang tahun 2015 mencapai sebesar RP
24.162.395.630.000,- mengalami peningkatan 12,75% dari tahun
2014, sementara itu PDRB berdasarkan Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) pada tahun 2012 mencapai angka Rp 9.729.763.690,-
mengalami pertumbuhan 7,30% dari keadaan tahun 2014. Untuk rata
pertumbuhan realisasi APBD lima tahun terakhir cenderung
sebagaimana Tabel 2.25

3. Prasarana dan Fasilitas Umum


3.1.Listrik
Listrik merupakan fasilitas public yang sangat strategis
dalam mendorong percepatan pembangunan dan pengembangan
wilayah. Kelompok rumah tangga merupakan jumlah pelanggan
listrik dari PT PLN terbesar di Kabupaten Malang yaitu sebesar
233.854 pelanggan. Sedangkan jumlah pemasangan listtrik baru
pada tahun 2014 sebanyak 13.089. Jumlah ini mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 15.767.

3.2.Air
Pelanggan air bersih di Kabupaten Malang sebanyak 28.545
pelanggan. Sedangkan jumlah air minum yang disalurkan sebesar
6.611.377 m³ dengan nilai Rp 19.558.811 milyar.
C. Budaya
1. Interasksi Sosial
Proses social adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat
yang disebabkan berbagai faktor, antara lain pengaruh kultural,
kegiatan ekonomi dan integritas antara penduduk asli dengan
penduduk pendatang. Dalam studi ini dikaji proses asosiatif
(kerjasama), interaksi sosial, akulturasi dan konflik. Perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat menggambarkan kedinamisan suatu
masyarakat.
Perubahan sosial yang cukup penting dalam kaitan ini adalah
menyangkut pandangan masyarakat terhadap pembangunan dan
peranan mereka dalam proses pembangunan tersebut. Sikap kritis
masyarakat terhadap kegiatan pembangunan dianggap berdampak
negative terhadap aktivitas sehari- hari sehingga perlunya solusi
dalam mengatasi permasalahan tersebut.

2. Pranata
Lembaga sosial yang ada diwilayah studi khususnya terdiri
dari lembaga keagamaan, lembaga pendidikan dan lembaga sosial.
Lembaga tersebut terbentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Melalui lembaga ini, telah terbentuk sistem tingkah laku, sistem
sosial dan akhirnya terjadi berbagai perubahan dalam tatanan
kehidupan, baik yang bersifat individual maupun dalam tatanan
masyarakat. Kelembagaan yang berkembang dalam masyarakat
dapat meliputi kelembagaan formal dan non formal. Lembaga formal
berupa aparat desa dan BPD ( Badan Perwakilan Desa), sedangkan
lembaga non formal berupa lembaga keagamaan (Islam, Kristen,
Hindu dan Budha) .
Berbagai permasalahan yang muncul sehubungan dengan
aktifitas proyek atau persengketaan lahan yang terjadi memerlukan
peranan lembaga formal dan non formal, sedangkan pendekatan
sosial budaya dan keagamaan sangat mengacu pada peranan lembaga
non formal. Oleh karena itu, kerjasama dan koordinasi serta
komunikasi timbal balik yang harmonis antara kelembagaan
masyarakat tersebut sangat penting bagi pemecahan masalah sosial
kemasyarakatan.

2.2.4 Komponen Kesehatan Masyarakat

A. Fasilitas Kesehatan
Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat harus didukung
dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kerja kesehatan yang
memadai, baik dari segi jumtah maupun distribusinya. jumlah fasilitas
kesehatan tiap-tiap Puskesmas Karangploso secara terperinci dapat dilihat
pada Tabel 2.29 di bawah ini.
B. Tenaga Kesehatan
Jurnlah tenaga kesehatan yang tersedia sangat berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan yang dilakukan lerhadap masyarakat. Dokter yang
merupakan tenaga medis yang paling utama dalam pelayanan kesehatan
mutlak harus ada. Data yang ada pada tahun 2019, menunjukan bahwa di
wilayah Kecamatan Karangploso terdapat 40 tenaga kesehatan. Berikut ini
merupakan Tabel 2.30 tenaga kesehatan di Puskesmas Karangploso di
bawah ini.

C. Masalah Kesehatan
Status kesehatan masyarakat dapat digambarkan dari dua belas (12) penyakit
Terbanyak yang tercatat di Puskesmas Karangploso selama tahun 2018,
penyakit yang selalu ada dan banyak diderita warga Kecamatan Karangploso
adalah penyakit Diare. Data penyakit terbanyak di Kecamatan
Tambakboyodapat dilihat pada Tabel 2.31.

Penyakit Diare menjadi penyakit paling dominan yang tercatat di


Puskesmas Kecamatan Karangploso pada tahun 2018 dengan persentase
sebesar 13,77%. dari jumlah total 12 penyakit paling dorninan. Sedangkan
ISPA menjadi penyakit paling dominan ketiga dengan persentase 13,31%
diikuti asma bronchial paling dominan kedelapan dengan persentase 6,85%
dari jumlah total 12 penyakit paling dominan.

