Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

EPIDEMIOLOGI DAN PENGELOLAAN PENYAKIT TUMBUHAN

PENGARUH PERUBAHAN WAKTU DAN GENOTIP TANAMAN


TERHADAP EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TANAMAN

Annisa Nur Imamah


A352160091

Dosen:
Prof. Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc

Asisten:
Hagia Sophia Khairani, SP., M.Si

PROGRAM STUDI FITOPATOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PENDAHULUAN
Latar belakang

Tujuan
Praktikum ini bertujuan membandingkan laju infeksi dari beberapa genotip
tanaman hasil seleksi maupun persilangan.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ms. Office Excel 2010
dengan fungsi Logaritma, Scatter dengan menu Trendline, dan formula keparahan
penyakit akhir Xt = Xo.er.t yang dikonversi menjadi dua cara perhitungan r yang
berbeda berdasarkan tipe penyakit tersebut, penyakit monosiklik atau polisiklik.
Data dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1 Data perkembangan penyakit Ganoderma boninense (monosiklik)


Tanggal Keparahan penyakit (Xt) (%)
2 Agustus 2016 5.3
21 Agustus 2016 8.5
4 September 2016 12.4
16 November 2016 22.8
3 Desember 2016 40
12 Januari 2017 ?

Tabel 2 Data perkembangan penyakit Puccinia sorghi (polisiklik)


Tanggal Keparahan penyakit (%)
2 Agustus 2016 12.3
9 Agustus 2016 17.6
15 Agustus 2016 22.5
24 Agustus 2016 26.7
31 Agustus 2016 32.3
18 September 2016 ?

Tabel 3 Data perkembangan penyakit berdasarkan perbedaan genotip yang diuji


ketahanannya terhadap penyakit pucuk putih padi oleh Aphelenchoides
besseyi (monosiklik)
Keparahan penyakit pada hari ke-i hsi (%)
Kultivar
21 25 29 33 37
Ciherang 13.3 26.3 33.5 39 41.2
Sintanur 7.5 11.4 12.9 14.4 18.5
Pertiwi 15 17.5 22.4 26.6 31.2
IR-64 13.4 19.9 25.6 28.7 33.4
Inpari 7.8 9.6 16.4 22.4 29
Metode
Data di atas dilakukan perhitungan nilai r. Untuk penyakit monosiklik, r =
x (log - log ), sementara itu, r untuk penyakit polisiklik adalah r =
x (log – log ). Perhitungan pendugaan nilai Xt yang hilang pada
monosiklik yaitu dengan rumus Xt = Xo(1+r.t) dan untuk pendugaan Xt pada
polisiklik yaitu dengan Xt = Xo.e(r.t). Nilai r menunjukkan laju infeksi dari
penyakit tersebut dan dapat digunakan untuk membandingkan ketahanan kultivar
tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Laju infeksi oleh serangan Ganoderma boninense sebesar 0.6338 (Tabel 4).
Hasil laju infeksi rendah karena sifat dari patogen yang monosiklik, artinya untuk
menimbulkan keparahan penyakit yang tinggi hanya membutuhkan satu siklus
yang dapat mematikan tanaman inang. Perhitungan keparahan penyakit pada
tanggal 12 Januari 2017 dihitung menggunakan rumus Xt = Xo+1(r.t) sebesar
50.14%.

Tabel 4 Hasil perhitungan laju infeksi yang disebabkan oleh G. boninense


(monosiklik)
Keparahan
Tahun (t) t2-t1 1/1-Xo 1/1-Xt Laju infeksi (r)
penyakit (x)
02-Agust-16 5.3
21-Agust-16 8.5 19 1.055966 1.092896 0.2136
04-Sep-16 12.4 14 1.092896 1.141553 0.3673
16-Nop-16 22.8 73 1.141553 1.295337 0.2044
03-Des-16 40 17 1.295337 1.666667 1.7502
12-Jan-17 50.14 40 1.666667 2.005616 0.5463
Rata-rata 0.6338

Perhitungan nilai logit pada perkembangan penyakit monosiklik pada


Ganoderma boninense (Gambar 1) menunjukkan bahwa model tersebut kurang
sempurna, karena membentuk persamaan garis linier dengan nilai R2 kurang dari
0.9. Hal ini menunjukkan bahwa nilai dari laju penyakit pada perhitungan
menggunakan logaritma tersebut memiliki tingkat akurasi yang rendah.
Logit ln(1/(1-x))
0,6

0,5

0,4
Logit

0,3

0,2

0,1
R² = 0,8523
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Hari

Gambar 1 Logit untuk data perkembangan penyakit monosiklik (G. boninense)

Laju infeksi yang disebabkan oleh Puccinia sorghi lebih tinggi


perkembangannya dibandingkan laju infeksi yang disebabkan oleh G. boninense.
P. sorghi merupakan penyakit polisiklik yang dapat menyebabkan keparahan
tinggi dalam waktu cepat karena akumulasi patogen. Hal tersebut disebabkan
waktu generasi dari P. sorghi pendek, sehingga cepat menimbulkan keparahan
penyakit. Rata-rata laju infeksi yaitu sebesar 5.1645, nilai laju infeksi lebih tinggi
delapan kali lipat dibandingkan laju infeksi G. boninense. Perhitungan keparahan
penyakit pada tanggal 18 September 2016 sebesar 81.8 % dihitung menggunakan
rumus Xt = Xo+er.t.

Tabel 5 Hasil perhitungan laju infeksi yang disebabkan oleh P. sorghi (polisiklik)
Tahun Keparahan
t2-t1 Xo/1-Xo Xt/1-Xt Laju infeksi (r)
(t) penyakit (x)
02-Agust-16 12.3
09-Agust-16 17.6 7 0.140251 0.213592 7.0932
15-Agust-16 22.5 6 0.213592 0.290323 6.0383
24-Agust-16 26.7 9 0.290323 0.364256 2.9755
31-Agust-16 32.3 7 0.364256 0.477105 4.5510
18-Sep-16 81.8 18 0.477105 4.494505 14.7084
Rata-rata laju infeksi 5.1645

Perhitungan garis linier logit pada perkembangan penyakit polisiklik


(Puccinia sorghi) menunjukkan hasil bahwa perkembangan penyakit tersebut
memiliki nilai determinasi yang sempurna yaitu 0.9723. Hal tersebut
menunjukkan bahwa laju penyakit yang didapatkan dalam perhitungan logaritma
(Tabel 5) memiliki akurasi yang cukup tinggi.
Logit ln(x/(1-x))
0
0 5 10 15 20 25 30 35

-0,5

-1
Logit

-1,5

-2
R² = 0,9723
-2,5
Hari

Gambar 2 Logit untuk data perkembangan penyakit polisiklik (P. sorghi)

Perbandingan laju perkembangan penyakit antar varietas tanaman padi


terhadap Aphelenchoides besseyi (monosiklik)
Laju penyakit paling tinggi yaitu pada varietas Ciherang sebesar 2.865
(Tabel 6) sedangkan laju penyakit yang paling rendah yaitu pada varietas Sintanur
sebesar 0.934 (Tabel 7). Sedangkan laju penyakit varietas IR-64 (Tabel 9), Pertiwi
(Tabel 8) dan Inpari (Tabel 10) memiliki nilai laju infeksi sebesar 1.9373, 1.56,
dan 1.9276. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi memiliki respons yang
berbeda terhadap A. besseyi. Varietas Sintanur merupakan varietas yang paling
tahan terhadap nematoda tersebut.

