Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PASCAPANEN KOMODITAS TANAMAN PANGAN JAGUNG

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Teknologi Pertanian pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Oleh:
Kelompok 3
1. Nur Aini Julia P. (171510501016)
2. Elena Berliana Djarot P. (171510501036)
3. Puja Qoriah Akbar (171510501065)
4. Viva Mega Millensia A. D. (171510501103)
5. Atim Widya K. (171510501116)
6. Siti Umayyah (171510501131)
7. Ainaya Rachmi M. A. (171510501116)
8. Fairuzil Firdaus (171510501172)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Moelyohadi dalam Mahdiannoor (2014) jagung (Zea mays)
merupakan tanaman yang cukup penting dan memiliki peran yang strategis dalam
perekonomian di Indonesia. Jagung (Zea mays) sebagai sumber pangan kedua dari
beras sangat diminati oleh masyarakat umum Indonesia, selain itu juga sebagai
bahan baku industri. Peminat jagung di kalangan masyarakat cukup banyak yang
berpengaruh terhadap pembudidayaan tanaman jagung (Zea mays) yang meluas
pula, sehingga penyediaan sumber daya manusia juga perlu ditingkatkan dalam
kegiatan pembudidayaan maupun pascapanennya.
Kegiatan pemanenan tanaman jagung merupakan kegiatan yang perlu
diperhatikan, karena semua hasil usahatani akan dikumpulkan dan dilakukan
tahapan selanjutnya. Perlu penanganan yang cukup intensif agar tidak mengalami
kerugian yang cukup besar. Kerugian pada kegiatan pemanenan tergantung dari
pemakaian alat dan mesin, pemakaaian mesin lebih efisien karena mengurangi
penurunan kehilangan hasil produksi. Pemanenan tanpa mesin cukup memerlukan
banyak tenaga kerja yang nantinya akan menambah pengeluaran tiap harinya.
Hasil pemanenan perlu dilakukan sebab kegiatan pascapanen yang baik
sangat bepengaruh terhadap hasil produksi jagung (Zea mays). Makalah ini
memaparkan kegiatan pascapanen yang sangat vital dalam kegiatan usahatani di
Indonesia. Termasuk masalah yang didapat dalam kegiatan pemanenan bahkan
pascapanen.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pascapanen?
2. Bagaimana umur dan ciri yang menandakan tanaman jagung (Zea mays)
siap panen?
3. Apa saja alat yang menunjang kegiatan pascapanen tanaman jagung (Zea
mays)?
4. Bagaimana tahapan kegiatan pascapanen pada tanaman jagung (Zea
mays) ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penjelasan dri teori pascapanen.
2. Mengetahui umur dan ciri yangt tepat dalam berlangsungnya kegiatan
pascapanen.
3. Mengetahui alsintan modern apa yang memang cocok dalam
pengaplikasian pada pascapanen jagung (Zea mays).
4. Mengetahui tahapan kegiatan panen hingga pascapanen tanaman jagung
(Zea mays).

1.4 Manfaat
1. Bagi mahasiswa, dapat dijadikan sebuah referensi terkait pemanenan dan
pascapanen khususnya tanaman jagung (Zea mays).
2. Bagi petani, dapat dimanfaatkan sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan pascapanen.
3. Bagi pemerintah, dapat dijadikan pertimbangan pemberian subsidi alsintan
yang lebih modern lagi.
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pemanenan
Ciri - ciri jagung yang siap dipanen adalah:

a. Umur panaen bagi tanaman jagung biasanya sekitar 86-96 hari setelah tanam,
pada waktu tersebut jagung siap dipanen.
b. Jagung siap dipanen bisa dilihat dengan ciri tongkol atau kelobot mulai
mengering dan cokelat, rambut jagung hitam kering.
c. Biji kering, keras dan mengkilap, apabila ditekan biji jagung tersebut tidak
membekas alias keras.
Sebelum dipanen, kelobot jagung dikupas dan dipangkas bagian atasnya
sehingga yang tersisa di pohon adalah jagung yang masih berkelobot, tetapi telah
terkelupas.

Tujuan perlakuan ini mempercepat proses pengeringan jagung. Setelah


beberapa hari di pohon dan bijinya telah mengering, barulah dilakukan pemetikan.
Waktu yang tepat untuk melakukan pemetikan adalah pada siang hari ketika cuaca
terik agar kadar air biji tdak bertambah. Kadar air yang tinggi menyebabkan buah
jagung rentan terserang hama dan penyakit saat pascapanen.
Jagung yang digunakan untuk sayur yaitu jagung muda atau baby corn,
bisa dipanen sebelum biji jagung terisi penuh. Pada saat itu diameter kelobot atau
tongkol baru mencapai 1 sampai 2 cm. Jagung yang digunakan untuk dibakar dan
direbus, bisa dipanen ketika sudah matang susu yang ditandai dengan kelobot atau
tongkol jagung yang masih berwarna hijau, dan apabila biji jagung ditekan tidak
terasa keras serta mengeluarkan cairan putih. Sedangkan jagung yang digunakan
untuk makanan pokok, benih, tepung, pakan ternak, dan berbagai keperluan
lainnya, bisa dipanen apabila jagung sudah matang fisiologis yang ditandai
dengan sebagian besar daun dan kelobot atau tongkol daun yang sudah
menguning. Selain itu apabila biji jagung dilepaskan akan terdapat warna coklat
agak kehitaman pada tangkai tanaman jagung atau tempat menempelnya biji pada
tongkol jagung. Apabila biji jagung ditekan dengan menggunakan kuku, tidak
akan meninggalkan bekas. Pemanenan jagung yang dilakukan sebelum atau
setelah fisiologisnya akan berakibat pada komposisi kimiawi jagung yang
menentukan kualitasnya.
Pemanenan merupakan suatu kegiatan berupa mengambil atau
memotong bagian daripada buah atau suatu bagian dari tanaman yang telah masak
secara fisiologis. Pemanenan jagung berartikan memanen tanaman jagung yang
telah siap untuk dipanen atau sesuai dengan masak fisiologis yang
dikehendaki.Pemanenan pada tanaman jagung dapat dilakukan secara manual dan
mesin mekanisasi.
Cara pemanenan tanaman jagung secara manual atau konvensional
dilakukan oleh para petani dengan cara memotong batang tanaman,
mengumpulkannya lalu mengupas kulitnya. Proses selanjutnya jagung akan
dipipil dengan menggunakan tangan maupun menggunakan selep jagung. Jagung
yang telah dipipil dan dipisahkan dari bongkolnya akan dijemur dibawah terik
matahari.
Cara pemanenan tanaman jagung menggunakan mesin jauh terbilang
efisien karena tidak memelukan banyak tenega kerja. Hasil yang didapatkan dari
penggunaan pemanenan menggunakan mesin iini sudah dalam bentuk pipilan.
Mesin yang digunakan untuk memanen harus sesuai dengan tanaman jagungnya,
seperti jarak antar tanaman, besar buahnya maupun diameter batang dan lain
sebagainya (Setiawan dkk., 2016).
Terdapat dua jenis mesin pemanenan jagung yaitu corn harvester dan
ensilage harvester. Corn harvester merupakan mesin yang berfungsi untuk
mengambil buah jagung yang nantinya ditampung pada bak penampung. Mesin
ini hanya mengambil bagian buahnya saja dam membiarkan batang atau
seresahnya di lahan.

Gambar 1.1 Mesin Corn harvester


Ensilage harvester akan mengambil semua bagian tanaman jagung. Daun
dan batang jagung akan dipotong kemudian untuk bahan pakan hewan ternak.
Mesin ini akan menghemat waktu untuk membuat pakan hewan ternak karena
mesin secara otomatis akan menghacurkan batang dan daun yang telah terpotong..

Gambar 1.2 Mesin Silage harvester


Corn harvester dan ensilage harvester memiliki beberapa prisip kerja
yang sama yaitu sebagai berikut;
1) Mengarahkan batang-batang jagung dalam suatu barisan kedalam bagian
pemotong batang jagung..
2) Memotong batang-batang jagung..
3) Mengangkut potongan batang jagung..
4) Merontokan batang dan tongkol jagung.
5) Memisahkan tongkol dan bimassa lainnya seperti batang dan daun..
6) Mencacah biomassa batang dan daun dan menyebarkannya ketanah. Atau
di tampung ke bak penampung untuk ensilage harvester.
7) Menampung tongkol atau biomassa ke bak penampung..
8) Memindahkan tongkol dan biomassa ke bak mesin pengangkut.

2.2 Pengeringan Jagung


Pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah
permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang.
Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang
signifikan antara dua permukaan. Perbedaan temperatur ini ditimbulkan oleh
adanya aliran udara panas di atas permukaan benda yang akan dikeringkan yang
mempunyai temperatur lebih ringan. Aliran udara panas merupakan fluida kerja
bagi sistem pengeringan ini. Komponen aliran udara yang mempengaruhi proses
pengeringan adalah kecepatan, temperatur, tekanan dan kelembaban. Alat
pengering pada umumnya menggunakan panas sebagai media pengering. Hal
demikian dilakukan karena cukup mudahnya mendapatkan sumber panas. Akan
tetapi dalam prakteknya, seringkali ditemukan beberapa kendala, salah satunya
adalah tidak meratanya panas pada alat pengering yang digunakan (Koswara,
2017).
Menurut Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian. Pengeringan jagung dapat dilakukan dalam
berbagai keadaan, yaitu:
1. Dikeringkan di tongkol dengan kulit pada tanaman jagung
Pengeringan ini dilakukan pada jagung tanpa memotongnya dari batang
tanaman. Kulit jagung tidak dikupas. Agar sinar matahari tidak terhalangi sampai
ke buah jagung, dilakukan pemangkasan daun-daun jagung.
2. Dikeringkan di tongkol dengan kulit dikupas pada tanaman jagung
Pengeringan ini dilakukan pada jagung tanpa memotongnya dari batang
tanaman. Kulit jagung dikupas, tetapi tetap menempel pada pangkal batang buah.
Agar sinar matahari tidak terhalangi sampai ke buah jagung, dilakukan
pemangkasan daun-daun jagung.
3. Dikeringkan di tongkol dengan kulitnya (kelobot)
Pengeringan jagung di tongkol dengan kulit (klobot) dilakukan setelah
jagung dipotong dari batang pohon tanpa mengupas kulit buah jagung.
4. Dikeringkan di tongkol dengan kulit sudah dikupas (dikopek)
Pengeringan di tongkol dengan kulit sudah dikupas dilakukan pada
jagung yang telah dipotong dari batang pohon jagung dan kulit jagung sudah
dikupas. Cara pengupasan kulit jagung  ada dua macam, yaitu kulit tetap
ditinggalkan di pangkal tongkol jagung dan kulit jagung dibuang. Kulit jagung
yang terdapat pada pangkal tongkol jagung tersebut digunakan untuk mengikat,
sehingga jagung mudah dibawa.
5. Dikeringkan sudah berupa jagung pipilan
Pengeringan jagung pipilan dilakukan setelah jagung dipipil dari tongkol.
Pengeringan cara ini sebaiknya dilakukan dengan teliti, karena bila dilakukan
sembarangan akan banyak hasil biji jagung yang terbuang.
Pengeringan jagung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dikeringkan
secara alami dan dikeringkan secara buatan. Pengeringan jagung secara alami
dilakukan dengan menggunakan panas dari sinar matahari atau perapian dapur.
Penjemuran sampai jagung cukup kering untuk disimpan biasanya berlangsung
kurang lebih selama 60 jam pada cuaca cerah. Umumnya pengeringan jagung
tongkol dilaksanakan sampai kadar air mencapai 18-20%. Sedangkan pengeringan
jagung pipil dianjurkan dilakukan sampai kadar air mencapai 13-14%.
Pengeringan jagung secara buatan dilakukan dengan menggunakan mesin
pengering atau grain dryer (Wijandi, 2003). Pengeringan jagung pipil dengan
mesin dilakukan pada suhu 38-430C sehingga kadar air jagung turun menjadi 12-
13%. Mesin pengering biji jagung dapat digunakan setiap saat dan dapat
dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan
(Purwono dan Hartono, 2002).
2.3 Penyimpanan Jagung
Sampai saat ini mutu jagung di tingkat petani pada umumnya kurang
memenuhi persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar air
dan banyaknya butir rusak. Pada Waktu panen produksi jagung melimpah
sehingga harganya murah, sedangkan pada waktu paceklik harganya menjadi
mahal. Oleh karena itu, penyimpanan sangat diperlukan untuk mengatasi
kelebihan produksi pada musim panen raya untuk dimanfaatkan pada saat
paceklik. Menurut Sudarwati, (2012) beberapa cara dalam penyimpanan jagung
yaitu :
1. Menggunakan Karbon Disulfida (Cs2)
Penggunaan karbon disulfida (CS2) cair dapat menekan kerusakan
jagung pipil selama penyimpanan. Teknik penggunaan CS2 tidak sulit, karena
CS2 cair mudah teroksidasi, sehingga terbentuk CO2 dan SO2 yang bersifat
toksin terhadap serangga (inago, larva dan telur), serta menghambat
mikroorganisme. Penggunaan CS2 dosis 0.25 cc/kg jagung pipil dapat
memperpanjang daya simpan jagung pipil sampai dua tahun dengan kerusakan
kurang dari satu persen.
Cara Kerja :
• Pengemas jagung pipil yang digunakan harus kedap udara, karena hasil oksidasi
CS2 adalah gas CO2 dan SO2.
• Tempatkan CS2 cair dalam botol dengan dosis 0,25 cc/Kg jagung pipil dengan
kadar air sekitar 10% kemudian ditutup agak renggang. Penutupan agak renggang
agar CS2 cair ini menguap secara perlahan-lahan kemudian mengalami oksidasi.
Apabila jumlah jagung yang disimpan cukup banyak, misalnya dua ton atau lebih,
maka penempatan botol berisi CS2 tersebut dapat dilakukan di beberapa tempat di
bagian tengah.
• Setelah penempatan botol berisi CS2 dalam kemasan jagung selesai dilakukan,
maka pengemas jagung segera ditutup rapat.
• Selanjutnya jagung disimpan dalam ruang penyimpanan yang dijaga
kebersihannya.
2. Penyimpanan Di Atas Para-Para
Penyimpanan jagung dapat dilakukan dalam bentuk tongkol berkelobot
pada parapara yang ditempatkan di bawah atap maupun di atas dapur. Dapat pula
dilakukan dalam bentuk tongkol pada para-para dan pada langit-langit rumah yang
dilengkapi dengan kawat anti tikus. Untuk penyimpanan jagung dalam tongkol
berkelobot dianjurkan hanya pada jagung yang kelobotnya menutup seluruh
tongkol. Para-para di atas dapur dapat memperoleh asap dari kayu yang dibakar
sewaktu masak di dapur. Asap tersebut meninggalkan residu yang bersifat anti
terhadap bakteri, jamur maupun serangga. Dengan demikian dapat menjamin
jagung disimpan dalam waktu yang cukup lama.

3. Penyimpanan Dengan Karung


Faktor utama yang perlu mendapatkan perhatian adalah kebersihan dan
ketahanan dari jenis wadahnya. Wadah harus bersih dan tidak bocor, dengan
demikian selama dalam wadah, biji jagung tidak mudah mengalami serangan oleh
hama dan penyakit. Oleh sebab itu gunakan karung plastik yang dilapis dengan
karung goni. Setelah itu ikatlah erat-erat atau dijahit sepanjang lubang secara kuat
dan rapih. Kondisi demikian akan mempermudah dalam pengangkutan serta akan
mengurangi kehilangan hasil akibat banyaknya jagung yang tercecer selama
dalam pengangkutan. Khususnya bagi jagung pipilan, tingkat kehilangan karena
tercecer kemungkinan lebih besar bila dibanding dengan jagung tongkol. Dalam
bentuk pipilan, jagung dapat disimpan dalam karung goni, karung plastik, bakul
besar dan kotak kayu. Bahkan dalam jumlah yang besar dapat disimpan dalam
bentuk curah di dalam gudang atau silo-silo. Dalam kondisi demikian, perlu
pengaturan terhadap kadar air, suhu penyimpanan dan kelembaban udara (RH)
secara stabil. Penyimpanan dalam bentuk pipilan sebaiknya kadar airnya diatur
setelah mencapai 13-14%. Karena kadar air di atas 14% merupakan kondisi yang
baik untuk pertumbuhan jamur. Kontaminasi jamur dapat memproduksi
bermacam-macam toxin (racun) antara lain aflatoksin dan hama-hama gudang,
sehingga menyebabkan kerusakan. Wadah yang digunakan sebaiknya
menggunakan karung plastik (plyethelene), karena jagung yang disimpan dalam
karung plastik ternyata mempunyai daya simpan lebih lama dibanding jagung
yang disimpan dalam karung goni. Wadah yang digunakan sebaiknya dibersihkan
terlebih dulu, bila perlu disemprot dengan cairan insektisida Silosan 25 EC 2%
dan Damfin 50 EC dosis 500 cc / 10 lt untuk 500 m2.

4. Penyimpanan Dengan Silo Bambu Semen


Untuk tujuan konsumsi, jagung dapat disimpan dalam silo bambu semen.
Silo ini mudah didapat karena bahan bangunannya mudah diperoleh di pedesaan.
Kapasitas silo adalah 1.000 kg (1ton) dengan ukuran 125 cm dan tinggi 100 cm.
Silo tersebut dapat digunakan selama 20 tahun. Cara penyimpanannya yaitu
jagung pipilan dikeringkan sampai kadar air mencapai 12,5 – 13 %, kemudian
diangin-anginkan selama 2 – 4 jam dan dimasukkan ke dalam silo. Sebelum
jagung dimasukkan ke dalam silo, pada dasar silo dilapisi plastik satu lapis untuk
menghindari masuknya lengas tanah secara kapiler ke dalam silo. Cara lain yang
dapat ditempuh adalah membuat landasan silo dari lapisan kerikil dan 4 lapisan
pasir. Penyimpanan jagung dengan silo bambu semen dapat bertahan 4 - 8 bulan
tanpa ada hama gudang.
2.4 Pemipilan Jagung
Pemipilan merupakan suatu kegiatan pascapanen jagung yang banyak
menyerap tenaga dan juga menentukan mutu biji jagung. Pemipilan berarti
memisahkan biji jagung dengan tongkolnya serta memisahkan biji dengan
kotoran. Pemipilan dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara manual
dan mekanis. Pemipilan secara manual yaitu dilakukan dengan menggunakan
tenaga manusia. Pemipilan secara manual dapat dilakukan dengan tangan,
gosrokan maupun aalat-alat sederhana lainnya. Pemipilan secara manual sangat
tidak efisien karena membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang sangat banyak
dengan menghasilkan kualitas biji yang kurang baik (Sugiyanto dan Ratih, 2017).
Salah satu alat sederhana yakni:
1) Mesin Pemipil Jagung Kikian

