Dosen:
Prof. Dr. Ir. Meity Suradji Sinaga, M.Sc
Asisten:
Hagia Sophia Khairani, SP., M.Si
Tujuan
Praktikum ini bertujuan membandingkan laju infeksi dari beberapa genotip
tanaman hasil seleksi maupun persilangan.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ms. Office Excel 2010
dengan fungsi Logaritma, Scatter dengan menu Trendline, dan formula keparahan
penyakit akhir Xt = Xo.er.t yang dikonversi menjadi dua cara perhitungan r yang
berbeda berdasarkan tipe penyakit tersebut, penyakit monosiklik atau polisiklik.
Data dapat dilihat pada tabel berikut.
Hasil
Laju infeksi oleh serangan Ganoderma boninense sebesar 0.6338 (Tabel 4).
Hasil laju infeksi rendah karena sifat dari patogen yang monosiklik, artinya untuk
menimbulkan keparahan penyakit yang tinggi hanya membutuhkan satu siklus
yang dapat mematikan tanaman inang. Perhitungan keparahan penyakit pada
tanggal 12 Januari 2017 dihitung menggunakan rumus Xt = Xo+1(r.t) sebesar
50.14%.
0,5
0,4
Logit
0,3
0,2
0,1
R² = 0,8523
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Hari
Tabel 5 Hasil perhitungan laju infeksi yang disebabkan oleh P. sorghi (polisiklik)
Tahun Keparahan
t2-t1 Xo/1-Xo Xt/1-Xt Laju infeksi (r)
(t) penyakit (x)
02-Agust-16 12.3
09-Agust-16 17.6 7 0.140251 0.213592 7.0932
15-Agust-16 22.5 6 0.213592 0.290323 6.0383
24-Agust-16 26.7 9 0.290323 0.364256 2.9755
31-Agust-16 32.3 7 0.364256 0.477105 4.5510
18-Sep-16 81.8 18 0.477105 4.494505 14.7084
Rata-rata laju infeksi 5.1645
-0,5
-1
Logit
-1,5
-2
R² = 0,9723
-2,5
Hari
Varietas padi yang memiliki laju infeksi tinggi yaitu pada varietas Ciherang,
hal ini mengindikasikan bahwa A. besseyi mampu beradaptasi pada varietas
tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu
parsial resisten pada varietas Sintanur, moderat pada varietas IR-64, Inpari dan
Pertiwi serta rentan pada varietas Sintanur. Nilai laju infeksi ini dapat digunakan
untuk menduga pada hari keberapa keparahan penyakit 50 % yang akan terjadi.
Semakin tinggi nilai laju infeksi maka keparahan penyakit akan semakin cepat
terjadi. Pada varietas Ciherang yang memiliki laju infeksi tinggi, keparahan
penyakit 50 % terjadi pada hari ke 45 sedangkan pada varietas Sintanur yang
memiliki laju infeksi paling rendah, keparahan penyakit 50 % terjadi pada hari ke
219. Keparahan penyakit 50 % pada vareitas IR-64, Inpari dan Pertiwi akan
terjadi pada hari ke 63, 75, dan 76. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid
dapat dilakukan uji multilokasi pada beberapa daerah endemik A.besseyi.
PEMBAHASAN
SIMPULAN
Laju infeksi untuk pertanaman monosiklik cenderung konstan dan memiliki
nilai laju yang rendah sedangkan laju infeksi untuk pertanaman polisiklik
berfluktuasi namun memiliki nilai laju yang tinggi. Perhitungan laju infeksi dapat
digunakan untuk membandingkan ketahanan varietas inang terhadap suatu
patogen tertentu.
DAFTAR PUSTAKA