Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH PUPUK NPK 16:16:16 DAN PUPUK ORGANIK

CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI


TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG HIJAU
( Vigna radiata) SECARA TUMPANG SARI DENGAN
PERLAKUAN N1H2a

OLEH :

LINDA

174110213

Laporan Pratikum Ini Dibuat Sebagai Syarat Mendapatkan Nilai Mata Kuliah
Ekologi Tanaman

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019
PENGARUH PUPUK NPK 16:16:16 DAN PUPUK ORGANIK
CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG HIJAU
(Vigna radiata) SECARA TUMPANG SARI DENGAN
PERLAKUAN N1H2a

LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:

Nama : LINDA

NPM : 174110213

Kelas : V/C

Prodi : Agroteknologi

Menyetujui,

DosenPengasuh I Dosen pengasuh II

Ir. Hj Ernita,MP Prof.Dr.Sudirman Yayah,.MSc

Asisten Dosen

Maruli Tua.SP
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat

dankarunia-Nya laporan praktikum Ekologi Tanaman ini dapat selesai tepat pada

waktunya. Shalawat beserta salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad

SAW.Yang telah Membawa kita ke dunia yang penuh ilmu pengetahuan seperti

saat sekarang ini.

Penyusunan laporan akhir praktikum ini bertujuan untuk memenuhi syarat

dari mata kuliah Ekologi Tanaman. Ucapan terima kasih kepada ibu Ir Hj

Ernita.MP dan bapak Prof.Dr. Sudirman Yahya, MSc selaku dosen mata kuliah

ekologi tanaman, dan juga mengucapkan terima kasih kepada maruli tua SP

selaku asisten dosen (asdos), seluruh pihak yang telah membantu dalam

pembuatan laporan akhir praktikum ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan praktikum ini masih

jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan sehingga kami senantiasa

menerima kritik dan saran agar kedepanya supaya lebih baik lagi.

Pekanbaru, Desember 2019

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL........................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................ 6

C. Manfaat............................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 7

III. BAHAN DAN METODE...................................................................... 16

A. Tempat dan Waktu.............................................................................. 16

B. Bahan dan Alat................................................................................... 16

C. Rancangan Pratikum........................................................................... 16

D. Pelaksanaan Praktikum....................................................................... 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 21

A. Tinggi Tanaman............................................................................... 21

B. Rancangan percobaan....................................................................... 23

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 25

A. Kesimpulan......................................................................................... 25

B. Saran .................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27

DOKUMENTASI............................................................................................ 28
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kombinasi Perlakuan Pupuk Organic Cair Dan Pupuk NPK ................... 17

2. Timggi tanaman jagung dengan perlakuan aplikasi pemberian pupuk poc dan

pupuk npk 16:16:16..................................................................................... 21

3. Rancangan percobaan ................................................................................. 23


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas

tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia,

seperti: bubur kacang hijau dan isi onde-onde. Kecambahnya dikenal

sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat-zat gizi, antara lain: amylum,

protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium,

niasin, vitamin (B1, A, dan E). Manfaat lain dari tanaman ini adalah dapat

melancarkan buang air besar dan menambah semangat hidup, juga

digunakan untuk pengobatan (Atman, 2007).

Pulau Jawa merupakan penghasil utama kacang hijau di Indonesia,

karena memberikan kontribusi 61% terhadap produksi kacang hijau

nasional. Sebaran daerah produksi kacang hijau di Indonesia adalah: NAD,

Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Total

kontribusi daerah tersebut adalah 90% terhadap produksi kacang hijau

nasional dan 70% berasal dari lahan sawah. Tantangan pengembangan

kacang hijau di lahan kering adalah peningkatan produktivitas dan

mempertahankan kualitas lahan untuk berproduksi lebih lanjut.

Pengembangan kacang hijau merupakan solusi murah untuk mengatasi

masalah tersebut. Keterbatasan modal, garapan lahan kering yang relatif

luas, anggapan petani terhadap kacang hijau sebagai tanaman kedua, dan

infrastruktur yang kurang memadai merupakan faktor biofisik dan sosial


2

ekonomi yang menghambat pengembangan kacang hijau di lahan kering

(Kasno, 2007).

Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani

meskipun hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga

yang baik. Untuk memenuhi kebutuhan kacang hijau dalam negeri, setiap

tahun pemerintah Indonesia harus mengimpor kacang hijau sejumlah

30.900 - 73.191 ton per-tahun. Produksi kacang hijau di Indonesia belum

dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hasil rata-rata kacang hijau di

Indonesia 0,71 ton per hektare, sedangkan potensi hasil kacang hijau

unggul rata-rata 1,20-1,75 ton per hektare (Anonim, 2012)

Dalam cara budidaya, terutama dalam hal pengaturan jarak tanam

dan sistem penanaman, jarak tanam rapat memungkinkan tajuk tanaman

menutup tanah secara cepat sehingga mempengaruhi penangkapan energi

matahari menjadi kurang optimal. Menurut Ariffin (1998), besarnya

tingkat naungan pada pertanaman kacang hijau akan mempengaruhi

beberapa komponen hasil seperti jumlah polong, bobot 100 biji, hasil biji

per satuan luas, serta indeks panen karena faktor cahaya dan air

merupakan faktor pembatas yang perlu dipertimbangkan untuk mencapai

hasil yang lebih tinggi. Faktor cahaya dan air ini pula yang mempengaruhi

laju deteriorasi benih karena berkaitan erat dengan daya tumbuh dan vigor

yang menjadi faktor internal yang mempengaruhi laju deteriorasi. Hal ini

dapat diatur melalui pengaturan waktu tanam dan populasi tanaman

(Guritno, 1980).
3

Jagung (Zea mays L) memiliki peran penting dalam pemenuhan

kebutuhan pangan nasional dan internasional setelah beras dan gandum.

Jagung merupakan tanaman yang umumnya ditanam di wilayah dataran

rendah, baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan serta ditanam di dataran

tinggi. Untuk pengembangan jagung, penggunaan benih unggul dan

bermutu tinggi menjadi salah satu upaya yang terus dikaji dan

disebarluaskan ke petani. Jagung sampai saat ini masih merupakan

komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung

masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras.

Produksi jagung di riau tahun 2015sebesar 30.870 ton pipilan

kering. Produksi tersebut mengalami peningkatan, yaitu sekitar 7,74

persen (2.219 ton pipilan kering) dibandingkan tahun 2014.

Dari data Ditjen Tanaman Pangan mengenai sasaran produksi

nasional 2018 sebesar 33,9 juta ton, kebutuhan jagung untuk industri

pakan sebesar 32% dari total produksi sedangkan untuk kebutuhan pangan

sebesar 14% dari total produksi. Yang perlu dicermati adalah kebutuhan

jagung untuk industri pangan di tahun 2018 ini mengalami peningkatan

yang cukup pesat dibandingkan tahun 2017. Industri pati jagung dan

sweetener meningkat 8,57% dibanding sebelumnya sedangkan Industri

Corn Grits dan tepung jagung serta Industri Snack yang di tahun

sebelumnya belum ada tapi di tahun 2018 mampu menyerap 4.000.000 ton

jagung mengindikasikan urgensinya jagung dalam memenuhi kebutuhan

pangan terutama industri makanan dan minuman. Berdasarkan data dari

Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian (2018) total kebutuhan


4

jagung untuk industri sebesar 30.000.000 ton dengan rincian sebagai

berikut: (1) Industri Pakan sebesar 8.300.000 ton, (2) Industri Pati Jagung

dan sweetener sebesar 760.000 ton, (3) Industri Corn Grits dan tepung

jagung sebesar 3.000.000 ton dan (4) Industri Snack sebesar1.000.000

ton.

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga merupakan

sumber protein yangp enting dalam menu masyarakat di Indonesia.

Jagung kaya akan komponenpangan fungsional, termasuk serat pangan

yang dibutuhkan tubuh, asam lemakesensial, isoflavon, mineral (Ca, Mg,

K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, betakaroten(provitamin A), komposisi

asam amino esensial, dan lainnya.

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis

tanaman pada lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa

dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan

pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung

dan bawang merah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang

umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola tanam

tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan

yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah,

sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan

ditumpangsarikan dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan

ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Sistemtumpang sari akan

meningkatkan kompetisidalam menggunakanfaktor pertumbuhan,oleh

karena itu untuk mengurangi kompetisiitu makaperlu pengaturan waktu

tanam dari tanaman yang ditumpang sarikan.


5

Untuk meningkatkan produksi tanaman jagung dan tanaman

bawang merah para petani harus mengetahui pola tanam, Pola tanam

sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur (tumpangsari), dan

rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan minus

tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi

tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan

berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan

penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi).

Tumpangsari bentuk pola tanam yang membudidayakan lebih

dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu, dan tumpangsari ini

merupakan suatu upaya dari program intensifikasi pertanian dengan tujuan

untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, dan menjaga kesuburan

tanah (Prasetyo, Sukardjo, dan Pujiwati, 2009).Jumin (2002 dalam

Marliah, Jumini, Jamilah, 2010) menyatakan bahwa tujuan dari sistem

tanam tumpang sari adalah untuk mengoptimalkan penggunaan hara, air,

dan sinar matahari seefisien mungkin untuk mendapatkan produksi

maksimum.

Penanaman tumpangsari menciptakan agroekosistem

pertanaman yang komplek, yang mencakup interaksi antara tanaman

sejenis maupun berbeda jenis. Persaingan terjadi apabila masing-masing

dua atau lebih spesies tanaman memerlukan kebutuhan hidup yang sama.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pola tumpangsari adalah

waktu tanam, karena waktu tanam berhubungan dengan pertumbuhan

vegetatif yang lebih cepat dan dominan menguasai ruang maka akan lebih

mampu berkompetisi dalam memperebutkan air, unsur hara dan cahaya


6

dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatifnya yang lambat, akhirnya

mempengaruhi produksi.