2.3 Hasil Pelibatan Masyarakat

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomer 17 Tahun 2012 Tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses
Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan, bahwa dalam tahapan
Amdal masyarakat wajib untuk dilibatkan. Pengikutsertaan masyarakat tersebut
dilakukan melalui pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan serta konsultasi publik
yang dilakukan sebelum penyusunan dokumen Kerangka Acuan. Melalui proses
pengumuman dan konsultasi publik, masyarakat dapat memberikan saran, pendapat dan
tanggapan yang disampaikan secara tertulis.
Pelaksanaan pengikutsertaan masyarakat dalam rangka kegiatan Amdal Rencana
Pembangunan Agroindustri Pupuk PT Agrotech Indokreasi adalah sebagai berikut :
1. Pemasangan pengumuman Studi Amdal berupa pengumuman dalam bentuk leaflet
di desa-desa terkena dampak
2. Penyebaran kuisioner ke beberapa warga sekitar tentang tanggapan atas
pembangunan Pabrik Pupuk oleh PT Agrotech Indokreasi di Kabupaten Malang.
Jumlah responden pada saat sosialisasi adalah 75 orang yang terdiri dari 60 orang
laki-laki dan 15 orang perempuan. Hasil sosialisasi menghasilkan tanggapan
masyarakat social ekonomi yakni status kepemilikan rumah sebanyak 58,7%
menempati rumahnya sendiri, sebanyak 8 % sewa, sebanyak dan 13 % lainnya
numpang. Penghasilan pekerjaan pokok masyarakat dari 75 responden yakni
sebanyak 44% memiliki penghasilan 1 juta-2 juta, sebanyak 26,7% penghasilan
berkisar antara 500 ribu-1 juta, masyarakat yang memiliki penghasilan >2 juta
sebanyak 25,3 %, sebanyak 6,7 % memiliki penghasilan berkisar >250 ribu dan
sisanya memiliki penghasilan antara 250 ribu-500 ribu yaitu 4 %. Selain
penghasilan pokok sebagian besar masyarakat juga memiliki penghasilan
sampingan yaitu sebanyak 5,3 % memiliki penghasilan 1 juta-2 juta, sebanyak 20
% penghasilan berkisar antara 500 ribu-1 juta, masyarakat yang memiliki
penghasilan >2 juta sebanyak 4 %, sebanyak 20 % memiliki penghasilan berkisar
>250 ribu dan sisanya memiliki penghasilan antara 250 ribu-500 ribu yaitu 4 %.
Pengeluaran masyarakat tertinggi setiap bulannya adalah >2 juta yakni 36 % dari
75 responden. Sebanyak 30,7 % pengeluaran per bulannya adalah 1 juta-2 juta,
sebanyak 22,7% pengeluaran perbulannya 500 ribu-1 juta, sebanyak 4 %
pengeluaran perbulannya adalah 250 ribu-500 ribu, dan sebanyak 6,7 %
pengeluaran perbulannya adalah >250 ribu.
Jumlah responden pada saat sosialisasi adalah 75 orang yang terdiri dari 60
orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Aspek pandangan dan persepsi masyarakat
menggambarkan bahwa sebanyak 23,8% masyarakat dari 75 responden sedikit
tertarik dan 17,4% tertarik terhadap rencana pembangunan industri pupuk PT.
Petrosida Malang. Sedangkan sisanya yakni, 12,6%, 19%, dan 34,9% masing-
masing memilih sangat tidak tertarik, tidak tertarik, dan ragu-ragu, dan 11,1% tidak
tahu terhadap rencana pembangunan industri pupuk. Sebagian besar masyarakat
yakni 9,3% dari 75 responden menyatakan netral, terserah keputusan pemerintah
sebesar 4%, 78,7% setuju terhadap adanya rencana pembangunan industri pupuk
antara lain : berpartisipasi dalam pembangunan 4%, tidak menganggu kenyamanan
17,3%, program pemerintah 33,3%, dan meningkatkan kesejahteraan 36%, tidak
tahu alasannya 17,3%, dan alasan lain-lain, meliputi harapan agar kegiatan
meningkatkan manfaat bagi masyarakat disekitar industri, mengurangi
pengangguran, dapat memberdayakan masyarakat sekitar lokasi, dapat
memperbaiki fasilitas desa sekitar, dan tidak merugikan masyarakat. Alasan ketidak
setujuan sebagian disebabkan dampak lingkungan yang negatif 10,7%, menganggu
kenyamanan tinggal 20%, peningkaatan tindak kejahatan 46,7%, dan tidak tahu
9,3%, dan kemacetan lalu kendaraan 9,3%, dan alasan lainnya seperti mengurangi
lahan pertanian, hasil pangan dan belum mengetahui dampak positif industri pupuk
4%.
Jumlah responden pada saat sosialisasi adalah 75 orang yang terdiri dari
60 laki-laki dan 15 perempuan. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner, hasil
tanggapan masyarakat pada saat sosialisasi menghasilkan beberapa jenis harapan
yakni 51,5% untuk ya terhadap peningkatan perekonomian daerah, sisanya
14,7% dan 33,8% memilih tidak dan tidak tahu. Harapan terhadap membantu
bisnis dan usaha cukup besar yakni 54,4%; 8,8% memilih tidak dan 36,8% tidak
tahu, harapan untuk membuka peluang usaha sebanyak 45,6% setuju, 11,8%
tidak setuju, dan 42,6% tidak tahu. Harapan untuk menguntungkan ekonomi
keluarga sebanyak 26,5% setuju, 29,4% tidak setuju, dan 44,1% tidak tahu. Pada
peningkatan status kesehatan 25,6% setuju 11,8% tidak setuju, dan 42,6% tidak
tahu. Harapan untuk meningkatkan Pendidikan masyarakat sebanyak 20,6%
setuju, 27,9% tidak setuju, dan 51,5% tidak tahu. Harapan untuk menjaga
kelestarian lingkungan sebanyak 39,7% setuju, 16,2% tidak setuju, dan 44,1%
tidak tahu. Harapan agar golongan miskin mendapatkan manfaat sebanyak
38,2% setuju, 13,2% tidak setuju, dan 50% tidak tahu. Harapan agar penduduk
asli mendapatkan manfaat 63,2% setuju, 10,3% tidak, dan 26,5% tidak tahu.
Berdasarkan hasil kuisioner, menurut masyarakat pembangunan industry
pupuk dapat menyebabkan perubahan-perubahan ekonomi dan sosial
diantaranya perubahan terhadap mata pencaharian penduduk yakni 35,3%
setuju, 25% tidak setuju, dan 39,7% tidak tahu. Perubahan terhadap penghasilan
keluarga 47,1% setuju, kemudian 20,6% tidak setuju, dan 32,4% tidak tahu.
Perubahan terhadap jenis pekerjaan penduduk 38,2% setuju, 25% tidak setuju
tidak setuju, dan 36,8% tidak tahu. Perubahan terhadap daya beli penduduk
39,7% setuju, 20,6% tidak stuju, dan 39,7% tidak tahu. Perubahan terhadap
kemampuan menyekolahkan anak 39,7% setuju, 17,6% tidak setuju, dan 41,2%
tidak tahu. Perubahan yang menurut masyarakat akan terjadi pada aspek sosial
diantaranya adalah perubahan adat istiadat setempat sebagian besar masyarakat
setuju 23,5%, 25% tidak setuju, dan 51,5% tidak tahu. Aspek perubahan
terhadap hubungan sosial yaitu 33,8% setuju, 13,2% tidak setuju, dan 52,9%
tidak tahu. Aspek macam-macam kelompok sosial yaitu 25% setuju, 22,1% tidak
setuju, dan 48,5% tidak tahu. Aspek pergeseran status sosial sebanyak 32,4%
setuju, 22,1% tidak setuju, dan 45,6% tidak tahu.

Secaa umum, hasil sosialisasi yang telah menghasilkan tanggapan masyarakat,


antara lain:
o masyarakat menyerahkan pengambilan keputusan kepada pemerintah atas
pembangunan industry pupuk PT Agrotech Indokreasi ini dan selama proses
pengadaan tanah belum terdapat laporan masyarakat yang terganggu.
o masyarakat memberikan beberapa saran, antara lain:
 Masyarakat sekitar berkeinginan untuk di prioritaskan dalam perekrutan
tenaga kerja karena dapat membantu peningkatan SDM dan perekonomian
 Masyarakat sekitar berharap pembangunan yang dilakukan pabrik pupuk
tidak akan mengurangi lahan produktif (lahan pertanian)
 Masyarakat sekitar berharap untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan
hidup baik dalam pembangunannya maupun pada saat masa operasional
terutama masalah pembuangan limbah pabrik

2.4 Dampak Penting Hipotetik

2.4.1. Identifikasi Dampak Potesial


Dampak potensial adalah dampak yang diperkirakan berpotensi timbul
akibat adanya rencana kegiatan Rencana Pembangunan Industri Pupuk PT
AGROTECH INDOKREASI melalui identifikasi interaksi antara komponen
rencana kegiatan dengan komponen lingkungan di lokasi tersebut. Dampak yang
berpotensi timbul diinventarisasi tanpa memperhatikan besar kecil atau penting
tidaknya dampak sehingga menghasilkan daftar dampak potensial.
Alat bantu yang digunakan dalam proses identifikasi dampak potensial
ini menggunakan kombinasi matriks dan bagan alir. Interaksi antara komponen
rencana kegiatan dengan komponen lingkungan ditunjukkan oleh matriks (Tabel
2.37) sedangkan bagan alir menampilkan urutan-urutan kejadian dampak yaitu
dampak primer dan turunannya (sekunder, tersier, dst) sebagaiman terlihat pada
Gambar 2.21 sd. Gambar 2.24. Selanjutnya dampak-dampak potensial tersebut
ditampilkan ditabulasikan beserta dengan sumber dampaknya seperti tercantum
pada Tabel 2.38 .
A. TAHAP PRA KONSTRUKSI
1. Survei dan Investigasi
Pengadaan survey dan investigasi dilakukan oleh tim surveyor dan investigasi.
Kegiatan tersebut menimbulkan dampak keresahan masyarakat setempat. Dari
keresahan yang timbul tersebut dapat menimbulkan perubahan persepsi dan sikap
masyarakat. Masyarakat yang berada di area kegiatan pembangunan industry pupuk
PT Agrotech Indokreasi mencakup Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso,
Kabupaten Malang dengan total penduduk 15.510 jiwa.

2. Sosialisasi ke Masyarakat
Setelah melakukan survei dan investigasi dilanjutkan dengan pelaksanaan
sosialisasi yang mengundang tokoh masyarakat setempat, pimpinan daerah
setempat serta pihak berwenang lainnya. Pihat tersebut akan dikumpulkan dan
diberikan informasi mengenai detail rencana pembangunan industri pupuk.
Masyarakat dapat berperan langsung dalam pembangunan industri pupuk seperti
menjadi tenaga kerja, divisi keamanan dan lainnya serta berperan tak langsung
dengan memberikan saran dan tanggapan mengenai industri pupuk. Jika proses
sosialisasi tidak terlaksana dengan baik makan akan menimbulkan perubahan
persepsi dan menimbulkan keresahan masyarakat.

