Anda di halaman 1dari 17

Bab I.

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Dalam skala nasional adanya sebuah tujuan dimana untuk meningkatkan pendapatan
Negara dari semua aspek yang dapat bersangkutan, seperti budaya, sosial, politik, dan ekonomi.
Negara Indonesia merupakan Negara kesatua yang dimana mata pencaharian setiap masyarakat
dalam suatu daerah pasti berbeda-beda dalam upayamencukup dibidang ekonominya, apabila
dari kecukupan ekonomi dalam ruang lingkup masyarakat saja sudah dapat mecukup atau
melebihi dapat dilakukannya export sehingga dapat meningkatkan produksi Negara.

Negara Indonesia merupakan Negara kepualauan yang dimana banyaknya masyarakat


untuk kehiduoan sehari-harinya bergantung dengan faktor atau prospek pertanian, dengan sebab
itu Indonesia salah satunya disebut dengan Negara agraris, serta iklim yang sangat
menguntungkan bagi tanaman pangan, sayur mayor, buah-buahan, bahkan perkebunan yang
dibantu dengan faktor tanah yang sesuai untuk membantu jalannya proses budidaya tanaman di
Indonesia. Sektor pertanian mempunyai banyak pertanggung jawaban demi kelanjutan
masyarakatnya. Namun, masih banyak kendala yang dapat ditemui pada setiap budaya yang
berbeda dalam melakukan budidaya tanaman itu sendiri, sampai penyuluhan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk membantu kinerja masyarakat demi memperoleh pangan yang berkecukupan.

Proses budidaya tanaman, tidaklah semudah seperti menanam biji yang kemudian
dibiarkan untuk memproduksikan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan manusia atau
masyarakat, namun adanya proses yang berkaitan dari awal sampai akhir. Proses tersebut
bermula dari pemilihan komoditas yang ingin ditanam, dengan meihat kesesuaian dan
kemampuan lahan, perawatan, pemanenan, sampai pemasaran dan penjualan terhadap kebutuhan
konsumen.

Sasaran utama yang seharusnya diperhatikan yaitu terhadap pendapatan petani yang sesuai
dengan niali jual beli serta timbal balik yang dilakukan antara konsunen, pemasatan, dan
produsen, sehingga meningkatkan sebuah sinergitas yang baik dan seimbang untuk kehidupan
petani itu sendiri dan konsumennya. Masalah yang juga terjadi dini hari, seperti Nilai Tukar
Petani (NTP) yang belum dapat menentukan tingkat kesehajteraan petani. Nilai Tukar Petani,
yaitu rasio indeks antara harga penerimaan petani dengan harga penjualan petani, yang
dinyatakan dalam presntase.
Dengan itu, dilakukannya wawancara pada daerah…., untuk mengetahui kondisi ekonomi Commented [YIS1]: ?

dan kelayakan ekonomi dari sektor pertanian di daerah itu. Wawacara dilakukan bukan hanya
dari satu petani saja, namun terdapat beberapa, agar dapat dianalisis perbedaan dari karakteristik
ekonomi yang ada. Commented [YIS2]: jgn lupa di justify

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari wawancara yang dilakukan dan pembuatan laporan ini, yaitu sebgai:

- Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari suatu usaha tani yang dipunyai pada setaip
masing-masing petani

- Menganalisa efisiensi dari suatu usaha tani yang dilakukan

- Mengetahuai kelayakan segi ekonomis masyarakat dan petani Commented [YIS3]: dirapihkan kembali ya

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari wawancara yang dilakukan dan pembuatan laporan ini, yaitu:

- Dapat mengetahui kondisi fisik secara actual yang terlihat dari bagaimana tempat Commented [YIS4]: Istilah b.inggris di italic

tinggalnya, bagaimana kondisi kesehatan yang terlihat.

- Dapat dilakukannya sosialisasi antara petani dengan masyarakat

- Dapat dilakukannya perbaikan atau penyuluhan bagi petani yang membutuhkan

- Dapat mempelajari sejarah dan kondisi pertanian yang terjadi pada daerah itu, dari
pengalam hidup petanu itu sendiri.

Bab II. Tinjauan Pustaka

2.1 Sejarah Usahatani

Sejarah Perkembangan Usahatani di Indonesia Secara Umum, sebagai berikut:

1) Ladang Berpindah-pindah (Shifting Cultivation)

Pertanian di Indonesia Diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah (shifting


cultivation), yang masyarakat menanam tanaman apa saja, hanya untuk memenuhi
kebutuhan pangan.
Para petani mulai membuka suatu ladang dengan membersihkan belukar bawah di suatu
bagian tertentu dari hutan, kemudian menebang pohon-pohon besar. Batang-batang,
cabang-cabang, dahan-dahan serta daun-daun dibakar, dan dengan demikian terbukalah
suatu ladang yang kemudian ditanami dengan bermacam tanaman tanpa pengolahan tanah
yang berarti, yaitu tanpa dicangkul, diberi air atau pupuk secara khusus. Abu yang berasal
dan pembakaran pohon cukup untuk memberi kesuburan pada tanaman. Air pun hanya
yang berasal dari hujan saja, tanpa suatu sistem irigasi yang mengaturnya.
Metode penanaman biji tanaman juga sangatlah sederhana, yaitu hanya dengan
menggunakan tongkat tugal berupa tongkat yang berujung runcing yang diberati dengan
batu, dekat pada ujungnya yang runcing itu. Dengan tongkat itulah para petani pria
menusuk lubang ke dalam tanah, di mana biji-biji tanaman dimasukkan, pekerjaan yang
dilakukan oleh wanita. Pekerjaan selanjutnya ialah membersihkan ladang dari tanaman
liar, dan menjaganya terhadap serangan babi hutan, tikus dan hama lainnya.

2) Sistem Bersawah

Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang tetap,
tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga diusahakan di
daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah diatas tanah kering. Dengan
timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan
nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani
secara “berladang yang berpindah-pindah” belum ditinggalkan.

3) Tanam Paksa

Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan
memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya bagi VOC. Tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral
Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah
yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai
pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru
berakhir tahun 1921.
4) Setelah Indonesia Merdeka

Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak banyak
mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi
padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah. Namun masih
banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar, sehingga petani
penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah menentukan tanaman yang akan
ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun tak berkembang.

5) Awal Tahun 1970-an

Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program


pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau yang
dimasyarakat petani dikenal dengan program BIMAS. Tujuan utama dari program
tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Inmas (Intensifikasi
Massal), Insus (Intensifikasi Khusus) & Supra Insus  Swasembada Pangan
6) Periode 1990-an
Metodologi penelitian sistem usaha pertanian terus disempurnakan mencakup: (1)
keterlibatan petani dan penyuluh dalam penelitian; (2) percepatan transfer inovasi
teknologi kepada pengguna melalui temu lapang dan berbagai media diseminasi serta
promosi yang ditetapkan; (3) studi secara intensif berkaitan dengan adopsi dan dampak
dari penerapan inovasi teknologi; (4) penelitian pengembangan inovasi teknologi matang
yang dilaksanakan pada skala luas (penelitian sistem usahatani/SUT dan sistem usaha
pertanian (SUP) dengan perspektif sistem usahatani yang dilaksanakan oleh BPTP).

7) Pada Tahun 1998

Pada tahun 1998 usahatani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya krisis
multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau
balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung
tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian.
Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat pemerintah dalam hal
ini departemen pertanian sebagai stake holder pembangunan pertanian mengambil suatu
keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.”
8) Saat ini  diarahkan ke pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 pertanian organic.

Tohir, A Kaslan. 1982. Seuntai pengetahuan tentang usaha tani Indonesia : cara-cara petani
Indonesia memanfaatkan alam dan cara-cara pendekatan pembangunan usahatani Indonesia
Jakarta : Bina Aksara 1983 Commented [YIS5]: Kutipannya yg benar ya, dapusnya jgn
lupa

2.2 Transek Desa

Transek merupakan gambaran yang dapat bibuat berdasarkan penggunaan lahan yang ada.
Ada beberapa pengertian yang dikemukaan oleh peneliti. Menrutu Anwar (1995) beradasrkan
biologi lingkungan, transek merupakan ilmu vegetasi yang telah dikembangkan berbagai metode
untuk menganalisis suatu vegetasi, membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu serta
herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu
komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu
komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar
dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alamiah pada
wilayah tersebut sesungguhnya merupakan persamaan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan
dan dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenic (kondisi fisik, atau
kondisi alami yang ada, biodiversitas dan sumber lannyayang ada, serta pegaruh yang dilakukan
dari kegiatan manusia terhadap bentanganlahan tersebut). Salah satu metode dalam menganalisis
vegetasi tumbuhan yaitu dengan menggunakan metode transek. Untuk mempelajari suatu
kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik dilakukan
dengan transek. Cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut
keadaan tanah, topografi dan elevasi (Campbell, 2004).

Menurut Soerianegara mengenai metode dan bagaimana analisis vegetasi merupakan salah
cara untuk mempelajari tentang susunan atau komposisi jenis dan bentuk struktur vegetasi
(populasi tumbuhan). Analisis vegetasi dibagi menjadi tiga metode yaitu minimal area, metode
kuadrat, dan metode jalur atau transek. Menurut pendapat lain, adanya kerapatan yang dinilai per
transek tersebut. Kerapatan adalah nilai yang menunjukan jumlah individu dari jenis-jenis yang
menjadi anggota suatu komunitas tuumbuhan dalam luasan tertentu. Sementara itu kerapatan
relative menunjukan persentase individu jenis yang bersangkutan di dalam komunitasnya.
Pernyataan relative ini gunakan untuk menghindari kesalahan total dalam penggunaan terhadap
suatu komunitas sebab data yang diperoleh dari analisis itu hanya berdasarkan sejumlah
pengukuran beberapa wilayah contoh, bukan total data seluruh populasi (Indriyanto, 2006).

Anwar. 1995. Biologi lingkungan. Ganexa Exact, Bandung.

Campbell. 2004. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Soerianegara. 1988. Buku Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. UMM Press, Malang. Commented [YIS6]: ?

2.3 Profil Usahatani

2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia

Usahatani di Indonesia dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut :

a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat


b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah
c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten Kurang memperoleh
pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya.
Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil, maka telah disepakati batasan petani
kecil (Soekartawi, 1986) Pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan
bahwa petani kecil didefinisikan sebagai berikut :

a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per
tahun
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah untuk di
P.Jawa atau 0,5 ha di luar P.Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka
luasnya 0,5 ha di P. Jawa dan 1,0 ha di luar P.Jawa.
c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.

Dari segi otonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah terbatasnya
sumberdaya dasar tempat petani tersebut berusahatani. Pad umumnya mereka hanya menguasai
sebidang lahan kecil, disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering
tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan tidak
terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi
pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal (Agustina, 2011).

2.3.2 Tinjauan tentang Komoditas Pertanian

Tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim dengan morfologi Commented [YIS7]: Nama latin: italic

berbatang bulat dan berongga yang disebut jerami. Daunnya memanjang dengan ruas searah
batang daun. Pada batang utama dan anakan membentuk rumpun pada fase generative dan Commented [YIS8]:

membentuk malai. Akarnya serabut yang terletak pada kedalaman 20-30 cm. Malai padi terdiri
dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas. Bunga padi terdiri dari tangkai
bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik,
kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma. Padi dapat dibedakan
menjadi padi sawah dan padi gogo. Padi sawah biasanya ditanam di daerah dataran rendah yang
memerlukan penggenangan, sedangkan padi gogo ditanam di dataran tinggi pada lahan kering.
Tidak terdapat perbedaan morfologis dan biologis antara padi sawah dan padi gogo, yang
membedakan hanyalah tempat tumbuhnya.

Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat – zat makanan dari dalam tanah terdiri Commented [YIS9]: After paragraph nya dibenerin jadi 0 ya
jika masih dalam tinjauan ttg komoditas pertanian
dari:1) Akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah, 2) Akar serabut Caranya:
Format  paragraph  After  0  Before  0
yaitu akar yang tumbuh dari akar tunggang setelah tanaman berumur 5 – 6 hari.

Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini yang
menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian
daun padi yaitu: 1) Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk memanjang seperti pita, 2)
Pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi memberi dukungan pada ruas bagian
jaringan, 3) Lidah daun terletak pada perbatasan antara helaian daun dan leher daun.
Perkecambahan adalah munculnya tunas (tanaman kecil dari biji). Embrio yang merupakan
calon individu baru terdapat di dalam benih. Jika suatu benih tanaman berkecambah.
Perkecambahan benih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Perkecambahan epigeal adalah ruas
batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan
kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus), sedangkan
perkecambahan hipogeal adalah ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut
tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah, misalnya pada tanaman padi (Oryza
sativa L.) (Pratiwi, 2006).

Adapun Botani tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai


berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Keluarga : Graminae (Poaceae)

Genus : Oryza Linn

Spesies : Oryza sativa L.

Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press: Malang

Pratiwi. 2006. Biologi. Erlangga: Jakarta.

Soekartawi. 1984. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk pengembangan petani kecil, UI Press:
Jakarta Commented [YIS10]: ?
Untuk penulisan dapus bisa di cek yg bener penulisannya seperti
apa

2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Kuntungan (Pendapatan) Usahatani (rumus dan kurva)

A. Struktur Biaya Usahatani

Biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Total Fixed Cost (TFC): biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak
mempengaruhi hasil output / produksi. Berapapun jumlah output yang dihasilkan biaya tetap
itu sama saja. Contoh: sewa tanah, pajak, alat pertanian, iuran irigasi.
Commented [YIS11]: Nama gambar dikasih dibawah
gambarnya ya
Contoh:
Gambar 1. ______

2. Total Variable Cost (TVC) yaitu biaya yang besarnya berubah searah dengan
berubahnya jumlah output yang dihasilkan.

Gambar 12. Kurva Variable Cost Commented [YIS12]: Sdh gambar 12 kah?

VC = garis bermula dari titik nol bergerak ke atas output adalah nol sehingga VC juga
nol.

Semakin besar jumlah output yang dihasilkan VC pun juga akan semakin besar.

Pola VC naik dengan tajam yaitu perusahaan produktivitasnya naik, lalu agak landai
(menurun sedikit) kemudian naik lagi dengan tajam yaitu produksi na

3. Total Cost (TC) = FC + VC

Gambar 13. Kurva Total Cost Commented [YIS13]:

4. Average Cost (AC)


𝐹𝐶
a. Average Fixed Cost ( 𝐴𝐹𝐶 = ) yaitu biaya tetap untuk satuan output yang
𝑄

dihasilkan.

Commented [YIS14]:

b. Average Variable Cost (AVC) = VC/Q, yaitu biaya variabel untuk setiap satuan Commented [YIS15]:

output yang dihasilkan.

S = Shut down point / titik gulung tikar perusahaan gulung tikar karena AVC
semakin besar. Sisi miring OK, OL dan seterusnya terlihat semakin kecil & kurva
AVC meluntur ke bawah tetapi, menurunnya nnilai AVC ini terus berlangsung
seterusnya, ada batasnya, yaitu ketika sisi miring ciri dengan tingkat output 0Q3
satuan. Di tingkat output tersebut AVC mencapai titik terendah dengan nilai
OAVC3. Kemudian output digenjot lebih tinggi lagi dari OQ3, maka nilai AVC lebih
besar lagi menjadi naik.
𝑇𝐶
c. Average Total Cost (𝐴𝐶 = ) , biaya persatuan output.
𝑄

TC = FC + VC dan AC = AFC + AVC

Tingkat output yang dihasilkan pada saat AC minimum / OQ3 satuan disebut tingkat
output minimal / the optimum rate of output.
∆𝑇𝐶 𝜕𝑇𝐶
5. Marginal Cost = ( ) 𝑀𝐶 = Kurva TC merupakan jumlah dari biaya variabel dan
∆𝑄 𝜕𝑄

biaya tetap dan biaya tetap merupakan konstanta, maka MC tidak lain adalah garis
singgung pada kurva biaya total atau garis singgung pada kurva VC. MC memotong FC
dan VC pada saat minimum.

