Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRATIKUM
OKULASI
Bougainvillea spectabilis

Disusun Oleh : Berdo Iskandi (1321160033)


Guru Pembimbing : Mariana Ade Cahaya M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2016
1
Kata Pengantar
Assslamu alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
Ridha dan Rahmat-Nya serta nikmat yang begitu besar, kita semua
mendapat nikmat kesehatan, sehingga laporan saya ini dapat
terselesaikan.
Salam dan salawat kita curahkan kepada baginda Rasulullah SAW,
Nabi yang mengantarkan kita dari zaman kejahiliyaan menuju zaman
islamiyah. Nabi yang dianggap sebagai Uswatun Hasanah atau suri
tauladan yang baik.
Adapun Laporan Pratikum Bioteknologi tentang Okulasi ini
dilaporkan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Bioteknologi
Dengan adanya laporan tentang pratikum Bioteknologi (okulasi pda
tanamn bogenvil ) ini diharapkan bermanfaat untuk seluruh rekan-rekan
sekalian. Dan kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu.
Kami mengucapakan banyak terimakasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami. Begitu juga kepada semua pihak yang membantu
secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan sumbangan
peningkatan kemampuan terhadap pembaca sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan.
Wasalammualikum Wr Wb

Senin 29 November 2016


Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1

B. Tujuan 3
C. Manfaat 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4


A. Okulasi 4

B. Bogenvil 6

BAB III METODE PERCOBAAN 9


A. Waktu dan Tempat 9

B. Alat dan Bahan 9

C. Prosedur Kerja 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12


A. Hasil Percobaan 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 20

A. Kesimpulan 20
B. Saran 20

DAFTAR PUSTAKA

ii

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbanyakan Bugenvil (Bougainvillea, terutama B. glabra) dapat

dilakukan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan tanaman dengan

cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada

perkebunan karet, kakao, dan beberapa tanaman hias seperti bugenfil . Beberapa

kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan

okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi,

pertumbuhan tanaman yang seragam. Sedangkan kelemahan dari perbanyakan

tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi

terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang

bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk

pengokulasian ini.

Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya

berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk

menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi

dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat

unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon

batang tersebut. Bibit bugenvil okulasi didapatkan dengan cara menempel mata-

pucuk dari batang entres ke bibit bugenvil batang bawah.

4
5

Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding)

merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Pada

teknik perbanyakan secara Budding perlu disediakan bagian tanaman sebagai

calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman

sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya

diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan

terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya.

Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara

vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman

lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat

yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi

yang baik. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari

tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk

diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas

(tunas air), yang merupakan cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa,

sedangkan untuk batang bawah, umur batang bawah harus sama dengan umur

cabang mata entres. Batang bawah berasal dari tanaman yang ditanam dari biji

dan sebaiknya telah berumur 3-4 bulan, sedangkan batang atas diambil dari pohon

yang berumur 1 bulan. Mata tunas yang diambil adalah yang belum keluar mata

tunasnya. Calon batang bawah juga dipotong agar nantinya dapat ditempel secara

tepat.
6

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana teknik okulasi dilakukan secara praktikum.


2. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari okulasi yang dilakukan.
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan keberhasilan dari okulasi yang

dilakukan.

C. Manfaat

1. Mahasiswa mampu mengaplikasi teori teknik okulasi kedalam kehidupan

sehari-hari yang menjadi suatu bentuk usaha mandiri.


2. Mahasiswa mampu memberikan informasi dan gambaran sistem kerja dari

okulasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Okulasi (Budding)

Okulasi adalah salah satu cara meningkatkan mutu tumbuhan dengan cara

menempelkan sepotong kulit pohon yg bermata tunas dari batang atas pada suatu

irisan dari kulit pohon lain dari batang bawah sehingga tumbuh bersatu menjadi

tanaman yang baru. Okulasi merupakan teknik pembiakan tanaman secara

vegetatif dengan cara menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada

tanaman. Okulasi bertujuan untuk menggabungkan sifat yang baik dari masing-

masing tanaman yang diokulasi sehingga mendapatkan varietas tumbuhan yang

baik. Prinsip dasar dari okulasi adalah penempelan atau penggabungan batang

bawah dengan batang bagian atas. Okulasi memerlukan teknik tersendiri supaya

tujuan okulasi dapat berhasil. Kebaikan yang diharapkan dari batang bawah

biasanya sistem perakarannya yang baik, sedangkan batang bagian atas biasanya

diharapkan adalah produknya. Apabila bibit hasil okulasi ditanam di lapangan

maka biasanya disebut tanaman okulasi dan bila yang ditanam berasal dari biji

biasanya disebut tanaman semai. Teknik okulasi ada dua macam yaitu teknik

okulasi tradisional dan teknik okulasi hijau.

Yusran (2011) menyatakan bahwa penyambungan antara dua tanaman yang

serasi akan menghasilkan tanaman yang kuat dan berumur panjang. Selanjutnya

Yusran (2011) menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi okulasi adalah

fisiologi tanaman, kesehatan batang bawah, kondisi kulit batang bawah, iklim

7
5

pada saat okulasi berlangsung dan juga faktor teknik seperti keterampilan dan

keahlian dalam pelaksaanaan okulasi serta peralatan yang dipergunakan.

Batang bawah yang biasa digunakan untuk penyambungan dan penempelan

pada prinsipnya harus mampu menjalin persatuan yang normal dan mampu

mendukung pertumbuhan batang atasnya tanpa menimbulkan gejala negatif yang

tidak diinginkan. Untuk batang bawah yang perlu diperhatikan adalah sistem

perakarannya.

Persatuan antara batang bawah dan batang atas (entris) dapat terjadi bila pada

letak penempelan terjadi aktivitas pembelahan kambium dan cukup kandungan

hara. Kebutuhan akan hara berupa bahan organik sangat menentukan keberhasilan

okulasi dimana tindakan pemupukan bertujuan untuk menyediakan unsur hara

bagi tanaman, yang akhirnya akan meningkatkan produktivitas tanah yang

dipupuk terutama pada lahan marjinal dengan kandungan unsur hara yang sedikit

tersedia. Pemupukan di pembibitan jeruk merupakan salah satu hal yang penting

karena mendukung pertumbuhan bibit yang baik.

Perbanyakan tanaman secara vegetatif akan menghasilkan populasi tanaman

yang homogen dalam sifat-sifat genetiknya. Pada beberapa jenis tanaman seperti

kaktus dikenal beberapa macam cara perbanyakan vegetatif yang lazim yaitu stek

(cuttings) dan okulasi (budding). Sedangkan perbanyakan secara sambungan

(grafting) dan cangkokan (air layering) (Marietje. 2010).


6

B. Bugenvil

Bougainvillea spectabilis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Caryophyllales
Famili: Nyctaginaceae
Genus: Bougainvillea
Spesies
Bougainvillea buttiana
Bougainvillea glabra
Bougainvillea peruviana
Bougainvillea spectabilis
Bougainvillea spinosa

Bugenvil (pengucapan bahasa Inggris: [bunvli] f. bougainville; nama

ilmiah: Bougainvillea, terutama B. glabra) merupakan tanaman hias populer.

Bentuknya adalah pohon kecil yang sukar tumbuh tegak. Keindahannya berasal

dari seludang bunganya yang berwarna cerah dan menarik perhatian karena

tumbuh dengan rimbunnya. Seludang bunga ini kerap dianggap sebagai bagian

bunga, walaupun bunganya yang benar adalah bunga kecil yang terlindung oleh

seludang.

Tanaman bugenvil ini mempunyai bagian tanaman yang berwarna-warni.

Oleh karena itu, tanaman bougainvillea menjadi tanaman hias yang sangat populer

karena kecantikkan warnanya dan cara merawatnya yang mudah.


Berasal dari Amerika Selatan, tanaman ini sering ditanam di taman dan

kawasan perumahan. Pada waktu tanaman ini berbunga, tanaman ini mempunyai
7

kebiasaan merontokkan beberapa daunnya. Bentuknya adalah pohon kecil yang

sukar tumbuh tegak. (Seludang bunga ( atau spatha) merupakan daun pelindung,

yang seringkali berukuran besar, yang menyelubungi seluruh bunga majemuk

waktu belum mekar. Seludang bunga dapat dijumpai pada struktur generatif

("bunga") tumbuhan anggota suku aren-arenan (Arecaceae dan suku talas-talasan

(Araceae). Seludang bunga sebenarnya merupakan suatu bentuk khusus dari daun

pelindung (bractea)).
Bugenvil disebut tanaman bunga kertas karena bentuk seludang bunganya

yang tipis dan mempunyai ciri ciri seperti kertas. Nama Inggris bunga ini adalah

Bougainvillea yang diambil dari nama Sir Louis Antoine de Bougainville, seorang

prajurit AL Perancis. Antara jenis pokok bunga kertas tersohor ialah Bougainvillea

Elizabeth Angus; Bougainvillea Red; Bougainvillea Pultonii; Bougainvillea

Easter Parade dan Bougainvillea Lady Mary Baring.


Perawatannya pun mudah, tidak memerlukan waktu yang lama karena

spesies tumbuhan ini sangat sesuai ditanam di kawasan beriklim tropis dan

khatulistiwa seperti negara kita dan bisa tumbuh hingga 10 meter tingginya.

Batang tanaman bunga ini agak keras, mempunyai duri yang tajam dan

bercabang-cabang. Perkembang biakannya pula hanya memerlukan keratan

batang yang disemai di dalam bungkus plastik ataupun pot dengan cara mudah.

Selain itu, tanaman ini juga mempunyai sulur yang rapat, daun yang lebar dan

berbentuk bujur tirus yang mampu membentuk rimbunan pokok di kawasan

halaman rumah atau juga sebagai tumbuhan pagar di kawasan yang menarik.

Walaupun tanaman ini berukuran kecil dan berbentuk corong, namun memiliki

banyak manfaat. Contohnya saja untuk hiasan rambut, campuran bunga untuk
8

upacara siraman, dan sebagai kegunaan di upacara pemakaman bagi bangsa Cina

dan India.
Tarikan mempesona bunga ini menjadi perbincangan penduduk di negara

kita karena terkesan dengan bentuknya dan warnanya yang menarik hati. Warna

bunga ini terdiri dari berbagai macam warna, seperti jingga, merah menyala,

merah jambu, merah pucat, kuning, ungu, putih, dan berbagai campuran warna.
Sedikit perawatan ringkas, penyiraman air dan pemupukan sempurna mampu

mengembalikan kesegaran tanaman bunga kertas ini dalam jangka waktu kurang

dua minggu. Dan jika ingin tanaman bunga kertas ini berbunga seterusnya, kita

hanya perlu mengurangi pemberian air dan pupuk lantas meletakkan pot tanaman

di tempat yang terkena sinar matahari.


BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan okulasi dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2016 dan 26

Oktober 2016 -di Depan Perumahan Bank Indonesia jalan bali 1.

B. Alat dan Bahan

Alat

No Nama Alat Jumlah


1 Pisau Karter 1 Buah
2 Kantong Plastik 4 kantong
3 Tali plastik 1 gulung

Bahan

No Nama Bahan Jumlah


1 Bibit Bogainvil Muda oranye 2 Varietas
1 Bibit Bogainvil ungu oranye 2 Varietas

9
10

Foto alat dan bahan

Gambar : Katong plastic Gambar : Karter

Gambar : Tali plastik Gambar : Katong plastik


C. Prosedur Kerja

I II III IV V VI

Buat Potong Ambil Masukkan Ikat Simpul


11

Cara 1 pada (10 Oktober 2016)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.


2. Memotong bagian batang bawah Bogainvil ungu yang akan diokulasikan

dengan menggunakan pisau karter.


3. Memotong bagian batang Bogainvil oranye yang akan menjadi media okulasi.
4. Memasukkan potongan batang Bogainvil oranye baik yang muda maupun

yan tua ke dalam batang Bogainvil ungu.


5. Melilitkan dengan tali pelastik mengikat pada bagian batang Bogainvil oagar

bagian batang yang akan diokulasikan tidak terjatuh.

Cara 2 pada (26 Oktober 2016)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.


2. Memotong bagian batang bawah Bogainvil ungu yang akan diokulasikan

dengan menggunakan pisau karter.


3. Memotong bagian batang Bogainvil oranye yang akan menjadi media okulasi.
4. Memasukkan potongan batang Bogainvil oranye baik yang muda maupun

yan tua ke dalam batang Bogainvil ungu.


5. Melilitkan dengan tali pelastik mengikat pada bagian batang Bogainvil agar

bagian batang yang akan diokulasikan tidak terjatuh.


6. Menutup bibit sambungan dengan kantong plastic lalu diikat. Hal ini

bertujuan agar bibit entes tidak terkena atau tergangu oleh air maupun

serangga.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Sebelum mendapatkan hasil percoban, berikut merupakan gambaran dari

okulasi yang dilakukan :

Cara 1 pada (10 Oktober 2016)

Gambar : Pemtongan untuk pembuatan jendela

Gambar :Penempelan Gambar : pengikatan

12
13

Setelah diamati selama seminggu pengamatan, tidak ditemukan tunas baru pada

bagian batang yang diokulasikan, yang ada hanya berupa pembusukan dari

Bogenfil

Gambar : Hasil dari okulasi pada tanggal (10 Oktober 2016)

Menurut analisis sayai ada beberapa faktor yang menjadikan praktikum ini tidak

berhasil adalah :

1. Kurangnya kehati-hatian dalam pemotongan batang.


2. Proses penggabungan bagian batang hanya menggunakan tali sehingga ini

mempermudah dalam kurang tepatnya bagian batang bogainfil dalam

penyatuan
3. factor cuaca.

13
14

Menurut Wudianto (2002) waktu untuk melakukan okulasi yang paling

baik adalah pada saat kulit batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas

dari kayunya. Saat ini terjadi pada waktu pembelahan sel dalam kambium

berlangsung secara aktif. Setiap pohon mempunyai waktu pembelahan yang

berbeda, ada yang aktif di musim kemarau ada pula yang aktif di musim hujan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mudah atau sulitnya pelepasan kulit kayu

adalah curah hujan, pengairan, ketinggian tempat dan sebagainya. Pada curah

hujan tinggi atau pengairan yang cukup pada umumnya tanaman mudah di lepas

kulit kayunya.

Tingginya resiko kematian entres pada sambung samping disebabkan

karena adanya penetrasi air hujan pada sejumlah sambungan (bagian tersungkup).

Adanya penetrasi air pada bagian sambungan (bagian tersungkup) menyebabkan

pembusukan (kematian) sel atau jaringan tanaman pada bagian sambungan

tersebut. Selain itu, penyungkupan entres dapat pula meningkatkan kelembaban

pada bagian sambungan sehingga resiko serangan jamur pada sambungan tersebut

juga meningkat. Serangan jamur pada entres ditandai dengan gejala kelayuan dan

pengeringan (tunas pada) entres. Penyungkupan entres pada batang juga sering

menjadi tempat perlindungan serangga (semut) pada saat hujan. Kehadiran

serangga (semut) pada bagian sambungan (bagian tersungkup) sering

mengganggu proses pertautan sehingga meningkatkan resiko kematian pada entres

(Zainuddin Basri 2009)

Menurut Rustan Hadi (2010) Tingkat kesesuaian antara batang bawah dan

atas dari masing-masing klon anjuran dan keterampilan okulator juga

14
15

mempengaruhi tingkat keberhasilan okulasi. Namun dalam percobaan ini sudah

dipilih okulator yang memiliki yang setara. Okulator diseleksi berdasarkan

pekerjaan yang sudah mereka lakukan sebelumnya sehingga pengaruhnya

terhadap keberhasilan okulasi sangat kecil.

Tirtawinata (2003) menjelaskan bahwa kecepatan dan keberhasilan

pertautan sangat ditentukan oleh respons sel atau jaringan daribagian-bagian

tanaman yang dipertautkan.

Berdasarkan jurnal dari Yusran (2011) menyatakan bahwa : Okulasi

dilakukan setelah 8 minggu bibit beradaptasi dengan lingkungan barunya. Okulasi

dilakukan pada pagi hari dengan tujuan untuk mengurangi penguapan dari

tanaman yang diokulasi.

Okulasi dilakukan dengan metode Forkert. Daerah pada batang bawah

yang ingin diokulasi dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu, batang diiris secara

melintang sampai pada kayunya. Kemudian kulit batang tersebut dikelupas ke

bawah kira-kira 2-3 cm. Kulit batang yang telah terkelupas tadi dipotong dan

disisakan bagiannya. Kemudian entris diambil dari pohon induk dengan cara

sayatan. Besarnya entris harus lebih kecil atau sama ukurannya dengan irisan yang

telah dibuat tadi. Entris yang telah dipersiapkan sebelumnya disisipkan kebalik

kulit batang bawah yang telah dikelupas. Lalu hasil okulasi tadi diikat dengan

plastik dari bawah ke atas hingga seluruh entris tertutup. Hal ini ditujukan agar

hasil tempelan tidak mudah diterobos oleh air hujan dan mencegah kebusukan.

15
16

Penempelan dilakukan pada batang bawah dengan ketinggian 10 cm dari

permukaan tanah.

Pada waktu hasil okulasi berumur 2-3 minggu, dilakukan pengamatan

terhadap entris. Jika entris tersebut tetap berwarna hijau segar dan tetap melekat

kuat pada batang bawah, maka ikatan dari okulasi tersebut dapat dibuka. Setelah

itu, dilakukan looping (pembengkokan batang bawah ke arah yang berlawanan

dengan letak penempelan entris, kemudian batang bawah diikatkan ke ajir untuk

menjaga agar pohon tetap melengkung). Looping ini bertujuan agar unsur-unsur

dan asimilat fotosintesis yang diperlukan pada daerah yang telah diokulasi tetap

terpenuhi oleh batang bawah dan diharapkan pertumbuhan tunas lebih kuat karena

adanya translokasi unsur-unsur dan asimilat fotosintesis tersebut.