3. Pengadaan Tanah
Lahan yang direncakan untuk pembangunan Agroindustri Pupuk PT.
Petrokima Malang awalnya berupa sawah dan tegalan. Dengan adanya rencana
pembangunan, menyebabkan adanya proses pembebasan lahan yang membuat
lahan tersebut berubah menjadi area industri sehingga menyebabkan alih fungsi
lahan seluas 25 Ha. Dengan adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan
pengurangan produksi pertanian disebabkan lahan pertanian semakin berkurang
dan kemungkinan besar masyarakat beralih profesi karena tidak memiliki lahan
pertanian yang akan digarap. Selain itu juga akan berdampak terhadap perubahan
ekosistem di lahan yang berupa sawah dan tegalan yang semula menjadi habitat
asli bagi hewan endemik seperti ular, tikus, dan burung. Hal ini menyebabkan
rusaknya rantai makanan di sawah dan tegalan.
B. TAHAP KONSTRUKSI

1. Rekruitmen Tenaga Kerja


Proses rekruitmen tenaga kerja dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja dan mendukung kelancaran proses konstruksi pembangunan
Industri Pupuk di Kabupaten Malang oleh Indsutri PT Agrotech Indokreasi.
Keperluan rekruitmen tenaga kerja ini terdiri dari tenaga ahli khusus, sedang dan
tenaga kasar seperti operator alat berat, tenaga ahli konstruksi dan pengawas.
Klasifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan konstruksi dilakukan
oleh pihak pelaksana proyek (kontraktor) yang diharapkan dapat memperhatikan
sumberdaya manusia yang ada di daerah lokal. Selain itu, untuk mendukung
keberlangsungan konstruksi, rekruitmen tenaga kerja diharapkan selalu
memperhatikan dan memprioritaskan terserapnya tenaga kerja lokal khususnya
masyarakat di sekitar wilayah tapak proyek, dengan tetap memperhatikan
kebutuhan tenaga kerja dan ketentuan keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan
agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan sesuai yang diharapkan. JumIah
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tahap konstruksi Pembangunan Indsutri PT
Agrotech Indokreasi diperkirakan mencapai 350 orang.
Proses rekruitmen tenaga kerja dalam tahap konstruksi dapat menimbulkan
dampak pada penurunan tingkat pengangguran karena warga Kabupaten Malang
yang mencari pekerja total tahun 2015 mencapai 4.970 jiwa. Adanya tenaga
kerja pendatang akan berdampak terhadap kegiatan ekonomi Iokal yang dapat
meningkatkan pendapatan warga di sekitar proyek karena tenaga kerja tersebut
perlu memenuhi kebutuhan sehai-hari selama kegiatan pembangunan industri
dilaksanakan. Namun, kegiatan ini juga dapat menimbulkan keresahan
masyarakat jika dalam mekanisme perekrutan tidak terdapat transparansi dan
hanya mengakomodir sebagian kecil tenaga kerja Iokal. Penurunan tingkat
pengangguran dan keresahan masyarakat tersebut bisa menimbulkan adanya
perubahan persepsi dan sikap masyarakat

2. Aktivitas Basecamp
Aktivitas basecamp sebagai tempat kerja dan tempat tinggal tenaga kerja
pada tahap konstruksi akan berdampak terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan:
1. Bangunan basecamp yang dıgunakan sebagaı bangunan untuk ternpat
tingggal dan aktivitas pekerja seperti kantor, gudang, penginapan pekerja
dan perbengkelan alat berat dapat merubah kesan kehijauan
pemandangan, sehingga mengakibatkan kenyamanan lingkungan dapat
terganggu di sekitar lokasi tapak proyek. Setelah selesainya kegiatan
konstruksi, bangunan ini akan dibongkar atau dihilangkan dan akan
digunakan kembali sesuai peruntukannya.
2. Munculnya limbah domestik dari aktivitas basecamp dengan jurnlah
tenaga kerja 350 orang dan perbengkelan yang dapat mencemari
lingkungan. Aktivitas basecamp dapat menimbulkan keresahan
masyarakat, perubahan persepsi dan sikap masyarakat. Oleh sebab itu,
diperlukan strategi penanganan dampak negatif dari aktivitas basecamp
dengan menyediakan sarana pengolahan limbah sementara yang dapat
mengurangi pencemaran lingkungan di sekitar wilayah proyek

3. Mobilisasi Tenaga Kerja, Bahan dan Peralatan


Pada mobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan dapat berpotensi
menimbuIkan peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan sebagai akibat
dari penggunaan kendaraan dalam mobilitas material dan peralatan. Mobilisasi
tenaga kerja untuk tenaga kerja 350 orang, bahan dan peralatan yang digunakan
akan disesuaikan dengan kebutuhan material, jumlah dan jenisnya berdasarkan
jadwal dan rencana kerja yang telah dibuat. Untuk kebutuhan material bahan
bangunan seperti semen, besi, aspal dan bahan pendukung lainnya. Pengadaan
bahan dapat dilakukan dengan cara membeli langsung kepada pengusaha setempat
atau mitra kontraktor di sekitar wilayah tapak proyek. Sedangkan material urug
(borrow quarry area) untuk badan Indsutri PT Agrotech Indokreasi dibutuhkan
batu, pasir dan bahan pendukung lainnya yang diambil dari sekitar lokasi rencana
pembangunan Indsutri PT Agrotech Indokreasi karena ketersediaannya cukup
melimpah. Sehingga pada kegiatan penambangan harus memperhatikan kondisi
dan kelestarian lingkungan sekitarnya. Selain itu untuk memenuhi
pasokan/ketersediaan bahan dapat dilakukan dengan memberdayakan masyarakat
melalui kerjasama dengan penduduk lokal di sekitar wilayah tapak proyek.
Kegunaan alat berat yang digunakan untuk pemindahan dan pengangkutan
bahan dalam jumlah besar yang dapat membantu para tenaga kerja dalam proses
pembangunan Indsutri PT Agrotech Indokreasi pada tahap konstruksi sepetti
Buldozer, Crane, Excavator, Loader, Back Hoe, Truk Molen serta peralatan
pendukung lainnya. Peralatan berat tersebut akan menggunakan jalan akses yang
sudah ada dengan melakukan perbaikan untuk mempermudah mobilisasl bahan
menuju lokasi tapak proyek. Kondisi jalan akses menuju lokasi tapak proyek saat
ini masih berupa sawah dan tegalan sehingga diperlukan pembukaan akses jalan
baru menuju lokasi tapak proyek. Pembukaan akses jalan baru sangat dibutuhkan
bagi para tenaga kerja untuk menekan biaya transportasi pengangkutan bahan
dalam jumlah besar dapat di mobilisasi secara tepat. Dari kegiatan tersebut akan
berdampak pada perubahan fungsi tutupan lahan karena mempengaruhi
ekosistem di wilayah tersebut dan menyebabkan penurunan kapasitas air tanah
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuantitas air sungai di sekitamya
sehingga memungkinan timbul dampak negatif. Selain itu, kurangnya akses jalan
menuju lokasi proyek menyebabkan kepadatan lalu lintas disekltar jalan yang
sudah ada. Sehingga keadaan tersebut dapat menganggu aktivitas masyarakat di
sekitar lokasi tapak proyek yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Akibatnya terjadi perubahan persepsi dan sikap masyarakat pada tahap
konstruksi.

4. Persiapan Lahan Pada Tapak Proyek


Proses persiapan lahan pada tapak proyek dengan adanya aktivitas
penggalian tanah serta pemerataan tanah akan menimbulkan debu dan kebisingan
yang mengakibatkan peningkatan kadar debu dan peningkatan kebisingan.
Persiapan lahan mangadakan kegiatan berupa pengerukan lapisan tanah,
penebangan vegetasi serta pembersihan lapisan tanah. Dengan adanya kegiatan
penebangan vegetasi maka timbul penghilangan tanaman, dan dengan adanya
pengerukan timbul adanya reduksi julah fauna yang berupa biota darat. KKegiatan
tersebut juga menimbulkan perubahan tutupan lahan yang ada disekitar lokasi
wilayah tapak proyek, sehingga pelaksana kegiatan hars menyiapkan rencana
kegiatan sebaik mungkin untuk menjaga kondisi lingkungan dan untuk
meminimalisir dampak yang mungkin timbul.

5. Pembangunan Fisik Gedung, Jalan serta Sarana dan Prasarana


Proses pembangunan fisik gedung sarana prasarana seperti pembangunan
gedung industry hingga penyediaan layanan social seperti tempat ibadah serta
pembangunan jalan baru. Dari pembangunan tersebut menghasilkan kadar debu
dan kebisingan yang cukup tinggi sehingga berdampak pada peningkatan kadar
debu dan peningkatan kebisingan saat pembangunan konstruksi gedung serta
operasional pembukaan akses jalan baru yang dapat menimbulkan polusi udara.
Dengan adanya proyek pembangunan menyebabkan memperkecilnya akses jalan
menuju lokasi proyek yang menyebabkan meningkatnya kepadatan lalu
lintas.Warga sekitar dapat memasok kebutuhan material sehingga mengakibatkan
penurunan tingkat pengangguran. Dengan adanya penurunan tingkat
pengangguran dan penurunan kualitas udara dapat merubah persepsi dan sifat
masyarakat. Pembentukan jalan baru menuju lokasi PT Agrotech Indokreasi
dibuthkan. Dari kegitan pembangunan jalan dapat mengakibatkan penurunan
kualitas udara dikarenakan penggunaan alat berat yang mengeluarkan polusi ke
udara yang mengakibatkan peningkatan kadar debu dan kebisingan.

6. Demobilisasi tenaga kerja, bahan dan peralatan


Kegiatan demobilitasi bahan adalah kegiatan yang tujuannya untuk
memanfaatkan bahan sisa dari tahap konstruksi yang dimungkinkan dapat
digunakan pada tahap operasi yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah
yang memungkinkan mencemari lingkungan. Kegiatan demobilisasi peralatan
dilakukan kegiatan pemngembalian peralatan yang sudah tidak digunakan setalah
pembangunan selesai. Dalam kegiatan demobilisasi tenaga kerja, bahan dan
peralatan akan berdampak dalam penurunan tingkat pengangguran masyarakat di
sekitar lokasi tapak proyek. Karena adanya kegiatan ekonomi local yang menurun,
akan menimbulkan keresahan masyarakat dan perubahan persepsi serta sikap
masyarakat.
C. TAHAP OPERASI
1. Rekrutmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam operasional produksi pupuk yaitu
sebesar 237 orang. Proses rekruitmen tenaga kerja akan diawasi oleh pejabat
daerah di wilayah terkait. Rekrutmen tenaga kerja operasional yang berasal dari
lokasi terdampak dapat mengurangi tingkat pengangguran terutama di sekitar
lokasi rencana kegiatan, karena rekrutmen kni diutamakan bagi penduduk atau
masyarakat lokal di lokasi wilayah Desa Ngijo tersebut, dimana sistem poin
tinggi didapat apabila pelamar berasal dari daerah sekitar pabrik. Hal ini juga
dapat meningkatkan kegiatan ekonomi berupa penyediaan makanan, minuman,
ataupun kontrakan untuk pekerja yang berasal dari daerah cukup jauh. Jika hal
ini dapat terlaksana dengan baik maka dapat dengan efektif mengurangi
keresahan masyarakat sehingga dapat mengantarkan persepsi dan sikap
masyarakat yang positif terhadap industri.

2. Kegiatan Transportasi Bahan Baku


Kegiatan transportasi bahan baku dilakukan oleh mitra kerja sama ataupun
oleh PT Agrotech Indokreasi sendiri. Proses transportasi bahan baku dilakukan
untuk memastikan bahan baku yang akan digunakan pada industri dapat
terkelola dengan baik. Dengan tingginya intensitas transportasi bahan baku
dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas pada sekitar lokasi. Peningkatan
kebisingan juga terjadi diakibatkan tingginya intensitas kendaraan pengangkut
bahan baku yang keluar-masuk lokasi industri. Adanya kegiatan transportasi
bahan baku ini akan menurunkan tingkat pengangguran karena dapat
melibatkan warga setempat untuk masuk dalam pekerjaan tersebut yang
kemudian menyebabkan peningkatan kegiatan ekonomi. karena terdapat
banyak tenaga kerja transportir yang berasal dari luar daerah.

3. Kegiatan Produksi Pupuk


Proses produksi pupuk Phonska yang dilakukan dengan menggunakan
bahan baku padat yang terdiri atas KCl, ZA, Urea dan bahan baku cair yaitu
asam fosfat, asam sulfat, dan amoniak. Proses produksi yang menggunakan alat
operasional yang dapat menimbulkan dampak peningkatan kebisingan dan
peningkatan kadar debu. Selanjutnya untuk bahan baku/material yang
digunakan apabila tersisa atau tumpah akan dapat menurunkan kualitas air,
karena bahan baku atau material yang digunakan pada proses adalah bahan
yang bersifat berbahaya dan dapat mencemari perairan. Proses produksi juga
mengakibakan penurunan kualitas udara, yang akan berdampak pada
penurunan tingkat kesehatan masyarakat. Persentase tenaga kerja proses
produksi 60% besasal dari luar daerah, sehingga dapat meningkatkan
kepadatan penduduk di sekitar lokasi produksi pupuk. Kebijakan terkait
penyerapan tenaga lokal diharapkan mampu menekan tingkat pengangguran.
Mobilitas proses produksi pupuk juga sangat tinggi dimana ada proses
transportasi bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja pada sekitar lokasi
industri pupuk yang dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas. Meningkatnya
aktivitas penduduk di sekitar lokasi industri pupuk akan mampu
meningkatkan kegiatan ekonomi lokal di sekitar lokasi. Fasilitas umum yang
dibangun juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Meningkatnya
pemberdayaan masyarakat dan juga pemanfaatan fasilitas umum dapat
mempengaruhi tingkat keresahan masyarakat serta persepsi masyarakat
terhadap pendirian industri pupuk PT Agrotech Indokreasi.

4. Pemenuhan Energi Listrik


Proses produksi akan membutuhkan kontinuitas dari ketersediaan
listrik, mengingat proses akan lebih efektif dan efisien jika energi terpasok
secara terus menerus. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tenaga
listrik maka PT Agrotech Indokreasi akan memiliki emergency generator
untuk menjaga kontinuitas proses produksi yang stabil bila terjadi pemadaman.
Pemakaian genset dapat meningkatkan kadar debu dan kebisingan yang
dikeluarkan genset dalam jangka panjang sehingga dapat menurunkan
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, muncul keresahan masyarakat
karena tenaga listrik yang dipakai oleh mereka dapat berkurang karena
digunakan oleh industri. Apabila terjadi pemadaman listrik akan memunculkan
persepsi dan sikap masyarakat kearah negatif dengan dugaan bahwa
penyebab pemadaman adalah besarnta kebutuhan listrik industri.

5.Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat.Cair, dan Gas


Proses produksi yang dihasilkan oleh kegiatan industri pupuk ini dapat
menghasilkan adanya limbah padat, cair dan gas. Limbah padat yang tersapu
oleh air serta residu bentuk cair dari kegiatan produksi yang dibuang
menyebabkan penurunan fauna berupa biota air di sungai. Limbah gas yang
dihasilkan proses produksi dapat mengganggu ekosistem di sekitar lingkungan
rencana kegiatan yang berkaitan dengan penurunan pertumbuhan flora.
Pengelolaan limbah gas diadakan guna untuk mengurangi penurunan kualitas
udara dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat. Pengelolaan
limbah padat dan cair juga dilakukan dalam sebuah system yang terintegrasi
agar efek penurunan pertumbuhan flora dan fauna, serta masalah
gangguan kesehatan masyarakat dapat diminimalisir resikonya. Dengan
pengelolaan limbah tersebut, diharapkan tingkat keresahan masyarakat dan
persepsi masyarakat dapat berubah kearah yang positif.

6. Fasilitas Pelayanan Umum


PT Agrotech Indokreasi menyediakan fasilitas pelayanan umum seperti
masjid, toilet umum dan poliklinik juga akan menghasilkan limbah domestik.
Jika tidak ditangani dapat menimbulkan beban pencemaran khususnya
penurunan kualitas dan kuantitas sumber air permukaan. Pembangunan
fasilitas umum ini dimanfaatkan masyarakat menjadi hal yang menguntungkan
bagi masyarakat sehingga dapat menimbulkan persepsi dan sikap masyarakat
kearah positif

D. Tahap Pasca Operasi

1. Sosialisasi

Sosialisasi merupakan tahapan yang perlu dilakukan antara pemrakarsa


dengan masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa
adanya penghentian kegiatan operasi sehingga pihak pemrakarsa dapat
berdiskusi langsung dengan masyarakat terkait penentuan penggunaan lahan
pasca operasi. Pihak pemrakarsa juga memiliki kewajiban untuk
menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait upaya yang akan
dilakukan untuk mengembalikan kualitas lahan pasca operasi dengan detail
sehingga masyarakat dapat menyaksikan dan berpartisipasi dalam proses
reklamasi lahan. Masyarakat yang mengikuti sosialisasi adalah masyarakat
yang bertempat tinggal disekitar area pabrik (25 Ha) yaitu masyarakat Desa
Ngijo dengan jumlah penduduk 10.825 jiwa.