Penanaman tumpangsari menjadikan sebuah budidaya tanaman

berkelanjutan dan membuat produksi hasil tanaman yang optimal. Sistem

tumpangsari dapat diatur berdasarkan sifat-sifat perakaran dan waktu

penanaman.Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk

menghindarkan persaingan unsur hara dan air yang berasal dari dalam

tanah.Sistem perakaran yang dalam dapat ditumpangsarikan dengan

tanaman yang berakar dangkal.Tanaman monokotil yang bisanya memiliki

perakaran yang dangkal karena berasal dari akar seminal dan akar buku,

sedangkan tanaman dikotil pada umumnya memiliki perakaran yang dalam

karena memiliki akar tunggang.


7

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah

1. Sebagai salah satu untuk syarat dalam pemenuhan nilai mata kuliah

Ekologi Tanaman

2. Untuk mengetahui berbagai teknik pembudidayaan tanaman bawang

merah dan jagung secara tumpangsari dalam satu plot.

3. Untuk mengetahui pengaruh Pupuk Organik Cair, NPK 16:16:16

terhadap hasil tanaman bawang merah dan jagung secaratumpang sari.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah

1. Mahasiswa mengerti dan memahami teknik budidaya tanaman jagung

dan kacang hijau secara tumpangsari

2. Mahasiswa dapat mengetahui pertumbuhan dan hasil produksi

tanaman kacang hijau dan tanaman jagung secara tumpang sari

3. Mahasiswa dapat mengetahui pemberian pupuk organik cair, NPK

16:16:16 Terhadap hasil tanaman kacang hijau dan tanman jagung

secara tumpangsari.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau dikenal dengan beberapa nama, seperti mungo, mung bean,

green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang candi

(Makassar) (Astawan, 2009). Kacang hijau (Vigna radiata,L.) merupakan

salah satu tanaman leguminosae yang cukup penting di Indonesia

setelah tanaman kedelai dan kacang tanah. Dalam setiap 100 gram biji

kacang hijau mengandung 345 kal kalori, 22 gram protein, 1,2 g lemak,

62,9 g karbohidrat, 125 mg kalsium, 320 mg fosfor 6,7 mg besi, 157 SI

vitamin A, 0,64 mg vitamin B 1, 6 mg vitamin C dan 10 g air (Evita,

2007).

Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat

tani di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India.

Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa India

merupakan daerah asal sejumlah besar suku Leguminosae. Salah satu bukti yang

mendukung pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau

jenis Phaseolus mungo di India atau disebut kacang hijau India (Rukmana, 1997:

15).

Penyebaran kacang hijau meluas ke berbagai daerah beriklim tropis di

Asia seperti: Taiwan, Thailand, dan Filipina. Data AVRDC menunjukkan bahwa

produksi kacang hijau di beberapa negara Asia pada tahun 1972-1973 amat

bervariasi. India mencapai 392.000 ton, Thailand hanya 191.000 ton, Filipina

19.000 ton, dan Taiwan 3.000 ton (Rukmana, 1997: 15).


7

Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada

awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau

pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai

berkembang ke Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur.

Daerah sentrum produksi kacang hijau adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa

Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah,

dan DI Yogyakarta (Rukmana, 1997: 15).

Morfologi fisik bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian

yaitu akar,batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar

serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada

kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5 mm (AAK,

2004).

Kacang hijau merupakan komoditas tanaman pangan penting kelima

setelah padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah. Komoditas ini biasanya ditanam

mengikuti pola tanam padi– padi–kacang hijau atau padi–kedelai–kacang hijau.

Umumnya ditanam di lahan sawah sesudah panen padi, ketika diperkirakan air

tidak cukup lagi untuk menanam padi atau palawija lain. Hal ini dilakukan karena

kacang hijau dikenal sebagai jenis tanaman yang relatif toleran terhadap

kekeringan (Sulistyo dan Yuliasti 2012).

Menurut Rukmana (1999), kacang hijau selain berguna untuk kesehatan

tubuh, juga bermanfaat sebagai obat – obat tradisional. Bubur kacang hijau amat

baik untuk penderita penyakit beri – beri, sedangkan touge kacang hijau

merupakan sumber vitamin E yang berkhasiat antisterilitas. Hasil penelitian

KAISI, lembaga penelitian kesehatan tubuh manusia di Korea, menunjukkan


8

bahwa tiap 100 g touge kacang hijau mengandung 4,2 g protein, 3,4 g karbohidrat,

1,0 g lemak, 47 kalori, 9,2 g air, dan 15 g vitamin C.

Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan komoditi kedua strategis

setelah tanaman padi, karena di beberapa daerah jagung merupakan bahan

makanan pokok setelah beras dan jagung juga memiliki atau mempunyai arti yang

penting dalam pengembangan industri di dindonesia. Proporsi penggunanaa

tanaman jagung adalah 67% untuk bahan pakan, 25% untuk bahan pangan,

sedangkan di negara berkembang paling banyak digunakan sebagai bahan pangan,

jagung berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa yang datang ke Amerika

membawa benih jagung tersebut ke negaranya.Melalui Eropa tanaman jagung

terus menyebar ke Asia dan Afrika.Baru sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini

oleh orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah lainnya di

Asia(Sudarsana, 2000).

Jagung dikenal dengan nama sweet corn mulai dikembangkan di Indonesia

pada awal tahun 1980, diusahakan secara komersial dalam skala kecil untuk

memenuhi kebutuhan hotel dan restoran. Sejalan dengan berkembangnya toko-

toko swalayan dan meningkatnya daya beli masyarakat, meningkat pula

permintaan akan jagung manis. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga

ditanam sebagai pakan ternak (daun maupun tongkolnya), diambil minyaknya

(dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau

maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya).

Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan

furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai

penghasil bahan farmasi.Jagung termasuk tanaman pangan utama di


9

Indonesia.Produksi jagung terbesar di Indonesia terjadi di Pulau Jawa yakni Jawa

Timur dan Jawa Tengah masing-masing 5 juta ton tahun-1, setelah itu menyusun

beberapa di daerah Sumatera antara lain Medan dan Lampung, sehingga produksi

jagung Indonesia mencapai 16 juta ton tahun-1 (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Secara lengkap dilihat dari segi taksonomi tumbuhan tanaman jagung

diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan), Divisio:

Spermatophyta (tumbuhan berbiji), Sub Divisio: Angiospermae (berbiji tertutup),

Classis: Monocotyledone (berkeping satu), Ordo: Graminae (rumput-rumputan)

Familia: Graminaceae, Genus: Zea, Species: Zea mays L (Anonim, 2011).

Morfologi dari tanaman jagung yaitu berakar serabut terdiri dari akar

seminal,sistem perakaran tanaman jagung sangat bervariasi yaitu menyebar ke

bawah dan ke samping dengan panjang akar kurang lebih 2 m.  Akar utama keluar

dari pangkal batang berjumlah antara 20 sampai dengan 30 buah, sedangkan akar

lateral tumbuh dari akar utama dengan jumlah 20-25 buah. Dari akar lateral

tumbuh akar rambut dengan jumlah yang tidak terhitung. Fungsi akar pada

tanaman jagung digunakan untuk menghisap air dan garam-garam dari dalam

tanah, sebagai penopang tegaknya tanaman dan organ yang menghubungkan

tanaman dengan tanah (Warisno, 1998).

Batang tanaman jagung terdiri dari ruas-ruas dengan jumlah ruas antara 8-

21 ruas dengan rata-rata 14 ruas. Tinggi batang tanaman bagian luar merupakan

jaringan kulit yang keras dan tipis, yang berfungsi agar batang kuat dan kaku.

Dengan diameter batang antara 3-4 cm.  Pada setiap buku terdapat satu daun

dengan kelopak daunnya, di mana kelopak daunnya membungkus sebagian atau

seluruh ruas batang pada buku tersebut ( yuliasma, 2015 ).


10

Daun terdapat pada setiap batang yang terdiri dari tiga bagian yaitu

kelopak daun, lidah daun, dan helai daun.  Letak atau posisi daun berselang-seling

dalam dua barisan pada batang. Jumlah daun tanaman jagung rata-rata 12-18 helai

dalam tiap batang. Tanaman jagung yang berumur genjah memiliki jumlah daun

yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman jagung yang berumur panjang.

Fungsi daun bagi tanaman jagung merupakan tempat terjadinya fotosintesis

(yuliasma, 2015).

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga

jantan dan bunga betina terletak dalam satu tanaman.  Bunga jantan terletak pada

ujung tanaman dan bunga betina terletak pada tongkol pada ketiak daun. Bunga

jantan tersusun dalam bentuk malai, sedangkan bunga betina yang bersatu dengan

tongkol membentuk benang sari yang akan muncul keluar dari tongkol jika sudah

siap untuk dibuahi. 

Penyerbukan dihasilkan dengan bersatunya tepungsari pada rambut.  Lebih

kurang 95% dari bakal biji terjadi karena perkawinan sendiri. Biji tersusun rapi

pada tongkol. Pada setiap tanaman jagung ada sebuah tongkol, kadang-kadang ada

yang dua. Biji berkeping tunggal berderet pada tongkol. Setiap tongkol terdiri atas

10-14 deret, sedang setiap tongkol terdiri kurang lebih 200-400 butir (Syafruddin,

2013).

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.

Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada

bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang

terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 1016 baris biji yang

jumlahnya selalu genap (Syafruddin, 2013).


11

Syarat Tumbuh Tanaman Jagung curah hujan ideal sekitar 85-200

mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu

mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang

musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi,

pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal.

Suhu optimum antara 24 0C – 30 0C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah

khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi

optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan

tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %,

sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m

dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Emedinta, 2004).

Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih

hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha.

Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam (dosis 2-4 cc/lt air semalam)

(iskandar, 2010). Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar

supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis

tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung

berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir.

Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami

jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan

untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik

untuk pertumbuhannya (iskandar, 2010). Keasaman tanah erat hubungannya

dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi

pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6-7,5. Tanaman jagung


12

membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah

dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana

kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil.

Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya

dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian Tempat Jagung dapat ditanam di

Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki

ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600 m dpl

merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung

(suriyadianti, 2010).

Peningkatan produksi akibat pengurangan jarak juga didapatkan ketika

jarak antar tanaman berkurang, persentase peningkatan produksi perlahan secara

nyata ditentukan oleh persentase peningkatan intersepsi cahaya matahari. Jarak

tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena

tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga

pertumbuhan gulma terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Dad

Resiworo, 1992).

Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya

akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar

tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam optimum untuk

memperoleh hasil yang maksimum.Sebagai parameter pengukur pengaruh

lingkungan, tinggi tanaman sensitive terhadap factor lingkungan tertentu seperti

cahaya.Tanaman yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari

tanaman yang mendapat cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995).


13

Tanaman jagung juga membutuhkan minimal 13 jenis unsur hara yang

diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jum- lah lebih banyak

dan sering kekurangan, se- hingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S

diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan

sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl

diperlukan tanaman dalam jum- lah sedikit, disebut hara mikro. Sedangkan 3

unsur lainnya yaitu C, H, dan O diperoleh dari air dan udara (Patrick dan Reddy,

1976).

Tidak semua pupuk yang diberikan ke dalam tanah dapat diserap oleh

tanaman. nitrogen yang dapat diserap tanaman jagung hanya se- kitar 55-60%, P

sekitar 20%, K antara 50-70%,  sedangka  S  sekitar  33%. Tanggapan tanaman

terhadap pupuk yang diberikan bergantung pada jenis pupuk dan tingkat

kesuburan tanah. Karena itu, takaran  pupuk  berbeda  untuk setiap  lokasi. Hara

N, P dan K merupakan hara yang sangat dibutuhkan tanaman jagung untuk

tumbuh dan berproduksi, dimana untuk setiap ton biji yang dihasilkan, tanaman

jagung me- merlukan 27,4 kg N, 4,8 kg P dan 18,4 kg K (Patrick dan Reddy,

1976).

Pupuk organik adalah pupuk yang berperan dalam meningkatkan

aktivitas biologi, kimia, dan fisik tanah sehingga tanah menjadi subur dan

baik untuk pertumbuhan tanaman (Indriani, 2004).Pupuk organik terdapat

dalam bentuk padat dan cair. Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara

yang terdapat di dalamnya lebih mudah diserap tanaman (Murbandono, 1990).

Pupuk organik cair adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
14

kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya pupuk cair

organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering

mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai aktivator

untuk membuat kompos (Lingga dan Marsono, 2003).

Tanaman perlu diberi tambahan unsur hara terutama pupuk Nitrogen (N),

Fosfor (F), dan Kalium (K) yang masing-masing terdapat dalam Urea, TSP dan

KCl. Bawang merah memerlukan N 205 kg/ha, P 125 kg/ha, dan K 155 kg/ha

(Sumadi, 2003).

Tumpang sari pada dasarnya dilakukan dengan menanam 2 tanaman atau

lebih di waktu yang hampir bersamaan.Tanaman yang dapat dilakukan tumpang

sari diantaranya yaitu tanaman jagung dan bawang merah.keunggulan yang

mungkin didapat diantaranya dengan tumpang sari dengan bawang merah, akan

dapat mengurangi terjadinya intensitas serangan hama pada tanaman jagung,

karena relatif bawang merah mengeluarkan senyawa ecatogenin. Pada konsentrasi

tinggi, senyawa tersebut memiliki keistimewaan sebagai antifeeden. Dalam hal

ini, hama serangga tidak lagi bergairah dan menurunnya nafsu makan yang

mengakibatkan hama serangga enggan untuk melahap bagian tanaman jagung

yang disukai (Supriati dan Herliana,2014).

Pengaturan sistem tumpangsari dapat meminimalkan kompetisi diantara

tanaman atau dapat saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi dan

meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan, untuk mengurangi kompetisi

dari pola tumpangsari jagung manis dan bawang merah, maka dapat dilakukan

dengan mengatur waktu tanam yang tepat. dalam menyusun sistem tumpangsari

perlu memperhatikan kepekaan tanaman terhadap persaingan selama daur


15

hidupnya. Tanaman pada periode tertentu jelas sangat sensitif dan cekaman pada

periode tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hasil (Menurut Firman ,1992).


III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini telah dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau, Jalan Kharuddin Nasution Km 113. Kelurahan Simpang

Tiga, Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru. Kegiatan praktikum ini

dilaksanakan selama 4 bulan terhitung dari bulan September sampai bulan

Desember 2019 (Lampiran 1).

B. Alat dan Bahan

Bahan-bahanyang digunakan dalam praktikum ini adalah benih jagung

(bonanza now F1), benih bawang merah, dithane, NPK 16:16:16, insektisida

(curacron), kayu. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, garu, gembor,

meteran, pisau, kamera, penggaris ,buku dan alat tulis lainnya.

C. Rancangan Praktikum

Rancangan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) factorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu H

(Dosis pupuk organic cair) yang terdiri dari 3 taraf dan faktor kedua adalah N

(dosis pupuk NPK) yang terdiri dari 3 taraf sehingga diperoleh 9 kombinasi

perlakuan dan Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 4 ulangan sehingga

diperoleh 36 plot, dimana dari satu plot terdapat 8 tanaman dan 4 tanaman

dijadikan sampel sehingga diperoleh 288 tanaman.Adapun faktor dari kedua

perlakuan tersebut adalah:

Faktor H adalah pemberian pupuk organic cair, terdiri dari 3 taraf :

H1 : POC 1,5 cc/ air

H2 : POC 3 cc / air
17

H3 : POC 4,5 cc/ air

Faktor N adalah pemberian pupuk NPK, terdiri dari 3 taraf :

N1 : NPK 7,5 gram perbedegan

N2 : NPK 15 gram perbedegan

N3 : NPK 22,5 gram perbedegan

Kombinasi perlakuan pengaruh pupuk organic cair pupuk NPK dapat

dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Pupuk Organic Cair Dan Pupuk NPK


Faktor H/ Faktor N
Ulangan (r) N1 N2 N3
H1
a H1N1a H1N2a H1N3a
b H1N1b H1N2b H1N3b
c H1N1c H1N2c H1N3c
d H1N1d H1N2d H1N3d
H2
a H2N1a H2N2a H2N3a
b H2N1b H2N2b H2N3b
c H2N1c H2N2c H2N3c
d H2N1d H2N2d H2N3d
H3
a H3N1a H3N2a H3N3a
b H3N1b H3N2b H3N3b
c H3N1c H3N2c H3N3c
d H3N1d H3N2d H3N3d

Dari data pengamatan terakhir dari masing masing perlakuan di analisis

secara statistik, apabilah F Hitung lebih besar dari F Tabel maka dilakukan dengan

uji lanjutan Beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

D. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan dan Pengolahan lahan

Pembersihan lahan dari rerumputan dengan mencangkul dan menggaru

serasah kemudian di bakar dan ada juga ditimbun didalam tanah di jadikan
18

kompos. Setelah lahan bersih dari rumput atau gulma lalu dilakukan dengan

membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur

untuk memperbaiki aerasi.

2. Pembuatan plot

Pembuatan plot dengan ukuran 1 x 2 meter , dengan jarak antar plot 50

cm. pembuatan plot dilakukan dengan menggunakan cangkul dan tali raffia untuk

mempermudah pembuatan plot.

3. Penanaman

Penanaman dilahan dilaksanakan dengan terlebih dahulu pembuatan

lubang tanam ditugal dengan kedalaman lubang tanam 3 – 5 cm dan jarak tanam

50 x 70 cm. Kemudian benih jagung ditanam dengan cara memasukkan langsung

benih ke dalam lubang tanam yang telah di buat, penanaman dilakukan dengan

meletakkan satu biji pada satu lubang tanam. Setelah jagung berumur 30 hst,

kemudian di tumpangsari tanaman bawang merah dengan jarak tanam 25 x 25 cm

4. Pemberian Perlakuan

Pemupukan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah

tanamam (hst) mengunakan pupuk NPK 16:16:16 dengan dosis 15 gram per plot.

Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larian sekitar 10 cm dari tanaman

jagung. Setelah pemberian pupuk tutup larian yang telah diberikan pupuk dengan

tanah sekitar nya. Penutupan larian ini agar pupuk yang di berikan tidak terjadi

penguapan keudara setelah itu di siram dengan air agar pupuk larut dan biasa

disirap oleh tanaman.


19

5. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman

Penyiraman yang dilakukan dengan menggunakan gembor.

Penyiraman dilakukan setiap hari disesuaikan dengan kondisi di

lapangan.Hal ini menyangkut ketersediaan air dan kebutuhan bagi

pertumbuhan tanaman, akan tetapi penyiraman biasanya dilakukan 2 kali

sehari yaitu pada pagi dan sore hari.

b. Penyisipan

Penyisipan dilakukan pada benih jagung yang tidak tumbuh

ataupun mati lebih awal, penyisipan dilakukan seminggu setelah tanam,

tujuannya agar seragamnya pertumbuhan tanaman dan tidak saling

memperebutkan unsur hara karena keragaman tanaman.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi agar gulma

yang tumbuh tidak mengganggu pertumbuhan tanaman jagung serta

mengurangi persaingan unsur hara pada tanah antara tanaman jagung

dengan gulma.Penyiangan dapat dilakukan secara dicangkul atau manual

yaitu dengan mencabut gulma yang berada disekitar areal pertanaman

dan disesuaikan dengan kondisi lahan. Penyiangan jangan sampai

mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum

cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman

berumur 15 hari.

d. Pembubunan

Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk

memperkokoh batang jagung, agar tidak mudah rebah dan menutup akar
20

yang muncul di atas permukaan tanah. Pembubunan dilakukan dilakukan

pada saat tanaman berumur 4 minggu, tanah di sebelah kanan dan kiri

barisan tanaman jagung diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun

sehingga membentuk guludan.

e. Pengendalian hama penyakit

Pada praktikum ini pengendalian hama ulat daun pada tanaman

jagung dapat dilakukan dengan mengambil langsung ulat tersebut pada

pucuk tanaman jagung, kemudian dimatikan dengan cara dipijak dengan

kaki. Adapun pengendalian secara kimiawi yaitu dilakukan dengan

menyemprotkana insektisida Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2

ml/L air disemprotkan pada seluruh bagian tanaman.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman

Dari Hasil analisis praktikum tinggi tanaman pada tanaman jagung dapat

di sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 2. Tinggi Tanaman Jagung Dengan Perlakuan Aplikasi Pemberian Pupuk


POC dan Pupuk NPK 16:16:16
Pupuk Cair
NPK Rerata
H1 H2 H3
N1 142,88 101,7 180,93 141,66
N2 161,08 115,75 184,03 153,62
N3 113,67 176,17 129,17 139,67
Rerata 139,21 131,21 164,53 144,98
KK = 34,86% BNJ N & H= 60,83%

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa semua perlakuan pupuk organic

cair dan pupuk NPK memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap tinggi

tanaman jagung (Zea mays L.). Dimana rerata H3 menunjukkan tinggi tanaman

tertinggi yaitu 164,53 dan berbeda nyata dengan perlakuan H1 dan H2. Hal ini

dikarenakan sifat dari pupuk organik yang lambat tersedia bagi tanaman dan juga

jumlah hara yang tersedia di dalam nya rendah.

Pupuk organik cair (POCA) adalah larutan hasil dari pembusukan bahan

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang

kandungan unsur haranya lebih dari 1 unsur. POCA selain berfungsi sebagai

pupuk dapat sebagai aktivator untuk membuat kompos.


22

 Manfaat POCA diantaranya:

1. Untuk menyuburkan tanaman

2. Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah

3. Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar

 Keunggulan POCA adalah:

1. Mudah, murah

2. Tidak ada efek samping

3. Modal yang dibutuhkan relatif kecil

4. Peralatan dan mesin yang dibutuhkan relatif lebih sederhana dan

murah

5. Proses pembuatan lebih mudah

6. Skala produksi bisa kecil atau sampai besar

7. Margin keuntungan besar

 Kekurangan POCA adalah:

1. Perlu ketekunan dan kesabaran tinggi

2. Hasilnya kurang banyak

Damanik et al.,(2011) menyatakan bahwa kelemahan dari pupuk organik

adalah sebagai berikut:

1. Kandungan haranya rendah

2. Relatif sulit memperolehnya dalam jumlah banyak

3. Lambat tersedia bagi tanaman dan

4. Pengangkutan dan aplikasinya mahal karena dibutuhkan dalam jumlah

banyak. Kandungan unsur hara yang disemprotkan diduga mengalami

pencucian sehingga hanya sedikit yang diserap oleh tanaman.


23

Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang

mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK

merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan.

 Kelebihan aplikasi pupuk NPK Mutiara 16-16-16

1. Mengandung hara yang seimbang di setiap butiran pupuknya

2. Sumber Nitrogen dengan kombinasi unik

3. Teknik produksi nitrophosphate yang unik

4. Mengandung Poly dan orthopsphate sebagai penyedia hara

phosphatenya

5. Unsur hara dengan cepat akan tersedia

6. Penanganan dan cara aplikasi yang mudah dan merata

7. Rendah debu

8. Kualitasnya sudah terbukti

 Kelemahan pupuk NPK

1. Dalam jangka waktu lama penggunaan pupuk NPK bisa merusak

struktur fisik tanah

2. Tanah cepat kering karena daya tampung airnya menurun

3. Berpotensi besar menurunkan tingkat keasaman tanah.

B. Rancangan Percobaan

Tabel 3. Rancangan Percobaan

Faktor H / Faktor N
Ulangan TOTAL
(r) N1 N2 N3 FK 1107072
H1 / A 193 118 187,5 498,5 JKT 30732,35
B 168 192 175 535 JKP 5629,945
C 199 117,5 167 483,5 JKH 1974,403
D 181 168 188 537 JKN 1366,565
TOTAL 1 741 595,5 717,5 2054 JKE 25102,4
H2 / A 166 202 161 529 JKH*N 2288,977
24

B 199 198 204 601 BNJN 31,59


C 165 202 166,25 533,25 BNJH 31,59
D 190 154 222 566 BNJNH 73,33
TOTAL 2 720 756 753,25 2229,25 KK 17,38%
H3 / A 199 73 171 443
B 153,3 231 160 544,3
C 189,75 179 187 555,75
D 163,75 166 157 486,75
TOTAL 3 705,8 649 675 2029,8
TOTAL 2166,8 2000,5 2145,75 6313,05
RERATA 175,3625

KT(JK/db F table
SK JK Db Fhit
) 5% 1%
P 5629,945 (N.H)-1 = 8 703,743 0,756942 2,31 3,26
H 1974,403 H-1 = 2 987,201 1,061828 3,35 5,49
N 1366,565 N-1 = 2 683,282 0,734935 3,35 5,49
N*H 2288,977 (H-1)(N-1) = 4 572,244 0,615503 2,73 4,11
E 25102,4 HN (R-1) = 27 929,718
TOTAL 30732,35 (N.H.R)-1 = 35

KTK
FK = 6313,052/3X3X4 BNJN =
√ h Xr
x f tabel

KTK
JKT = (1932+1182+....1572)-FK BNJN =
√ nXr
x f tabel

KTK
JKP = {(7412+595,52+....6752))/r}-FK BNJNH =
√ r
x f tabel

KTE
JKH = {(20542+2229,252+2029,82)/NXr}-FK KK = √ X 100 %
Y ..

JKN ={(2166,82+2000,52+2145,752)/HXr}-FK

JKHN = JKP-JKH-JKN JKE = JKT – JKP


25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami

jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan

untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik

untuk pertumbuhannya (iskandar, 2010). Keasaman tanah erat hubungannya

dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi

pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6-7,5. Tanaman jagung

membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah

dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana

kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil.

Tanaman kacang hijau sudah lama dikenal dan ditanam oleh masyarakat

tani di Indonesia. Asal usul tanaman kacang hijau diduga dari kawasan India.

Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, menyebutkan bahwa India

merupakan daerah asal sejumlah besar suku Leguminosae. Salah satu bukti yang

mendukung pendapat Vavilov adalah ditemukannya plasma nutfah kacang hijau

jenis Phaseolus mungo di India atau disebut kacang hijau India (Rukmana, 1997:

15).

Kacang hijau (Vigna radiata L.) dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada

awal abad ke-17 oleh pedagang Cina dan Portugis. Pusat penyebaran kacang hijau

pada mulanya di Pulau Jawa dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai

berkembang ke Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur.


26

B. Saran

Sebaiknya sebelum melakukan penanam jagung terlebih dahulu diberikan

pupuk kandang dan dibiarkan selama kurang lebih 7 (tujuh) hari agar

mikroorganisme yang ada pada pupuk kandang tersebut dapat tercampur dengan

unsur hara yang ada pada tanah. Dan melakukan perawatan yang baik pada

tanaman jagung agar tidak terserang oleh hama penggerak batang yang dapat

mengakibatkan tanaman jagung mati.


27

DAFTAR PUSTAKA

Dhalika, T., Mansyur., H.K Mustafa dan H. Supratman. 2006. Imbangan Rumput
Afrika (Cynodon Plectostachyus) dan Leguminosa Sentro
(CentrosemaPubescans) dalam Sistem Pastura Campuran terhadap
Produksi danKualitas Hijauan. Jurnal Ilmu Ternak. (Diakses pada tanggal
18 Desember 2019)

Fanindi, A. Yohaeni S. Sutedi E. dan Oyo. 2009. Produksi Hijauan dan Biji
Legiuminosa Arachis pintoi Pada Berbagai Dosis Pemupukan. Balai
Penelitian Tanah, Bogor. (Diakses pada tanggal 18 Desember 2019)

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB press. Bogor.
(Diakses pada tanggal 18 Desember 2019)

Setyamidjaya, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simpleks. (Diakses pada tanggal


18 Desember 2019)

F Rohman, 2015. Tanaman Jagung. http://eprints.umm.ac.id/35836/3/jiptummpp-


gdl-fathurrohm-40865-3-bab2.pdf (Diakses pada tanggal 18 Desember
2019)

Jagung Hibrida Sumberaya Hayati, 2009. Budidaya Jagung. http://jagung-


hibrida.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 18 Desember 2019)

K Bahiyah, 2012. Morfologi tanaman jagung. http://etheses.uin-


malang.ac.id/879/6/08620002%20Bab%202.pdf (Diakses pada tanggal
18 Desember 2019)

E Azizah, 2017. Identifikasi Morfologi Dan Agronomi Jagung Hibrida.


http://jurnal.unpad.ac.id/kultivasi/article/viewFile/11718/5478 (Diakses
pada tanggal 18 Desember 2019)
28

DOKUMENTASI

Pengamatan tanaman

Pembersihan gulma pada lahan/bedengan

Pemberian pupuk NPK pada tanaman Pengukuran tinggi tanaman

Anda mungkin juga menyukai