Setelah tunas tumbuh, dilakukan pemotongan + 1 cm dari daerah okulasi

dengan posisi miring terhadap bagian dari batang bawah yang sebelumnya telah

dibengkokkan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan tunas hasil

okulasi.

Desti (2010) menyatakan beberapa tahapan penyiapan bibit okulasi adalah

sebagai berikut :

1. Persiapan alat dan bahan

Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata tunas dari

cabang yang tumbuhnya tegak ataupun agak condong, pisau okulasi, tali pengikat,

dan sarana penunjang lainnya.

16
17

2. Tata cara pengokulasian


a. Batang bawah dibersihkan di lahan persemaian ataupun dalam

polybag dengan menggunakan kain lap.


b. Batang bawah diiris pada kulit kira-kira 10-15 cm dari permukaan

tanah dengan ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm. Kulit hasil irisan

dikelupas ke bawah, lalu dipotong dua per tiga bagian.


c. Cabang yang mempunyai mata dipilih, kemudian mata disayat

dengan menyertakan sedikit kayunya. Ukuran sayatan entres 2 cm

di atas dan di bawah mata, lalu kayunya dilepaskan secara hati-

hati.
d. Mata entres ditempelkan pada sayatan batang bawah hingga pas.
e. Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan tali plastik atau rafia

dimulai dari atas ke bawah dengan tidak menutup mata okulasi.


3.Pemeliharaan pasca okulasi
a. Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15 hari sejak pengokulasian.

Apabila mata berwarna hijau, berarti penyambungan tersebut

berhasil. Sebaliknya, bila mata berwarna coklat dan kering, berarti

okulasi gagal.
b. Ujung batang bawah dipotong dengan ketinggian 10-20 cm tepat di

atas bidang okulasi apabila tunas entres telah mencapai 20-30 cm.
c. Tunas-tunas yang tumbuh di bawah mata (tunas) okulasi dipangkas

dengan pisau maupun tangan.


d. Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau keranjang bambu yang

diameternya cukup lebar sesuai dengan ukuran bibit. Sebagian

tanah disertakan pada saat pemindahan agar letak akar tidak

berubah.
e. Bibit dipelihara secara intensif sampai umur 1 tahun atau lebih

. Cara 1 pada (10 Oktober 2016)

17
18

Gambar : Pemtongan untuk pembuatan jendela

Gambar : penempelan dan pembungkusan

Setelah diamati selama seminggu pengamatan kantong plastic dibuka dan

ditemukan tunas baru pada bagian batang yang diokulasikan

Gambar :Minggu Pertama

18
19

Gambar : Minggu Ke dua

Gambar : Minggu ke tiga

19
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum okulasi ini yaitu:

1. Okulasi mati atau kegagalan dalam melakuakan okulasi

sangat di pengaruhi oleh kemampuan okulator, cuaca,

dan ganguan yang tidak di inginkan.

2. Prinsip dari okulasi adalah melekatnya kambium suatu jenis tanaman

dengan jenis tanaman lain agar berpadu satu dan hidup.

3. Keuntungan dari okulasi diantaranya tanaman dapat berproduksi lebih

cepat, hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang

atas yang digunakan.

4. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara

okulasi yaitu terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang

normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah

dengan batang atas (entres) perlu menggunakan tenaga ahli untuk

pengokulasian ini.

B. Saran
Adapun saran untuk praktikum pengokulasian ini agar praktikan mencari

dahulu sumber informasi mengenai okulasi tanaman bogenvil dari berbagai

sumber agar praktikan dapat lebih memahami teknik okulasi tanaman karet yang

tepat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Desti 2010, Kajian Metode Perbanyakan Klonal Pada Jenis-jenis mangga


Media Litbang Sulteng Iv (4) : 86 94

Rustan Hadi, 2010. Tingkat Keberhasilan Okulasi Beberapa Klon Karet Anjuran
Di Kebun Visitor Plot BPTP Jambi. Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No.
: 33-36.
Yusran Dan Abdul Hamid Noer, 2011. Keberhasilan Okulasi Varietas Jeruk
Manis Pada Berbagai Perbandingan Pupuk Kandang, Media Litbang
Sulteng Iv (2) : 97 104 .

Wudianto, 2002 Tingkat Keberhasilan Okulasi pada tanaman jeruk. Buletin


Teknik Pertanian Vol. 17, No. : 23-37.

Zainuddin Basri, 2009. Kajian Metode Perbanyakan Klonal Pada Tanaman


Kakao. Media Litbang Sulteng 2 (1) : 0714 .

21

Anda mungkin juga menyukai