2. Pelepasan Tenaga Kerja


Setelah selesainya kegiatan operasi maka telah selesai pula tugas dari
pekerja pabrik, sehingga dilakukan pelepasan tenaga kerja oleh perusahaan.
Tenaga kerja yang dilepas oleh perusaan diperkirakan mencapai 500 orang.

3. Alih Fungsi Lahan


Lahan bekas operasi pabrik diharapkan dapat digunakan seperti
sediakala sebelum proses pra konstruksi hingga operasi berlangsung, sehingga
masyarakat di sekitar pabrik dapat menjalankan aktivitasnya seperti sediakala.
Sebelum PT Agrotech Indokreasi berdiri lahan pabrik merupakan lahan yang
digunakan untuk pertanian dan tegalan. Tingkat kelayakan lahan harus
tercukupi untuk peruntukan lahan tersebut, maka perlu dilakukan usaha
pengembalian kualitas lahan agar hal tersebut dapat tercapai, luas lahan yang
akan dikembalikan peruntukannya adalah 25 Ha.

4. Pemanfaatan Bangunan Industri


Bangunan industri dimanfaatkan setelah proses produksi pabrik
berhenti. Dalam rangka memperlancar aktivitas kehidupan masyarakat,
pemanfaatan bangunan industri diserahkan kepada masyarakat yang dapat
digunakan sebagai area kegiatan religi, kegiatan kemasyarakatan maupun
kegiatan pendidikan non formal. Perawatan gedung juga harus dilakukan guna
mempertahankan umur gedung yang lebih lama dan menghindari kesan
kumuh.

6. Pemberdayaan Masyarakat disekitar Pabrik


Pemberdayaan masyarakat di sekitar pabrik dengan jumlah penduduk sebesar
10.825 jiwa meliputi kegiatan:
1. Pemberian informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi
tentang upaya peningkatan dan perlindungan kualitas lahan bekas industri
pabrik pupuk.
2. Pengarahan terhadap pemanfaatan lahan area bekas industri pabrik pupuk.
3. Pembekalan pengetahuan tentang pentingnya pengolahan lahan yang
tercemar akibat industri pabrik.
4. Pembekalan pengetahuan mengenai pentingnya penanaman kembali
terhadap lahan bekas industri.
5. Mengembangkan bersama-sama pemanfaatan lahan area industri berbasis
lingkungan.
6. Pembentukan kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pabrik.
7. Penghibahan limbah domestik yang masih memiliki nilai jual kepada
kelompok masyarakat.
8. Perekrutan masyarakat disekitar lokasi pabrik untuk menjadi tenaga kerja.
9. Pengarahan dan pembekalan kepada masyarakat disekitar lokasi pabrik
terkait potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan dan memiliki
nilai jual

2.5 Batas Wilayah Studi Dan Batas Waktu Kajian


2.5.1. Batas Wilayah Studi
Kaitan antara rencana Pembangunan Industri Pupuk oleh PT Agrotech
Indokreasi dengan lingkungan sekitarnya memungkinkan terjadinya dampak pada
ruang tertentu, selama periode waktu tertentu serta berpengaruh pada komponen
lingkungan tertentu pula. Batas teknis studi Amdal merupakan kumulatif dari
keempat batas studi (Batas Proyek, Batas Ekologis, Batas Sosial, dan Batas
Administratif).
1. Batas Proyek
Batas Proyek ini merupakan ruang dimana seluruh komponen
rencana kegiatan pembangunan industri pupuk akan dilakukan,
termasuk kegiatan pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap,
operasi, dan tahap pasca operasi yang dilakukan oleh pemrakarsa
kegiatan pembangunan. Berdasarkan izin lokasi yang telah diperoleh,
pembanguan industri berada di lahan seluas 25 Ha yang terletak di Desa
Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan rincian
koordinat pada Tabel 2.42.

2. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak
yang diprakirakan timbul dengan adanya rencana pembangunan industri
pupuk PT Agrotech Indokreasi, mengikuti masing-masing media
lingkungan dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut
diprakirakan mengalami perubahan mendasar.
A. Dampak Perubahan Bentang Alam
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa tanah dan lahan.
Batas ekologis dampak ini adalah area industri seluas 25 Ha. Batas
ekologis dampak perubahan bentang alam diperkirakan berada di
beberapa desa sebagai lokasi industri yaitu Desa Ngijo, Desa
Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
B. Dampak peningkatan laju erosi
Dampak ini mengikuti media lingkungan tanah dan lahan. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.
C. Dampak peningkatan kadar debu dan kebisingan
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa aliran udara
ambien. Batas ekologis dampak peningkatan kadar debu ini sangat
dipengaruhi oleh kecepatan angin, batas ekologis dampak ini bisa
mencapai jarak 500 m dari batas terluar dari seluruh area kegiatan
pembangunan industry.
D. Dampak perubahan kuantitas/kualitas air
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa sumber air atau
sungai yang alirannya melewati area pembangunan industri pupuk.
Batas ekologis dari perubahan kualitas air sungai adalah sejauh 500
m.
E. Dampak Perubahan Tutupan Lahan
Dampak perubahan tutupan lahan yang mengancam kepunahan flora
dan fauna mengikuti media tanah dan lahan, dengan batas area
berada diseluruh lokasi kegiatan pembangunan industri pupuk. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.
F. Dampak alih fungsi lahan
Dampak ini mengikuti media lingkungan tanah dan lahan. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.

3. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan pembangunan
industri pupuk yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai
interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu sesuai
dengan proses dan dinamika sosial. Batas ini pada dasarnya adalah ruang
dimana masyarakat terkena dampak lingkungan yang diprakirakan
timbul dari rencana pembangunan industri pupuk PT Agrotech
Indokreasi.
A. Dampak timbulnya keresahan masyarakat
Dampak keresahan masyarakat diprakirakan terjadi pada
pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi pembangunan industri
dan jalan yang ada di Desa Ngijo.
B. Dampak persepsi dan sikap masyrakat
Dampak persepsi dan sikap masyarakat diprakirakan terjadi pada
pemukiman penduduk yang ada di Desa Ngijo.
C. Dampak penurunan pengangguran
Dampak penurunan pengangguran diperkirakan akan terjadi pada
area industri yang berada di Desa Ngijo.
D. Dampak kenyamanan lingkungan
Dampak kenyamanan lingkungan diprakirakan terjadi pada wilayah
permukiman penduduk yang ada di sekitar lokasi pembangunan
industri, yaitu di Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
E. Dampak kepadatan lalu lintas
Dampak kepadatan lalu lintas diprakirakan terjadi pada area
pembangunan industri pupuk.
F. Dampak kegiatan ekonomi lokal
Dampak peningkatan kegiatan ekonomi lokal di perkirakan akan
terjadi pada daerah sekitar lokasi industri, sehingga batas dampak ini
adalah Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
G. Dampak kesehatan masyarakat
Dampak penurunan kesehatan masyarakat di perkirakan akan terjadi
pada area industri pupuk, sehingga batas dampak ini adalah Desa
Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa
Kepuharjo.
H. Dampak pengurangan produktivitas pertanian
Dampak pengurangan produktivitas pertanian diperkirakan terjadi pada
area kegiatan pembangunan industri mengikuti dampak dari alih
fungsi lahan yaitu Desa Ngijo.
I. Dampak kepadatan penduduk
Dampak kepadatan penduduk diperkirakan terjadi pada area sekitar
pembangunan industri yaitu di Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa
Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
J. Dampak alih fungsi lahan
Dampak alih fungsi lahan diperkirakan terjadi pada area kegiatan
pembangunan industri yaitu Desa Ngijo.

4. Batas Administratif
Batas administratif ini merupakan wilayah administrasi yang
mencakup batas proyek, batas ekologis, dan batas sosial. Batas
administrasi ini diperlukan untuk mengarahkan pemrakarsa atau tim
penyusun Amdal untuk dapat melakukan koordinasi pada lembaga
pemerintah tersebut, baik untuk koordinasi administratif, pengumpulan
data rona lingkungan, dan dalam koordinasi lainnya. Batas administratif
studi Amdal kegiatan pembangunan industri pupuk oleh PT Agrotech
Indokreasi ini adalah Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
2.5.2. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi
dampak penting hipotetik. Batas tersebut dilakukan selama keseluruhan rangkaian
kegiatan dalam pembangunan industri pupuk PT Agrotech Indokreasi sampai
dengan selesainya kegiatan pembangunan sampai kegiatan pasca operasi.
Penentuan batas kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk penentuan
perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau
dengan adanya rencana kegiatan. Waktu kajian studi Amdal ini dirancang selama
30 tahun, dengan rincian tahap pra konstruksi selama 1 tahun, tahap pembangunan
kontruksi 4 tahun, dan tahap operasi selama 25 tahun.
BAB III : METODE STUDI

3.1 METODOLOGI PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA SECARA UMUM

Pendekatan studi yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan ini adalah secara
deskriptif dan analitik, dengan melalui tahapan berikut :
1. Melakukan studi lapangan.
2. Mengumpulkan data melalui narasumber/instansi yang terkait.
3. Melakukan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi Pembangunan dan
Pengembangan Industri Pupuk dengan alat bantu kuisioner di wilayah yang
tercakup dalam batas wilayah studi.
4. Penelitian lapangan.
5. Metode evaluasi dengan matrik untuk melakukan identifikasi dampak dan untuk
menyajikan besaran dan derajat kepentingannya.
6. Kajian pustaka.
3.1.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi wilayah studi dan sekitar
wilayah studi yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak, sehingga kondisi
atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi masyarakat yang
kemungkinan terkena dampak dapat terukur/teramati, maka besaran dampak di
wilayah studi dapat diprakirakan. Parameter yang disajikan dalam metode
terbagi menjadi dua jenis yaitu parameter untuk gambaran rona lingkungan dan
parameter yang terkena dampak dan dianggap penting. Parameter untuk
gambaran rona awal lingkungan disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan
pengumpulan data yang didapat. Sedangkan parameter yang dianggap penting
karena terkena dampak maka dilakukan analisis data setelah terkena dampak.
Komponen lingkungan dan parameter harus diamati, diukur dan dicatat beserta
metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut :
A. GEOFISIK – KIMIA
Analisis lingkungan geofisik kimia mencakup komponen lingkungan
perubahan bentang alam, peningkatan kadar debu, dan peningkatan
kebisingan. Metode pengumpulan dan analisis data untuk lingkungan
geofisik kimia adalah :
1. Perubahan Bentang Alam
Metode Pengumpulan Data :
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi
yang lebih menekankan data bentuk lahan dan proses
geomorfologi yang terjadi. Pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan menggunakan metode observasi yaitu dilakukan
pengamatan, pengukuran dan pencatatan beberapa parameter
bentuk lahan meliputi topografi, lereng, material dan proses
geomorfologi yang bekerja serta klimatologi. Data sekunder
konfigurasi permukaan bumi disadap dari peta topografi sebagai
sumber data untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah
penelitian yaitu di Iokasi kegiatan pembangunan Industri Pupuk
di Kabupaten Malang.
Metode Analisis Data:
Data hasil pengamatan dibandingkan dengan kondisi bentang
alam sebelum industri Pupuk dibangun dan kondisi setelah
selesai dibangun. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional.
Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa
Peta Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan
dilakukan untuk memperbaiki atau merevisi peta lereng yang
telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan lereng di
lapangan menggunakan abney level dan kompas geologi.
Apabila belum ada peta lereng, maka akan dibuat peta lereng
dengan data pokok dari Peta Rupa Bumi. Peta Lereng Daerah
Penelitian Peta Kemiringan Lereng dapat dibuat dengan metode
Thornwhite (grid system) dengan menggunakan Peta Rupa Bumi
skala 1 : 50.000.
Metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa
Bumi yaitu dengan cara peta dibagi kedalam beberapa grid.
Masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling banyak
terpotong oleh garis tinggi (kontur) hitung panjang diagonal (L)
dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N). Dapat
dihitung menggunakan rumus:

Dengan demikian diperoleh data kemiringan lereng masing-


masing grid, maka peta lereng dapat disusun berdasarkan nilai
kemiringan lereng. Hasil pemetaan kemudian dicek di lapangan
dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi sampel,
kemudian hasilnya dianalisis untuk mengetahui kelas kemiringan
lereng dan topografi daerah penelitian.

2. PENINGKATAN KADAR DEBU


Parameter yang digunakan untuk analisis peningkatan kadar
debu akibat kegiatan pembersihan dan pengupasan Iahan,
kegiatan pembangunan dan pengangkutan material, serta akibat
kegiatan pengangkutan dan penimbunan tanah penutup adalah
besarnya jumlah kadar debu dalam udara ambien yang terjadi.
Penentuan titik sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan
kecepatan angin yang dihubungkan dengan tapak rencana
kegiatan. Data kadar debu di udara ambien merupakan data
primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan dan akan
diambil dari lokasi rencana kawasan pembangunan Industri
Pupuk
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data peningkatan kadar debu dilakukan
melalui pengambilan sampel kualitas udara, yang digunakan
untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kualitas
lingkungan kadar debu di wilayah studi. Sampel kualitas
lingkungan yang telah diambil selanjutnya akan dilakukan
pengujian dan analisis di laboratorium.
Metode Analisis Data
Baku mutu yang digunakan untuk menganalisis besarnya
perubahan kadar debu adalah baku mutu udara ambien dan emisi
sumber tidak bergerak. Baku mutu udara ambien adalah ukuran
batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau
seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien. Sedangkan baku mutu emisi
sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimum dan/atau
beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambien. Pedoman baku mutu yang
digunakan adalah Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Metode analisis
parameter debu dilihat dalam Tabel 3.2.

3. PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN


Parameter yang digunakan untuk menganalisis peningkatan
kebisingan adalah tingkat kebisingan yang terjadi. Rentang
intensitas suara adalah 0 dB sampai dengan 150 dB dimana
kebisingan normal dalam kehidupan sehari-hari berkisar antara
55 dB sampai 63 dB. Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan
atas pertimbangan jarak antara sumber kebisingan di lokasi tapak
rencana kegiatan terhadap lingkungan kerja atau permukiman
masyarakat yang diperkirakan akan terdampak.
Metode Pengumpulan Data
Kebisingan diukur secara langsung menggunakan alat
Sound Level Meter di Iokasi yang sama dengan lokasi
pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu
tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan.
Metode Analisis Data
Baku mutu yang digunakan untuk menganalisis besarnya tingkat
kebisingan adalah baku mutu tingkat kebisingan sesuai dengan
Kep. Men. LH No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan, dimana hasil perhitungan dikonversi menjadi skala
kualitas lingkungan. Metode evaluasi yaitu dengan cara
menghitung nilai LSM dan dibandingkan dengan nilai baku
tingkat kebisingan yang ditetapkan dengan toleransi + 3 Db (A).

