Anda di halaman 1dari 13

STUDI KASUS BANGUNAN PERTANIAN

(TEMPAT PENYIMPANAN JAGUNG)


“DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS TEKNIK BANGUNAN PERTANIAN”

DOSEN PENGAJAR
Ir. Leo Hengky Kalesaran, M.Si

DISUSUN OLEH :
Dimas Apra Harianto Mondo 20031106011
Putri Amelia 20031106025
Sifa Fauziyah 20031106002
Agnes Ratu Bismi Razak 20031106003
Andre Jonathan 20031106014
Irawati Ipa 20031106035

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO

i
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................................1
1.3. Manfaat..........................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
2.1. Jagung............................................................................................................3
2.1.1 Morfologi Jagung............................................................................................3
BAB III.........................................................................................................................5
METODOLOGI PRAKTIKUM................................................................................5
3.1. Waktu dan Tempat.......................................................................................5
3.2. Metode............................................................................................................5
BAB IV..........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
4.1. Pertanyaan Survey........................................................................................6
BAB V...........................................................................................................................8
PENUTUP....................................................................................................................8
5.1. Kesimpulan....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................9
LAMPIRAN...............................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bangunan pertanian secara fisik dapat didefinisikan sebagai semua bangunan


dengan berbagai macam tipe dan strukturnya, yang digunakan untuk proses produksi
di bidang pertanian. Dalam arti luas, bangunan pertanian diartikan sebagai bangunan
untuk produksi tanaman pertanian (rumah kaca, hidroponik, dan sebagainya),
produksi ternak (kandang dan sebagainya), bangunan untuk penyimpanan dan
penanganan pasca panen (gudang dan sebagainya), bangunan untuk menyimpan alat
dan mesin pertanian, perbengkelan, serta bangunan pertanian lainnya. Dalam suatu
bangunan pertanian, perlu diperhatikan aspek-aspek lingkungan mikro dan
pengendaliannya yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi dari bangunan
tersebut sesuai dengan tujuan dibangunnya. Aspek lingkungan tersebut meliputi
temperatur, kelembaban, cahaya, kualitas dan aliran udara, bau, hama dan penyakit,
dan sebagainya yang mempengaruhi kenyamanan, produktivitas, dan kualitas dan
masa simpan suatu produk hasil pertanian.
Penyimpanan merupakan kegiatan bagian dari pengolahan, pengemasan dan
pengawetan untuk memelihara dan melindungi bahan pangan atau produk
panganyang menghasilkan sebuah mutu keamanan terhadap pangan (Buckle 1985).

1.2. Tujuan

Tujuan dari laporan ini adalah untuk mengetahui fungsi dari bangunan tempat

penyimpanan pertanian.

1.3. Manfaat

3
Manfaat dari laporan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami fungsi dan

kegunaan dari bangunan pertanian terlebih khusus tempat penyimpanan kelapa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian yang berasal
dari Amerika. Jagung tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-
orang Eropa ke Amerika. Di Indonesia, Jagung manis (Zea mays Saccharata),
merupakan komoditi yang dapat diusahakan secara intensif karena banyak digemari
sehingga terbuka peluang pasar yang baik. Jagung manis selain dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan juga digunakan untuk bahan baku industri gula jagung (Bakhri,
2007). Secara umum tanaman jagung dalam tata nama atau sistematika (Taksonomi)
tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae

4
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. (USDA, 2014)

2.2. Morfologi
Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar 6 serabut, yaitu
(a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal
adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif adalah akar
yang berkembang dari buku di ujung mesokotil. Akar kait atau penyangga adalah
akar adventif yang muncul pada dua atau lebih buku di atas permukaan tanah
(Subekti et al., 2013).
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar,
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh radikula dan
embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling
bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar
yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. (Nurdin et al.,
2011)
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan
akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih ditanam.
Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah dan kemudian
berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Batang jagung tegak, tidak bercabang, terdiri atas beberapa ruas dan buku
ruas. Pada buku ruas muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi
tanaman jagung pada umumnya berkisar antara 60 – 300 cm, tergantung dari varietas.
Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun
runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat
ligula (Subekti et al., 2013). Menurut Purwono dan Hartono (2007), fungsi ligula
adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang. 7 Bunga jantan dan
bunga betina pada jagung terpisah dalam satu tanaman (monoecious).

5
Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Tongkol sebagai bunga betina, tumbuh dari buku diantara batang dan
pelepah daun (Aris et al., 2016).
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang
terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein, 70%
karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A dan E.
(Fajarany et al., 2016).

6
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat

Survey penyimpanan Jagung dilaksanakan pada tanggal 19 september 2022,


pukul 11.00 sampai selesai, bertempat di Desa Suluan, Kecematan Tombulu,
Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara

3.2. Metode

Survey dilakukan dengan mendatangi salah satu tempat penyimpanan jagung


yang berada di Desa Suluan, Kecematan Tombulu, Kabupaten Minahasa Utara,
Sulawesi Utara dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada pekerja pabrik
untuk didapatkan jawaban yang lebih detail.

7
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pertanyaan Survey

1. Bagaimana proses pengolahan komoditas jagung ?


 Setelah dipanen, jagung dijemur selama 2 hari di green house dalam
keadaan cuaca panas. Jagung dapat dijemur juga diluar ruangan tetapi
membutuhkan 4 hari. Dalam proses pengeringan jamur dibongkar atau
diputar secara bertahap agar jagung cepat kering dan tidak berjamur
dikarenakan saling tumpang tindih. Pengeringan jagung membutuhkan
waktu yang lebih lama jika cuaca hujan yang berkelanjutan.
2. Produksinya berapa banyak ?
 Produksi komoditas jagung sekitar 7 ton per hektar dalam hitungan kotor.
3. Besar ruangan penyimpanan ?
 Besar dari ruang penyimpanan/gudang jagung sebesar 20x12 meter.
4. Ruangannya menggunakan ventilasi atau tidak ?
 Ya, gudang penyimpanan jagung menggunakan ventilasi agar jagung tidak
lembab dalam proses penyimpanan.
5. Bagaimana kualitas dari komoditi jagung ?
 Kualitas komoditi jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti cuaca,
curah hujan, pemakaian pupuk, dan pemeliharaan pada masa tanam hingga
panen. Oleh karena itu agar tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik
diperlukan tempat penanaman yang sesuai dengan syarat tumbuhnya
tanaman jagung.
6. Apa ada kendala dalam penyimpanan ?
 Kendala dalam penyimpanan adalah jamur.

8
7. Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah kendala tersebut ?
 Jika jagung terkena penyakit atau jamur, jamur pada jagung tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan cara apapun. Jagung tetap dapat dijual tapi
dengan harga yang sangat rendah.
8. Saat penyimpanan kelapa bisa disimpan berapa lama ?
 3 bulan dalam keadaan kering.
9. Apakah cuaca berpengaruh dalam penyimpanan ?
 Ya, sangat berpengaruh terutama saat masa tanam.

9
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Penyimpanan komoditi harus dilakukan hati-hati dengan memperhatikan
faktor yang mempengaruhi kualitas hasil panen jagung.
2. Jagung yang sudah terkena jamur sudah tidak dapat dihilangkan dengan cara
apa saja. Maka dalam proses penyimpanan keadaan gudang harus kering dan
bersih agar terhindar dari penyakit-penyakit yang tidak diinginkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, S. 1977. Bercocok Tanam Jagung. CV.Yasaguna, Jakarta.

Muhajir, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung. Dalam Subandi, Mahddin Syam


dan
Adi widjono, 1988. Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan.

Suprapto, H. S. 1990. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

11
LAMPIRAN

12
13

Anda mungkin juga menyukai