PENYUSUNAN KA ANDAL
“PT AGROTECH INDOKREASI”
Oleh
Muhammad Yusuf Alfein
4411418048
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
DAFTAR ISI
Kegiatan yang wajib AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan hidup (UKL-UPL) dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan kegiatan. AMDAL
dianggap memiliki kemampuan untuk melakukan prediksi dan identifikasi terhadap
kemungkinan timbulnya dampak lingkungan, atas dasar pemikiran tersebut analisis
masalah hukum tentang AMDAL pertama-tama akan membantu memberikan uraian terkait
perundang-undangan dan pelaksanaan AMDAL dengan Undang-undang atau ketentuan
hukum untuk memperoleh persamaan persepsi atas hukum yang mengatur pelaksanaan
AMDAL dilihat dari penyusunan, penilaian dan pengambilan keputusan.
Kewajiban membuat analisis mengenai dampak lingkungan dapat kita lihat pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 yaitu kriteria usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan Membuat
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Mengenai masalah analisis mengenai
dampak lingkungan adalah menyangkut masalah orang banyak, maka peranan pihak yang
berkepentingan yaitu pemrakarsa, aparatur pemerintah, dan masyarakat sangat penting
Manfaat Pembangunan
1. Bagi Pemerintah
2. Bagi Pemrakarsa
3. Bagi Masyarakat
Tersedianya lapangan pekerjaan yang berpeluang untuk dapat menurunkan jumlah
pengangguran
Terbukanya peluang kesempatan usaha kepada masyarakat sekitar kegiatan
pembangunan pabrik pupuk
Bertambahnya jumlah penyuplai pupuk di Kabupaten Malang sehingga tidak perlu
pasokan dari luar kota
6. Pelapisan
Pelapisan diperlukan terutama pada formulasi yang menggunakan
urea, karena sifat higroskopis bahan baku yang dapat mempercepat
proses caking, terutama jika terdapat variasi temperatur udara dan
kadar air. Coating agent terbuat dari silica powder dan coating oil,
spesifik sesuai keinginan. Coating oil dan padatan diumpankan ke
dalam coater drum
Coating oil disimpan di dalam tangki coating oil, diisikan langsung
dari truk atau barrel dengan pompa portabel. Untuk menambah
sifat anticaking, salah satu coating agent ditambahkan senyawa
teraminasi sehingga dapat memberikan daya tahan ekstra terhadap
penyerapan air. Produk keluaran coater dimasukkan ke final belt
conveyor yang akan mengirim produk ke gudang penyimpanan
akhir
a) Klimatologi
Kabupaten Malang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan dan dikategorikan sebagai kabupaten yang beriklim tropis. Musim
penghujan pada Kabupaten Malang cenderung sedikit lebih panjang
dibandingkan dengan musim kemarau karena dipengaruhi oleh topografi
wilayah seperti kecepatan angin dan karakteristik daerah masing-masing.
Data Klimatologi diambil dari Dinas Pekerjaan Umum bidang Pengairan
Kabupaten Malang dan Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Karangploso
karena sesuai dengan lokasi Pembangunan Industri Pupuk. Ketersediaan data
Curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari data curah hujan Tahun 2009-2018 tersebut dilokasi studi
mengalami hujan sepanjang tahun kecuali dibulan September. Curah hujan
terendah terjadi pada Bulan Agustus, dimana curah hujan rata-rata 1 mm/hari,
sedangkan curah hujan rata-rata tertinggi berada pada bulan Desember
dengan curah hujan rata-rata mencapai 646,4 mm/hari. Berdasarkan data
tahun 2009 tercatat rata-rata curah hujan paling rendah sebesar 0 mm/hari
sedangkan curah hujan paling tinggi sebesar 516 mm, sedangkan pada tahun
2017 dari data tercatat bahwa rata-rata curah hujan terendah yaitu 61,1
mm/tahun. Data hari hujan menunjukkan bahwa pada tahun 2018 pada bulan
Desember tercatat hari hujan tertinggi yaitu 25 Hari dan hari terendah terjadi
pada bulan September yaitu tanpa ada hari hujan. Berdasarkan Smith-
Ferguson titik iklim Kabupaten Malang memiliki 7 bulan basah dan 2 bulan
kering dengan indeks 0,287 termasuk tipa B (basah) dan menurut Oldeman
memiliki 3 bulan basah dan 5 bulan kering termasuk tipe D3.
b) Hidrologi
Kabupaten Malang yang merupakan daerah dataran tinggi memiliki
drainase yang baik yakni tidak pernah tergenang air, kecuali pada dataran-
dataran yang kemampuan saluran drainasenya bermasalah. Drainase tanah
menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh terhadap kandungan air dan
menunjukkan kecepatan resapan air dari permukaan tanah. Di wilayah ini
terdapat genangan air berupa waduk Karangkates dan Selorejo yang
menjadi muara drainase dari berbagai wilayah. Wilayah Kabupaten
Malang diidentifikasi terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1 (satu)
pegunungan. Keberadaan gunung dan pegunungan tersebut, menjadikan
Kabupaten Malang memiliki potensi kehutanan yang luas dan sumber-
sumber mata air yang dimanfaatkan untuk kepentingan konsumsi, irigasi
pertanian dan industri. Limpahan air dari sumber mata air mengalir
melalui sungai-sungai besar maupun kecil. Tercatat, di Kabupaten Malang
mengalir 5 (lima) sungai besar dan 68 sungai kecil. Sungai besar antara
lain 1) Sungai Brantas, 2) Sungai Lesti, 3) Sungai Amprong, 4) Sungai
Konto, dan 5) Sungai Metro. Diantara sungai-sungai besar tersebut,
Sungai Brantas adalah sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Timur.
Daerah studi merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah DAS
Brantas dan DAS Konto. Keadaan debit air di DAS tersebut dipengaruhi
oleh curah hujan, sehingga pada umumnya ketika musim kemarau tiba
debit sungai tidak begitu besar. Secara umum berdasarkan data yang ada
di Kabupaten Malang terdapat 588 mata air dengan debit 1 sampai di atas
200 liter/detik, debit tertinggi terdapat di Wendit Kecamatan Pakis (1.100
liter/detik). Sedangkan kecamatan yang memiliki debit air lebih dari 200
liter/detik adalah mata air yang berada di Tumpang, Pakis, Singosari,
Gondanglegi, Sumberpucung, Ngajum, Wagir, Ampelgading dan Dampit.
c) Geologi
Ditinjau dari keadaan geologinya, sebagian besar wilayah
Kabupaten Malang terbentuk dari hasil gunung api kwarter muda yang
meliputi areal seluas 44,25% atau 148.152,52 ha dari seluruh luas
Kabupaten Malang, sedangkan sebagian kecil merupakan miosen facies
batu gamping dengan luas 90.884,00 ha atau 27,15% dari luas Kabupaten
Malang seluruhnya. Jenis tanah di Kabupaten Malang terdiri dari jenis
tanah alluvial, regosol, brown forest, andosol, latosol, mediteran dan
litosol. Jenis tanah ini tidak seluruhnya tersebar di Kecamatan-kecamatan
yang ada di Kabupaten Malang.
d) Topografi
Topografi Kabupaten Malang sangat beragam, mulai dari pesisir,
dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, gunung api yang aktif maupun
tidak aktif, dan sungai. Kawasan pesisir pantai terletak di wilayah selatan
Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Samudera
Indonesia, membentang mulai dari Kecamatan Donomulyo, Bantur,
Gedangan, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, sampai Ampelgading.
Wilayah dengan kontur datar terletak sebagian besar di Kecamatan
Bululawang, Gondanglegi, Tajinan, Turen, Kepanjen, Pagelaran, Pakisaji,
sebagian Kecamatan Singosari, Lawang, Karangploso, Dau, Pakis,
Dampit, Sumberpucung, Kromengan, Pagak, Kalipare, Donomulyo,
Bantur, Ngajum, Gedangan. Wilayah dengan kontur bergelombang
terletak di wilayah Sumbermanjing Wetan, Wagir dan Wonosari. Kawasan
dengan kontur perbukitan yang terjal sebagian besar di Kecamatan Pujon,
Ngantang, Kasembon, Poncokusumo, Jabung, Wajak, Ampelgading dan
Tirtoyudo. Kondisi topografis dataran tinggi yang dikelilingi beberapa
gunung dan dataran rendah atau lembah berada pada ketinggian 250 – 500
meter dari permukaan laut (dpl) terletak di bagian tengah wilayah
Kabupaten Malang. Daerah dataran tinggi terbagi pada beberapa wilayah
meliputi, daerah perbukitan kapur (Gunung Kendeng) di bagian Selatan
pada ketinggian sampai dengan 650 meter dpl, daerah lereng Tengger
Semeru di bagian Timur membujur dari utara ke selatan pada ketinggian
500 – 3.600 meter dpl dan daerah lereng Kawi Arjuno dibagian Barat
dengan ketinggian 500 – 3.300 meter dpl. Wilayah Kabupaten Malang
diidentifikasi terdapat 9 (sembilan) gunung dan 1 (satu) pegunungan,
Keberadaan gunung dan pegunungan tersebut, menjadikan Kabupaten
Malang memiliki potensi kehutanan yang luas dan sumber-sumber mata
air yang dimanfaatkan untuk kepentingan konsumsi, irigasi pertanian dan
industri.
Flora Darat
Fauna
A. Sosial
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Karangploso terdiri dari 9 Desa dengan total luas wilayah
sebesar 58,74 km². Lokasi pembangunan PT. Petrokimia akan
dilaksanakan diantara Desa Ngijo. Luas wilayah Desa Ngijo (desa
dilokasi kegiatan terdekat dari lokasi) yang diprakirakan akan terkena
dampak secara langsung adalah 2,20 km², dengan jumlah penduduk
17202 jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Karangploso tahun di 2018
adalah sebesar 81.985 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk rata-
rata sebesar 154 jiwa/ km². Demografi Kecamtan Karangploso dapat
dilihat berdasarkan tabel berikut :
3.2.Air
Pelanggan air bersih di Kabupaten Malang sebanyak 28.545
pelanggan. Sedangkan jumlah air minum yang disalurkan sebesar
6.611.377 m³ dengan nilai Rp 19.558.811 milyar.
C. Budaya
1. Interasksi Sosial
Proses social adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat
yang disebabkan berbagai faktor, antara lain pengaruh kultural,
kegiatan ekonomi dan integritas antara penduduk asli dengan
penduduk pendatang. Dalam studi ini dikaji proses asosiatif
(kerjasama), interaksi sosial, akulturasi dan konflik. Perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat menggambarkan kedinamisan suatu
masyarakat.
Perubahan sosial yang cukup penting dalam kaitan ini adalah
menyangkut pandangan masyarakat terhadap pembangunan dan
peranan mereka dalam proses pembangunan tersebut. Sikap kritis
masyarakat terhadap kegiatan pembangunan dianggap berdampak
negative terhadap aktivitas sehari- hari sehingga perlunya solusi
dalam mengatasi permasalahan tersebut.
2. Pranata
Lembaga sosial yang ada diwilayah studi khususnya terdiri
dari lembaga keagamaan, lembaga pendidikan dan lembaga sosial.
Lembaga tersebut terbentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Melalui lembaga ini, telah terbentuk sistem tingkah laku, sistem
sosial dan akhirnya terjadi berbagai perubahan dalam tatanan
kehidupan, baik yang bersifat individual maupun dalam tatanan
masyarakat. Kelembagaan yang berkembang dalam masyarakat
dapat meliputi kelembagaan formal dan non formal. Lembaga formal
berupa aparat desa dan BPD ( Badan Perwakilan Desa), sedangkan
lembaga non formal berupa lembaga keagamaan (Islam, Kristen,
Hindu dan Budha) .
Berbagai permasalahan yang muncul sehubungan dengan
aktifitas proyek atau persengketaan lahan yang terjadi memerlukan
peranan lembaga formal dan non formal, sedangkan pendekatan
sosial budaya dan keagamaan sangat mengacu pada peranan lembaga
non formal. Oleh karena itu, kerjasama dan koordinasi serta
komunikasi timbal balik yang harmonis antara kelembagaan
masyarakat tersebut sangat penting bagi pemecahan masalah sosial
kemasyarakatan.
A. Fasilitas Kesehatan
Pelayanan publik yang dilakukan pemerintah salah satunya adalah
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat harus didukung
dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kerja kesehatan yang
memadai, baik dari segi jumtah maupun distribusinya. jumlah fasilitas
kesehatan tiap-tiap Puskesmas Karangploso secara terperinci dapat dilihat
pada Tabel 2.29 di bawah ini.
B. Tenaga Kesehatan
Jurnlah tenaga kesehatan yang tersedia sangat berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan yang dilakukan lerhadap masyarakat. Dokter yang
merupakan tenaga medis yang paling utama dalam pelayanan kesehatan
mutlak harus ada. Data yang ada pada tahun 2019, menunjukan bahwa di
wilayah Kecamatan Karangploso terdapat 40 tenaga kesehatan. Berikut ini
merupakan Tabel 2.30 tenaga kesehatan di Puskesmas Karangploso di
bawah ini.
C. Masalah Kesehatan
Status kesehatan masyarakat dapat digambarkan dari dua belas (12) penyakit
Terbanyak yang tercatat di Puskesmas Karangploso selama tahun 2018,
penyakit yang selalu ada dan banyak diderita warga Kecamatan Karangploso
adalah penyakit Diare. Data penyakit terbanyak di Kecamatan
Tambakboyodapat dilihat pada Tabel 2.31.
2. Sosialisasi ke Masyarakat
Setelah melakukan survei dan investigasi dilanjutkan dengan pelaksanaan
sosialisasi yang mengundang tokoh masyarakat setempat, pimpinan daerah
setempat serta pihak berwenang lainnya. Pihat tersebut akan dikumpulkan dan
diberikan informasi mengenai detail rencana pembangunan industri pupuk.
Masyarakat dapat berperan langsung dalam pembangunan industri pupuk seperti
menjadi tenaga kerja, divisi keamanan dan lainnya serta berperan tak langsung
dengan memberikan saran dan tanggapan mengenai industri pupuk. Jika proses
sosialisasi tidak terlaksana dengan baik makan akan menimbulkan perubahan
persepsi dan menimbulkan keresahan masyarakat.
3. Pengadaan Tanah
Lahan yang direncakan untuk pembangunan Agroindustri Pupuk PT.
Petrokima Malang awalnya berupa sawah dan tegalan. Dengan adanya rencana
pembangunan, menyebabkan adanya proses pembebasan lahan yang membuat
lahan tersebut berubah menjadi area industri sehingga menyebabkan alih fungsi
lahan seluas 25 Ha. Dengan adanya alih fungsi lahan dapat menimbulkan
pengurangan produksi pertanian disebabkan lahan pertanian semakin berkurang
dan kemungkinan besar masyarakat beralih profesi karena tidak memiliki lahan
pertanian yang akan digarap. Selain itu juga akan berdampak terhadap perubahan
ekosistem di lahan yang berupa sawah dan tegalan yang semula menjadi habitat
asli bagi hewan endemik seperti ular, tikus, dan burung. Hal ini menyebabkan
rusaknya rantai makanan di sawah dan tegalan.
B. TAHAP KONSTRUKSI
2. Aktivitas Basecamp
Aktivitas basecamp sebagai tempat kerja dan tempat tinggal tenaga kerja
pada tahap konstruksi akan berdampak terhadap lingkungan, hal ini dikarenakan:
1. Bangunan basecamp yang dıgunakan sebagaı bangunan untuk ternpat
tingggal dan aktivitas pekerja seperti kantor, gudang, penginapan pekerja
dan perbengkelan alat berat dapat merubah kesan kehijauan
pemandangan, sehingga mengakibatkan kenyamanan lingkungan dapat
terganggu di sekitar lokasi tapak proyek. Setelah selesainya kegiatan
konstruksi, bangunan ini akan dibongkar atau dihilangkan dan akan
digunakan kembali sesuai peruntukannya.
2. Munculnya limbah domestik dari aktivitas basecamp dengan jurnlah
tenaga kerja 350 orang dan perbengkelan yang dapat mencemari
lingkungan. Aktivitas basecamp dapat menimbulkan keresahan
masyarakat, perubahan persepsi dan sikap masyarakat. Oleh sebab itu,
diperlukan strategi penanganan dampak negatif dari aktivitas basecamp
dengan menyediakan sarana pengolahan limbah sementara yang dapat
mengurangi pencemaran lingkungan di sekitar wilayah proyek
1. Sosialisasi
2. Batas Ekologis
Batas ekologis merupakan ruang terjadinya sebaran dampak-dampak
yang diprakirakan timbul dengan adanya rencana pembangunan industri
pupuk PT Agrotech Indokreasi, mengikuti masing-masing media
lingkungan dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang tersebut
diprakirakan mengalami perubahan mendasar.
A. Dampak Perubahan Bentang Alam
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa tanah dan lahan.
Batas ekologis dampak ini adalah area industri seluas 25 Ha. Batas
ekologis dampak perubahan bentang alam diperkirakan berada di
beberapa desa sebagai lokasi industri yaitu Desa Ngijo, Desa
Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
B. Dampak peningkatan laju erosi
Dampak ini mengikuti media lingkungan tanah dan lahan. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.
C. Dampak peningkatan kadar debu dan kebisingan
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa aliran udara
ambien. Batas ekologis dampak peningkatan kadar debu ini sangat
dipengaruhi oleh kecepatan angin, batas ekologis dampak ini bisa
mencapai jarak 500 m dari batas terluar dari seluruh area kegiatan
pembangunan industry.
D. Dampak perubahan kuantitas/kualitas air
Dampak ini mengikuti media lingkungan berupa sumber air atau
sungai yang alirannya melewati area pembangunan industri pupuk.
Batas ekologis dari perubahan kualitas air sungai adalah sejauh 500
m.
E. Dampak Perubahan Tutupan Lahan
Dampak perubahan tutupan lahan yang mengancam kepunahan flora
dan fauna mengikuti media tanah dan lahan, dengan batas area
berada diseluruh lokasi kegiatan pembangunan industri pupuk. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.
F. Dampak alih fungsi lahan
Dampak ini mengikuti media lingkungan tanah dan lahan. Batas
ekologis dampak ini adalah Desa Ngijo.
3. Batas Sosial
Batas sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan pembangunan
industri pupuk yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai
interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu sesuai
dengan proses dan dinamika sosial. Batas ini pada dasarnya adalah ruang
dimana masyarakat terkena dampak lingkungan yang diprakirakan
timbul dari rencana pembangunan industri pupuk PT Agrotech
Indokreasi.
A. Dampak timbulnya keresahan masyarakat
Dampak keresahan masyarakat diprakirakan terjadi pada
pemukiman penduduk terdekat dengan lokasi pembangunan industri
dan jalan yang ada di Desa Ngijo.
B. Dampak persepsi dan sikap masyrakat
Dampak persepsi dan sikap masyarakat diprakirakan terjadi pada
pemukiman penduduk yang ada di Desa Ngijo.
C. Dampak penurunan pengangguran
Dampak penurunan pengangguran diperkirakan akan terjadi pada
area industri yang berada di Desa Ngijo.
D. Dampak kenyamanan lingkungan
Dampak kenyamanan lingkungan diprakirakan terjadi pada wilayah
permukiman penduduk yang ada di sekitar lokasi pembangunan
industri, yaitu di Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
E. Dampak kepadatan lalu lintas
Dampak kepadatan lalu lintas diprakirakan terjadi pada area
pembangunan industri pupuk.
F. Dampak kegiatan ekonomi lokal
Dampak peningkatan kegiatan ekonomi lokal di perkirakan akan
terjadi pada daerah sekitar lokasi industri, sehingga batas dampak ini
adalah Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
G. Dampak kesehatan masyarakat
Dampak penurunan kesehatan masyarakat di perkirakan akan terjadi
pada area industri pupuk, sehingga batas dampak ini adalah Desa
Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa
Kepuharjo.
H. Dampak pengurangan produktivitas pertanian
Dampak pengurangan produktivitas pertanian diperkirakan terjadi pada
area kegiatan pembangunan industri mengikuti dampak dari alih
fungsi lahan yaitu Desa Ngijo.
I. Dampak kepadatan penduduk
Dampak kepadatan penduduk diperkirakan terjadi pada area sekitar
pembangunan industri yaitu di Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa
Girimoyo, Desa Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
J. Dampak alih fungsi lahan
Dampak alih fungsi lahan diperkirakan terjadi pada area kegiatan
pembangunan industri yaitu Desa Ngijo.
4. Batas Administratif
Batas administratif ini merupakan wilayah administrasi yang
mencakup batas proyek, batas ekologis, dan batas sosial. Batas
administrasi ini diperlukan untuk mengarahkan pemrakarsa atau tim
penyusun Amdal untuk dapat melakukan koordinasi pada lembaga
pemerintah tersebut, baik untuk koordinasi administratif, pengumpulan
data rona lingkungan, dan dalam koordinasi lainnya. Batas administratif
studi Amdal kegiatan pembangunan industri pupuk oleh PT Agrotech
Indokreasi ini adalah Desa Ngijo, Desa Ngenep, Desa Girimoyo, Desa
Ampeldento, dan Desa Kepuharjo.
2.5.2. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian akan digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi
dampak penting hipotetik. Batas tersebut dilakukan selama keseluruhan rangkaian
kegiatan dalam pembangunan industri pupuk PT Agrotech Indokreasi sampai
dengan selesainya kegiatan pembangunan sampai kegiatan pasca operasi.
Penentuan batas kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk penentuan
perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau
dengan adanya rencana kegiatan. Waktu kajian studi Amdal ini dirancang selama
30 tahun, dengan rincian tahap pra konstruksi selama 1 tahun, tahap pembangunan
kontruksi 4 tahun, dan tahap operasi selama 25 tahun.
BAB III : METODE STUDI
Pendekatan studi yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan ini adalah secara
deskriptif dan analitik, dengan melalui tahapan berikut :
1. Melakukan studi lapangan.
2. Mengumpulkan data melalui narasumber/instansi yang terkait.
3. Melakukan wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi Pembangunan dan
Pengembangan Industri Pupuk dengan alat bantu kuisioner di wilayah yang
tercakup dalam batas wilayah studi.
4. Penelitian lapangan.
5. Metode evaluasi dengan matrik untuk melakukan identifikasi dampak dan untuk
menyajikan besaran dan derajat kepentingannya.
6. Kajian pustaka.
3.1.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi wilayah studi dan sekitar
wilayah studi yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak, sehingga kondisi
atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi masyarakat yang
kemungkinan terkena dampak dapat terukur/teramati, maka besaran dampak di
wilayah studi dapat diprakirakan. Parameter yang disajikan dalam metode
terbagi menjadi dua jenis yaitu parameter untuk gambaran rona lingkungan dan
parameter yang terkena dampak dan dianggap penting. Parameter untuk
gambaran rona awal lingkungan disajikan dalam bentuk deskripsi berdasarkan
pengumpulan data yang didapat. Sedangkan parameter yang dianggap penting
karena terkena dampak maka dilakukan analisis data setelah terkena dampak.
Komponen lingkungan dan parameter harus diamati, diukur dan dicatat beserta
metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut :
A. GEOFISIK – KIMIA
Analisis lingkungan geofisik kimia mencakup komponen lingkungan
perubahan bentang alam, peningkatan kadar debu, dan peningkatan
kebisingan. Metode pengumpulan dan analisis data untuk lingkungan
geofisik kimia adalah :
1. Perubahan Bentang Alam
Metode Pengumpulan Data :
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi
yang lebih menekankan data bentuk lahan dan proses
geomorfologi yang terjadi. Pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan menggunakan metode observasi yaitu dilakukan
pengamatan, pengukuran dan pencatatan beberapa parameter
bentuk lahan meliputi topografi, lereng, material dan proses
geomorfologi yang bekerja serta klimatologi. Data sekunder
konfigurasi permukaan bumi disadap dari peta topografi sebagai
sumber data untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah
penelitian yaitu di Iokasi kegiatan pembangunan Industri Pupuk
di Kabupaten Malang.
Metode Analisis Data:
Data hasil pengamatan dibandingkan dengan kondisi bentang
alam sebelum industri Pupuk dibangun dan kondisi setelah
selesai dibangun. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional.
Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa
Peta Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan
dilakukan untuk memperbaiki atau merevisi peta lereng yang
telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan lereng di
lapangan menggunakan abney level dan kompas geologi.
Apabila belum ada peta lereng, maka akan dibuat peta lereng
dengan data pokok dari Peta Rupa Bumi. Peta Lereng Daerah
Penelitian Peta Kemiringan Lereng dapat dibuat dengan metode
Thornwhite (grid system) dengan menggunakan Peta Rupa Bumi
skala 1 : 50.000.
Metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa
Bumi yaitu dengan cara peta dibagi kedalam beberapa grid.
Masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling banyak
terpotong oleh garis tinggi (kontur) hitung panjang diagonal (L)
dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N). Dapat
dihitung menggunakan rumus:
B. HIDROLOGI
1. Debit Air Permukaan/Kuantitas Air
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Malang. 2017. Perekonomian Kabupaten
Malang Tahun 2013-2017.
Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika. Karangploso. 2018.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Karangploso Malang Angka 2017.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Karangploso Malang Angka 2018.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kecamatan Karangploso Malang Angka 2019.
Badan Pusat Statistik. 2018. Topografi Kabupaten Malang Angka 2018.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang. 2018. Data Kebutuhan Air bersih dan
Ketersediaan Air Bersih Angka 2017.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Malang. 2018. Data Sungai Di Kabupaten Malang.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Malang. 2018. Data Panjang Jalan Menurut
Kondisi Permukaan Jalan Angak 2018.
Malangtimes. 2018. BP2D Jalani Tahapan Rekrutmen Tenaga Bantu Non-ASN. Diakses maret
2018.
Puskesmas Kecamatan Karangploso. 2019. Fasilitas Kesehatan Kecamatan Karangploso 2019.
Puskesmas Kecamatan Karangploso. 2019. Jumlah Tenaga Kerja Puskesmas Kecamatan
Karangploso 2019.