Gambar 1.3 Mesin Pemipil Jagung Kikian


Mesin pemipil jagung kikian merupakan salah satu alat tradisional yang
biasa digunakan masyarakat. Alat tersebut terbuat dari kayu yang ditengahnya
terdapat lubang dan diletakkan seng. Pengoperasiannya yakni dengan
menggesekkan jagung pada lubang dan seng sehingga jagung dapat terlepas dari
tongkolnya dan jatuh melalui lubang tersebut.
Pemipilan juga dapat dilakukan dengan cara mekanis yakni
menggunakan alat pemipil. Penggunaan alat pada proses pemipilan memiliki
beberapa kelebihan yaitu lebih efisien waktu, tenaga kerja dan dapat
mempertahankan mutu biji jagung (Kurniadi, 2015). Terdapat dua jenis alat mesin
yang biasa di gunakan masyarakat pada pemipilan jagung yaitu mesin pemipil
jagung model TPI, dan mesin pemipil jagung tipe ban.
1. Mesin pemipil jagung model TPI
Mesin pemipil jagung model TPI digunakan pada jagung dengan ukuran
tertentu. Pengoperasiannya yaitu dengan cara jagung yang terkelupas dimasukkan
pada mesin pemipil kemudian diputar dengan pemberian tekanan pada kedua
tangan operator.

Gambar 1.4 Mesin Pemipil Jagung Model TPI


2. Mesin pemipil jagung tipe ban
Mesin pemipil jagung tipe ban yaitu pemipilan dilakukan oleh silinder
pemipil dan silinder penahan. Silinder pemipil berfungsi untuk menggerakkan
tongkol jagung dan melepaskan biji jagung melalui gesekan.

Gambar 1.5 Mesin Pemipil Jagung Tipe Ban


3. Mesin pemipil modern (corn sheller)
Mesin perontok maampu memisahkan biji jagung denan kapasitas output
100 kg per jam. Mekanisme kerja mesin yakni mesin akan menggerakkan vanbelt
dan akan memutar mata jagung pemipil sehingga biji jagung aakan terlepas dari
tongkolnya.

Gambar 1.6 mesin Pemipil Modern

2.5 Pengolahan Jagung


Pengolahan jagung adalah kegiatan mengolah jagung menjadi suatu
produk. Pengolahan dapat menghasilkan produk siap konsumsi ataupun produk
setengah jadi (pengolahan primer). Jagung merupakan salah komoditas yang
memiliki banyak kandungan, kandungan pada jagung diantaranya:
a. Karbohidrat 11,40 g
b. Energi 1500,00 kal
c. Lemak 0,60 g
d. Protein 1,600 g
e. Kalsium 2,00 mg
f. Serat 0,40 g
g. Fosfor 47,00 mg
h. Vitamin A 30,00 RE
i. Vitamin C 3,00 mg
j. Vitamin B1 0,07 mg
k. Vitamin B2 0,04 mg
l. Besi 0,30 mg
m. Niacin 60 mg
Dengan banyaknya kandungan yang bermanfaat untuk tubuh maka
pengolahan jagung diperlukan agar prodk jagung lebih menarik untuk dibeli oleh
konsumen. Selain itu pengolahan jagung dapat menjadikan daya simpan jagung
lebih lama dan menjadikan jagung memiliki nilai jual yang lebih tinggi. berikut
merupakan beberapa contoh pengolahan jagung.
Pengolahan primer

Pengolahan jagung menjadi beras jagung dan tepung jagung dapat


meningkatkan nilai jual jagung. tepung jagung biasanya dimanfaatkan untuk
bahan baku kue. Sedangkan untuk beras jagung biasa dikonsumsi sebagai
pengganti nasi. Proses pemasakan beras jagung menjadi nasi jagung hampir sama
dengan beras padi yakni dengan menanak beras jagung yang ada. Namun, selain
diolah menjadi beras jagung, jagung juga diolah menjadi beras instan jagung.
beras instan jagung memiliki sedikir perbedaan dengan beras jagung. perbedannya
pada saat proses penanakan yang hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat
dan juga memiliki tekstur yang lebih lembek cenderung hampir seperti bubur.
Berikut proses pembuatan beras jagung instan:
1. Memipil jagung yang telah dipanen
2. Setelah dipipil jagung digiling kasar
3. Setelah digiling kasar jagung diayak menggunakan ayakan dengan lubang 1,4
mm
4. Fraksi yang lolos dalam penyaringan kemudian dibersihkan agar kotorannya
hilang
5. Setelah dibersihkan, dicuci
6. Kemudian direndam selama 2 jam
7. Ditiriskan
8. Dikeringkan hingga kering
9. Rebus jika sudah kering hingga meiliki tekstur seperti bubur
10. Dinginkan
11. Dikemas
12. Didinginkan pada ruangan dengan suhu -20 derajat celsius (selama 24 jam)
13. Dikeringkan pada suhu 60-70 derajat celcius
Pengolahan beras jagung sudah menggunakan teknologi yang maju
sehingga lebih efisien dan efektif. Dimana jika dioleh menggunakan alat
tradisional maka akan memakan waktu hingga berhari-hari namun jika
menggunakan teknologi pengolahan jagung menjadi beras jagung hanya memakan
waktu 2-3 hari saja.
b. Pengolahan sekunder
Selain diolah melalu produk primer, jagung juga diolah menajdi produk
siap konsumsi. Salah satu produk olahan jagung yang sudah akrab di masyarakat
Indonesia adalah marning jagung. marning jagung merupakan salah satu makanan
ringan atau snack yang memiliki rasa gurih dengan tekstur sedikit keras namun
renyah. Marning jagung banyak digemari karena memiliki rasa yang gurih dan
harga yang terjangkau. Berikut cara pengolahan jagung menjadi marning jagung:
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemanenan merupakan suatu kegiatan berupa mengambil atau memotong
bagian daripada buah atau suatu bagian dari tanaman yang telah masak secara
fisiologis sedangkan pascapanen adalah tahap penanganan hasil tanaman petanian
segera setelah pemanenan. Penanganan pascapanen merupakan suatu tindakan
atau kegiatan preventif untuk menjaga kuantitas serta kualitas hasil panen tetap
baik sampai ke tangan konsumen dengan cara-cara tertentu atau meminimalisir
sekecil mungkin kerusakan hasil panen dengan teknik tertentu. Penanganan
pascapanen secara umum mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan,
penyortiran, penyimpanan, dan pengemasan.

3.2 Saran
Sebaiknya pascapanen yang baik selalu diikuti oleh tiga prinsip yakni,
mengenali sifat biologis tanaman yang akan ditanam, mengetahui jenis keruskaan
yang dapat terjadi, terakhir melakukan penanganan yang tepat dan baik untuk
menunjang keefektifan pemanenan terutama yang menjadi fokus utama tanaman
pangan salah satunya jagung.
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2007. Budidaya Jagung Hibrida. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Mahdianoor. 2014. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L.
Var. Saccharata) dengan Pemberian Pupuk Hayati pada Lahan Rawa
Lebak. Ziraa’ah,39 (3):105-113.

Kurniadi, D. R. Abubakar, dan S, Afriyatna. 2015. Studi Komparatif Keuntungan


Penggunaan Mesin Pemipil Jagung Berkelobot dengan Mesin Pemipil
Jagung Tanpa Kelobot di Desa Banyu Urip Kecamatan Tanjung Lago
Kabupaten Banyuasin. 4(2): 67-73.

Setiawan.RPA.,W.Hermawan.,Agus Sutejo.,Andryana.,dan Banyuaji. 2016.


Kriteria Perancangan Mesin Panen Jagung Berdasarkan Karakteristik Fisik
Mekanik Tanaman Jagung Siap Panen. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian. (04)05:224-234.

Sugiyanto dan S. Y. Ratih. 2017. Rekayasa Mesin untuk Industri Kecil Pakan
Ternak Unggas di Klaten. 4 : 860.

Anda mungkin juga menyukai