Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN ANDAL RSUD SOREANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan yang diampu oleh
Prof. Wanjat Kastolani, M.Pd.
Prof. Dr. Darsiharjo, M.S.

oleh
Kelompok 4

Abid Laswar Irhami 1702220


Erika Dwi Rakhmayani 1704667
Gianisa Safarifty 1701173
Mazwin Febiani 1705587
Muhammad Ridho Firdaus 1705755

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur seraya penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas karunia,
rahmat, dan nikmat-Nyalah laporan yang berjudul Laporan Andal RSUD Soreang.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan dan
kemampuan penyusun. Harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat
khususnnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi para pembaca.

Bandung, Maret 2020

PENULIS

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii


BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Peraturan UU yang Mendasari .....................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................7
BAB II PENCANA USAHA .........................................................................................9
2.1 Identitas Pemrakarsa dan Penyusun .............................................................9
2.2 Evaluasi Dampak Potensial ......................................................................... 14
2.3 Pendekatan Wilayah Studi .......................................................................... 16
2.4 Dampak Penting Yang Ditelaah .................................................................. 17
2.5 Rona Lingkungan Yang Diprediksi Terkena Dampak ............................... 18
2.6 Aspek Lingkungan yang Ditelaah ............................................................... 19
2.7 Batas Wilayah Studi .................................................................................... 21
BAB III METODE STUDI ......................................................................................... 22
3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data .................................................... 22
3.2 Hidrologi dan Kualitas Air .......................................................................... 24
3.3 Metode Prakiraan Dampak ......................................................................... 31
3.4 Prakiraan Sifat Penting Dampak ................................................................ 33
3.5 Metode Evaluasi Dampak ............................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bandung Tahun 2016 – 2021 merupakan salah satu upaya
Pemerintah Kabupaten Bandung untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi arah pembangunan yang ingin dicapai daerah, dalam kurun waktu
masa bakti kepala daerah, agar Pemerintah Kabupaten Bandung dapat eksis
dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat di lingkungan global.
Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya
penunjang pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan sarana
pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat
yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan
kesehatan dan dapat menjadi tempat penularan penyakit. Untuk itu telah
dilakukan berbagai upaya penanggulangan dampak lingkungan Rumah
Sakit yang dimulai dari analisa dampak lingkungan (AMDAL). Kenyataan,
upaya tersebut tidak dapat dilaksanakan karena berbagai kendala khususnya
biaya.
Untuk meningkatkan pelayanan publik di Kabupaten Bandung
terutama di bidang kesehatan, maka pemerintah setempat akan
memindahkan sebuah rumah sakit yang sebelumnya berlokasi di kawasan
alun-alun Soreang tersebut, berada dalam ondisi overload (kapasitas
berlebih). Dipindahkan ke daerah Cingcin (kawasan Gading Tutuka)
dengan Type B. Jumlahnya 5 lantai termasuk basement, dengan luas tanah
sekitar 7 hektar. Nantinya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas
moderen dan berkapasitas 320 tempat tidur.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012
Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan AMDAL, pada lampiran 1 butir A Nomor 5, menerangkan bahwa
pembangunan gedung dengan luas tanah ≥ 5 ha atau luas bangunan ≥ 10.000
m2 merupakan kegiatan wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL.
Sesuai dengan UU No 32 Tahun 2009 Pasal 22 menyebutkan bahwa setiap

1
rencana usaha/kegiatan yang berdampak penting wajib terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki AMDAL serta Peraturan Pemerintah No 27 Tahun
2012 Pasal 2 (1) dinyatakan bahwa setiap udaha dan/atau kegiatan wajib
AMDAL, wajib memiliki izin lingkungan. Adapun pedoman yang dijadikan
sebagai rujukan dalam penyusunan dokumen Kerangka Ancuan (KA) yaitu
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hiudp No 16 Tahun 2012.

1.2 Peraturan UU yang Mendasari


Penyusunan dokumen AMDAL serta implementasinya harus
mengancu atau berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, berikut
adalah peraturan yang berkaitan dengan rencana pembangunan Rumah
Sakit Umum Daerah di Kabupaten Bandung:
 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
 PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
 KepMen LH No. 12/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
 KepMen LH No. 13/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Susunan
Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL
 KepMen LH No. 14/MENLH/3/ 1994 tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
 KepMen LH No. 15/MENLH/3/ 1994 tentang Pembentukan Komisi
AMDAL Terpadu
 KepMen LH No. 42/MENLH/1 1/ 1994 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan
 KepMen LH No. 54/MENLH/1 1/ 1995 tentang Pembentukan Komisi
AMDAL Terpadu/ Multisektor dan Regional
 KepMen LH No. 55/MENLH/1 1/ 1995 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Regional
 KepMen LH No. 57/MENLH/12/ 1995 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Usaha atau Kegiatan Terpadu/Multisektor

2
 KepMen LH No. 02/MENLH/1/ 1998 tentang Penetapan Pedoman
Baku Mutu Lingkungan
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
 Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengel
olaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2006
Tentan Pedoman penyusunan analisis mengenai Dampak lingkungan
hidup
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2010
Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum
memiliki dokumen lingkungan hidup
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tahun 2007
Tentang Dokumen Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Tidak Memillki
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
 KepMen LH No. 30/MENLH/1 0/ 1999 tentang Panduan Penyusunan
Dokumen Pengelolaan Lingkungan
 KepMen LH No. 42/MENLH/1999 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Audit Lingkungan
 KepMen LH No. 2 Tahun 2000 tentang Pedoman PenilaianDokumen
AMDAL

3
 KepMen LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL
Kegiatan PembangunanPermukiman Terpadu
 KepMen LH No. 5 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL
Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah
 KepMen LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata KerjaKomisi
Penilai AMDAL
 KepMen LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota
 KepMen LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi
Penilai Tim Teknis AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup
 KepMen LH No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL
 KepMen LH No. 86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup
 KepMen LH No. 30 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit
Lingkungan Hidup Yang diwajibkan
 KepMen LH No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
92/MENKES/PER/IV/2010 TentangPersyaratan Kualitas Air Minum
 PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Pengendalian
Pencemaran Air
 KepMen LH No. Kep-35/MenLH/7/ 1995 tentang Program Kali Bersih
(PROKASIH)
 KepMen LH No. Kep-35A/ MenLH /7/ 1995 tentang Program Penilaian
Kinerja Perusahaan/ Kegiatan Usaha Dalam Pengendalian Pencemaran
di Lingkup Kegiatan PROKASIH (Proper Prokasih)
 KepMen LH No. 58/MENLH/10/ 1995 tentang Baku Mutu Limbah
Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
 KepMen LH No. 29 Tahun 2003 tentang Pedoman Syarat dan Tata Cara
Perizinan Pemanfaatan Air