B. HIDROLOGI
1. Debit Air Permukaan/Kuantitas Air

Menentukan debit air permukaan akan digunakan untuk mendeskripsikan


potensi peningkatan terjadinya banjir akibat adanya pembangunan Industri
Pupuk.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data primer adalah dengan
cara perkiraan menggunakan FJ.Mock melalui data iklim dan data panjang
serta Iuasan dimensi sungai. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
pengumpulan referensi terkait dengan studi sebelumnya dengan pengukuran
Iaju air permukaan.
Metode Analisis Data
Analisis data untuk mengetahui perubahan kuantitas air berfungsi untuk
mengetahui potensi ketersediaan air melalui debit air permukaan, serta potensi
peningkatan limpasan permukaan sebagai dampak kegiatan.
Pmaks : Pmin x 100%
Pmaks = debit puncak maksimum, Pmin = debit puncak minimum
2. Pengukuran Kualitas Air
Metode yang digunakan untuk menentukan kualitas air adalah metode
analisis kimia yang bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur yang
berada dalam air sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor KEP.02/MenKLH/1998 tentang Pedoman Penentapan Baku
Mutu Lingkungan.
Metode Pengumpulan Data
Pada data kualitas air tanah yang diambil dari contoh air tanah di wilayah
proyek dengan parameter kualitas air sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 416/MENKES/lX/1990, yaitu air bersih yang digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari dimana kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum apabila masak. Pengambilan sampel air sungai dilakukan
pada tiga titik sampel yaitu di titik sebelum lokasi proyek, di lokasi proyek dan
setelah lokasi proyek. Sampel air bersih di ambil sebanyak satu titik yaitu air
bersih yang digunakan penduduk di sekitar rencana lokasi pembangunan.
Metode Analisis Data
Sampel yang berhasil diambil kemudian diuji di laboratorium agar dapat
diketahui kandungan zat pada air, kemudian dianalisis dengan membandingkan
standard baku mutu perairan sehingga diketahui tingkat pencemaran perairan
tersebut.
Tabel 3. 6 Parameter Kualitas Air (Air bersih dan badan air) yang akan
Diteliti serta Metode Analisis/Pengukuran yang Digunakan
C. LAHAN
1. PENURUNAN PRODUKSI PERTANIAN
Metode Pengumpulan Data
Data yang didapatkan merupakan data sekunder yang melingkupi data luas
Iahan produktif khususnya sektor pertanian, data jumlah produktivitas
komoditas pertanian setiap tahun (dari data tahun terakhir).
Metode Analisis Data
Analisis data digunakan untuk mengetahui berapa persen penurunanan
produksi pertanian akibat pembebasan Iahan atau alih fungsi Iahan
sebagai dampak adanya kegiatan pembangunan. Hal ini terkait dengan
perubahan daya dukung lingkungan wilayah tersebut. Formula yang
digunakan untuk mengetahu perubahan (penurunanan) produksi
pertanian adalah sebagai berikut : Metode Prakiraan Dampak Penting :

D. PENURUNAN KUALITAS UDARA


Metode Penqumpulan Data
Data diambil dan dikumpulkan melalui pengambilan sampel kualitas
udara dan kemudian diperoleh informasi mengenai kualitas lingkungan kadar
debu di wilayah studi. Sampel kualitas lingkungan yang telah diambil
selanjutnya akan dilakukan pengujian dan analisis di laboratorium. Sampel
udara diuji dengan bekerjasama dengan lembaga yang telah memiliki
akreditasi. Lokasi pengambilan sampel berada sebelum, di wilayah studi dan
setelah lokasi wilayah studi yang diperkirakan terkena dampak dan terjadi
perubahan.
Metode Analisis Data
Baku mutu yang menjadi dasar pengukuran udara adalah Peraturan
Pemerintah No.56 Tahun 1996. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas
atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau seharusnya ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Sedangkan baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar
maksimum dan/atau beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau
dimasukkan ke dalam udara ambien. Sampel udara yang telah diambil akan
diuji ke laboratorium untuk diketahui jenis kandungan yang ada diudara dan
kemudian dibandingkan dengan standar baku mutu.
3.2 METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.2.1. Metode Identifikasi Dampak


Mengidentifikasi dampak lingkungan pada proyek ini menggunakan bagan
alir (flow chart) dengan bantuan matriks interaksi. Metode ini mampu
menggambarkan hubungan timbal balik yang terjadi di lapangan hasil dari
tindakan sebab akibat dampak kegiatan proyek terhadap komponen
lingkungan.
Kegunaan dari metode ini adalah :
a. Dapat menggambarkan hubungan sebab akibat dari kegiatan proyek.
b. Mempermudah dalam melihat permasalahan secara menye!uruh.
c. Metode tersebut selain dapat berfungsi untuk identifikasi dampak juga
dapat
berfungsi sebagai metode evaluasi dampak.
d. Dapat terlihat adanya dampak-dampak yang berarti serta memperoleh
pikiranpikiran untuk rencana pengelolaan dan pemantauan berdasarkan
skala
prioritasnya.
e. Mempermudah dalam melihat terjadinya dampak negatif dan dampak
positif.

3.2.2. Metode Prakiraan Dampak Penting


3.2.2.1. Prakiraan Besaran Dampak
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan besaran
dampak adalah sebagai berikut :

Hasil analisis terhadap parameter komponen lingkungan terkena dampak


selanjutnya dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan untuk
mempermudah dalam memprakirakan besaran dampak yang terjadi.
Dalam pengkonversian ke skala kualitas lingkungan diperlukan kehati-
hatian penyusun untuk mengurangi subyektifitas dari tim penyusun.
Prinsip dasar dalam dalam prakiraan besarnya dampak dengan
menggunakan pendekatan "Dengan dan Tanpa Proyek". Sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memprakirakan besaran


dampak dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3. 11 Metode Prakiraan Besaraan Dampak
Hasil analisis terhadap parameter komponen lingkungan terkena
dampak selanjutnya dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan
untuk mempermudah dalam memprakirakan besaran dampak yang
terjadi. Prakiraan besar dampak terhadap aspek lingkungan dalam studi
ini akan diuraikan secara berturut-turut sesuai dengan tahapan proyek
yang meliputi, tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, dan tahap operasi.
Pemberian nilai pada besaran dampak diberi skala 1-5 dengan rincian
berikut :
1 = kecil
2 = sedang
3 = cukup besar
4 = besar
5 = sangat besar

3.2.2.2. Prakiraan Kepentingan Dampak


Untuk menentukan sifat pentingnya dampak maka digunakan kriteria
penting atau tidak pentingnya dampak. Batasan kriteria menurut ULJ No.
32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Pasal 22 (2) adalah:
a. Besamya Jumlah Penduduk Yang Akan Terkena Dampak Rencana
Usaha Dan/Atau Kegiatan
Dampak lingkungan rencana usaha dan/atau kegiatan yang penentuannya
didasarkan pada sendi-sendi kehidupan pada masyarakat dan jumlah
manusia di wilayah studi yang terkena dampak menjadi penting bilamana
"manusia di wilayah studi yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak
menikmati manfaat dari rencana usaha dan/atau kegiatan, jumlahnya
sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang menikmati manfaat dari
rencana usaha dan/atau kegiatan di wilayah studi".
b. Luas wilayah penyebaran dampak
Dampak lingkungan dari rencana usaha dan/atau kegiatan bersifat
penting bilamana "rencana usaha dan/atau kegiatan mengakibatkan
adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas
dampak, atau tidak berbalik dampak atau segi kumulatif dampak.
c. Lama dan intensitas dampak berlangsung
Dampak kegiatan dapat berlangsung lama atau dalam waktu singkat pada
setiap tahap pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Atas
dasar pengertian ini maka dampak lingkungan bersifat penting apabila
"rencana usaha dan/atau kegiatan mengakibatkan timbulnya perubahan
mendasar dari segi lamanya dan intensitas dampak".

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup Iain yang akan terkena dampak


Dikarenakan dampak terhadap komponen lingkungan akan berdampak lanjut
terhadap komponen lingkungan Iainnya, sehingga atas pengertian ini
dampak tergolong penting bila "rencana usaha dan/atau kegiatan
menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan Iainnya yang
jumlah komponennya lebih atau sama dengan komponen yang terkena
dampak primer".

e. Sifat kumulatif dampak


Dampak suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tergolong berdampak
penting bilamana:
 Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus
sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi Oleh
lingkungan alam atau sosial yang menerimanya.
 Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu
sehingga tidak dapat diasimilasi Oleh lingkungan alam atau sosial
yang menerimanya.
 Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan
efek yang saling memperkuat (sinergis).

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak bersifat penting bilamana "perubahan yang akan dialami Oleh


suatu komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun
dengan intervensi manusia".

g. Kriteria Iain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Dampak bersifat penting bilamana:
 Ilmu pengetahuan dan teknologi/rekayasa sangat sulit diperoleh,
dipelajari dan diterapkan.
 Teknologi yang sulit diterapkan dan tidak didukung teori ilmu
pengetahuan dinilai penting.

3.3 METODE EVALUASI DAMPAK PENTING

3.3.1. Metode Evaluasi Secara Holistik Terhadap Dampak Lingkungan


Evaluasi secara holistik dapat berupa pengkajian secara totalitas dengan
beragam dampak pada setiap komponen lingkungan hidup dengan usaha atau
kegiatan penyebab dampak. Evaluasi ini merupakan evaluasi terhadap dampak
penting hipotetik (DPH) baik bersifat penting maupun tidak penting, pada
kejadian ruang dan waktu yang sama. Pengkajian terhadap dampak penting
hipotetik (DPH) bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan interaksi seluruh
dampak penting hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak
secara total terhadap kegiatan.
Metode yang digunakan dalam evaluasi ini dengan menggunakan matiks
interaksi antara dampak penting hipotetik (DPH) dengan ruang dan waktu
terjadinya dampak. Pada keseluruhan dampak penting hipotetik (DPH) baik
bersifat penting maupun tidak penting dari hasil perkiraan dampak yang akan
diperkirakan ruang dan waktu terjadinya dampak. Setiap identifikasi ini,
menghasilkan dampak penting hipotetik (DPH) yang memiliki ruang dan waktu
sama ataupun tidak sama pada kegiatan tersebut.

3.3.2. Pengkajian Keterkaitan dan Interaksi Serta Karakteristiknya


Kajian dalam keterkaitan dampak penting hipotetik (DPH) memberikan
cara alternatif dalam komponen rencana usaha ataupun kegiatan, yang dapat
diuraikan dan diberikan rekomendasi pilihan terbaik. Pemberian rekomendasi
dapat dilakukan melalui hasil pengkajian berupa keterkaitan dan interaksi
dampak penting hipotetik (DPH) yang mencakup informasi sebagai berikut :

a. Keterkaiatan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH) beserta


karakteristiknya, seperti frekuensi, durasi dan intensitas dampak yang
akhirnya digunakan untuk menentukan sifat penting dan besaran dari
setiap dampak yang telah disesuaikan pada ruang dan waktu yang sama.
b. Setiap komponen rencana usaha ataupun kegitan yang banyak menimbulkan
dampak lingkungan.
c. Area yang harus diperhatikan (area of concerns) beserta luasannya (lokal,
regional, nasional, maupun internasional lintas batas negara), contohnya
seperti :
1. Area yang terkena paparan langsung dari beberapa dampak serta
pemukiman masyarakat;
2. Area yang rentan bencana terkena berbagai dampak lingkungan;
dan/atau
3. Kombinasi dari area yang dimaksud pada huruf a dan b atau lainnya.

3.3.3. Pengkajian Terhadap Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Setiap hasil pengkajian keterkaitan dan interaksi dampak penting
hipotetik (DPH), dilakukan pemeriksaan atas berbagai opsi pengelolaan
dampak lingkungan yang dilakukan, ditinjau dari ketersediaan dan kemampuan
pemrakarsa untuk melakukan opsi pengelolaan terbaik dan kesinambungan
opsi pengelolaan yang tersedia dengan kondisi lokal. Pemeriksaan ini dapat
dirumuskan tujuan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang
menjadi dasar bagi penyusunan RKL-RPL lebih detail dan operasional.
Dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara kegiatan proyek
dengan setiap komponen lingkungan hidup, dalam pengkajian tersebut dasar
pengelolaan perlu penjelasan yang jelas, terutama dalam menyangkut antara
lain; ciri-ciri dampak penting; sifat dampak (positif maupun negative); waktu
ambang batas; kelompok masyarakat terkena dampak; luas daerah sebaran
dampak, dan lain-lain.
3.3.3.1. Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dokumen RKL dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
pengelolaan lingkungan untuk meminimalkan dampak negatif
penting dan mengembangkan dampak positif yang diperkirakan
dapat timbul, sehingga rencana usaha ataupun kegiatan tersebut
dapat berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
dalam suatu dokumen RKL dapat memuat informasi dan
ketentuan mengenai pengelolaan lingkungan yang meliputi :
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
2. Tolok ukur dampak
3. Tujuan rencana pengelolaan lingkungan hidup
4. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup.
5. Lokasi pengelolaan lingkungan
6. Periode pengelolaan lingkungan
3.3.3.2. Arahan Pemantauan Lingkungan
Dokumen RPL dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pemantauan lingkungan terhadap kegiatan
pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan oleh pemrakarsa.
Dalam memenuhi tujuan, maka dalam dokumen RPL memuat
infromasi dan ketentuan mengenai pemantauan lingkungan yang
akan dilakukan yaitu :
1. Dampak penting yang dipantau
2. Sumber dampak
3. Parameter lingkungan yang dipantau
4. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
5. Metode pemantauan lingkungan hidup
6. Institusi pemantauan lingkungan hidup

3.3.3.3. Lingkup Pekerjaan Dalam Rangka Mencapai Sasaran RPL


Dalam upaya mencapai sasaran dan penjelasan RPL, maka
dalam pelaksanaan Studi AMDAL harus mencakup hal-hal
sebagai berikut :
a. Mempelajari lingkup RPL dan memprioritaskan dampak
penting yang harus ditangani sebagaimana yang ditetapkan
dalam RKL
b. Mengkonsentrasikan pemantauan pada variabel atau
parameter lingkungan sebagaimana yang digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan RPL
c. Menyebutkan tujuan pemantauan lingkungan secara jelas dan
terukur
d. Memilih dan menetapkan metode pemantauan yang paling
praktis dan mudah dilaksanakan dengan tidak mengabaikan
persyaratan teknis yang berlaku
e. Melengkapi peta petunjuk lokasi pemantauan dengan skala
yang memadai
f. Menetapkan periode pelaksanaan RPL sesuai dengan
kebutuhan
g. Merumuskan dan menetapkan instansi pelaksana RPL dengan
mempertimbangkan hal-hal yang dilakukan pada perumusan
institusi RKL
h. Mencantumkan komponen biaya dalam dokumen RPL
sehingga pemrakarsa dapat menyusun dan mengajukan
anggaran yang diperlukan
i. Membahas dengan pemrakarsa dan instansi terkait lainnya
untuk meyakinkan bahwa RPL dapat dilaksanakan
j. Menyelenggarakan Konsultansi Publik dalam rangka
mengetahui apresiasi dan aspirasi masyarakat.

3.4 METODE PENENTUAN KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Metode yang digunakan untuk penentuan kelayakan lingkungan hidup adalah


dengan menentukan seluruh kegiatan pembangunan Industri Pupuk tidak menyimpang
dari ketentuan peraturan serta perijinan pembangunan. Pertimbangan kriteria penentuan
kelayakan lingkungan hidup sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun
2012 adalah sebagai berikut :

a. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.


b. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta
sumberdaya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
c. Kepentingan pertahanan keamanan.
d. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek
biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang dan kesehatan masyarakat
pada tahap prakontruksi, kontruksi, operasi dan pasca operasi Usaha dan/atau
Kegiatan.
e. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui
pertimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
f. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggungjawab dalam
menanggulangi dampak penting negative yang akan ditimbulkan dari Usaha
dan/atau Kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial dan
kelembagaan.
g. Rencana usaha dan/atau Kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat (emic view).
h. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan :
1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance);
i. Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan atau
kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Malang. 2017. Perekonomian Kabupaten
Malang Tahun 2013-2017.
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika. Karangploso. 2018.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Karangploso Malang Angka 2017.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Karangploso Malang Angka 2018.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Karangploso Malang Angka 2019.
Badan Pusat Statistik. 2018. Topografi Kabupaten Malang Angka 2018.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang. 2018. Data Kebutuhan Air bersih dan
Ketersediaan Air Bersih Angka 2017.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang. 2018. Data Sungai Di Kabupaten Malang.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang. 2018. Data Panjang Jalan Menurut
Kondisi Permukaan Jalan Angak 2018.
Malangtimes. 2018. BP2D Jalani Tahapan Rekrutmen Tenaga Bantu Non-ASN. Diakses maret
2018.
Puskesmas Kecamatan Karangploso. 2019. Fasilitas Kesehatan Kecamatan Karangploso 2019.
Puskesmas Kecamatan Karangploso. 2019. Jumlah Tenaga Kerja Puskesmas Kecamatan
Karangploso 2019.

Puskesmas Kecamatan Karangploso. 2019. Persentase 12 Penyakit Terbanyak di Puskesmas


Karangploso 2019.

Anda mungkin juga menyukai