KELOMPOK 2 Manajemen Pesisir Dan Laut
KELOMPOK 2 Manajemen Pesisir Dan Laut
Oleh :
KATRIN DOWENA DEI (20051101002)
TIRSA POMALINGO (20051101014)
REISALDY F. PANDENGKALU (20051101019)
Salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir Indonesia adalah padang lamun.
berpijah, pembesaran dan berlindung bagi berbagai jenis biota laut diantaranya adalah
ikan, udang dan moluska. Dengan demikian, pengetahuan mengenai status ekosistem,
struktur komunitas dan dinamika biota padang lamun dengan segala aspeknya
merupakan dasar utama yang harus dikuasai dalam upaya mengeksploitasi dan
lamun. Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu
mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air
yang tinggi yang secara langsung berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan
pernah diketahui. Keterkaitan antara padang lamun dan perikanan udang lepas pantai
produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa negara telah memanfaatkan lamun
untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator pantai, penyaring limbah, bahan
lingkungan hidup seperti kegiatan pengerukan dan pengurugan yang berkaitan dengan
cair, sampah padat, pencemaran oleh limbah industri terutama logam berat,
pencemaran limbah pertanian dan pencemaran minyak serta penggunaan alat tangkap
yang tidak ramah lingkungan seperti potasium sianida dan sabit/gareng. Kondisi ini
keuntungan jangka pendek, seperti penangkapan ikan dengan bahan peledak dan
maupun di laut yang tidak memperhatikan kelestarian ekosistem ini serta terjadinya
masyarakat akan berakibat rendahnya peran serta dari masyarakat dalam upaya
untuk menentukan daerah reservat perikanan yang dilindungi agar menjadi sumber
bibit bagi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan pengelolaan
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan berbagai biota laut serta merupakan salah satu
ekosistem bahari yang paling produktif. Ekosistem lamun di daerah tropis dikenal
tinggi produktivitasnya terutama dalam pore water dan sedimen. Indonesia yang
memiliki panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai padang lamun yang luas
bahkan terluas di daerah tropika. Luas padang lamun yang terdapat di perairan
Indonesia mencapai sekitar 30.000 km2 (Kiswara dan Winardi, 1994). Jika dilihat dari
pola zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem lamun terletak
di antara dua ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem
terumbu karang (Gambar 1). Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem
pantai tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi
PADANG LAMUN
bahkan lebih banyak dirusak karena kepentingan kegiatan lainnya. Informasi dan
pengetahuan tentang padang lamun dari perairan Indonesia masih sangat rendah
dibandingkan dengan hasil yang sudah dicapai negara tetangga seperti Filipina dan
perubahan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, tidak terlepas dari aktivitas
pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut. Di dalam aktivitas ini sering
tinggi pula tingkat pemanfaatan sumberdaya alam dan makin besar perubahan-
perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup. Terjadinya konflik kepentingan dalam
bersifat sektoral, juga kurangnya kesadaran dan pengetahuan mengenai manfaat dan
dan pengelolaan kawasan padang lamun. Mereka hidup di atau dekat dengan kawasan
padang lamun dan mata pencahariannya sebagian besar bergantung pada sumberdaya
Penegakan hukum secara tegas harus diterapkan terhadap perusak padang lamun.
kerusakan sekitar 30% - 40%. Di pesisir Pulau Jawa kondisi ekosistem padang lamun
telah mengalami gangguan yang cukup serius akibat pembuangan limbah dan
pertumbuhan penduduk dan diperkirakan sekitar 60% padang lamun telah mengalami
kerusakan. Di pesisir Pulau Bali dan Pulau Lombok gangguan bersumber dari
penggunaan potasium sianida dan telah berdampak pada penurunan nilai penutupan
kualitas padang lamun. Kegiatan yang bersifat merusak dapat merubah komunitas
terhadap padang lamun akibat aktivitas penduduk sudah mulai terlihat seperti
mengalami kerusakan akibat reklamasi pantai baik untuk kegiatan industri maupun
pembangunan pelabuhan (Azkab, 1994; Kiswara, 1994; Kiswara dan Winardi, 1999).
Kegiatan-kegiatan ini telah mengurangi luasan padang lamun seperti yang terjadi di
Teluk Banten, dimana kawasan padang lamun telah berkurang seluas 25 hektar
(Kiswara, 1999b). Luas areal yang akan hilang cenderung terus meningkat karena
adanya perubahan RUTR Teluk Banten, yang semula diperuntukkan daerah pertanian
dan perikanan, sebagian dijadikan untuk kawasan industri. Kawasan pesisir Teluk
Banten yang mengalami reklamasi padang lamun sekitar 30% untuk pemukiman
ikan dan udang, sehingga stok alami bibit ikan dan udang di perairan ini akan
menurun yang pada gilirannya akan mengurangi produksi perikanan setempat, yang
mendasar adalah bagaimana mengelola sumberdaya pesisir dan jasa lingkungan bagi
manfaat manusia secara optimal dan berkelanjutan. Untuk menjawab tantangan ini
dengan baik, maka kita harus mampu merencanakan dan menerapkan tingkat
pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa lingkungan dari suatu kawasan pesisir
dengan memperhatikan daya dukung kawasan pesisir tersebut. Dengan kata lain,
sumberdaya alam dan jasa lingkungan dari kawasan pesisir harus dikembangkan
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah:
pesisir.
B. Menyadarkan masyarakat agar mengambil peran yang lebih besar dalam
ekosistem padang lamun seperti potasium sianida, sabit dan gareng diganti
seperti pancing
lamun. Hal serupa tidak kalah pentingnya dilakukan terhadap para pengambil
keputusan.
4. STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM PADANG
LAMUN
Tujuan yang ingin dicapai dari strategi pengelolaan ekosistem padang lamun
adalah:
terjamin
pelestariannya,
lamun secara lestari. Sasaran yang ingin dicapai dari strategi pengelolaan
ekosistem
5. PENUTUP
Ekosistem padang lamun merupakan salah satu dari tiga komponen utama
ekologis satu sama lainnya. Ekosistem padang lamun baik secara ekologis maupun
terjadi di perairan pesisir. Oleh karena itu, keberadaan ekosistem padang lamun harus
tetap dijaga kelestariannya. Agar ekosistem padang lamun dapat dimanfaatkan secara
optimal dan lestari, maka diperlukan adanya suatu Strategi Nasional Pengelolaan
Ekosistem Padang Lamun yang merupakan suatu pedoman dalam pengelolaan
2003.
Azkab, M. H. 1994. Komunitas Padang Lamun pada Tiga Pulau dari Kepulauan
Seribu dengan Kegiatan Manusia yang Berbeda. Makalah Penunjang pada Seminar
Clark, J. R. 1995. Coastal Zone Management Hand Book. Florida USA. pp.
368-383.
Southeast Asia: Status and Management. Report of the Consultatif Forum Third
Bangkok, Thailand.
Indonesia. Prosiding Seminar tentang Oseanologi dan Ilmu Lingkungan Laut dalam
Rangka Penghargaan kepada Prof. Dr. Aprilani Soegiarto, M.Sc., APU. Puslitbang
Teluk Kuta dan Teluk Gerupuk Lombok Selatan. Dalam: W. Kiswara, M..K. Moosa
dan M. Hutomo (Eds.), Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan
33.
Kiswara, W. dan Winardi. 1999. Sebaran Lamun di Teluk Kuta dan Teluk
254 halaman.
USA. 77 halaman.
Zulkifli. 2000. Sebaran Spasial Komunitas Perifiton dan Asosiasinya dengan
IPB, Bogor.