AMDAL
DISUSUN OLEH :
NIM : 18030124
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu terpanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Dialah kami
mempunyai kesempatan untuk menyusun laporan kunjungan lapangan ke PT. Semen Padang,
Pabrik Obat, dan Sawahlunto. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada kekasih kita semua
Nabi Muhammad yang telah membawa kehidupan dari zaman antah berantah ke zaman kerlap
kerlip lampu dan rumah mewah. Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang kami kumpulkan
dengan berbagai metode untuk memastikan kevalidan informasi yang telah ada.
Kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam penyusunan laporan kunjungan industri ini. Terutama kepada Ibu Zulyusri
selaku Dosen pembimbing kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhirnya, kami sadar betul bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata baik, masih
ada kekurangan di berbagai sisi sehingga kami sangat mengaharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca guna perbaikan diri di kesempatan berikutnya.
Demikian kami sampaikan, besar harapan kami laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan
dengan sebaik-baiknya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Kunjungan Lapangan
1.4 Sasaran dan Target
1.5 Pelaksanaan Kunjungan Lapangan
1.6 Teknik Pengumupulan Data
1.7 Pengolahan Data
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian AMDAL
2.2 Prosedur AMDAL
2.3 Pihak-Pihak Dalam AMDAL
2.4 Alasan Suatu Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
BAB III PEMBAHASAN
3.1 PT. Semen Padang
3.2 Pabrik Obat Ripha
3.3 Kota Sawahlunto dan Peninggalan Sejarah ( Lubang Mbah Soero dan Gudang Ransoem )
3.4 Tanah Bergerak di Desa Santur
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
PT Semen Padang atau Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Indonesia yang didirikan
pemerintah Belanda pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische
Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM). Pada masa itu, Semen Padang bukan hanya pabrik
semen pertama di Indonesia tetapi juga yang pertama di Asia Tenggara. Pabrik semen telah
berproduksi pada tahun 1913 sampai sekarang. PT. Semen Padang menghasilkan produk semen
yang berkualitas dan bermanfaat bagi konsumen dan juga memproduksi semen dalam jumlah
besar untuk memenuhi permintaan pasar. PT. Semen Padang memasarkan produk semennya di
beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa sebagai daerah pemasaran utamanya. Semakin
meningkatnya penggunaan semen untuk pembangunan di daerah Sumatera Barat khususnya di
daerah Padang dan disekitarnya seperti untuk pembangunan rumah pemukiman, jalan, jembatan,
terowongan, bendungan, irigasi, dermaga, landasan udara, gedung-gedung bertingkat dan lain
sebagainya, Semen Padang berusaha memenuhi permintaan akan kebutuhan semen di daerah-
daerah tersebut. PT. Semen Padang mencoba mendistribusikannya hingga sampai ke tangan
konsumen dengan baik, cepat, dan tepat.
Namun dibalik semua hal itu, PT. Semen Padang juga memberikan dampak negatif bagi
warga di sekitar pabrik PT. Semen Padang. Pertama, Debu dari semen tersebut mengotori
lingkungan pemukiman warga, melekat di atap-atap rumah, dan membuat kualitas udara melebihi
baku mutu lingkungan yang mengakibatkan gangguan kesehatan bagi masyarakat sekitar pabrik.
Pabrik semen tersebut juga membuat daun-daun berdebu, atap rumah yang mudah berkarat. Debu
semen itu juga membuat halaman rumah warga menjadi kotor bahkan hingga ke dalam rumah.
Ibu-ibu harus menyapu halaman rumah mereka sampai lima kali sehari dan anak-anak tidak bisa
bermain di halaman rumah. Jika hujan turun jalanan disekitar daerah pabrik menjadi licin,
akibatnya sering terjadi kecelakaan dan bahkan telah merenggut nyawa. Penumpukan debu semen
di atap rumah warga juga mempercepat pelapukan atap seng. Pada saat hujan turun, rumah-rumah
warga banyak mengalami kebocoran. Rembesan air hujan turut mempercepat lapuknya kayu atap
rumah dan rusaknya plafon atau loteng rumah. Intensitas debu sangat tinggi dirasakannya terutama
pada saat musim panas, debu-debu pabrik berterbangan hingga masuk kedalam rumah melalui
ventilasi. Jika hujan turun debu pabrik dilingkungan komplek perumahan HO Ranah cubadak
dapat hilang, disiram oleh air hujan.
Selain itu dampak lain yang ditimbulkan dari pabrik ini adalah pencemaran suara. Sebentar
saja rasanya suara mesin-mesin yang bekerja tanpa henti sangatlah mengganggu apalagi bagi
mereka yang setiap waktu mendengarkan kebisingan tersebut. Namun, dalam keterangan salah
satu warga yang kami wawancarai mereka sudah terbiasa dengan hal tersebut, padahal jarak antara
rumah salah seorang warga tersebut sangat dekat dengan mesin, dan ia juga mengatakan karena
hal tersebut ia mengalami ganggaun di telinganya.
Dikutip dari surat kabar online : Tim verifikasi KLH di lapangan juga menemukan bahwa
aktifitas pabrik telah memberikan dampak buruk atas kualitas udara di sekitar pemukiman. Artinya
dampak ini telah menganggu hak publik masyarakat atas lingkungan hidup yang bersih dan udara
yang sehat yang mana hak tersebut merupakan bagian dari hak asasi yang harus dipenuhi.
Pemerintah harus mampu meberikan sanksi tegas atas kelalaian perusahaan terhadap pengelolaan
lingkungan. Dikutip dari surat kabar online Editor , 12 april 2018 : Komisi III Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Kota Padang kunjungan ke PT Semen Padang. Kunjungan DPRD tersebut
dalam rangka melakukan peninjauan terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
dari perusahaan kebanggaan masyarakat Padang itu, pada Kamis (29/3). Wakil Ketua Komisi III
DPRD Padang, Elvi Amri,SE usai kunjungan tersebut mengatakan, peninjauan dilakukan karena
adanya kecurigaan dari masyarakat terkait kebocoran limbah pabrik dan filter emisi. Yang akan
berdampak buruk bagi kesehatan warga padang, khususnya di lingkungan sekitar PT Semen
Padang.Sebelumnya terdapat kecurigaan bahwa terjadi kebocoran filter, di mana filter dipakai
hanya sewaktu siang hari sedangkan pada malam hari tidak dipasang. Namun ,dari peninjauan
dan melihat langsung serta keterangan yang detail dari tim teknis PT Semen Padang, maka
didapatkan informasi ahwa tidak adanya terjadi kebocoran limbah maupun filter tersebut.
Setelah mengunjungi PT. Semen Padang, kami mengunjungi sebuah pabrik obat yang sudah
tidak beroperasi lagi. Namanya adalah Pabrik Obat Ripha. Pabrik ini di dirikan pada tahun 1981.
Pabrik dengan lambang ular ini berlokasi di daerah lintas Solok-Padang. Pabrik ini telah memiliki
ruangan dan fasilitas yang lengkap di dalamnya. Berdasarkan dari kunjungan lokasi yang telah
dilakukan ruangan yang terlihat adalah dry stroge, apothekers room, director room, quality control
dept, instrument room, dan sebagainya. Selain itu, kami menemukan kalender di salah satu ruangan
dengan angka 1989. Kami juga melihat banyak peralatan, mugkin saja itu adalah alat pembuatan
obat dan botol-botol kaca yang masih tersusun di tepi-tepi sudut. Namun saat ini pabrik obat
tersebut tidak beroperasi,. Kabarnya, pabrik obat ini juga telah merekrut para karyawan. Menurut
warga yang telah diwawancarai pabrik obat ini tutup karena permasalahan pengolahan limbahnya.
Informasi salah seorang warga di sekitar pabrik obat mengatakan bahwa dulunya pabrik ini
membuang limbahnya di daearah hulu, lalu mengalir ke daerah hilir dan berdampak ke kesehatan
warga di sekitar pabrik sehingga ada beberapa warga yang menderita muntaber dari pengelolahan
limbah tersebut. Informasi juga didapatkan bahwa pabrik ini akan di hancurkan dan di bangun
pabrik obat baru di daerah lain. Terlihat juga, disisi kanan pabrik sebagain bangunan-bangunan
baru telah dihancurkan.
Kunjungan selanjtunya yaitu Kota Sawahlunto yaitu salah satu kota di provinsi Sumatera
Barat, Indonesia. Kota yang terletak 95 km sebelah timur laut kota Padang ini, dikelilingi oleh 3
kabupaten di Sumatera Barat, yaitu kabupaten Tanah Datar, kabupaten Solok, dan kabupaten
Sijunjung. Kota Sawahlunto memiliki luas 273,45 km² yang terdiri dari 4 kecamatan dengan
jumlah penduduk lebih dari 54.000 jiwa. Pada masa pemerintah Hindia Belanda, kota Sawalunto
dikenal sebagai kota tambang batu bara. Kota ini sempat mati, setelah penambangan batu bara
dihentikan. Cikal bakal dijadikannya Sawahlunto sebagai kota terkait dengan penelitian yang
dilakukan oleh beberapa geolog asal Belanda ke pedalaman Minangkabau (saat itu dikenal sebagai
Dataran Tinggi Padang), sebagaimana yang ditugaskan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Penelitian pertama dilakukan oleh Ir. C. De Groot van Embden pada tahun 1858, kemudian
dilanjutkan oleh Ir. Willem Hendrik de Greve pada tahun 1867. Dalam penelitian De Greve,
diketahui bahwa terdapat 200 juta ton batu bara yang terkandung di sekitar aliran Batang Ombilin,
salah satu sungai yang ada di Sawahlunto. Sejak penelitian tersebut diumumkan ke Batavia pada
tahun 1870, pemerintah Hindia Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana
yang dapat memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga
dijadikan sebagai kota pada tahun 1888, tepatnya pada tanggal 1 Desember yang kemudian
ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Sawahlunto.
Kota ini mulai memproduksi batu bara sejak tahun 1892. Seiring dengan itu, kota ini mulai
menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang, dan terus berkembang menjadi sebuah kota kecil
dengan penduduk yang intinya adalah pegawai dan pekerja tambang. Sampai tahun 1898, usaha
tambang di Sawahlunto masih mengandalkan narapidana yang dipaksa bekerja untuk menambang
dan dibayar dengan harga murah. Pada tahun 1889, pemerintah Hindia Belanda mulai membangun
jalur kereta api menuju Kota Padang untuk memudahkan pengangkutan batu bara keluar dari Kota
Sawahlunto. Jalur kereta api tersebut mencapai Kota Sawahlunto pada tahun 1894, sehingga sejak
angkutan kereta api mulai dioperasikan produksi batu bara di kota ini terus mengalami peningkatan
hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun. Sebelumnya dibukanya tambang, Sawahlunto masih
merupakan daerah yang berupa belantara yang lebat. Awalnya hanya ada seratusan penduduk yang
ada di daerah tersebut. Dan mereka merupakan warga asli atau pribumi setempat. Namun setelah
tambang dibuka jumlah masyarakat bertambah drastis.Diperkirakan jumlah penduduk Sawahlunto
setelah tambang beroperasi pada tahun 1918 menjadi sekira 10.000 orang yang terdiri dari beragam
multi etnis baik Sumatera, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Makassar, dan lain sebagainya. Sementara
itu, untuk orang Belanda sendiri yang berada di Sawahlunto waktu itu diperkirakan mencapai 136
orang. Angka yang sangat besar untuk waktu itu.Hingga kini, Kekayaan batu bara di perut bumi
Sawahlunto ini terekam jelas di sebuah lubang tambang batu bara yang dinamakan Lubang Mbah
Suro.
Lubang ini merekam perih laranya para kaum pekerja paksa. Pemerintah Hindia Belanda
menciptakan "Orang Rantai", sebutan bagi seluruh pekerja tambang batu bara masa itu. Orang
rantai merupakan pekerja tambang yang berstatus tahanan di penjara Sawahlunto.Mereka
merupakan tahanan politik maupun tahanan dengan kasus kriminal. Bahkan tidak hanya tahanan
yang ada di penjara Sawahlunto, tahanan dari beberapa penjara lainnya seperti dari Hindia
Belanda, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali juga turut dibawa ke Sawahlunto untuk dijadikan
pekerja tambang. Agar tidak melarikan diri, seluruh pekerja tambang tersebut diikat menggunakan
rantai pada bagian kedua kaki yang saling mengikat antara tahanan satu dengan yang
lainnya.Orang rantai terus dipaksa bekerja untuk mengambil batu bara yang masih terpendam,
tanpa dibekali peralatan memadai untuk menghindari dampak bahaya gas methan yang ada. Orang
rantai hanya diberi makan seadanya yang penting mereka kuat bekerja. Banyak di antara mereka
yang kemudian tewas karena sakit, kelaparan, atau ditembak karena membangkang. Orang Rantai
yang meninggal, baik karena sakit maupun akibat bekerja, dikubur tanpa ada nama dan hanya
diberikan nomor pada nisanya. Pada tahun 1932, lubang ini ditutup oleh belanda.Mbah Suro
dikenal sebagai mandor orang rantai dan masyarakat, beliau juga dikenal memiliki ilmu kebathinan
yang tinggi. Ia jadi panutan warga. Mbah Suro ini memiliki lima anak dengan 13 cucu. Istrinya
adalah seorang dukun beranak. Mbah Suro meninggal sebelum tahun 1930 dan dimakamkan di
pemakaman orang rantai, Tanjung Sari, Kota Sawahlunto. Ketika masuk ke lubang ini, harus
menggunakan topi pengaman, karena air masih menetes dari dinding lubang, pengunjung juga
harus menggunakan sepatu bots karena lantai lubang basah dan penuh air. Pengunjung juga
diwanti-wanti agar tak bicara kotor dan bagi perempuan, tak boleh sedang datang bulan.
Untuk memenuhi kebutuhan makan Orang Rantai, Pemerintah Hindia Belanda pada tahun
1918 kemudian membangun sebuah dapur umum yang mampu memasak dalam skala besar.
Bangunan itu saat ini dikenal dengan nama Goedang Ransoem. Dalam sehari, Goedang Ransoem
mampu memasak empat ton beras per hari berikut dengan logistik lainnya untuk memenuhi pangan
ribuan Orang Rantai dan Pemerintah Hindia Belanda serta pasien rumah sakit, dengan bahan bakar
menggunakan batu bara.Tak lupa pada kunjungan ke kota sawahlunto ini kami juga mengunjungi
meseum gudang ransoem tersebut. Harga tiket untuk masuk ke gudang ransoem ini adalah Rp.
5000/orang. Sebelum kami melihat koleksi yang ada di dalam meseum kami di sajikan dengan
sebuah film dokumenter mengenai sejarah kota sawahlunto dan pertambangannya layaknya di
sebuah bisokop. Setelah beberapa menit menghabiskan waktu dengan menyaksikan video tersebut
kami pun dipersilahkan untuk melihat koleksi-koleksi peninggalan zaman kolonial belanda
dulunya. Dari melihat-lihat dan video yang ditayangkan oleh petugas meseum banyak kisah- kisah
sejarah yang kami peroleh mengenai gudang ransoem ini. Goedang Ransoem merupakan sebutan
untuk Dapur Umum yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Goedang Ransoem
berfungsi sebagai tempat untuk memasak makanan bagi para kuli tambang dan juga pasien di
Rumah Sakit Sawahlunto. Pendirian dapur umum ini merupakan jawaban atas carut-marutnya
penyediaan makanan bagi parah kuli tambang kala itu. Dibangun pada tahun 1918 dan bertempat
cukup strategis karena berada di tengah kota yakni kelurahan Air Dingin..Di sebelah kiri bangunan
ini terdapat bangunan rumah potong dan rumah kepala dapur. Pada saat ini kedua bangunan
tersebut berada di luar komplek museum. Bangunan rumah potong masih berfungsi seperti sedia
kala. Di belakang tungku uap bangunan balai-balai, yang pada masa itu digunakan sebagai tempat
para kuli beristirahat sejenak melepas lelah bekerja.Pada saat sekarang ini bangunan tersebut sudah
tidak ada, hancur termakan usia. Sekarang bangunan tersebut telah digantikan oleh bangunan
mushalla. Komplek bangunan ini terdiri atas lima bangunan yakni; bangunan dapur yang sekarang
menjadi ruang pameran. Di belakangnya terdapat Tungku Uap. yang merupakan ujung tombak
dari dapur umum, tanpa ini maka dapur umum tidak akan dapat berproduksi. Bahan bakar bagi
tungku uap ini ialah batubara, jadi tak perlu cemas akan suplai bahan bakar. Steam generator ini
berjumlah tiga, dua terdapat di depan yang merupakan mesin utama, sedangkan yang satunya lagi
terletak di belakang yang berguna sebagai pengganti apabila terjadi pemeliharaan atau perbaikan
kerusakan terhadap yang lain. Kemudian terdapat juga pabrik es yang terletak di sebelah kanan
tungku uap. Pabrik es ini termasuk yang terbesar pada masanya, karena tidak hanya memasok
untuk kebutuhan dapur umum sendiri akan tetapi juga dikirim ke Solok dan Batusangkar. Sekarang
bangunan pabrik es telah berubah fungsi menjadi Perpustakaan, Ruang Administrasi Kantor
Pengelola Museum, dan Galery Malaka. Di samping bangunan ini terdapat heuler yang digunakan
untuk menumbuk padi. Bangunan ini sudah tidak ada, didirikan bangunan baru yang sekarang
berfungsi sebagai ruangan penyimpanan koleksi dan ruangan konservasi. Di sebelah bangunan ini
terdapat gudang padi, mengingat besarnya kebutuhan akan beras untuk dapur umum ini maka
wajar jika gudangnya seluas ini. saat ini gudang padi telah berubah fungsi menjadi IPTEK Centre
yakni sebuah wahana untuk mempraktekkan sains bagi Masyarakat .Di depan bangunan pabrik es
terdapat sebuah bangunan yang dahulunya berfungsi sebagai gudang persediaan bahan makanan.
Bangunan ini terdiri atas tujuh ruangan yang memiliki kegunaan berbeda. Pada saat sekarang ini
bangunan ini telah berubah fungsi sebagai bangunan kantor, dan pada bagian depan terdapat
Gallery Etnografi yang menyajikan beberapa pelaminan dan pakaian pengantin nagari yang ada di
Kota Sawahlunto.
Mengenai, pergerakan tanah di kawasan sawahlunto diawali curah hujan tinggi yang
mendera kawasan tersebut semenjak 11 Oktober lalu. ehingga terjadi pergerakan tanah akibat
infiltrasi air hujan ke dalam tanah, bangunan rumah banyak retak dan miring, lantai rumah amblas
Berdasarkan informasi yang disampaikan Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo
Nugroho, pergerakan tanah terjadi hari Jumat (2/11/2018) pukul 05.00 WIB. Lokasi pergerakan
tanah di Perumahan Lembar Santur Kota Sawahlunto. Pergerakan tanah atau deformasi tersebut
disebabkan oleh cuaca ekstrem yang belakangan terjadi di wilayah itu. dengan intensitas curah
hujan tinggi posisi perumahan di kemiringan sehingga terjadi Pergerakan tanah. Ahli tanah dari
Universitas Andalas (Unand) Prof Abdul Hakan mengatakan dilihat kondisi tanah di Sawahlunto
itu, bisa disebut dengan sedimen lempung lempung (tanah halus) saat terkena air maka akan
menjadi sedikit lunak. Jadi kalau terkena air itu dia agak mengembang sedikit, karena
pengembangan tersebut maka terjadilah pergeseran, baik itu ke atas maupun ke samping. Saat
terjadi keretakan dan dialiri oleh air maka keretakannya semakin banyak, saat di ujung retakan
tersebut dia akan naik sedikit. Seolah-olah tanah itu terangkat, padahal hanya terjadi pergerseran
saja. Jadi dalam kejadian tersebut menurut ahli struktur tanah Unand itu telah terjadi dua peristiwa,
yaitu tanah bergeser dan bergerak ke atas. Hal itu terjadi karena sedimen tanah tersebut terbentuk
dari pelapukan batu, saat terkena air maka tanah tersebut menjadi lunak. Biasanya kondisi tanah
seperti itu terdapat pada daerah-daerah yang berada didekat bukit-bukit, kelihatannya tanah itu
keras. Namun saat kena air akan lunak, karena tanah itu berasal dari pelapukan yang sudah terjadi
sangat lama. Sebelumnya, pakar tanah Universitas Bung Hatta, Hendri Warman melihat terjadinya
peristiwa ini karena kondisi aliran air di bawah tanah, yang membuat tanah itu jenuh dan ditambah
legi dengan getaran-getaran di atas permukaan tanah. Akan tetapi kajian tersebut cenderung terjadi
pada tanah-tanah yang labil tapi itu harus perlu dilakukan pengujian terhadap tanah tersebut. Bisa
juga disebabkan adanya penebangan kayu liar di bukit sekitar kejadian. Sehingga aliran air dalam
bawah tanah itu tidak teraliri secara teratur, sehingga terjadinya pergeseran tanah ataupun longsor.
Selain itu, tanah bergerak, kata ahli tanah ini, dipicu dua hal, yakni adanya aliran air di permukaan
yang merembes hingga ke pori tanah yang akhirnya memicu pergerakan. Berikutnya, adalah
kemungkinan lokasi di Sawahlunto itu berada di Patahan Sumatera yang memang terbentuk
sepanjang Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Jadi untuk mengatasi hal tersebut, jalan satu-satunya
adalah memperbaiki drainase di kawasan itu sehingga air di permukaan tersebut bisa tersalurkan
ke tempat yang semestinya. kerugian materil yaitu 4 Unit Rumah (rusak berat), 12 Unit Rumah
(rusak ringan) dan tanah Retak sepanjang -+ 40 meter dan sebanyak 22 jiwa mengungsi dan tidak
ada korban jiwa.
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan lapangan dan dari sumber yang ada kesmipulanya adalah
2. PT. Semen Padang amdalnya telah sesuai dulunya, namun memang ada dampak yang dihasilkan
dari pembangunan ini. Dan akhir-akhir ini, banyak dampak yang dihasilkan dari PT. Semen
Padang ini. Mungkin harus diadakan pembaharuan Amdal dari PT. Semen Padang ini agar dapat
mengurang dampak-dampak negatifnya. Karena, pastinya juga setiap pembangunan yang di
didirikan memiliki dampak negatif dan positifnya. Untuk itulah adanya Amdal ini untuk
mempertimbangkan dampak penting dari sebuah pembangunan tersebut.
3. Kota Sawahlunto yaitu salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota yang terletak
95 km sebelah timur laut kota Padang. Banyak peninggalan –peninggalan zaman kolonial belanda
yang masih tertata rapi di kota Sawahlunto ini. Salah satunya adalah Lubang Mbah Soero yang
meruapakan lubang bekas tambang, dan terkenal sebutan “ Orang Rantai “ di Lubang Mbah Soero.
Dan terdapat koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang di simpan di Gudang Ransoem,
Sawahlunto.
4. Tanah bergeak / pergerakan tanah di Perumahan Lembar Santur Kota Sawahlunto oleh cuaca
ekstrem yang belakangan terjadi di wilayah itu dengan intensitas curah hujan tinggi posisi
perumahan di kemiringan sehingga terjadi pergerakan tanah (infiltrasi air hujan ke dalam tanah)
Ahli tanah dari Universitas Andalas (Unand) Prof Abdul Hakan mengatakan dilihat kondisi tanah
di Sawahlunto itu, bisa disebut dengan sedimen lempung lempung (tanah halus) saat terkena air
maka akan menjadi sedikit lunak.
4.2Saran
Sarannya adalah dalam pembangunan yang dilakukan kita harus tetap memperhitungkan
dampak positif dan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar kita.