Gambar 17. Kurva Marjinal Cost Commented [YIS16]: Dibawah

Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman yang
diusahakan lebih dari satu macam tanaman. Misalnya, tumpang sari antara jagung dan kedelai,
sehingga jumlah input yang dipakai tidak diketahui persis siarahkan untuk tanaman jagung atau
kedelai. Dalam hal ini jumlah fisik input tidak penting, tetapi yang perlu dicari adalah berapa
besar rupiah yang dikeluarkan untuk tanaman tersebut. Khusus untuk menghitung tumpangsari
ini, peneliti dihadapkan pada permasalahan “agregasi”, oleh karena itu diperlukan kehati-hatian
dalam menghitung nilai dari biaya itu.

Dalam menghitung nilai dari biaya tersebut dalam analisis biaya ada 2 cara:

 Analisis Finansial

Dalam analisis finansial, data biaya yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya
dikeluarkan.

Contoh: jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 100 HKSP dengan upah Rp 3.000/hari.
Biaya tenaga kerjanya adalah 100 X Rp 3.000 = Rp 300.000. Bila diantara 100 HKSP
tersebut, 25 diantaranya adalah tenaga kerja dalam keluarga maka nilai upah tenaga kerja
yang menyewa saja adalah sebesar 75 HKSP, jadi biayanya adalah 75 X Rp 3.000 = Rp
225.000.

 Analisis Ekonomi

Dalam analisis ekonomi, data upah yang dipakai adalah upah menurut harga bayangan.

B. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

TRi = Yi . Pyi

Bila komoditi yang diusahakan lebih dari satu maka rumusnya menjadi:

Bila dalam sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (padi, jagung dan ketela
pohon)
dan tanaman yang diteliti hanya salah satu macam tanaman saja maka analisisnya disebut
analisis partial, sedangkan jika ketiga-tiganya maka disebut analisis keseluruhan usahatani
(Whole farm analysis).

Dalam menghitung penerimaan usahatani, perlu diperhatikan:

a. Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produk pertanian
bisa dipanen secara serentak.

Contoh:

• Menghitung produksi padi per ha mudah karena proses panennya serentak

• Menghitung produksi tomat relatif sulit karena tomat dipanen bisa dipanen tidak
berbarengan sesuai tingkat kematangan tomat.

b. Hati-hati dalam menghitung penerimaan :

• Produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan

• Produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda

c. Bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik
wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil
penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir.

C. Keuntungan Usahatani

Keuntungan Usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Keuntungan =
TR (Total Revenue) - TC (Total Cost). Bila menggunakan analisis ekonomi, maka TC biasanya
lebih besar daripada menggunakan analisis finansial. Untuk menggali data untuk keperluan cash
flow maka pertanyaan disajikan dalam 5 komponen:

1. Pengenalan tempat (Propinsi, kabupaten, kecamatan dan seterusnya)

2. Keterangan pencacahan (pewawancara/enumerator) : nama, tanggal, nama supervisi dst.

3. Luas panen dan produksi: jenis tanaman, sistem usahatani, jenis pengairan, jenis
program intensifikasi, keadaan panen dst.

4. Ongkos & pengeluaran: jenis bibit, penggunaan masing-masing saprodi, biaya tetap dst.
5. Keterangan umum tambahan yang berhubungan dengan biaya Stock pada akhir tahun:
adakah sisa persediaan tahun lalu

Dapat juga tabel-tabel tersebut diteruskan untuk keperluan analisis disesuaikan dengan tujuan
penelitian, misalnya:

1. Untuk melihat pendapatan usahatani menurut luasan usaha yang digarap petani, status
luas garapan dst.

2. Untuk melihat alokasi penggunaan input luasan garapan, status usahatani dst.

3. Pengumpulan data sosial ekonomi rumahtangga, data sosial budaya, kesehatan untuk
mengetahui pengeluaran rumahtangga.

4. Pengumpulan data kelembagaan yaitu data yang berkaitan dengan saprodi di KUD,
bagaimana sistem kelembagan keuangan (bank pasar, bank swasta, rentenir) dll.

Contoh pengaplikasiaan teori biaya, penerimaan dan keuntungan:

Penelitian yang dilakukan Ati Haryati yang berjudul “Analisis pendapatan dan efisiensi
penggunaan factor-faktor produksi pada usahatani jagung hibrida” di Kabupaten Situbondo. Commented [YIS17]:

Biaya tetap dalam penelitian ini adalah sewa lahan, pajak lahan, sewa traktor, dan iuran
irigasi HIPPA.Total biaya tetap rata-rata perhektar pada musim tanam agustus-desember 2005
untuk jagung hibrida varietas pioneer sebesar Rp.961.388 sedangkan biaya variable yang
dikeluarkan sebesar Rp.3.517.334 untuk pembelian benih, pupuk (Urea,SP-36,KCL,Z
A,Phonska,Gandasil,Vitablon,pupuk cair organic, pupuk tetes), pestisida dan tenaga kerja.Ada
pula biaya lain yang harus dikeluarkan adalah bunga modal, biaya sewa mesin diesel, biaya
angkut, dan biaya penyelepan sejumlah Rp.989.806. Nilai bunga modal merupakan hasil kali
antara jumlah penggunaan uang selama satu kali musim tanam dengan prosentase bunga
pinjaman bank yang berlaku, pada saat penelitian, bunga bank 9% pertahun. Penerimaan jagung
varietas ini adalah Rp.9.947.844 karena produksi yang dihasilkan 8.289 kg/ha dengan harga jual
Rp. 1200,- Sehingga keuntungan usahatani jagung hibrida varietas pioneer adalah Rp.4.479.313.

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usaha Tani. UB Press; Malang Commented [YIS18]: ?
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani

2.5.1 R/C Ratio

Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan
antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan dengan :
𝑃 .𝑄
𝑄
R/C = (𝑇𝐹𝐶+𝑇𝑉𝐶)

Keterangan :

R = penerimaan

C = biaya

PQ = harga output

Q = output

TFC = biayatetap (fixed cost)

TVC = biaya variable (variable cost)

Ada 3 kriteriadalam R/C Ratio, yaitu :

- R/C rasio>1 maka usahatani tersebut efisien dan menguntungkan


- R/C rasio = 1 maka usahatani tersebut BEP
- R/C rasio< 1 maka usaha tani tersebut tidak efisien atau merugikan

2.5.2 BEP (Break Event Point)

Menurut Soekartawi (1995), Break Even Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu
operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi / impas (penghasilan = total biaya).

BEP dapat dihitung dengan tiga cara yaitu :

a. BEP Produksi (unit)

Break Even Point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus
dihasilkan dalam usaha agroindustry agar tidak mengalami kerugian.
𝑇𝐹𝐶
BEP Produksi (Unit) = 𝑇𝑉𝐶
𝑃−
𝑄

Keterangan :
BEP = Break Even Point (titikimpas)

Q = Quantities (produksi)

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (biaya variabel)

P = HargaProduk

b. BEP Penerimaan (Rupiah)

Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan


kuantitas produk pada saat BEP.
𝑇𝐹𝐶
BEP Penerimaan (Rp) = 𝑇𝑉𝐶
1−
𝑇𝑅

Keterangan :

BEP = Break Even Point (titik impas) Commented [YIS19]: Istilah b.inggris, yg dibawahnya juga
dibenerin ya

TR = Total Revenue (Penerimaan)

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)

TVC = Total Variable Cost (biaya variable)

c. BEP Harga (Rupiah)

Break Even Point harga menggambarkan harga produk per satuan unit pada saat
BEP, atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan produk (ATC / Average
Total Cost)
𝑇𝐶
BEP harga (Rp) = 𝑄

Keterangan :

BEP = Break Even Point (titik impas)

Q = Quantities (produksi)

TC = Total Cost (biaya total)


Gambar 1. Kurva BEP Produksi

Commented [YIS20]: Keterangan gambar bisa dibawah


gambarnya ya

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Commented [YIS21]: ??

Commented [YIS22]: Keseluruhan:


Typo dibenerin
Penulisan dirapihkan (justify, italic, paragraph before after, dll)
Untuk paragraph yg setelahnya sdh beda subab/bab bisa
dikasih after 8
Dapusnya disatukan ya 
Pengutipannya diperhatikan kembali formatnya & dapusnya
Gambar diberi nama dibawah gambar
Semangat!

Anda mungkin juga menyukai