Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Riset Perkebunan (JRP)

P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285


Volume 3 No. 1, Maret 2022

HUBUNGAN KELERENGAN LAHAN TERHADAP PRODUKSI TANDAN BUAH


SEGAR KELAPA SAWIT DI PERKEBUNAN PT. BINA PRATAMA SAKATO
JAYA KABUPATEN SIJUNJUNG

RELATIONSHIP OF LAND SLOPE TO THE PRODUCTION OF OIL PALM FRESH


FRUIT FRUITS AT PT. BINA PRATAMA SAKATO JAYA,
SIJUNJUNG REGENCY
Miskana1, Irfan Suliansyah2, Edwin1*

1
Jurusan Budidaya Perkebunan, Fakultas Pertanian Universitas Andalas
2
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Andalas

*Email korespondensi: edwinanas@agr.unand.ac.id

ABSTRACT

Palm oil production in Indonesia must be optimized to meet world market demands. The
steeper the slope of the land, the more erosion and weed growth will occur. This can result in
disrupted oil palm growth due to erratic competition, air, and light between oil palm and weeds
around the plant. This study aims to determine the relationship between the slope of the land
with the production level of Fresh Fruit Bunches of oil palm in the PT. Bina Pratama Sakato Jaya
Unit Kiliran Jao Sijunjung Regency. The research is in the form of a survey with a purposive
random sampling method. Observation parameters consisted of the weight of fresh fruit
bunches, the diameter of stem circumference, and plant height. Data processing using a simple
linear regression method. The plantation area of PT. Bina Pratama Sakato Jaya is currently
4,678.79 Ha. Slope significantly affects the production of oil palm Fresh Fruit Bunches (FFB).
The highest average production was obtained on flat (0-3%) and gentle slopes (3-8%), and the
lowest average production on slopes (15-30%) and very steep (30-45%).
Keywords: Oil palm plantations, slopes, Indonesia

PENDAHULUAN jumlah yang besar. Tanaman kelapa sawit


Sektor perkebunan merupakan dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq
salah satu potensi dari sub sektor pertanian merupakan salah satu komoditas tanaman
yang berpeluang besar untuk meningkatkan perkebunan yang menghasilkan minyak
perekonomian rakyat dalam pembangunan nabati dan banyak dibudidayakan di
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, Indonesia. Dibandingkan komoditas lain
sektor perkebunan dapat menjadi seperti kelapa, kacang tanah dan kedelai,
penggerak pembangunan nasional karena kelapa sawit adalah penyumbang minyak
dengan adanya dukungan sumber daya nabati terbesar di dunia (Susila, 2004).
yang besar, orientasi pada ekspor, dan Sebagai salah satu sumber minyak
komponen impor yang kecil akan dapat nabati dunia, kelapa sawit di Indonesia
menghasilkan devisa non migas dalam memegang peranan penting dalam

27
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

perdagangan global. Hal ini dapat dilihat 2015 produksi tanaman perkebunan
dari beberapa aspek, yakni (1) kemampuan terbesar dihasilkan dari kecamatan kamang
Indonesia untuk meningkatkan produksi baru 94,18 % dengan total produksi 18.713
baik melalui proses intensifikasi maupun ton. (BPS Sijunjung, 2016). Komoditas
ekstensifikasi, (2) harga yang kompetitif, perkebunan tanaman kelapa sawit (Elaeis
dan (3) aspek nutrisi kelapa sawit (Pamin, guineensis Jacq) ini ditanam baik oleh
1998). perkebunan rakyat maupun perkebunan
swasta. Salah satu perkebunan swasta yang
Perkebunan kelapa sawit hampir
bergerak di bidang usaha perkebunan
terdapat di setiap daratan Indonesia. Di
kelapa sawit di Kabupaten Sijunjung adalah
Sumatera Barat, salah satunya Kabupaten
PT. Bina Pratama Sakato Jaya.
Sijunjung yang merupakan salah satu dari
19 (sembilan belas) Kabupaten/Kota di PT. Bina Pratama Sakato Jaya
bagian Selatan Provinsi Sumatera Barat, merupakan salah satu anak perusahaan dari
terletak diantara 0°18’43” LS – 1°41’46” LS Incasi Raya Group yang terdapat di Sungai
dan 101°30’52” BT – 100°37’40” BT dengan Tenang, Kiliran Jao, Kenagarian Kunangan
ketinggian dari permukaan laut antara 100 – Parik Rantang, Kecamatan Kamang Baru,
1.250 meter. Kabupaten Sijunjung berada di Kabupaten Sijunjung. Di Provinsi Sumatera
bagian Timur Provinsi Sumatera Barat, pada Barat. PT. Incasi Raya Group dan anak–anak
jalur utama yang menghubungkan Provinsi perusahaannya adalah salah satu
Riau dan Propinsi Jambi. Secara perusahaan swasta terbesar di Indonesia
administratif wilayah Kabupaten Sijunjung yang bergerak di bidang usaha perkebunan
dengan luas 313.080 Ha. Kondisi dan kelapa sawit, yang berpengalaman dalam
topografi Kabupaten Sijunjung bervariasi pengembangan kelapa sawit, di Propinsi
pada setiap wilayah antara bukit, Sumatera Barat baik untuk kebun inti
bergelombang dan dataran. Beberapa maupun kebun plasma. Luas lahan
kecamatan berada pada lahan curam dan perkebunan di PT. Bina Pratama Sakato Jaya
sangat curam (daerah berbukit), morfologi adalah 4.678,79 Ha. PT. Bina Pratama
daerah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu Sakato Jaya memiliki topografi berbukit
terjal pada bagian barat dan timur, dataran dengan berbagai kelas kelerengan lahan
dibagian tengah dan perbukitan landai yang dan memiliki ketinggian tempat berkisar
terletak diantaranya. Kondisi iklim di 400 m dpl (BPSJ, 2016)
Kabupaten Sijunjung tergolong pada tipe
Peta kelerengan lahan adalah
tropis basah dengan musim hujan dan
perbandingan antara beda tinggi (jarak
kemarau yang silih berganti sepanjang
vertikal) suatu lahan dengan jarak
tahun. Keadaan iklimnya adalah temperatur
mendatarnya. Informasi spasial kelerengan
dengan suhu minimum 21°C dan suhu
mendeskripsikan kondisi permukaan lahan,
maksimurn 37°C. Rata-rata curah hujan
seperti datar, landai, atau kemiringannya
13,61 mm/hari untuk tiap bulannya. (BPS
curam. Lereng yang semakin curam dan
Sijunjung, 2016)
semakin panjang akan meningkatkan
Di Kabupaten Sijunjung Perkebunan kecepatan aliran permukaan dan volume air
merupakan salah satu tiang utama struktur permukaan semakin besar, sehingga benda
perekonomian masyarakat. Pada tahun yang bisa diangkut akan lebih banyak.

28
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

(Kartasapoetra, et al., 1987). Menurut diantaranya Tandan Buah Segar (TBS)


Kartasapoetra (1990) juga mengatakan kelapa sawit, dimana kriteria tanaman yang
tanah yang mempunyai kemiringan >15% digunakan adalah tanaman kelapa sawit
dengan curah hujan yang tinggi dapat yang berumur 20 tahun.
mengakibatkan longsor tanah.
Penelitian ini berbentuk survei
Karakteristik fisik lahan merupakan dengan metode pengambilan sampel
faktor penting dalam budidaya tanaman Purposive Random Sampling. Luas lahan
kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki yang digunakan yaitu 10 % dari luas lahan
potensi terjadinya kerusakan tanah akibat keseluruhan perkebunan kelapa sawit PT.
erosi, seperti turunnya kandungan bahan Bina Pratama Sakato Jaya. Ditentukan 5
organik tanah yang diikuti dengan blok dan dalam 1 blok ada 5 klasifikasi
berkurangnya kandungan unsur hara dan kelerengan yang telah ditentukan yang pada
ketersediaan air tanah bagi tanaman. dasarnya mengacu kepada klasifikasi
Tanah-tanah yang mengalami erosi berat kelerengan menurut Arsyad (2010). Setelah
umumnya memiliki tingkat kepadatan yang itu diambil 5 sampel tanaman kelapa sawit
tinggi sebagai akibat terkikisnya lapisan atas secara acak masing-masing kelerengan yang
tanah yang lebih gembur (Yahya, et al., mana dalam 1 blok ada 25 tanaman, jadi
2010). keseluruhan sampel yang akan diamati
sebanyak 125 tanaman.
Kondisi fisik lahan seperti diuraikan
diatas terutama kelerengan cenderung Penelitian ini menggunakan
menurunkan laju pertumbuhan dan percobaan yang disusun berdasarkan
produksi tanaman termasuk kelapa sawit. Rancangan Acak Kelompok (RAK) masing-
Fenomena tersebut cukup banyak terjadi masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
pada lahan perkebunan kelapa sawit yang Dimana perlakuannya yaitu :
telah menghasilkan. Berdasarkan
K1 = Kelerengan 0-3%
permasalahan tersebut maka penulis telah
melaksanakan penelitian yang berjudul K2= Kelerengan 3-8%
“Hubungan Kelerengan Lahan Terhadap K3= Kelerengan 8-15%
Produksi Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa
K4= Kelerengan 15-30%
Sawit di Perkebunan PT. Bina Pratama
Sakato Jaya Unit Kiliran Jao Kabupaten K5= Kelerengan 30-45%
Sijunjung”. Pada setiap perlakuan dilakukan 5
BAHAN DAN METODE kali ulangan dan terdapat 5 satuan
percobaan. Setiap perlakuan terdiri dari 5
Penelitian ini telah dilaksanakan
tanaman, sehingga dapat diperoleh 125
pada bulan Januari sampai September 2018.
sampel tanaman. Data hasil pengamatan
Bertempat di Perkebunan Kelapa Sawit PT.
dianalisis menggunakan statistik. Jika dari
Bina Pratama Sakato Jaya Unit Kiliran Jao,
analisis ragam, memperlihatkan hasil
Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten
berbeda nyata, maka akan dilanjutkan
Sijunjung. Adapun alat yang digunakan
dengan uji lanjut dengan menggunakan
diantaranya GPS, klinometer, timbangan,
metode tukey taraf 95%.
map tulang dan lain-lainnya. Serta Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini

29
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

Selanjutnya dianalisis dengan 1.Bila r mendekati +1 dan –1 maka terjadi


menggunakan analisis korelasi. Model korelasi tinggi dan terjadi hubungan linier
regresi sederhana : yang sempurna antara X dan Y.
Dimana: 2.Bila r mendekati 0 hubungan liniernya
sangat lemah atau tidak ada.
Y = variabel terikat (Produksi TBS)
HASIL DAN PEMBAHASAN
X = variable bebas (Kelerengan)
Berdasarkan hasil analisis ragam
a, ß = parameter regresi
menunjukkan bahwa kelerengan lahan
Pendugaan parameter regresi α, β atau a, b memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap produksi Tandan Buah segar (TBS)
kelapa sawit. Rata-rata produksi TBS kelapa
sawit setelah uji lanjut menggunakan
metode tukey pada taraf 95%. Pada Tabel 4
N = banyak pasangan data (jumlah sampel )
dapat dilihat bahwa masing-masing
Yi = nilai peubah tak bebas Y ke i (Produksi perlakuan berbeda nyata terhadap produksi
TBS) TBS kelapa sawit.
Xi = Nilai peubah bebas X ke i (Kelerengan) Produktivitas tandan buah segar kelapa
Analisis Korelasi, dengan rumus : sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya faktor lingkungan yang
meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor
biotik yang mempengaruhi produktivitas
kelapa sawit diantaranya gulma, hama,
jumlah populasi tanaman/ha. Sedangkan
Jika : Faktor abiotik yaitu curah hujan, hari hujan,
tanah, dan topografi.
Nilai r terletak dari –1 sampai +1 atau ditulis
– 1≤ r ≤+1
Tabel 4. Produksi TBS kelapa sawit dengan perlakuan beberapa klasifikasi kelerengan.
Bobot TBS (Kg)
Rata-Rata Standar
Perlakuan Pane Pane Pane Pane Pane
(Kg) Deviasi
n1 n2 n3 n4 n5
K1 (Kelerengan 0- 32,6 34,8 32,4 33,2
33A 33,2 0,94
3%) A A A A
K2 (Kelerengan 3- 29,2 30,8 29,6
31A 30B 30,12 0,76
8%) AB A A
K3 (Kelerengan 8- 27,2 24,4 24,4 25,6 25,6
25,44 1,15
15%) B B B B C
K4 (Kelerengan 20,4 19,2 18,8 18,6 17,8
18,96 0,95
15-30%) C C C C D
K5 (Kelerengan 18,4 17,4 18,2 17,6
18D 17,92 0,41
30-45%) C C C C
8,34
KK 7,8% 8,3% 7,4% 5,4%
%

30
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf besar yang sama adalah tidak berbeda nyata
menurut uji metode tukey pada taraf 95%.

Hasil analisis korelasi antara kelerengan Tabel 6. Persamaan regresi pengaruh


lahan terhadap produksi TBS kelapa sawit kelerengan terhadap produksi TBS kelapa
dapat dilihat pada Lampiran 8. Untuk nilai sawit
R2 dari analisis korelasi dapat dilihat pada Persamaan Regresi
Tabel 5
Panen 1 y = 33 + (-35 X)
Panen 2 y = 33 + (-38 X)
Tabel 5. Nilai R2 analisis korelasi kelerengan Panen 3 y = 34 + (-40 X)
lahan terhadap produksi TBS Panen 4 y = 32 + (-36 X)
R2 (R Square) Panen 5 y = 30 + (-22 X)
Panen 1 0.95 Pada persamaan regresi diatas dapat
Panen 2 0.91 dilihat bahwa nilai koofisien regresi variabel
Panen 3 0.86 X (kelerengan) bernilai negatif pada setiap
Panen 4 0.92 panen ini berarti terjadi hubungan antara
Panen 5 0.88 kelerengan lahan dengan produksi TBS.
Tabel 5 menunjukkan bahwa hubungan
Semakin tinggi kelerengan maka produksi
antara kelerengan lahan terhadap produksi
TBS akan semakin menurun. Untuk grafik
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit
regresi dapat dilihat pada Gambar 1.
berkorelasi linear yang tinggi dan positif.
Dari analisis korelasi juga diperoleh
persamaan regresi yang dapat dilihat pada
Tabel 6.
35

30
= Panen 1
Produksi TBS (Kg)

25
= Panen 2
20
= Panen3
15 = Panen 4
10 = Panen 5

0
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Kelerengan

Gambar 1. Grafik regresi hubungan kelerengan terhadap produksi TBS

Dilihat dari grafik regresi diatas dapat berpengaruh dimana semakin tinggi
diketahui bahwa kelerengan dan produksi kelerengan maka produksi TBS kelapa sawit
TBS kelapa sawit memiliki hubungan yang semakin menurun.

31
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

Rata-rata diameter lingkar batang tanaman metode tukey pada taraf 95% dapat dilihat
kelapa sawit setelah uji lanjut menggunakan pada Tabel 7.
Tabel 7. Diameter lingkar batang tanaman kelapa sawit dengan perlakuan beberapa
klasifikasi kelerengan.
Perlakuan Diameter Lingkar Batang (cm)
K1 ( Kelerengan 0-3%) 201.60 A
K2 ( Kelerengan 3-8%) 192.80 AB
K3 ( Kelerengan 8-15%) 190.20 AB
K4 ( Kelerengan 15-30%) 189.80 AB
K5 ( Kelerengan 30-45%) 189.40 B
KK= 2.92 %
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf besar yang sama adalah tidak berbeda nyata
menurut uji metode tukey pada taraf 95%.

Pertumbuhan diameter lingkar batang lapangan walaupun di dalam tanah air


dipengaruhi oleh kadar air, pertumbuhan cukup tersedia, tanaman dapat mengalami
terendah terdapat pada keadaan lereng cekaman (kekurangan air). Hal ini terjadi
yang bergelombang dan curam ini jika kecepatan absorpsi tidak dapat
dikarenakan bahwa kadar air yang rendah mengimbangi kehilangan air melalui proses
pada keadaan lereng tersebut yang transpirasi (Islami dan Utomo, 1995).
disebabkan pergerakan air yang semakin Hasil analisis korelasi antara kelerengan
meningkat. Kekurangan air pada tanaman lahan terhadap diameter lingkar batang
terjadi karena ketersediaan air dalam media tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada
tidak cukup dan transpirasi yang berlebihan tabel 8.
atau kombinasi kedua faktor tersebut. Di
Tabel 8. Analisis korelasi kelerengan lahan terhadap diameter lingkar batang
Regression Statistics
R 0,71
R2 0,51
R2 Yang ditetapkan 0,34
Standard Error 4,19
Pengamatan 5

Dari analisis korelasi menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi


bahwa hubungan linear antara kelerengan tanaman kelapa sawit. Rata-rata tinggi
lahan terhadap diameter lingkar batang tanaman kelapa sawit setelah uji lanjut
tanaman kelapa sawit cukup tinggi. menggunakan metode tukey pada taraf 95%
Berdasarkan hasil analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 9.
menunjukkan bahwa kelerengan lahan

Tabel 9. Tinggi tanaman kelapa sawit dengan perlakuan beberapa klasifikasi kelerengan.
Perlakuan Tinggi Tanaman(cm)
K1 ( Kelerengan 0-3%) 1048.0 A
K2 ( Kelerengan 3-8%) 999.00 A
K3 ( Kelerengan 8-15%) 937.00 B
K4 ( Kelerengan 15-30%) 878.00 B
K5 ( Kelerengan 30-45%) 785.00 C

32
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

KK= 3,17%
Angka-angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf besar yang sama adalah tidak berbeda nyata
menurut uji metode tukey pada taraf 95%.

Salah satu faktor yang mempengaruhi teras. Sedangkan Pada wilayah berbukit
pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah dengan kelerengan >30% tidak dianjurkan
bentuk wilayah. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit karena akan
untuk tanaman kelapa sawit yaitu wilayah memerlukan biaya yang besar untuk
dengan kelerengan 0-8%. Pada wilayah pengolahannya, sedangkan produksi kelapa
bergelombang sampai berbukit (8-30%), sawit yang dihasilkan relatif rendah.
kelapa sawit masih dapat tumbuh dan Hasil analisis korelasi antara
berproduksi dengan baik melalui upaya kelerengan lahan terhadap tinggi tanaman
pengolahan tertentu seperti pembuatan kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Analisis korelasi kelerengan lahan terhadap tinggi tanaman.

Regression Statistics
R 0,98
R2 0,98
R2 Yang ditetapkan 0,97
Standard Error 17,08
Pengamatan 5
Dari analisis korelasi menunjukkan persamaan regresi y = 1049 + (-592,9 X).
bahwa hubungan linear antara kelerengan Untuk grafik regresi dapat dilihat pada
lahan terhadap tinggi tanaman kelapa sawit Gambar 2.
tinggi. Dari analisis korelasi juga diperoleh

1200

1000
Tinggi Tanaman (cm)

800

600

400

200

0
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Kelerengan
Gambar 2. Grafik regresi antara kelerengan lahan terhadap tinggi tanaman.

33
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

Dilihat dari grafik regresi diatas dapat erosi juga semakin tinggi. Selain itu tingkat
diketahui bahwa kelerengan dan tinggi pertumbuhan gulma pada lahan yang
tanaman kelapa sawit memiliki hubungan semakin lereng semakin tinggi hingga
yang berpengaruh dimana semakin tinggi mengakibatkan pertumbuhan kelapa sawit
kelerengan maka tinggi tanaman kelapa terganggu akibat persaingan unsur hara, air
sawit semakin menurun. dan cahaya yang terjadi antara tanaman
Pada lahan dengan kelerengan curam, kelapa sawit dan gulma di sekitar tanaman.
semakin curam kelerengan lahan tingkat

KESIMPULAN Sawit Berdasarkan Sifat Tanah


PadaTingkat Sub Grup (Macam).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Warta PPKS (411): 9-22.
dapat disimpulkan bahwa kelerengan Badan Pusat Statistik. 2016. Sijunjung
berpengaruh nyata terhadap produksi Dalam Angka. Sijunjung : Badan
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Pusat Statistik.
Rata-rata produksi tertinggi diperoleh BPSJ. 2016. Ringkasan Kinerja Pengelolaan
pada keadaan lereng yang datar (0-3%) dan Lingkungan. Sijunjung : PT. Bina
landai (3-8%) serta rata-rata produksi Pratama Sakato Jaya.
terendah pada keadaan lereng curam (15- Cahyo, S. Dan Muhartini. 2013. Ekologi
30%) dan sangat curam (30-45%). Pertanian. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka
UCAPAN TERIMAKASIH
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal
Ucapan terimakasih kepada pihak yang Perkebunan. 2014. Statistik
membantu secara material dan non perkebunan Indonesia 2009-2015:
material. Baik itu penyandang dana Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta:
penelitian, pemberi fasilitas penelitian, atau Sekretariat Direktorat Jenderal
Perkebunan.
yang membantu dalam hal apapun.
Dja’far. 2001. Tinjauan Ekonomi Industri
Kelapa Sawit. Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit.
Fauzi, Y. Dan Widya, A., Styawibawa. 2003.
DAFTAR PUSTAKA Kelapa Sawit. Penebar Swadaya.
Jakarta
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah
Institut Pertanian Bogor Press.Bogor. dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo.Jakarta.
. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Hartati.2003.Tinjauan teoritis Tandan Buah
Institut Pertanian Bogor Press.Bogor. Segar Kelapa sawit. Universitas
Sumatera Utara : Medan
. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Islami, T. dan W.H. Utomo, 1995. Hubungan
Institut Pertanian Bogor Press.Bogor. Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press, Semarang.
Adiwiganda, R, P Purba, F. Chaniago, Z Kartasapoetra. 1987. Pengantar Ekonomi
Poeloengan dan T. Hutomo, 1995. Produksi Pertanian. Buku. Bina
Pedoman penilaian Kesesuaian Aksara. Jakarta.
Lahan Kelapa Sawit. Pusat . 1988.Manajemen budidaya
Penelitian Kelapa Sawit. kelapa sawit, halm 1 – 318.Dalam
Adiwiganda, R., A. Purba., dan Z. S. Mangoensoekarjo dan H.
Poeloengan. 1997. Pengolahan Semangun (Eds). Manajememen
Tanah Areal Peremajaan Kelapa Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah

34
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

Mada University press. Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang


Yogyakarta. Berkelanjutan. Penerbit Andi
.1990, ”Hama Tanaman Offset, Yogyakarta.
Pangan dan Perkebunan”, Bumi
Aksara, Jakarta Susila, W.R. 2004. Peluang bisnis kelapa
Kohnke, H. and A.R. Bertrand. 1999. Soil sawit di Indonesia.
Conservation. Mc Graw Hill Book http//www.Ipard.com/art
Co. Inc.N.Yp.73 perkebun/0003504 wrs.asp. 17
Martono. 2004. Pengaruh Intensitas Hujan Oktober 2005.
dan Kemiringan Lereng Terhadap United Nations Population Division. 2015.
Laju Kehilangan Tanah Pada Tanah World Population Prospects. The
Regosol Kelabu. Tesis. Universitas Revision. New York: United
Diponegoro, Semarang. Nations.
Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Wahyono. 1995.Kelapa Sawit Teknis
Sawit.Ed ke-4. Jakarta (ID): Agronomis dan Manajemennya
Penebar Swadaya. 412 hlm. (Tinjauan Teoritis dan Praktis).
. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Jakarta : Lembaga Pupuk
Sawit.Ed ke-4. Jakarta (ID): Indonesia.
Penebar Swadaya. 412 hlm. Wigena, G. Putu. 2009. Model Pengelolaan
Pamin, K. 1998. A hundred and fifty years of Kebun Kelapa Sawit Plasma
oil palm development in Berkelanjutan (Studi Kasus di
Indonesia: From the Bogor Perkebunan PIR-Trans PTPN V Sei
Botanical Garden to the Industry. Pagar Kabupaten Kampar Propinsi
Proceedings 1998 International Oil Riau).Tesis tidak diterbitkan.
Palm Conference: Commodity of Bogor: Program Pasca Sarjana IPB
the past, today and the future. Bogor.
Pp3-25.
Rutgers, 1922.Oil Palm Research, The Genus Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan
Elaies. Elsevier, Amsterdam. Press: Analisis Lanskap. Laboratorium
Jakarta. Penginderaan Jauh dan Kartografi
Santoso, H., 2015. Panduan Praktis Arduino Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Untuk Pemula. Trenggalek: Pertanian. Institut Pertanian
www.elangsakti.com. Bogor. Bogor.
Sartohadi, J. 2013. Pengantar Geografis
Tanah. Yogyakarta : Pustaka Yahya, Z., A. Husin, J. Talib, J. Othman, O.H.
Pelajar Ahmed and M.B. Jalloh. 2010. Oil
Sastrosayono,S. 2006.Budidaya Kelapa palm(Elaeis guineensis) roots
Sawit.PT Agromedia Pustaka.Jakarta. response to mechanization in
Setyamidjaja. 2006. Budidaya Kelapa sawit. Bernam series soil. American
Yogyakarta: Kanisius. Journal of Applied Science 7 (3):
Sugiyono, I. Y. Harahap, Winarna, A.D. 343-348.
Koedadiri, A. Purba, dan P. Purba. 2003. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air.
Penilaian Kesesuaian Lahan Kelapa Institut Pertanian Bogor Press.Bogor.
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit Medan. . 2012. Konservasi Tanah dan Air.
Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya Institut Pertanian Bogor Press.Bogor.
dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Jakarta: Agromedia Pustaka. . 2010. Konservasi Tanah dan Air.
Institut Pertanian Bogor Press.Bogor.

35
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

Adiwiganda, R, P Purba, F. Chaniago, Z Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah


Poeloengan dan T. Hutomo, 1995. Mada University press.
Pedoman penilaian Kesesuaian Yogyakarta.
Lahan Kelapa Sawit. Pusat .1990, ”Hama Tanaman
Penelitian Kelapa Sawit. Pangan dan Perkebunan”, Bumi
Adiwiganda, R., A. Purba., dan Z. Aksara, Jakarta
Poeloengan. 1997. Pengolahan Kohnke, H. and A.R. Bertrand. 1999. Soil
Tanah Areal Peremajaan Kelapa Conservation. Mc Graw Hill Book
Sawit Berdasarkan Sifat Tanah Co. Inc.N.Yp.73
PadaTingkat Sub Grup (Macam). Martono. 2004. Pengaruh Intensitas Hujan
Warta PPKS (411): 9-22. dan Kemiringan Lereng Terhadap
Badan Pusat Statistik. 2016. Sijunjung Laju Kehilangan Tanah Pada Tanah
Dalam Angka. Sijunjung : Badan Regosol Kelabu. Tesis. Universitas
Pusat Statistik. Diponegoro, Semarang.
BPSJ. 2016. Ringkasan Kinerja Pengelolaan Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa
Lingkungan. Sijunjung : PT. Bina Sawit.Ed ke-4. Jakarta (ID):
Pratama Sakato Jaya. Penebar Swadaya. 412 hlm.
Cahyo, S. Dan Muhartini. 2013. Ekologi . 2010. Panduan Lengkap Kelapa
Pertanian. Jakarta: Penerbit Sawit.Ed ke-4. Jakarta (ID):
Universitas Terbuka Penebar Swadaya. 412 hlm.
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Pamin, K. 1998. A hundred and fifty years of
Perkebunan. 2014. Statistik oil palm development in
perkebunan Indonesia 2009-2015: Indonesia: From the Bogor
Kelapa Sawit (Oil Palm). Jakarta: Botanical Garden to the Industry.
Sekretariat Direktorat Jenderal Proceedings 1998 International Oil
Perkebunan. Palm Conference: Commodity of
the past, today and the future.
Dja’far. 2001. Tinjauan Ekonomi Industri Pp3-25.
Kelapa Sawit. Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. Rutgers, 1922.Oil Palm Research, The Genus
Fauzi, Y. Dan Widya, A., Styawibawa. 2003. Elaies. Elsevier, Amsterdam. Press:
Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jakarta Santoso, H., 2015. Panduan Praktis Arduino
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Untuk Pemula. Trenggalek:
dan Pedogenesis. Akademika www.elangsakti.com.
Pressindo.Jakarta. Sartohadi, J. 2013. Pengantar Geografis
Tanah. Yogyakarta : Pustaka
Hartati.2003.Tinjauan teoritis Tandan Buah Pelajar
Segar Kelapa sawit. Universitas Sastrosayono,S. 2006.Budidaya Kelapa
Sumatera Utara : Medan Sawit.PT Agromedia Pustaka.Jakarta.
Islami, T. dan W.H. Utomo, 1995. Hubungan Setyamidjaja. 2006. Budidaya Kelapa sawit.
Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Yogyakarta: Kanisius.
Semarang Press, Semarang. Sugiyono, I. Y. Harahap, Winarna, A.D.
Kartasapoetra. 1987. Pengantar Ekonomi Koedadiri, A. Purba, dan P. Purba. 2003.
Produksi Pertanian. Buku. Bina Penilaian Kesesuaian Lahan Kelapa
Aksara. Jakarta. Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
. 1988.Manajemen budidaya Sawit Medan.
kelapa sawit, halm 1 – 318.Dalam Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya
S. Mangoensoekarjo dan H. dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Semangun (Eds). Manajememen Jakarta: Agromedia Pustaka.

36
Jurnal Riset Perkebunan (JRP)
P – ISSN 2723-780X E – ISSN 2828-9285
Volume 3 No. 1, Maret 2022

Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang Berkelanjutan (Studi Kasus di


Berkelanjutan. Penerbit Andi Perkebunan PIR-Trans PTPN V Sei
Offset, Yogyakarta. Pagar Kabupaten Kampar Propinsi
Riau).Tesis tidak diterbitkan.
Susila, W.R. 2004. Peluang bisnis kelapa Bogor: Program Pasca Sarjana IPB
sawit di Indonesia. Bogor.
http//www.Ipard.com/art
perkebun/0003504 wrs.asp. 17 Wiradisastra. 1999. Geomorfologi dan
Oktober 2005. Analisis Lanskap. Laboratorium
Penginderaan Jauh dan Kartografi
United Nations Population Division. 2015. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
World Population Prospects. The Pertanian. Institut Pertanian
Revision. New York: United Bogor. Bogor.
Nations.
Wahyono. 1995.Kelapa Sawit Teknis Yahya, Z., A. Husin, J. Talib, J. Othman, O.H.
Agronomis dan Manajemennya Ahmed and M.B. Jalloh. 2010. Oil
(Tinjauan Teoritis dan Praktis). palm(Elaeis guineensis) roots
Jakarta : Lembaga Pupuk response to mechanization in
Indonesia. Bernam series soil. American
Wigena, G. Putu. 2009. Model Pengelolaan Journal of Applied Science 7 (3):
Kebun Kelapa Sawit Plasma 343-348.

37

Anda mungkin juga menyukai