2019
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1.1. Perolehan F2 Persilangan Monohibrid
Kel/Romb Liar Ebony Jumlah
1/A1 5 20 25
1/A2 12 8 20
1/B1 12 8 20
1/B2 22 18 40
1/C1 5 0 5
1/C2 20 5 25
1/D1 13 7 20
1/D2 22 18 40
Perhitungan :
Berdasarkan perhitungan chi-square, diperoleh hasil X2 Hitung ≤ XTabel yaitu 0,33 ≤ 3,84
maka hasil dari perhitungan uji chi-square diterima, persilangan memenuhi nisbah
mendel.
B. Pembahasan
Monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat
beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang
disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk
gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan. Mendel
pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan
penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Persilangan monohibrid selalu
berlaku hukum Mendel I. Masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern,
belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina
bahan genetik itu. Mendel menyebut bahan genetik itu hanya faktor penentu
(determinant) atau disingkat dengan faktor (Pai, 1992).
Lalat yang digunakan dalam persilangan monohibrid pada praktikum kali ini
yaitu lalat Drosophila melanogaster, untuk tipe jantannya adalah wildtype (liar) dan
untuk lalat betina tipenya mutan ebony. Lalat ebony mempunyai ciri-ciri warna tubuh
lebih hitam dibandingkan lalat betina tipe liar dan ruas-ruas tubuhnya renggang,
sedangkan lalat tipe liar memiliki warna tubuh lebih cerah, ruas-ruas tubuhnya lebih
rapat, dan pada ujung abdomennya berwarna hitam. Penggunaan dari spesies ini antara
lain kromosomnya yang hanya berjumlah 4 pasang sehingga variasi sifatnya masih
dapat teramati dan mudah dibudidayakan. Sementara tipe mutan yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah ebony. Hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk
membuktikan terjadinya hukum segregasi, dimana akan terjadi penurunan sifat
parental atau tidak. Jika hukum segregasi terjadi maka pasti akan ada keturunan yang
bersifat mutan seperti parentalnya (Ashburner, 1989).
Berikut pola persilangan monohibrid lalat tipe liar dan lalat ebony :
P: EE x ee
(Wild Type) (Ebony)
G: E e
F1: Ee
P: Ee x Ee
(Wild Type) (Wild Type)
G: E,e E,e
F2: E_ (Wild Type) & ee (Ebony)
Perbandingan Fenotipe = Wild Type : Ebony = 3:1
Perbandingan Genotipe = EE : Ee : ee = 1 : 2 : 1
Gen letal ialah gen yang dapat mengakibatkan kematian pada individu
homozigot. Kematian ini dapat terjadi pada masa embrio atau beberapa saat setelah
kelahiran. Adakalanya pula terdapat sifat subletal, yang menyebabkan kematian pada
waktu individu yang bersangkutan menjelang dewasa. Dua macam gen letal, yaitu gen
letal dominan dan gen letal resesif. Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat
menimbulkan efek subletal atau kelainan fenotipe, sedangkan gen letal resesif
cenderung menghasilkan fenotipe normal pada individu heterozigot. Peristiwa letal
dominan antara lain dapat dilihat pada ayam redep (creeper), yaitu ayam dengan kaki
dan sayap yang pendek serta mempunyai genotipe heterozigot (Cpcp). Ayam dengan
genotipe CpCp mengalami kematian pada masa embrio. Apabila sesama ayam redep
dikawinkan, akan diperoleh keturunan dengan nisbah fenotipe ayam redep (Cpcp) :
ayam normal (cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah
ada. Gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada tanaman jagung.
Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian setelah cadangan
makanan di dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu melakukan fotosintesis
sehubungan dengan tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg memiliki warna hijau
kekuningan, sedang tanaman GG adalah hijau normal. Persilangan antara sesama
tanaman Gg akan menghasilkan keturunan dengan nisbah fenotipe normal (GG) :
kekuningan (Gg) = 1 : 2 (Stansfield, 1991).