Pengembangbiakan tanaman dalam hal ini tidak lagi bisa dilakukan secara
konvensional. Pengembangbiakan dengan cara konvensional seperti
menggunakan biji akan membutuhkan waktu yang lama dan sifat dari tanaman
baru yang dihasilkan akan berbeda dengan tanaman induk. Oleh karena itu
metode pengembangbiakan vegetatif menjadi jawaban masalah ini.
Pengembangbiakan vegetatif adalah pengembangbiakan yang dilakukan secara
tidak kawin yaitu menggunakan organ vegetative dari tanaman. (Simanjuntak, F.,
2010).
Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara
vegetative dengan menempel mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain
yang dapat bergabung (kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat
yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi
yang baik. Prinsip okulasi adalah penggabungan batang bawah dengan batang
atas, yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan
sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai keberhasilan okulasi. Kebaikan
yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakaran yang
baik, sedangkan dari batang atas adalah produksi lateks yang baik (Simanjuntak,
F., 2010).
Cara okulasi tanaman karet ada empat macam yaitu jendela okulasi buka
bawah, jendela okulasi buka atas, jendela okulasi buka atas dan bawah serta
jendela okulasi tertutup. Belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa salah
satu dari empat cara pembuatan jendela lebih baik dari yang lainnya. Berdasarkan
pemikiran diatas maka dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh cara okulasi
terhadap keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tunas bibit karet. (Simanjuntak,
F., 2010).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk memperoleh bahan
tanam (bibit) karet dengan kombinasi perakaran dan produktivitas yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet hasil okulasi terdiri atas dua bagian, yaitu batang
bawah (rootstock) dan batang atas (scion) (Amypalupy, 2010). Klon sebagai
batang atas diperoleh melalui proses seleksi dan kemudian diperbanyak secara
klonal melalui teknik okulasi. Sementara batang bawah merupakan tanaman
dari biji klon tertentu yang dianjurkan sebagai benih untuk batang bawah.
Selama bagian ujung tanaman masih ada dominansi tersebut terus terjadi.
Fenomena ini disebut sebagai dominansi apikal. Apabila pertumbuhan batang
sudah cukup, secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian
bawah yang cukup jauh dari ujung batang, hal ini disebabkan karena semakin
jauh dari ujung batang, pengaruh dominansi apikal semakin berkurang
(Darmanti et al. 2008) Tujuan penyerongan ialah untuk mematahkan sifat
dominansi apikal tersebut, sehingga tunas okulasi yang akan tumbuh dari mata
entres dapat lebih cepat tumbuh (Siagian, 2006).
Menyiapkan batang entres. Untuk batang atas yang diambil dari kebun
entres, kebun entres tersebut dipersiapkan dengan cara memangkas atau
memotong kayu entres di atas karangan mata pada ketinggian 90 cm.
pemotongan ini dilakukan pada kayu entres yang telah berumur satu tahun
atau lebih. Tunas-tunas yang berumur 2-4 bulan setelah pemangkasan dapat
digunakan sebagai kayu entres. Membuat jendela okulasi dilakukan cara,
jendela buka bawah, jendela buka atas, mengambil perisai mata entres
(Siagian, 2006).
C. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada praktikum kali ini yaitu yang pertama dilakukan
Praktikan menuju lokasi okulasi dan telah dilakukan persiapan alat dan bahan
yang akan digunakan untuk melakukan okulasi.lalu diperhatikan petani yang
diberikan penjelasan dan praktik terkait pelaksanaan okulasi, menyerong,
hingga mengungkap bibit. Pada bagian pertama Pelaksanaan okulasi pada
tanaman karet adalah sebagai berikut: 1) ditentukan dan diberi tanda/label
untuk setiap petak, sesuai klon yang akan diokulasi. 2). Sebelum pelaksanaan
okulasi, areal bibitan harus dibebaskan rumput/gulma, agar tingkat
keberhasilan okulasi sesuai yang diharapkan. 3) dibersihkan batang bawah
yang akan diokulasi dengan kain lap. Pada ketinggian 5 cm dari tanah
dilakukan 2 torehan/irisan dari bawah ke atas dengan jarak 1/3 lingkaran
batang panjang 5 cm. 4) ditoreh/iris mendatar di bawah atau di atas kedua
torehan vertikal sehingga berbentuk jendela. 5) dibuat jendela pada kayu
entres dengan cara yang sama dengan batang bawah dan ukuran jendela entres
minimal lebih kecil daripada ukuran jendela batang bawah. 6) Kayu entres
diiris memanjang untuk mengambil perisai mata okulasi. 7) Pangkal dan ujung
irisan kayu entres dipotong sehingga perisai mata okulasi dapat dilepas dan
potongan kayu entres. 8) dibuka jendela batang bawah dengan pisau okulasi,
dibersihkan dari lateks yang telah mongering dan secara hati-hati mata okulasi
ditempelkan pada jendela batang bawah. 9) Jendela batang bawah
ditinggalkan 1/3 bagian untuk menjepit mata entres, kemudian dibalut dengan
plastik okulasi transparan sepanjang 40 cm, lebar 2 cm dan tebal 0,08-
0,10 mm. B. Menyerong Bibit 1) Sesudah 14-21 hari okulasi, plastik pembalut
okulasi dibuka untuk mengetahui apakah okulasi jadi atau tidak, dengan
melihat warna kulit perisai yang ditempelkan. Bila perisai yang ditempelkan
berwarna hijau berarti hidup sedang berwarna coklat/hitam berarti mati. 2)
Bibit yang hidup mata okulasinya diberi tanda dengan mengikatkan bekas
plastik pembalut pada cabang bibit. 3) Seminggu kemudian bibit okulasi yang
hidup ini diserong dengan memotong ujung batang pada ketinggian 1 m dari
permukaan tanah. C. Membongkar Bibit 1) Pembongkaran bibit okulasi
dilakukan 7-14 hari setelah penyerongan. 2) Bibit yang telah dibongkar
diseleksi. Bibit yang memenuhi persyaratan adalah bibit yang mempunyai
akar tunggang yang lurus dan bebas dari penyakit jamur akar putih. 3) Bibit
hasil seleksi dibawa ke suatu tempat dan dilakukan pemotongan akar lateral
sehingga tersisa 5-10 cm dan pemotongan akar tunggang 30-35 cm dari jeher
akar. Luka bekas potongan dioles kolter bebas asam. Selanjutnya dilakukan
penyerongan dengan sudut 45° pada ketinggian 5-10 cm dari jendela okulasi
dan bekas serongan dilumas paraffin/lilin. 4) Bibit okulasi/stump mata tidur
hasil seleksi, akarnya dilumuri desinfectant kemudian ditumpuk terpisah
setiap klon. 3. Hal-hal yang dijelaskan dan dipraktikkan oleh petugas
didokumentasikan (foto dan video) serta dipraktikkan secara langsung oleh
masing-masing praktikan. 4. Studi pustaka dilakukan guna melengkapi data di
lapangan jika dalam praktik di lapangan tidak disebutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Amypalupy, Kh. 2010. Teknik okulasi. hlm. 86-96. Dalam 455 Info Padu Padan
Teknologi Merajut Asa Ketangguhan Agribisnis Karet. Balai
Penelitian Sembawa.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia press, Jakarta.
Darmanti, Sri, Nintya Setiari dan Tanti Dwi Romawati. 2008. Perlakuan defoliasi
untuk meningkatkan pembentukan dan pertumbuhan cabang lateral jarak
pagar (Jatropha curcas). Fak. MIPA Universitas Diponegoro.
Hadi, Hananto dan Setiono. 2006. Mutu fisiologi bibit klonal dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan serta produksi tanaman karet. Hal 392 – 401.
Dalam Prosiding Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Medan,
4–6 September 2006.
Muhaimin. 2008. Perbenihan Tanaman Karet. Balai Penelitian Sembawa.
Sumarsono, L. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian pada Stadia Entres dan Model
Mata Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik Pertanian, (7) 1.