Tabel 6 Laju infeksi pada varietas Ciherang


Keparahan
Hari (t) t2-t1 1/1-x0 1/1-xt Laju infeksi (r)
penyakit (x)
21 13.3
25 26.3 4 1.153403 1.356852 4.79498
29 33.5 4 1.356852 1.503759 3.03369
33 39 4 1.503759 1.639344 2.54757
37 41.2 4 1.639344 1.70068 1.08497
Rata-rata laju infeksi 2.86480

Tabel 7 Laju infeksi pada varietas Sintanur


Keparahan
Hari (t) t2-t1 1/1-x0 1/1-xt Laju infeksi (r)
penyakit (x)
21 7.5
25 11.4 4 1.081081 1.128668 1.27121
29 12.9 4 1.128668 1.148106 0.50389
33 14.4 4 1.148106 1.168224 0.51264
37 18.5 4 1.168224 1.226994 1.44843
Rata-rata laju infeksi 0.93404

Tabel 8 Laju infeksi pada varietas Pertiwi


Keparahan
Hari (t) t2-t1 1/1-x0 1/1-xt Laju infeksi (r)
penyakit (x)
21 15
25 17.5 4 1.176471 1.212121 0.88097
29 22.4 4 1.212121 1.28866 1.80694
33 26.6 4 1.28866 1.362398 1.64206
37 31.2 4 1.362398 1.453488 1.90997
Rata-rata laju infeksi 1.55997

Tabel 9 Laju infeksi pada varietas IR-64


Keparahan
Hari (t) t2-t1 1/1-x0 1/1-xt Laju infeksi (r)
penyakit (x)
21 13.4
25 19.9 4 1.154734 1.248439 2.3025
29 25.6 4 1.248439 1.344086 2.1784
33 28.7 4 1.344086 1.402525 1.2559
37 33.4 4 1.402525 1.501502 2.0125
Rata-rata laju infeksi 1.9373
Tabel 10 Laju infeksi pada varietas Inpari
Keparahan
Hari (t) t2-t1 1/1-x0 1/1-xt Laju infeksi (r)
penyakit (x)
21 7.8
25 9.6 4 1.084599 1.106195 0.5818
29 16.4 4 1.106195 1.196172 2.3077
33 22.4 4 1.196172 1.28866 2.1978
37 29 4 1.28866 1.408451 2.6231
Rata-rata laju infeksi 1.9276

Tabel 11 Perbandingan laju penyakit pada masing-masing varietas padi


Varietas r
Ciherang 2.8648
IR-64 1.9373
Inpari 1.9276
Pertiwi 1.5600
Sintanur 0.9340

Varietas padi yang memiliki laju infeksi tinggi yaitu pada varietas Ciherang,
hal ini mengindikasikan bahwa A. besseyi mampu beradaptasi pada varietas
tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu
parsial resisten pada varietas Sintanur, moderat pada varietas IR-64, Inpari dan
Pertiwi serta rentan pada varietas Sintanur. Nilai laju infeksi ini dapat digunakan
untuk menduga pada hari keberapa keparahan penyakit 50 % yang akan terjadi.
Semakin tinggi nilai laju infeksi maka keparahan penyakit akan semakin cepat
terjadi. Pada varietas Ciherang yang memiliki laju infeksi tinggi, keparahan
penyakit 50 % terjadi pada hari ke 45 sedangkan pada varietas Sintanur yang
memiliki laju infeksi paling rendah, keparahan penyakit 50 % terjadi pada hari ke
219. Keparahan penyakit 50 % pada vareitas IR-64, Inpari dan Pertiwi akan
terjadi pada hari ke 63, 75, dan 76. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid
dapat dilakukan uji multilokasi pada beberapa daerah endemik A.besseyi.

PEMBAHASAN

SIMPULAN
Laju infeksi untuk pertanaman monosiklik cenderung konstan dan memiliki
nilai laju yang rendah sedangkan laju infeksi untuk pertanaman polisiklik
berfluktuasi namun memiliki nilai laju yang tinggi. Perhitungan laju infeksi dapat
digunakan untuk membandingkan ketahanan varietas inang terhadap suatu
patogen tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai