Anda di halaman 1dari 10

GENETIKA POPULASI

Nama :
NIM : B1A01
Kelompok :
Rombongan :
Asisten :

LABORATORIUM GENETIKA DAN MOLEKULER


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

201
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1.1. Golongan Darah Rombongan

No Golongan Darah Jumlah

1 A 5

2 B 7

3 AB 3

4 O 7

TOTAL 22

Perhitungan :
(p+q+r)2 = p2+2pr+q2+2qr+2pq+r2

A B AB O
a. Frekuensi fenotipe
Rumus = Jumlah individu dalam golongan darah
Total keseluruhan golongan darah
5
 Golongan darah A = 22 = 0,23
7
 Golongan darah B = 22 = 0,32
3
 Golongan darah AB = 22 = 0,14
7
 Golongan darah O = 22 = 0,32

b. Frekuensi alel
IA = p IB = q I0 = r

p+q+r = 1

p+r = 1–q

 Gol darah O = I0 I0 = r2
0,32 = r2
√0,32 = r
0,57 = r
 p+q+r =1
(p + r)2 = (1 – q)2
p2 + 2pr + r2 = (1 – q)2
A+O = (1 – q)2
0,23 + 0,32 = (1 – q)2
√0,55 = 1−q
0, 74 =1–q
q = 1 – 0,74
q = 0,26
 p+q+r =1
p + 0,26 + 0,57 =1
p = 1 – 0,83
p = 0,17
c. Frekuensi genotipe
 Golongan Darah A:
IAIA = p2 = (0,17)2 = 0,03
IAIO = 2pr = 2 (0,17)(0,57) = 0,19
 Golongan Darah B:
IBIB = q2 = (0,26)2 = 0,07
IBIO = 2qr = 2 (0,26)(0,57) = 0,30
 Golongan Darah AB:
IAIB = 2pq = 2(0,17)(0,26) = 0,09
 Golongan Darah O:
I0Io = r2 = (0,57)2 = 0,32
Tabel 1.2. Data Golongan Darah Fakultas Biologi Angkatan 2018
Golongan Rombongan
Jumlah
Darah A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
A 7 8 5 5 7 5 5 5 47
B 5 5 7 7 6 7 8 6 51
AB 0 0 3 1 0 3 1 3 11
O 10 10 9 11 10 7 10 13 80
Jumlah 22 23 24 24 23 22 24 27 189
Tabel 1.3. Frekuensi Fenotipe Golongan Darah Fakultas Biologi
Frekuensi Rombongan
Fenotipe A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
A 0,31 0,35 0,2 0,21 0,3 0,23 0,21 0,18
B 0,22 0,22 0,29 0,29 0,26 0,32 0,33 0,22
AB 0 0 0,12 0,04 0 0,14 0,04 0,11
O 0,45 0,43 0,37 0,46 0,43 0,32 0,42 0,48

Tabel 1.4. Frekuensi Alel Golongan Darah Fakultas Biologi


Frekuensi Rombongan
Alel A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
IA 0,2 0,2 0,15 0,15 0,2 0,17 0,14 0,12
IB 0,13 0,1 0,25 0,18 0,15 0,26 0,21 0,19
IO 0,67 0,7 0,6 0,67 0,65 0,57 0,65 0,69

Tabel 1.5. Frekuensi Genotipe Golongan Darah Fakultas Biologi

Frekuensi Rombongan

Genotipe A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2

IAIA 0,04 0,04 0,02 0,02 0,04 0,03 0,02 0,01

IAIO 0,27 0,28 0,18 0,2 0,26 0,19 0,18 0,16

IBIB 0,02 0,01 0,06 0,03 0,02 0,07 0,04 0,03

IBIO 0,17 0,14 0,3 0,25 0,2 0,3 0,28 0,26

IAIB 0,05 0,04 0,07 0,05 0,06 0,09 0,06 0,04

IOIO 0,45 0,49 0,37 0,46 0,42 0,32 0,42 0,48


30
25
20 A

Frekuensi
15 B
AB
10
O
5
Jumlah
0
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
Rombongan

Grafik 1.1. Data Golongan Darah Fakultas Biologi

0.6
0.5
0.4
Frekuensi

A
0.3
B
0.2 AB
0.1 O
0
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
Rombongan

Grafik 1.2. Frekuensi Fenotipe Golongan Darah Fakultas Biologi

0.8
0.7
0.6
Frekuensi Alel

0.5
0.4 IA
0.3 IB
0.2 IO
0.1
0
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
Rombongan

Grafik 1.3. Frekuensi Alel Golongan Darah Fakultas Biologi


0.6
0.5

Frekuensi Genotipe
IAIA
0.4
IAIO
0.3
IBIB
0.2 IBIO
0.1 IAIB
0 IOIO
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
Rombongan

Grafik 1.4. Frekuensi Genotipe Golongan Darah Fakultas Biologi


B. Pembahasan
Genetika populasi adalah cabang ilmu genetika yang mempelajari tentang
komposisi genetik dari suatu populasi dan bagaimana komposisi tersebut berubah
seiring waktu dan ruang. Pola pewarisan sifat tertentu adakalanya tidak dapat dipelajari
melalui percobaan persilangan, tetapi harus dilakukan pengamatan secara langsung
pada suatu populasi alam yang disebut sebagai populasi mendelian. Populasi
mendelian merupakan sekelompok individu dari spesies yang sama bereproduksi
secara seksusal hidup di tempat tertentu pada waktu yang sama terjadi saling kawin,
sehingga masing - masing individu memberikan kontribusi genetik dalam lungkang
gen (gene pool). Lungkang gen (gene pool) yaitu sekumpulan informasi genetik yang
dibawa individu dalam populasi.
Hukum Hardy-Weinberg ditemukan oleh ahli fisika W. Weinberg dan ahli
matematika G.H. Hardy pada tahun 1908. Kedua ahli tersebut berasal dari Inggris.
Menurut Campbell (2000), hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel
dan genotif dalam kumpulan gen suatu populasi tetap konstan selama beberapa
generasi kecuali kalau ada yang bertindak sebagai agen selainan rekombinasi seksual.
Dengan kata lain pergeseran seksual alel akibat miosis dan fertilisasi acak akan tidak
berpengaruh terhadap struktur genetik suatu populasi. Hukum Hardy-Weinberg
memberikan standar ideal untuk para ahli genetika untuk melakukan suatu
perbandingan populasi yang sebenarnya dan mendeteksi perubahan evolusi. Bila salah
satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut
telah dan sedang mengalami evolusi. Dua hal utama dalam hukum Hardy-Weinberg,
yaitu pertama, jika tidak ada gangguan maka frekuensi alel yang berbeda dalam
populasi akan cenderung tetap/tidak berubah sepanjang waktu, kedua, dengan tidak
adanya faktor pengganggu, maka frekuensi genotipe juga tidak akan berubah setelah
generasi I. (Prasetyo, 2011).
Syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg, yaitu pertama, tidak ada mutasi, hal
ini bisa tercapai dengan cara mengubah alel-alel atau (dalam perubahan berskala besar)
menghapuskan atau menduplikasi keseluruhan gen. Mutasi akan memodifikasi
lungkang gen. Kedua, perkawinan acak, jika individu kawin menuruti pilihan tertentu
dalam suatu subset populasi, misalnya dengan kerabat dekatnya sendiri (perkawinan
sanak, interbreeding), percampuran gamet secara acak tidak terjadi dan frekuensi
genotip berubah. Ketiga, tidak ada seleksi alam, perbedaan dalam kesintasan dan
keberhasilan reproduktif dari individu yang membawa genotip berbeda dapat
mengubah frekuensi alel. Keempat, ukuran populasi sangat besar, semakin kecil
populasi, semakin besar kemungkinan frekuensi alelnya berfluktuasi secara kebetulan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (hanyutan genetik). Kelima, tidak ada aliran
gen, karena aliran gen dapat mengubah frekuensi alel dengan memindahkan alel
kedalam atau ke luar populasi. Jika syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy
Weinberg tadi banyak dilanggar, jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang
akan menyebabkan perubahan perbandingan alel dalam populasi tersebut (Syamsuri,
2004).
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi
genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan
dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh
tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Secara terpisah Hardy dan
Weinberg menemukan suatu rumusan yang menyatakan bahwa frekuensi suatu alel
dalam populasi akan tetap berada dalam keseimbangan dan hal ini dijabarkan dengan
rumus: p2+2pq+q2 = 1. Ciri-ciri dalam hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, antara
lain:
1) Jumlah frekuensi genotype harus sama dengan 1, yaitu p2(CC) + 2pq(Cc) + q2(cc)
=1

2) Hubungan p2 + 2pq + q2 tetap, tidak peduli besarnya frekuensi alel permulaan (p


atau q) dapat bernilai 0 sampai 1).