4
 KepMen LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas” Air
Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan
 KepMen LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air
 KepMen LH No. 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat
dan Tata Cara PerizinanSerta Pedoman Kajian Pembuangan Air
Limbah ke Air atau Sumber Air
 KepMen LH No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
 KepMen LH No. 114 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengkajian tentang
Pedoman Pengkajian Untuk Menetapkan Kelas Air
 KepMen LH No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status
Mutu Air
 KepMen LH No. 142 Tahun 2003 tentang Perubahan KepMen LH No.
111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau
Sumber Air
 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sunber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
 PP No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
 PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan PP No. 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
 PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun
 Kep. Dirjen Batan No. 119/DJ/III/1992 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan AMDAL Untuk Kegiatan Nuklir di Bidang Nuklir Non –
Reaktor
 Kep. Dirjen Batan No. 294/DJ/IX/1992 tentang Nilai Batas Radioaktif
di Lingkungan

5
 PP. No, 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau
Perusakan Laut.
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 07 tahun 2010 Tentang Sertifikasi
kompetensi penyusun dokumen analisis mengenai Dampak lingkungan
hidup dan persyaratan lembaga pelatihan Kompetensi penyusun
dokumen analisis mengenai dampak Lingkungan hidup
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06
tahun 2006 tentang Pedoman Umum Standardisasi Kompetensi
Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan
 Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan.
 PP No. 54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedian Jasa Pelayanan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
 KepMen LH No. 07/ MENLH/2001 tentang Pejabat Pengawasan
Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
 Keputusan Bersama Meneg LH dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No. 08 & 22 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan Hidup dan Angka
Kreditnya
 KepMen LH No. 56 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Pengawasan
Penaatan Lingkungan Hidup Bagi Pejabat Pengawas.
 KepMen LH No. 58Tahun 2002 tentang Tata Kerja Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup di PropinsiKabupaten/Kota.

6
 Kep. MENPAN Nomor : 47/KEP/M.PAN//8/2002 tentang Jabatan
Fungsional Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup dan Angka
Kreditnya.
 Keputusan Bersama Men PAN dan Mendagri Nomor : 01
/SKB/M.PAN/4/2003 dan Nomor 17 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah.
 Keputusan Presiden No. 100 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan.
 KepMen LH No. 145 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dan Angka
Kreditnya.
 KepMen LH No. 146 Tahun 2004 tentang Pedoman Kualifikasi
Pendidikan Untuk Jabatan Fungsional Pengendali Dampak
Lingkungan.
 KepMen LH No. 147 Tahun 2004 tentang Kode Etik Profesi Pengendali
Dampak Lingkungan.
 KepMen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Lingkungan Hidup Di Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
 UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
 KepMen LH No. 19 Tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan
Pengaduan Kasus Pencemaran dan atau Perusakan Lingkungan

1.3 Tujuan
Studi AMDAL itu sendiri merupakan sebuah telaah yang
komprehensif dari berbagai komponen rencana kegiatan, terhadap
komponen lingkungan hidup serta interaksi saling mempengaruhi dari
setiap komponen lingkungan. Dengan adanya kajian AMDAL ini
diharapkan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat adanya
akitivitas pembangunan dan operasional RSUD Soreang dapat

7
dikendalikan. Kajian AMDAL juga akan memberikan arahan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam rangka memaksimalkan
dampak positif dan meminimalkan dampak negative dari rencana
kegiatan pembanguna rumah sakit daerah umum soreang.
 Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
bagi masyarakat
 Meningkatkan cakupan dan pemerataan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mampu
memberikan tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan
perannya meningkatkan penerimaan pendapatan daerah melalui
usaha pembangunan sector kesehatan.

8
BAB II
PENCANA USAHA

2.1 Identitas Pemrakarsa dan Penyusun


Identitas Penanggung Jawab Studi AMDAL Pembangunan Rumah
Sakit internasional soreang adalah :

Penanggung Jawab Kegiatan :


Nama : Prof. DR. Prayogo ., M.Ag.

Alamat :Jl. Raya Soreang

Jabatan :Pimpinan kepala daerah Kabupaten


soreang
No. Telp/Fax :

a. Pelaksana Studi AMDAL

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 28 dinyatakan bahwa penyusun studi
AMDAL wajib memiliki kompetensi penyusunan AMDAL. Penyusun
Studi Kegiatan Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang adalah
sebagian berikut :
Tenaga ahli yang terlibat dalam pelaksanaan Studi AMDAL
pembangunan Rumah Sakit Soreang seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Susunan Anggota Tim Penyusun Studi AMDAL
Sertifikasi
No Nama Bidang
AMDAL

Susunan Tim Penyusun :

1 Donny Lesmana Ketua Tim Lampiran 3


2 Fahrizal Ahli Fisika Kimia

9
Ahli Sosial Ekonomi dan
3 Andiny Aulia Putri
Budaya
Ahli Kesehatan
4 Zulvi Sabila Lampiran 4
Masyarakat
5 Shella Elsiana Ahli Biologi
6 Riza Amanah Ahli Lingkungan Lampiran 5

b. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
A. Tujuan Pembuatan Dokumen AMDAL
Tujuan pembuatan dokumen AMDAL adalah :
1) Menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta
menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi
serendah mungkin.
2) Mengidentifikasi, memprakirakan, dan mengevaluasi dampak
yang mungkin terjadi terhadap lingkungan hidup yang
disebabkan oleh kegiatan yang direncanakan.
3) Meningkatkan dampak positif dan mengurangi sampai sekecil –
kecilnya dampak negatif yang terjadi dengan melaksanakan RKL
– RPL secara konsekuen.
B. Tujuan Pembangunan Rumah Sakit internasional soreang
Tujuan dibangunnya Rumah Sakit internasioanal soreang adalah:
1) Menjadi rumah sakit pilihan masyarakat dengan keunggulan
dalam pelayanan kesehatan komprehensif, bermutu tinggi, aman
dan efektif.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara utuh, terpadu dan
bermutu.
3) Menyelenggarakan manajemen dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
4) Penguasaan ilmu dan teknologi serta pengembangan layanan
unggulan.

10
5) Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Manfaat
A. Manfaat Pembuatan AMDAL
Manfaat pembuatan dokumen Amdal Rumah Sakit internasional
soreang bagi pemerintah, dan pemrakarsa adalah sebagai berikut :
1. Pemrakarsa
a) Dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap manfaat dan
resiko serta sasaran proyek.
b) Memberikan gambaran yang jelas terhadap kondisi lingkungan
baik biogeofisik maupun sosial ekonomi dan budaya, dimana
proyek tersebut akan dilaksanakan.
c) Sebagai bahan penguji secara komprehensif dari perencanaan
proyek, sehingga kelemahannya dapat diperkecil.

d) Menghindari kemungkinan terjadinya konflik terutama bila


timbul masalah lingkungan hidup di daerah tersebut
2. Pemerintah :
a) Mencegah kerusakan maupun pemborosan sumberdaya, baik
yang dikelola proyek maupun tidak.
b) Menghindari konflik dengan proyek lain, maupun dengan
masyarakat di sekitarnya.
c) Menjamin manfaat yang jelas dari suatu kegiatan masyarakat
umum.
d) Memberikan jaminan bagi kelangsungan pembangunan
berkelanjutan.
e) Meningkatkan tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan
hidup.
f) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perencanaan
pengelolaan lingkungan hidup baik lokal, regional, maupun
nasional.
B. Manfaat Pembangunan Rumah Sakit internasioanal soreang

11
Manfaat Pembangunan Rumah Sakit internasioanl soreang bagi
pemerintah, pemrakarsa ,dan Masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah
a) Meningkatkan ketersediaan sarana pelayanan masyarakat yang
menunjang peran pemerintah
b) Menambah pendapatan daerah
2. Masyarakat :
a) Tersedianya sarana pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan
mereka
b) Terbukanya peluang usaha atau lapangan kerja baru di dalam
maupun sekitar rumah sakit

c. Kesesuaian Lokasi Rencana Tata Usaha dan/atau Keegiatan dengan


Rencana Tata Ruang

Secara geografis terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan


dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian kecamatan berupa
daratan tinggi yaitu sekitar 700. m di atas permukaan air laut. Secara
administratif barat kecamatan soreang memiliki potensi yang cukup
strategis dengan luas wilayah 2.425.370 ha dan terdiri dari 10 desa

Batas-batas wilayah sebagai berikut :


Utara :
Timur :
Selatan :
Barat :
Luas wilayah kecamatan soreang 2.425.370 ha. Luas lahan yang ada
terbagi kedalam beberapa peruntukan, yang dapat dikelompokan seperti
pemukiman, pertanian, perindustrian, fasilitas umum, kegiatan ekonomi dan
lain-lain. Luas lahan yang digunakan untuk pemukiman 161 ha terdiri atas
pemukiman umum 16 ha dan 145 ha pemukiman KPR-BTN Luas lahan
untuk pertanian 83 ha yang terdiri atas : Sawah irigasi tehnis 53 ha dan 30
ha sawah tadah hujan. Luas tanah tegalan 141 ha dan pemakaman umum 5

12
ha sedangkan untuk kegiatan ekonomi 0,7 ha dan untuk perkantoran,
sekolahan dan lapangan serta jalan sekitar 9 ha
Berdasarkan surat No. 523/197/ Binus/Hutbun/2011 dari Dinas
Kehutanan dan Perkebunan tentang lokasi rencana Pembangunan dan
Pengenbangan Rumah Sakit internasional yang terletak di Kecamatan
soreang, Kabupaten bandung barat dengan peta penunjukan Kawasan Hutan
Provinsi Jawa barat (SK. Menhut Nomor: 434/Kpts-II/Tahun 2009),
terhadap lokasi tersebut berada di luar Kawasan hutan atau tidak termasuk
dalam Kawasan hutan.
Berdasarkan surat No. 520.4/434/PSP.Distan-TPH mengenai izin
lokasi Rencana Pembangunan dan Pengembangan Rumah Sakit
internasional soreang di Provinsi Jawa barat dengan point bahwa
berdasarkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten soreang, rencana Lokasi di Kelurahan soreangi, dalam rencana
Kawasan Pemukiman. Sehubung surat Kepala BAPPEDA Nomor:
049/238/Bappeda, tanggal 28 Oktober 2011 perihal izin lokasi rencana
Pembangunan dan Pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang
dengan poin bahwa lokasi pembangunan termasuk dalam rencana kawasan
pemukiman atau diluar kawasan hutan.

d. Sumber Daya yang Tersedia


1) Tanah
Keadaan geologi regional terutama berdasarkan pada hasil
penelitian terdahulu oleh Van Bemmelen R.W (1949) dalam buku “Geology
of Indonesia” menyatakan bahwa secara fisiografis daerah Pembangunan
Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Keadaan tanah di wilayah Kabupaten
Bandung antara lain:
 Bagian selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas, cocok untuk
industri.
 Bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, cocok untuk pertanian.
 Bagian timur termasuk dataran tinggi dengan keadaan yang kurang subur.

13
 Bagian barat termasuk dataran tinggi yang amat luas menjadi daerah
pendidikan.

Jenis tanah di wilayah Kabupaten Malang ada 4 macam, antara lain:

 Andosol dengan luas 6.930.257 Ha.


 Histosol dengan luas 1.225.160 Ha.
 Vertisol dengan luas 1.942.160 Ha.
 Spodosol dengan luas 1.765.160 Ha.
Struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu
mendapatkan perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang
memiliki sifat agak mengembang jika basah dan mengkerut jika kering. Jenis
tanag andosol ini terdapat di daerah kawasan sekitar Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang, dengan relatif kemiringan sekitar 2%.

2) Topografi

Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,


Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten
Bandung berada pada 6°,41' - 7°,19' Lintang Selatan dan diantara 107°22'
- 108°5' Bujur Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten
Bandung Barat; Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut;
Sebelah Selatan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat
Kabupaten Bandung Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota
Cimahi. Kabupaten Bandung terdiri atas 31 kecamatan, 266 Desa dan 9
Kelurahan. Dengan jumlah penduduk sebesar 2.943.283 jiwa (Hasil Analisis
2006) dengan mata pencaharian yaitu disektor industri, pertanian, pertambangan,
perdagangan dan jasa.

2.2 Evaluasi Dampak Potensial

Evaluasi dampak potensial esensinya adalah memisahkan dampak-


dampak yang memerlukan kajian mendalam untuk membuktikan dugaan

14
(hipotesis) dampak (dari dampak yang tidak perlu dikaji). Hasil evaluasi
tersebut akan menghasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang selanjutnya
akan dikaji dalam dokumen ANDAL. Penentuan dampak potensial menjadi
dampak penting hipotetik dilakukan melalui proses evaluasi dengan kriteria
tertentu. Beberapa cara untuk mengevaluasi dampak potensial adalah sebagai
berikut :

1. Dengan menguji apakah pihak pemrakarsa telah berencana untuk


mengelola dampak tersebut dengan cara-cara yang mengacu pada Standar
Operasional Prosedur (SOP) tertentu, pengelolaan yang menjadi bagian
dari rencana kegiatan, panduan teknis tertentu yang diterbitkan pemerintah
dan/atau standar internasional.
2. Dengan menguji berdasarkan kriteria evaluasi dampak potensial yang
mengacu pada Panduan Pelingkupan dalam AMDAL dari Kementrian
Lingkungan Hidup, yaitu:
a. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data sekunder dan kunjungan
lapangan.
b. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan
ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis)
sehingga perubahan besar pada kondisi komponen lingkungan
tersebut akan sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan
keutuhan ekosistem? Hal ini dapat dilihat dari hasil kunjungan
lapangan.
c. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut? Hal ini dapat dilihat dari hasil
konsultasi/sosialisasi dengan masyarakat.
d. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau
dilampaui oleh dampak tersebut? Hal ini dapat dijawab dengan
mempelajari peraturan-peraturan yang menetapkan baku mutu
lingkungan, baku mutu emisi/limbah, tata-ruang, dan sebagainya.

15
3. Dengan pertimbangan lain adanya dampak yang pengelolaannya sudah
menjadi bagian dari rencana kegiatan

Teknik yang digunakan dalam evaluasi dampak potensial pada studi


AMDAL pembangunan dan pengembangan Rumah Sakit Universitas
Muhammadiyah Malangi ini adalah dengan menggunakan kombinasi
kriteria evaluasi pada poin 2 dan poin 3. Setiap dampak potensial dipilah
menggunakan 4 pertanyaan di atas. Jika salah satu pertanyaan dijawab
dengan ‘ya’, maka dampak potensial tersebut termasuk DPH yang akan
dikaji dalam ANDAL. DPH kemudian diklasifikasikasn menjadi DPH yang
terkelola dan tidak terkelola, terkelola adalah dampak yang pengelolaanya
sudah menjadi bagian dari rencana kegiatan yang akan dibahas juga dalam
ANDAL. Sebaliknya jika seluruh pertanyaan menghasilkan jawaban
‘tidak’, maka dampak itu dapat dieliminasi dan tidak perlu dikaji dalam
ANDAL tetapi bisa dibahas pada dokumen RKL RPL jika memang
diperlukan dalam upaya pengelolaan dan pemantauan.

2.3 Pendekatan Wilayah Studi


Secara umum studi ini dilakukan berdasarkan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara survei dan pengukuran lapangan
serta pengambilan sampel untuk analisis laboratoriurn, sedangkan data
sekunder diperoleh dari berbagai hasil penelitian yang berkaitian dengan
pernbangunan rumah sakit, serta penelitian yang telah dilakukan pada wilayah
sekitar Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Bandung, disamping itu akan
digunakan pula peta yang dimiliki oleh instansi-instansi yang berisi informasi
wilayah studi. Survei sosial ekonorni dart budaya dilakukan dengan cara
wawancara dengan penduduk sekitar tempat proyek, pengamatan di lapangan
ini bertuan untuk mendapatkan gambaran kondisi lingkungan dan
perubahanperubahan yang teriadi dengan melihat dan mendergar fakta ,yang
ada diwilayah studi. Selain itu dilakukan pula penjaringan pendapat
masyarakat' tokoh rnasyarakat dan lembaga rnasyarakat, baik itu mewakili
sekitar tapak proyek ( maupun masyarakat yang bermukim diluar lokasi yang
lrlempunyai pertalian keluarga dengan masyarakat lokasi yang terkena dampak

16
dan pernerhati lingkungan yang punya perhatian terhadap pernbangunan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bandung rnelalui media massa. Hal ini
sejalan dengan amanah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0S
Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Penyusunan
AMDAL.
Mendahului semua kegiatan tersebut, terlebih dahulu dilakukan
pelingkupan unfuk menentukan rencana kegiatan yang menimbulkan dampak
terhadap lingkungan dan lebih dipertajam untuk menetapkan darnpak penting,
penentuan batas wilayah studi, penentuan parameter lingkungan yang akan
diteliti serta komponen fisik-kimia-biologi dilakukan dengan pengamatan
lapargan dan pengambilan contoh sampel untuk di analisis laboratorium.
penentuan lokasi pengamatan dan pengarnbilan sarnpel tidak sekedar
berdasarkan pertimrbangan refresentiatif wilayah studi, tetapi justru lebih
ditekankan pada relevansi terhadap problem lingkungan yang ada, berdasarkan
Dampak Penting.

2.4 Dampak Penting Yang Ditelaah

Adanya proyek pernbangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) –


Soreang yang rencana lokasi pembangunan fisik terletak Desa Cincin Kecamatan
(lihat Gambar 1) akan menimbulkan dampak pentingtefiadap lingkungan
sekitamya.

Gambar 2.1 lokasi pembangunan RSUD Soreang

17
Dampak penting tersebut saling terkait dan harus ditelaah dalam
penyusunan studi penyusunan AMDAL tersebut adalah Kegiatan Yang
Menirnbulkan Dampak Kegiatan pembangunan RSUD Soreang pada setiap tahapan
yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan adalah
sebagai berikufr :

a. Tahap Pra Konstruksi


 Suruei (FS, DED, Studi Lingkungan) )
 Pembebasan Lahan
b. Tahap Konstruksi
 Mobilisasi tenaga kerja dan Alat berat
 Pematangan Lahan
 Konstruksi bangunan
 Demobilisasi tenaga kerja
c. Tahap Operasional
 Mobilsasi rekruitrnen tenaga kerja
 Operasional rumah sakit

2.5 Rona Lingkungan Yang Diprediksi Terkena Dampak

Kegiatan pernbangunan RSUD Soreang, diprediksi akan menimbulkan


dampak negatif maupun dampak positif, pada setiap tahapan aktifitas kegiatan.
Penelaahan dampak, akan dilakukan terhadap dampak penting saja yang
relevan dengan studi, atau yang akan mengakibatkan perubahan mendasar pada
komponen lingkungan (rona lingkungan awal), sedangkan dampak yang tidak
penting tidak ditelaah lebih lanjut. Dampak yang terjadi dengan adanya
kegiatan Pembangunan RSUD Soreang akan mengakibatkan perubahan
lingkungan awal, terutama pada komponen lingkungan sebagai berikut:

a. Tahap Pra-Konstruksi
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak pada tahap ini
diprediksi adalah komponen sosia lekonorni dan budaya.
b. Tahap Konstruksi

18
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak pada tahap ini
diprediksi adalah
 Komponen hidrogeologi badan sungai
 Kornponen kualitas udara & kebisingan
 Komponen fisiografi dan geologi
 Komponen flora dan fauna
 Kornponen ruang, lahan dan tanah
 Komponen sosial, ekonomi dan hudaya
c. Tahap Operasional
Komponen lingkungan yang akan terkena dampak pada tahap ini
diprediksi adalah
 Komponen hidrologi
 Komponen kesehatan dan sanitasi lingkungan
 Komponen biota perairan sungai
2.6 Aspek Lingkungan yang Ditelaah

Aspek lingkungan yang ditelaah dalarn studi AMDAL Pembangunan


RSUD Soreang:

a) Aspek Drainase
 Karateristik badan penerima limbah
 Saluran drainase kota
b) Aspek iklim-kualitas udara
 Data iklim ; curah hujan (10 tahun terakhir), temperatur, kelembahn, arah
dan kecepatan angin'
 Kualitas udara ; bau, NOx, CO, SOx, debu dan kebisingan
c) Aspek Fisiografi dan Geologi
 Relief topografi
 Potensi air tanah
 Penyebaran air tanah dan pola alirannya
d) Aspek hidrologi dan kualitas air
 Debit dan fluktuasi debit sungai
 Kualitas air permukaan dan air sumur

19
 Karakteristik fisik sungai/penerima limbah
e) Aspek Ruang, Lahan dan Tanah
 Tapak proyek dan daerah sekitarnya yang kemungkinan terkena dampak
 Rencana pengembangan wilayah, tata ruang, tata guna lahan dan
sumberdaya lainnya
 Kesuburan fisik-kimia tanah
 Drainasse wilayah
 Potensi banjir wilayah sekitarnya
f) Aspek Biologi Darat
 Flora (jumlah dan komposisi jenis, dominasi jenis, keanekaragaman,
spesies yang dilindungi)
 Fauna (keanekaragaman spesies jenis/indeks,kelimpahan, keseragaman
komunitas, jumlah endemik, jumlah yang dilindungi)
g) Aspek Biologi Perairan
 Plankton (kelimpahan, indeks keseragaman, indeks dominasi, indeks
keragaman)
 Benthos (kelimpahan, indeks keragaman, indeks dominasi, indeks
keseragaman)
 Nekton (jenis)
h) Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
 Struktur kependudukan: jumlah/kepadatan penduduk, angkatan kerja,
tingkat pendidikan
 Mobilitas penduduk
 Struktur perekonomian dan mata pencaharian penduduk
 Besar dan sumber pendapatan penduduk
 Sikap masyarafat terhadap proyek
 Kamtibmas (Konfl ik Sosial akibat pembebasan lahan)
 Bangkitan pergerakan dan kebutuhan permukirnan dan tenaga kerja yang
besar.
 Karakteristik budaya yang dominan
i) Aspek kesehatan masyarakat

20
 Sepuluh jenis penyakit yang dominan menjangkiti masyarakat sekitar
proyek
 Sarana dan prasarana kesehatan
 Pemanfaatan/kebutuhan air sehari-hari oleh masyarakat
 Sanitasi lingkungan
 Pengumpulan sampah (TPS dan TPA)
 Penyakit endemik

2.7 Batas Wilayah Studi

Penentuan batas wilayah studi penyusunan AMDAL Rurnah Sakit


Umurn Daerah {RSUD} Soreang dilakukan pada saat pelingkupan setelah ada
kesepakatan dengan seluruh tim studi dan pihak pemilik proyek Pemerintah
Daerah Kabupaten Bandung datam hal ini diwakili oleh Kepela Dinas
Kesehatan, dan akan dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau
Term of Reference (TOR)

21
BAB III
METODE STUDI

3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Tujuan pengumpulan dan analisis data:

1. Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang


diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan
proyek,
2. Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang yang
diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan
proyek,
3. Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang
diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan
hidup sekitarnya,
4. Memprakirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat
kegiatan proyek.

Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada


lokasi tapak proyek, serta beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang
diperkirakan akan terkena sebaran dampak. Dengan cara ini kondisi atau
rona lingkungan hidup awal pada lokasi - lokasi calon penerima dampak
dapat terukur/teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi
dapat diprakirakan. Komponen lingkungan dan parameter yang harus
diamati, diukur dan dicatat beserta metode pengumpulan dan analisis
datanya diuraikan sebagai berikut.

a. Metode Pengumpulan Data

Penentuan titik/lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan


arah dan kecepatan angin yang dihubungkan dengan tapak rencana
kegiatan. Data kualitas udara dan kebisingan merupakan data primer
yang akan dikumpulkan langsung di lapangan, akan diambil dari lokasi

22
rencana pembangunan Rumah Sakit dan beberapa titik diarea sekitar
pembangunan rumah sakit (dengan radius 1 KM) Parameter yang
dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi :

1) Kualitas udara ambien


Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa
titik diarea sekitar pembangunan rumah sakit (dengan radius 1
KM), parameter yang diukur meliputi SO2 (sulfur dioksida), CO
(karbon monoksida), NO2 (nitrogen dioksida), O3, dan TSP
(debu).
2) Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan
alat Sound Level Meter di lokasi yang sama dengan lokasi
pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu
tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku
Tingkat Kebisingan .

b. Metode Analisis Data


Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Tabel 3.2 menyajikan
parameter-parameter, metode pengumpulan dan analisis data untuk
kualitas udara dan kebisingan.

Tabel 3.1 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk Kualitas
Udara dan Kebisingan
No. Parameter Metode Analisis Peralatan Sumber Metode Keterangan
Analisis Data

23
1 Kualitas PP No. 41 Menggunakan Hasil
Udara Pararosanilin Spektrofotometer tahun Pedoman perhitungan
SO2 NDIR NDIR Analyzer 1999 ISPU: dikonversi
CO Saltzman Spektrofotometer tentang Kep.Men. LH menjadi
NO2 Gravimetri Hi-Vol Baku No. 45 tahun skala
PM 10 Gravimetri Hi-Vol Mutu 1997 dan kualitas
TSP Chemiluminescen Spektrofotometer Udara Kep. Ka lingkungan
O3 Ambien BAPEDAL
Nasional No. 107 tahun
1997
2 Kebisingan Sound level Kep.Men. Sesuai Hasil
meter LH No. 48 dengan perhitungan
tahun 1996 Kep.Men. LH dikonversi
tentang No. 48 tahun menjadi
Baku 1996 tentang skala
Tingkat Baku Tingkat kualitas
Kebisingan Kebisingan lingkungan

3.2 Hidrologi dan Kualitas Air

A. Hidrologi
a. Metode pengumpulan dan analisis data
Data yang akan digunakan dalam pengumpulan data mengenai
hidrologi adalah data primer, sekunder dan data berdasarkan
perhitungan matematis. Lingkup studi komponen lingkungan
hidrologi meliputi komponen-komponen sebagai berikut:

 Hidrologi
 Tingkat penyediaan dan kebutuhan/pemanfaatan air

Tabel 3.2 Parameter, metode pengumpulan dan analisis data untuk Hidrologi

24
No. Parameter Metode Pengumpulan Metode Analisis Data Keterangan
Data
1 Debit/Discharge Data sekunder Matematik Data debit dekade,
Sungai Dan data primer Q=V*A bulanan, tahunan
2 Debit aliran permukan Metode rasional Matematik Butuh data hujan,
Data primer R = 0,028C.I.A (m3/dt) luas daerah dan
data penutup lahan
3 Kualitas air permukaan Menerapkan Standard Menerapkan National Pengukuran
Methods for The Sanitation parameter fisik
Examination of Water Foundation’s seperti suhu, pH,
and Water Quality Index TDS, DO dan
Wastes Water, APHA, (NSFWQI), (Ott, DHL dilakukan
edisi 1998). langsung di
ke 20, tahun 200. Baku lapangan ( in situ
Mutu Air yang akan measurement)
dipergunakan adalah PP
No. 82 tahun 2001.
4 Air larian permukaan Observasi visual dan Persamaan empiris Lokasi dimana
( run off) pengukuran luas DAS dengan terjadi
pada peta dengan rumus Q = 0,028.C.I.A. pembukaan lahan
planimeter (Rational equation) (tapak sumur, jalur
pipa dll.)
5 Tingkat penyediaan Data sekunder Perhitungan tingkat
dan kebutuhan/pemanfaatan
kebutuhan/pemanfaatan air dihitung berdasarkan
air rata -rata penggunaan
volume air per satuan
luas lahan untuk
pertanian, rata -rata
penggunaan air untuk
industri, dan ratarata

25
penggunaan air untuk
kegiatan lainnya

Masing- masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan


terkena dampak tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi
terkait, dengan rencana lokasi pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana
Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan
skala Kualitas Lingkungannya.
B. Kualitas Air

a. Metode Pengumpulan data


1) Kualitas air tanah

Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi


penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air
sumur penduduk. Sampel air akan diambil dari lokasi rencana
pembangunan Rumah Sakit dan beberapa titik diarea sekitar
pembangunan rumah sakit (dengan radius 1 KM), sampel air
diambil pada sumur-sumur penduduk serta aliran sungai. Cara
pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah
berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416
Tahun 1990 . Parameter-parameter kualitas air tanah yang akan
diukur disajikan pada Tabel berikut

Tabel 3.3 Parameter Kualitas Air Tanah/Sumur yang akan Diukur (sesuai
PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002)
No Parameter
1 Antimony
2 Air raksa (Hg)
3 Arsenic (As)
4 Barium (Ba)
5 Boron (Bo)

26
6 Cadmium (Cd)
7 Kromium (Cr)
8 Tembaga (Cu)
9 Sianida (CN)
10 Fluorida (F)
11 Timah (Pb)
12 Nikel (Ni)
13 Nitrat (NO3)
14 Nitrit (NO2)
15 Selenium (Se)
16 Amonia (NH3)
17 Alumunium (Al)
18 Klorida (Cl)
19 Tembaga (Cu)
20 Kesadahan (Ca CO3)
21 Hidrogen Sulfida (H2S)
22 Besi (Fe)
23 Mangan (Mn)
24 pH
25 Sodium (Na)
26 Sulfat (SO4 )
27 TDS
28 Seng (Zn)
29 Kekeruhan
30 E. Coli
31 Fecal coli
32 Suhu
33 Total zat padat terlarut (TDS

2) Kualitas Air Permukaan

27
Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada
lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air
permukaan. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air
sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh
Air Permukaan. Pengambilan sampel air permukaan untuk
penelitian ini dilakukan di sungai sungai terdekat yang terpengaruh
oleh kegiatan pembangunan serta pengolahan limbah Rumah Sakit
yang berjarak (radius) 1 KM dari lokasi proyek pembangunan
Rumah Sakit. Parameter- parameter kualitas air permukaan yang
akan diukur disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.4 Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur (sesuai PP
RI No. 82 Tahun 2001)
No Parameter
1 pH
2 DO
3 Kekeruhan
4 DHL
5 BOD
6 COD
7 Total fosfat sebagai
8 P
9 NO3
10 NH3
11 Kobalt (Co)
12 Barium (Ba)
13 Boron (Bo)
14 Kadmium (Cd)
15 Khrom (VI)

28
16 Tembaga (Cu)
17 Besi (Fe)
18 Timbal (Pb)
19 Mangan (Mn)
20 Air Raksa (Hg)
21 Seng (Zn)
22 Khlorida (Cl)
23 Sianida (CN)
24 Fluorida (F)
25 Nitrit (NO2)
26 Sulfat (SO 4)
27 Khlorin bebas
28 Belerang sbg H2S
29 Minyak dan Lemak
30 Detergen
31 Residu Terlarut
32 Residu Tersuspensi
33 Total Coliform
Fecal Coliform

Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan


sekitarnya yang diprakirakan akan terkena dampak kegiatan proyek
Pengambilan sampel air tanah akan dilakukan pada 10 titik atau lokasi yang
didasarkan pada perbedaan jenis tanah dan pertimbangan lainnya.

b. Metode Analisis Data

Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian


dianalisis dengan metode seperti yang diuraikan dalam table berikut:

Tabel 3.5 Parameter dan Metode Analisis data kualitas Air

29
No Parameter Teknik Pengujian Spesifikasi
Metode
Pengujian
1 Amonium Spektrofotometri dengan Nessler SNI 06-2479-
2 Besi Spektrometri serapan atom 1991
3 BOD Inkubasi Winkler SNI 06-2523-
4 COD Refluk secara tertutup 1991
5 Fenol Spektrofotometri dengan SNI 06-2503-
aminoantipirin 1991
6 Krom Spektrometri serapan atom SNI 06-2504-
7 Kadmium Spektrometri serapan atom 1991
8 Minyak dan Ekstraksi dengan petroleum eter SNI 19-1656-
9 lemak Spektrofotometri dengan sulfat 1989
10 Nitrat Spektrofotometri dengan
11 Nitrit A.sulfanilat SNI 06-2511-
12 Perak Spektrometri serapan atom 1991
Sulfida Spektrofotometri dengan para SIN-06-2465-
13 aminodimetil anilin 1991
14 Sianida Titrimetri dan kolorimetri SNI 19-1660-
Seng Spektrometri serapan atom 1989
SNI 06-2480-
1991
SNI 06-2484-
1991
SNI 06-4162-
1996
SNI 19-1664-
1989

SNI 19-1504-
1989

30
SNI 06-2507-
1991
Sumber : Kepmen LH No. 37 tahun 2003

3.3 Metode Prakiraan Dampak


Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan
besaran dampak (magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.

Tabel 18 Metode Prakiraan Besaran Dampak Untuk Masing-Masing Parameter


Lingkungan Pada Jenis-Jenis Dampak Hipotetik

No Komponen Parameter Metode Prakiraan Keterangan


Lingkungan Besaran Dampak
1 Kualitas SO Matematik dan Analogi dengan
Udara NO2 kegiatan
komparatif dengan
CO analog kegiatan lain AMDAL
PM10 Pembangunan
yang sama
Debu (TSP) Rumah Sakit di
Kabupaten
Kebisingan
Lombok Utara
2 Drainase dan Pola aliran, Professional
irigasi, debit Jaringan irigasi, Judgement,
Komparatif
Kecepatan arus
3 Kualitas air Sifat fisik air Matematik
tawar Sifat kimia air
4 Biota Air ID plangton Professional Analogi dengan
Jenis ikan Judgement dan kegiatan
5 Biota Darat Vegetasi alami analog dengan AMDAL
kegiatan sejenis Pembangunan
Vegetasi
Rumah Sakit di
budaya

31
Kabupaten
Lombok Utara
6 Sosial Budaya Kependudukan
Ekonomi
Pendapatan
masyarakat
Kesempatan
berusaha
Proses sosial

Sikap dan
persepsi
masyarakat
7 Kesehatan
Masyarakat
8

Berdasarkan metode (Tabel 18) tersebut di atas, akan dihasilkan


kondisi masing- masing parameter lingkungan terprediksi yang selanjutnya
dikonversi dalam bentuk skala. Besaran dampak setiap parameter yang
dikaji diperoleh dengan menghitung selisih kualitas lingkungan hidup setiap
kegiatan (proyek) berlangsung (KLp) dengan kualitas lingkungan hidup saat
rona lingkungan hidup awal (mula - mula sebelum adanya proyek (KLRLA)
atau Besar prakiraan dampak = KLp – KLRLA
Angka prakiraan besaran dampak yang akan diperoleh antara 1 s/d
4, dengan pengertian:
+/- 1 = dampak positif/negatif kecil
+/- 2 = dampak positif/negatif sedang
+/- 3 = dampak positif/negatif besar
+/- 4 = dampak positif/negatif sangat besar
Namun demikian penetapan besaran dampak tersebut di atas tidak
terlalu kaku, khususnya untuk parameter tertentu yang diprakirakan akan

32
melebihi baku mutu dan atau telah mendekati angka batas pada perubahan
skala kualitas lingkungan

3.4 Prakiraan Sifat Penting Dampak


Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan
makna “dampak penting”. Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang hanya
mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang
kecil pun dapat bersifat penting. Untuk mengetahui apakah dampak-dampak
tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka dilakukan evaluasi
terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya dievaluasi
bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk mengambil
keputusan apakah dampak tersebut merupaka n dampak besar dan penting
agar dapat disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan penting.
Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua
dampak-dampak hipotesis dengan mengacu pada kriteria penentu dampak
penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara
umum, dalam kajian AMDAL ini akan relatif lebih konservatif dibanding
penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994. Penetapan
tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam dampak penting
(P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak
apakah dampak tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) didasarkan pada
kriteria sebagai berikut.

33
1) Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan
memanfaatkan hasil/manfaat dari proyek. Kriteria TP apabila tidak
jumlah manusia terkena dampak <25% dari manusia yang terkena
dampak.
2) Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena
setidak -tidaknya di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah
studi pemanfaatan ruang cukup beragam sehingga tingkat
kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap
penting. Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang
batas baku mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku
mutu dan dampaknya berlangsung hanya sesaat).
4) Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak. Kriteria TP
apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
5) Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi. Kriteria TP apabila
dampak tidak akan terakumulasi .
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik. Kriteria TP apabila dampak
berbalik.
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk
kepentingan manusia, maka dalampenetapan sifat penting dampak,
parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3.

Klasifikasi Metode Amdal Berdasarkan Cara Ditetapkannya Dampak


Ada 6 metode yang ada, diantaranya adalah :

34
1. Oad hoc
2. Verlays
3. Checklists
4. Matrices
5. Networks
6. Modifikasi dan kombinasi

Dalam pembangunan RSUD Soreang menggunakan metode Network.


Metode Network (skema aliran/ flowchart/ bagan alir) merupakan metode
berupa susunan daftar aktivitas proyek yang saling berhubungan dan
komponen-komponen lingkungan yang terkena dampak. Kemudian dari
kedua daftar tersebut disusun lagi hingga dapat menunnjukan aliran dampak
yang dimulai dari suatu aktivitas proyek.
Susunan aliran dampak menggambarkan adanya dampak langsung dan
tidak langsung serta hubungan antar komponen lingkungan, sehingga dapat
mengevaluasi dampak secara keseluruhan, dapat dicari aktifitas pokok
mana yang harus dikendalikan.
Alasan menggunakan metode Network ialah sebab dengan
menggunakan metode ini dapat menggambarkan adanya dampak langsung
dan tidak langsung serta hubungan antar komponen lingkungan.
Kekurangan dalam menggunakan metode ini setiap orang dapat meyusun
bentuk aliran dampak yang berbeda tergantung tingkat keahlian dan
pengalamannya.

35
Tabel 3.6 Bagan metode Network

3.5 Metode Evaluasi Dampak

Untuk memperkirakan komponen-komponen lingkungan yang akan


terkena dampak, dilakukan pembuatan simple checklist yang menandai
komponen-komponen kegiatan yang memiliki pengaruh terhaap komponen
lingkungan. Metode prakiraan dampak dilaksanakan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut:

 Pendekatan secara model matematis merupakan perkiraan dampak yang


paling baik bila tersedia cukup data dan model yang sesuai dengan data
yang ada.
 Pendekatan secara standar baku mutu lingkungan merupakan perkiraan
dampak dengan menggunakan baku mutu lingkungan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
 Pendekatan secara analogi merupakan perkiraan dampak dengan mencari
persamaan pola dengan kasus-kasus serupa yang telah ada.

36
 Profesional judgement yang merupakan pendugaan dampak oleh tenaga
ahli berdasarkan pengalaman dan ilmu yang dimiliki yang dikaitkan
dengan fenomena di lapangan.

Dalam menentukan dampak penting pada laporan ini digunakan


pendekatan secara standar baku mutu lingkungan dengan melihat analogi
terhadap kasus-kasus serupa yang pernah terjadi sebelumnya. Dalam
evaluasi dampak yang terjadi digunakan metode checklist dan Metode
evaluasi dampak penting non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-
kualitas berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-
masing jenis dampak penting hipotetik, dengan mengevaluasi kegiatan-
kegiatan yang akan menghasilkan dampak terhadap lingkungan.
Secara garis besar pentingnya suatu dampak adalah bila kondisi
berikut tercapai :
1. Jumlah manusia yang terkena dampak

Dampak dapat dikatakan penting jika manusia yang terkena dampak


negatif langsung jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah
manusia yang menerima manfaat positif langsung proyek.

2. Luas wilayah penyebaran dampak


Dampak dikatakan penting jika sebarannya dua kali atau lebih luas
dari luas wilayah perencanaan atau telah melewati batas-batas
administratif kabupaten.
3. Lamanya dampak berlangsung
Dampak dikatakan penting jika dampak berlangsung selama minimal
satu tahapan kegiatan proyek.
4. Intensitas dampak
Dampak dikatakan penting jika intensitas dampak negatif telah
menyebabkan kemerosotan daya toleransi lingkungan secara drastis
dalam waktu yang singkat dan ruang yang luas.
5. Banyaknya komponen lingkungan yang akan terkena dampak

37
Dampak dikatan penting jika komponen-komponen lingkungan yang
terkena dampak sekunder atau tersier lebih banyak atau sama dengan
komponen lingkungan yang terkena dampak penting.
6. Sifat kumulatif dampak
Dampak dikatakan penting jika akumulasi dampak terjadi terus
menerus sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan dan
menimbulkan ruang yang relatif luas bahkan terjadi fenomena
sinergetik (saling memperkuat di wilayah sebarannya).
7. Berbalik (reversibel) atau tidak berbaliknya (Irreversibel) dampak
tersebut.
Dampak dikatakan penting jika komponen lingkungan yang terkena
dampak tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia. Untuk beberapa aspek, evaluasi dilakukan melalui
perbandingan dengan standar kualitas lingkungan yang berlaku.

Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan


akibat dari komponen kegiatan yang direncanakan adalah
memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan dikelola, jenis
dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau
alternatif pengelolaannya. Adapun keputusan tentang jenis dampak
hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori
dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan dua
kriteria sederhana berikut:
a. Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan
tertentu: apabila tingkat kepentingannya (∑ P) > 3 dan dampak negatif
yang diprakirakan akan terjadi menyebabkan perubahan nilai pada
parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebihi baku mutu yang
berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kat egori dampak
penting yang dikelola (PK).
b. Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan:
Apabila (∑ P)> 3 dan besaran angka prakiraan dampak ≥ (+/-) 2, maka
kesimpulan dampaknya masuk kategori dampak penting yang dikelola
(PK) .

38
c. Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak
tidak penting dan tidak dikelola (TPK).

Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah


dampak tidak penting dan tidak dikelola (TPK) . Bila dampak yang
disimpulkan merupakan dampak penting yang dikelola (PK) , maka dampak
- dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan.
Jenis dampak penting tersebut kemudian di telaah secara holistik
yang dibantu dengan Bagan Aliran Dampak untuk mengetahui
kecenderungan dengan menyajikan nilai kuantitatif dan kualitatif dari setiap
besaran dan sifat kepentingan dalam bentuk uraian deskriptif secara satu
kesatuan, yang dikelompokkan ke dalam tiga kajian, yaitu:
 Kelestarian fungsi ekologis, merupakan hasil pengkajian dari parameter
fisik- kimia dan biologi yang terkena dampak besar dan penting;
 Peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, merupakan hasil
pengkajian dari parameter sosial ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat;
 Kontribusi terhadap pembangunan daerah, merupakan kajian secara
makro dimana kontribusi Rumah Sakit terhadap pembangunan daerah
sebagai konsekuensi dari diperolehnya ijin mendirikan rumah sakit yang
dapat meningkatkan pelayanan public.

Berdasarkan hasil telaahan secara holistik atas jenis dampak besar


dan penting dapat ditentukan berbagai alternatif atau arahan pengelolaannya
dengan mempertimbangkan sumber penyebab dampak, lokasi atau kondisi
lingkungan berlangsungnya dampak, dan besaran dampaknya. Sumber
dampak dapat berupa suatu komponen kegiatan atau penyebab dampak yang
bersumber dari jenis dampak yang lain. Berdasarkan arahan atau berbagai
alternative pengelolaan yang diusulkan akan dapat diperoleh dua informasi
penting yaitu:

39
 Masukan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan
dari Rencana Proyek pembangunan Rumah Sakit
 Masukan untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

40
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.2020.Kontrak Pembangunan RSUD Soreang Ditandatangani, Ini Proyek
Terbesar dalam Sejarah Kabupaten
Bandung, https://jabar.tribunnews.com/2019/05/22/kontrak-pembangunan-rsud-
soreang-ditandatangani-ini-proyek-terbesar-dalam-sejarah-kabupaten-bandung.

41

Anda mungkin juga menyukai