3) Keseimbangan dapat tercapai dalam satu generasi.

4) Frekuensi alel dapat ditentukan dari frekuensi satu genotype yang diketahui.

5) Bila suatu populasi dalam keseimbangan, maka frekuensi alel dapat dihitung apabila
diketahui frekuensi satu genotip homozigot (Syamsuri, 2004).
Hanyutan genetic (genetic drift) adalah peristiwa kebetulan yang menyebabkan
frekuensi alel berfluktuasi secara tidak terduga dari satu generasi ke generasi
berikutnya, terutama dalam populasi kecil. Genetic drift terdiri dari founder effect
(efek pendiri) dan bottle neck effect (efek leher botol). Efek pendiri merupakan
segelintir individu yang terisolasi dari populasi yang lebih besar, kelompok kecil ini
dapat mendirikan populasi baru dengan lungkang gen yang berbeda dengan populasi
sumber. Efek pendiri merupakan penyebab tingginya frekuensi kelainan turunan
tertentu pada populasi manusia. Contohnya 15 koloni Inggris yang mendirikan
pemukiman di Tristan da Cunha pada 1814, namun salah satu koloni tersebut
tampaknya membawa alel resesif bagi retinitis pigmentosa, bentuk kebutaan progresif
yang mempengaruhi individu homozigot. Akhir 1960 dari 240 keturunan, 4 orang
diantaranya menderitan retinitas pigmentosa. Frekuensi alel yang menyebabkan
penyakit ini 10 kali lebih tinggi dibanding populasi tempat asal para pendiri koloni.
Efek leher botol ialah penurunan ukuran populasi secara drastis. Kondisi lingkungan
yang menyebabkan penurunan ukuran populasi secara besar-besaran diantaranya
kebakaran, banjir atau bencana alam lainnya. Tindakan manusia juga terkadang
menciptakan leher botol yang sangat sempit bagi spesies lain (Campbell & Reece,
2008).
Berikut adalah analisa perhitungan sampel golongan darah yang dilakukan
rombongan C2. Data tersebut merupakan golongan darah dari masing-masing
praktikan. Diperoleh hasil golongan darah A sebanyak 5 praktikan, B sebanyak 7
praktikan, AB sebanyak 3 praktikan, dan O sebanyak 7 praktikan. Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui frekuensi alel IA (p) adalah 0,17, IB (q) adalah 0,26, dan IO (r)
adalah 0,57. Hasil dari frekuensi genotip yang memiliki golongan darah A adalah p2
(IAIA) yaitu 0,03 dan 2pr (IAIO) adalah 0,19. Frekuensi genotip golongan darah B yaitu
q2 (IBIB) adalah 0,07 dan 2qr (IBIO) adalah 0,30. Sedangkan, frekuensi genotip
golongan darah AB yaitu 2pq (IAIB) adalah 0,09 dan frekuensi genotip golongan darah
O yaitu r2 (IOIO) adalah 0,32.
Setiap rombongan diasumsikan sebagai satu generasi, yaitu rombongan satu
adalah generasi pertama, rombongan dua adalah generasi kedua, dan seterusnya.
Hasilnya adalah terjadi evolusi dalam ‘populasi’ seluruh rombongan praktikan
genetika. Hal ini dapat dilihat dari grafik hasil frekuensi fenotip, frekuensi alel, dan
frekuensi genotip yang fluktuatif. Selain itu hampir tidak pernah sama untuk setiap
generasinya. Sehingga dapat dinyatakan terjadi perubahan jumlah fenotip dari masing-
masing golongan darah pada setiap generasi.
DAFTAR REFERENSI

Campbell, N.A. Jane B. Reece and Lawrence G. Mitchell. 2000. Biologi. edisi 5. jilid
3. Alih Bahasa: Wasman manalu. Erlangga. Jakarta.
Campbell, N.A. & J.B. Reece., 2008. Biologi Jilid 8. Jakarta: Erlangga.
Prasetyo, Agus dan Supratman, 2011. Dinamika Gen dalam Populasi. Makalah. PPs
UM. Malang.
Syamsuri., 2004. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai