Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebelum Indonesia mendapat kemerdekaannya, Indonesia merupakan salah
satu negara yang pernah dijajah oleh beberapa bangsa asing.
Dimulai dari kedatangan bangsa-bangsa barat yang pada awalnya memiliki
tujuan yang tidak lain hanya untuk berdagang dan mencari rempah-rempah di
Nusantara. Namun tujuannya berubah semakin besar yaitu unutk menguasai dan
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Semakin lama, tujuan
tersebut berpuncak pada rasa ingin menjajah dan memiliki kekuasaan penuh di
wilayah Indonesia.
Berawal dari kedatangan bangsa Portugis yang kemudian mengundang rasa
ketertarikan bangsa Spanyol untuk datang ke Nusantara. Kemudian diteruskan oleh
bangsa Belanda sebagai bangsa yang bertahan paling lama untuk menguasai wilayah
Indonesia. Dilanjutkan oleh bangsa Inggris dan kemudian munculnya bangsa Jepang,
satu-satunya bangsa yang bukan berasal dari Eropa yang pernah menjajah Indonesia.
Setiap bangsa yang pernah menjajah Indonesia tentunya memiliki perbedaan
dalam bentuk penjajahannya. Maka dari itu akan dipaparkan tentang gambaran umum
penjajahan bangsa-bangsa tersebut terhadap bangsa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah-masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum tentang penjajahan terhadap Indonesia?
2. Apa agama yang dibawa oleh penjajah Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah
1. Menambah wawasan tentang gambaran umum penjajahan di Indonesia
2. Mengetahui agama yang dibawa oleh penjajah Indonesia

1
D. SUMBER DATA
Tinjauan pustaka tentang pergolakan masa penjajahan diambil dari buku,
jurnal, dan internet

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masuknya Bangsa Portugis ke Indonesia

Kedatangan orang-orang Eropa yang pertama di Asia Tenggara pada awal abad
XVI dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan ini.
Pandangan ini tidak dapat dipertahankan meskipun orang Eropa memiliki dampak yang
besar terhadap Indonesia, namun hal itu pada dasarnya merupakan suatu gejala dari masa
lampau. Eropa bukanlah kawasan yang paling maju dan dinamis pada awal abad XV.
Kekuatan besar yang paling berkembang di dunia adalah Islam; pada tahun 1453 orang-
orang Turki Ottoman menaklukkan Konstantinopel, dan di ujung timur dunia agama
Islam ini berkembang yaitu di Indonesia dan Filipina. Akan tetapi, orang Eropa terutama
orang Portugis mereka mencapai kemajuan di bidang teknologi khususnya bidang
perkapalan, sehingga mengakibatkan bangsa Portugis terlibat dalam penjelajahan
samudera.

Bangsa Portugis tidak hanya mencapai kemajuan di bidang teknologi yang


memungkinkan mereka membentangkan sayap ke seberang lautan, akan tetapi mereka
juga memiliki kemauan dan kepentingan untuk melakukan hal itu. Atas dorongan
Pangeran Henry dan para pelindung lainnya, pelaut dan petualang Portugis merintis tiga
tujuan utama mereka yaitu memulai usaha pencarian emas, memenangkan peperangan,
dan menemukan jalan untuk mengepung lawan yang beragama Islam dengan menyusuri
pantai barat Afrika.

Selain tiga tujuan di atas bangsa Portugis juga berusaha untuk mendapatkan
rempah-rempah, yang berarti mendapatkan jalan ke Asia dengan tujuan memotong jalur
pelayaran para pedagang Islam, dari usaha itu Portugis berharap mampu memonopoli
impor rempah-rempah ke Eropa. Indonesia dijadikan sebagai tujuan utama Portugis, hal
ini karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah1.

1
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1989. Hlm. 31-32

3
Pada tahun 1510 dipimpin oleh Alburqueque, Portugis berhasil menaklukkan Goa
kemudian menyerang Malaka, dipimpin oleh Diogo Lopes de Sequeira. Pada mulanya
mendapat sambutan baik dari Sultan Mahmud Syah(1488-1528) tetapi kemudian terjadi
pemberontakkan terhadap keberadaan Portugis. Pihak Portugis dipimpin Alburqueque
yang membawa 1.200 orang dan delapan belas kapal. Meskipun Portugis menang, tetapi
tidak bisa menguasai perdagangan Asia yang berpusat di sana. Portugis mengalami
banyak masalah, mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan sangat
bergantung pada pedagang pemasok makanan dari Asia termasuk para penguasa di
Malaka, selain itu mereka juga kekurangan dana dan sumber daya manusia. Organisasi
mereka penuh dengan ketidakefisienan dan korupsi, dengan kondisi tersebut maka
melanggar monopoli yang seharusnya mereka jaga. Keunggulan mereka pada teknologi
yang terdiri atas teknik pelayaran dan militer dengan cepat berhasil dipelajari oleh
saingan-saingan mereka dari Indonesia2.

Dampak budaya orang-orang Portugis yang paling kekal adalah di Maluku. Di


kawasan inilah terletak “Kepulauan Rempah-rempah” Indonesia timur. Setelah Malaka
kemudian Portugis segera menyusun siasat untuk menaklukan Ambon. Di Ambon
mereka mempertunjukkan keterampilan perang sehingga disukai oleh penguasa daerah
tersebut. Hal ini menyebabkan Pulau Ternate dan Pulau Tidore bersaing untuk
mendapatkan bantuan Portugis. Dengan demikian, Portugis disambut baik karena mereka
juga membawa bahan pangan dan membeli rempah-rempah3.

Orang-orang Portugis mengadakan persekutuan dengan Ternate. Hubungan


mereka dengan penguasa yang beragama Islam berubah menjadi tegang karena Portugis
melakukan kristenisasi dan perilaku mereka seringkali tidak sopan. Pada tahun 1575
Portugis diusir dari Ternate. Ternate menjadi sebuah negara berkembang yang gigih
menganut Islam dan anti Portugis di bawah pemerintahan Sultan Baab Ullah (1570-
1583) dan putranya Sultan Said.

Dari Maluku Portugis meninggalkan beberapa ciri lain dari kebudayaan mereka,
contohnya adalah musik keroncong, banyak kosa kata Indonesia yang berasal dari bahasa
Portugis seperti pesta, sabun, bendera dan lain-lainnya. Bahkan di Ambon masih banyak
ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis, seperti da Costa, de Fretas,

2
Ibid. Hlm. 33-34
3
Ibid. Hlm. 35-36

4
Gonsalves, Mendolza dan lain-lainnya. Pengaruh yang paling besar dan paling kekal dari
kedatangan orang-orang Portugis ada dua yaitu terganggu dan kacaunya jaringan
perdagangan sebagai akibat ditaklukkannya Malaka oleh mereka serta penanaman agama
Katolik di beberapa daerah di Maluku4.

B. Masuknya Bangsa Spanyol ke Indonesia

Kedatangan bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku) segera diikuti oleh


bangsa Spanyol. Ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan Magelhaens, pada tanggal
7 April 1521 telah sampai di Pulau Cebu. Romobongan Magelhaen diterima baik oleh
Raja Cebu sebab pada waktu itu Cebu sedang bermusuhan dengan Mactan. Persekutuan
dengan Cebu ini harus dibayar mahal Spanyol sebab dalam peperangan ini Magelhaen
terbunuh.

Dengan meninggalnya Magelhaen, ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan


Sebastian del Cano melanjutkan usahanya untuk menemukan daerah asal rempah-rempah.

Dengan melewati Kepulauan Cagayan dan Mindanao akhirnya sampai di Maluku


(1521). Kedatangan bangsa Spanyol ini diterima baik oleh Sultan Tidore yang saat itu
sedang bermusuhan dengan Portugis. Sebaliknya, Kedatangan Spanyol di Maluku bagi
Portugis merupakan pelanggaran atas “hak monopoli”. Oleh karena itu, timbullah
persaingan antara Portugis dan Spanyol.

Sebelum terjadi perang besar, akhirnya diadakan Perjanjian Saragosa (22 April
1529) yang isinya sebagai berikut.

a. Spanyol harus meninggalkan Maluku, dan memusatkan kegiatannya di Filipina


b. Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku5.

Pada tahun 1522 Spanyol memulai kolonisasi di Sulawesi Utara dan pada tahun
1560 Spanyol mendirikan pos di Manado. Pada tahun 1550 Spanyol telah mendirikan
benteng di Wenang. Pada tahun 1550-an Spanyol menduduki benteng Portugis di

4
Ibid. Hlm. 37
5
Kemendikbud, Guru Pembelajar, Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA/SMK, Kemendikbud,
Jakarta, 2016. Hlm.33

5
Amurang dengan memanfaatkan orang Mongodouw, sehingga Minahasa jatuh ke tangan
Spanyol. Dan Dotu Kepala Walak (Kepala Negara) Lolong Lasut memounyai anak buah
Tonaas Wuri’ Muda6.

Portugis dan Spanyol merupakan tumpuan kekuatan gereja Katholik Roma


memperluas wilayah yang dillakukan kesultanan Ottoman di Mediterania pada abad ke-
XV. Sejak itupun Portugis dan Spanyol menjadi adikuasa di Eropa. Alih pengetahuan
diperoleh dari pendatang asal Konstatinopel yang memungkinkan bagi kedua negeri
Ksipanik itu melakukan perluasan wilayah-wilayah baru di luar daratan Eropa dan
Mediterania. Sasaran utama adalah Asia-Timur dan Asia-Tenggara. Mulanya perluasan
wilayah antara kedua negeri terbagi dalam perjanjian Tordisalles, tahun 1492. Portugis
kearah Timur sedangkan Spanyol ke barat. Masa itu belum ada gambaran bahwa bumi
itu bulat. Baru disadari ketika kapal layar kedua belah pihak bertemu di perairan Laut
Sulawesi.

Dari kesepakatan Tordisalles itu, Portugis menelusuri dari pesisir pantai Afrika
dan Samudera Hindia. Sedangkan Spanyol menelusuri Samudera Atlantik, Benua
Amerika Selatan, dan melayari Samudera Pasifik. Pertemuan terjadi ketika kapal-kapal
Spanyol pimpinan Ferdinand Maggelan menelusuri Pasifik dan tiba di Pulau Kawio,
gugusan kepulauan Sangir dan Talaud di Laut Sulawesi pada 1521. Untuk mencegah
persaingan di perairan Laut Sulawesi dan Maluku Utara, kedua belah pihak memperbarui
jalur lintas melalui perjanjian Saragosa pada tahun 1529. Perjanjian tersebut membagi
wilayah dengan melakukan batas garis tujuh belas derajat lintang timur di perairan
Maluku Utara. Namun dalam perjanjin tersebut, Spanyol merasa dirugikan karena tidak
meraih lintas niaga dengan gugusan kepulauan penghasil rempah-rempah. Untuk itu
mengirimkan ekspedisi menuju Pasifik Barat pada 1542. Tujuannya untuk melakukan
perluasan wilayah dan sekaligus memperoleh konsesi perdagangan rempah-rempah di
Maluku Utara.

Dari pelayaran ini mendarat digugusan kepulauan Utara disebut Filipina.


Sekalipun Filipina tidak menghasilkan rempah-rempah, tetapi kedatangan Spanyol
digugusan kepulauan tersebut menimbulkan protes keras dari Portugis. Alasannya karena

6
Insulinda, “Penjajahan Bangsa Portugis dan Spanyol di Indonesia”, diakses dari
https://insulinda.wordpress.com/2015/09/08/penjajahan-bangsa-portugis-dan-spanyol-di-indonesia/, 2015,
pada tanggal 20 September 2018

6
gugusan kepulauan itu berada di bagian Barat, di lingkungan wilayahnya. Walau
mengkonsentrasikan perhatiannya di Amerika Tengah, Spanyol tetap menghendaki
konsesi niaga rempah-rempah Maluku Utara yang juga ingin didominasi Portugis. Tetapi
Spanyol terdesak oleh Portugis hingga harus mundur ke Filipina. Akibatnya Spanyol
kehilangan pengaruh di Sulawesi Utara yang sebelumnya menjadi kantong ekonomi dan
menjalin hubungan dengan masyarakat Minahasa.

Peperangan di Filipina Selatan turut memengaruhi perekonomian Spanyol.


Penyebab utama kekalahan Spanyol juga akibat aksi pemberontakan pendayung yang
melayani kapal-kapal Spanyol7.

Minahasa berperang dengan Spanyol yang dimulai tahun 1617 dan berakhir tahun
1645. Perang ini dipicu oleh ketidakadilan Spanyol terhadap orang-orang Minahasa,
terutama dalam hal perdagangan beras, sebagai komoditi utama waktu itu. Perang
terbuka terjadi pada tahun 1644-1646. Akhir dari perang itu adalah kekalahan total
Spanyol, sehingga berhasil diusir oleh para waranei (ksatria-ksatria Minahasa)

C. Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia

Akhir abad ke-16 bangsa Belanda datang ke Indonesia dengan menempuh jalan
yang penuh kesulitan. Untuk menghindari persaingan diantara mereka sendiri kemudian
mereka mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenigde oost
Indische Compagnie) yang di kalangan rakyat dikenal dengan istilah "kompeni".

VOC memiliki tiga tujuan pembentukan yaitu, untuk menghindari persaingan


antar perusahaan Belanda, agar mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain
terutama Spanyol dan Portugis sebagai musuhnya (ekstern), dan untuk membantu dana
pemerintahan Belanda yang sedanag berjuang menghadapi Spanyol yang masih
menduduki Belanda8.

Praktek praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan paksaan sehingga rakyat
mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-
1645) berupaya mengadakan perlawanan dengan menyerang ke Batavia pada tahun 1628

7
Ibid.
8
Ilham Yuwono, Sejarah, Sekawan Klaten, Klaten, 2016. Hlm.33

7
dan tahun 1629, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P.
Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu. Beberapa saat setelah Sultan
Agung wafat maka Mataram menjadi bagian kekuasaan kompeni. bangsa Belanda mulai
memainkan peranan politik nya dengan licik di Indonesia. Di Makassar yang memiliki
kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai oleh kompeni tahun 1667 dan
timbulnya perlawanan dari rakyat Makassar dibawah pimpinan Hasanuddin. Menyusul
pula wilayah Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh kompeni
pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo,Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad
ke XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkam kekuasaan kompeni pada saat itu.
Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan Armada dari Minangkabau untuk
mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat sambutan yang
hangat. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah yang terpencar-pencar dan tidak
memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak
menimbulkan kerugian bagi anak-anak bangsa. Demikianlah Belanda pada awalnya
menguasai daerah-daerah yang strategis dan kaya akan hasil rempah-rempah pada abad
ke XVII dan nampaknya semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh
kekuatan militer.

Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras untuk
memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh Indonesia. Mereka ingin
membuatkan hegemoni yang sampai ke pelosok pelosok nusantara kita. Melihat praktek-
praktek penjajahan Belanda tersebut maka meledaklah perlawanan rakyat di berbagai
wilayah nusantara antara lain : Pattimura di Maluku tahun 1817, Baharudin di Palembang
tahun 1819, Imam Bonjol di Minangkabau tahun 1821-1837, Pangeran Diponegoro di
Jawa Tengah tahun 1825-1830, Jendral polin Teungku Cik Di Tiro, Teuku Umar dalam
Perang Aceh tahun 1860, Agung Made i dalam perang lombok tahun 1894-1895,
Sisingamangaraja di tanah Batak tahun 1900, dan masih banyak perlawanan rakyat di
berbagai daerah di Nusantara. Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat
untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya
persatuan dan persatuan diantara mereka dalam perlawanan melawan penjajah maka
perlawanan tersebut senantiasa kandas dan bahkan menimbulkan banyak korban.
Penjajahan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan sistem monopoli melalui
tanam paksa tahun 1830-1870 dengan memaksakan beban kewajiban ban terhadap rakyat
yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi dan Belanda sudah tidak

8
peduli lagi dengan ratap penderitaan tersebut. Bahkan mereka semakin tinggi dalam
menjajah rakyat untuk memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.

Bangsa Belanda yang beragama Kristen protestan sambil berdagang juga


menyebarkan agamanya. Konteks penyebaran agama tersebut menjadi permulaan
kebijakan Pendidikan colonial Belanda. Sekolah-sekolah didirikan di Pulau Ambon dan
Pulau Bacan (Maluku). Sekolah-sekolah yang didirikan orang-orang dari kalangan
agama, yaitu agama Kristen Protestan. Dengan demikian, sekolah-sekolah itu mempunyai
corak dan ciri-ciri agama Kristen.

Pada masa penjajahan bangsa Belanda, terdapat dua politik, yaitu Politik Etis dan
Politik Liberal.

1. Politik Etis

Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda
sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk
melunasi hutang “balas budi” Pemerintah Kolonial terhadap penduduk tanah
jajahannya di Hindia Belanda. Penerapan politik ini menekankan pada tiga program,
yaitu pengairan, pendidikan, dan perpindahan penduduk9. Politik Etis mengisyaratkan
sejumlah sumbangan dari Pemerintah Kolonial untuk penduduk bumiputera dalam hal
pengembangan sekolah, pelayanan kesehatan, transportasi dan pembangunan
infrastruktur lainnya10. Program-program pengembangan tersebut bertujuan untuk
mencerdaskan rakyat, meningkatkan kesejahteraan umum, dan meratakan
kemakmuran.

2. Politik Liberal

Periode sejarah Indonesia 1870-1900 sering disebut sebagai masa liberalisme.


Pada periode tersebut untuk pertama kalinya dalamsejarah kolonial Indonesia kepada
kaum pengusaha dan modal swasta diberikan peluang sepenuhnya untuk menanamkan
modalnya dalam berbagai usaha kegiatan di Indonesia terutama dalam industri-
industri perkebunan besar baik di Jawa maupun daerah-daerah luar Jawa. Selama
masa ini modal swasta dari Belanda dan negara-negara Eropa lainnya telah

9
M.C. Ricklefs, Op. Cit, Hlm. 327-328
10
Frances Gouda, Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda 1900-1942, Serambi, Jakarta,
2007. Hlm. 53

9
mendirikan berbagai perkebunan kopi, teh, gula, dan kina yang besar di Deli,
Sumatera Timur11.

Pembukaan perkebunan-perkebunan besar ini dimungkinkan dengan


dikeluarkannya Undang-Undang Agraria tahun 1870. Di satu pihak Undang Undang
Agraria itu bertujuan melindungi petani-petani Indonesia terhadap kehilangan hak
milik atas tanah mereka terhadap orang-orang asing, dan di pihak lain Undang-
Undang tersebut membuka peluang bagi orang-orang asing untuk menyewa tanah dari
rakyat Indonesia bagi kepentingan perkebunan. Demikianlah sejak tahun 1870
industri-industri perkebunan Eropa mulai masuk ke Indonesia. Dengan dibebaskannya
kehidupan ekonomi dari segala campur tangan pemerintah serta penghapusan unsur
paksaan dari kehidupan ekonomi akan mendorong perkembangan ekonomi Hindia-
Belanda. Undang- undang Agraria tahun 1870 membuka Jawa bagi perusahaan
swasta. Kebebasan dan keamanan para pengusaha dijamin. Hanya orang-orang
Indonesialah yang dapat memiliki tanah, tetapi orang-orang asing diperkenankan
menyewanya dari pemerintah sampai selama tujuh puluh lima tahun atau dari para
pemilik pribumi untuk masa paling lama antara lima dan dua puluh tahun. Perkebunan
swasta kini dapat berkembang di Jawa maupun di daerah-daerah luar Jawa.
Pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 dan perkembangan pelayaran dengan
kapal uap dari waktu itu mendorong lebih lanjut perkembangan swasta dengan
semakin membaiknya sistem perhubungan dengan Eropa. Perbaikan sistem
perkapalan juga dapat memperlancar transportasi. Mulai tahun 1877 dibangun adanya
pelabuhan, jalur kereta api, pengembangan lalu lintas, dan telekomunikasi. Namun
demikian, semua itu bagi rakyat Indonesia hanya menjadi titik awal eksploitasi
ekonomi baru oleh kaum kapitalis (modal swasta)12.

Setelah tahun 1885 perkembangan tanaman perdagangan mulai berjalan seret,


karena jatuhnya harga-harga gula dan kopi di pasaran dunia. Dalam tahun 1891 harga
pasaran tembakau dunia juga turun drastis. Jatuhnya harga gula di pasaran dunia
dikarenakan penanaman gula bityang mulai ditanam di Eropa, sehingga mereka tidak
perlu mengimpor lagi gula dari Indonesia. Krisis perdagangan tahun 1885
mengakibatkan terjadinya reorganisasi dalam kehidupan ekonomi Hindia-belanda.
Perkebunan-perkebunan besar tidak lagi milik perseorangan tetapi direorganisasi

11
A. Daliman, Sejarah Indonesia Abad 19-Awal Abad 20, FIS UNY, Yogyakarta, 2001. Hlm. 47
12
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, UGM Press, Yogyakarta, 1991. Hlm. 190

10
sebagai perseroan terbatas. Bank perkebunan juga tetap memberikan pinjaman bagi
perkebunan, namun setelah adanya krisis 1885 merekapun mengadakan pengawasan
atas operasi perkebunan-perkebunan besar itu13.

D. Masuknya Bangsa Prancis ke Indonesia

Pada tahun 1808 mulai berlangsung suatu zaman baru dalam hubungan Jawa-
Eropa negeri Belanda telah berada dibawah kekuasaan Prancis sejak tahun 1795
sehubungan dengan sentralisasi kekuasaan yang semakin besar, maka Napoleon
Bonaparte mengangkat asiknya, Louis Nappolean, sebagai penguasa di negeri Belanda
pada tahun 1806 pada tahun 1808, Louis mengirim Marsekal Herman Willem Deandles
ke Batavia unutk menjadi Gubernur Jenderal (1808-1811) dan untuk memperkuat
pertahanan Jawa sebagai basis melawan Inggris di Samudra Hindia. Deandles adalah
seorang pemuja prinsip-prinsip pemerintahan yang revolusioner dia membawa suatu
perpaduan antara semangat pembaruan dan metode-metode kediktatoran ke Jawa yang
sebenarnya hanya sedikit berhasil namun banyak menimbulkan perlawanan dia berusaha
memberantas ketidakefisienan, penyelewengan, dan korupsi yang menyelimuti
administrasi Eropa, tetapi banyak di antara langkah-langkah pembaruannya yang hanya
sedikit mendatangkan hasil dia memiliki perasaan tidak suka, yang muncul dari naluri-
naluri anti feodalnya, terhadap para penguasa Jawa (Bupati) di daerah daerah yang
dikuasai Belanda dia menganggap mereka bukan sebagai penguasa atas masyarakat
mereka melainkan sebagai penguasa atas masyarakat mereka sebagai pegawai
administrasi Eropa, dan mengurangi wewenang dan penghasilan mereka 14.Deandles
membawakan pengaruh kristenisasi ke Indonesia.

Deandels memperlakukan para penguasa Jawa Tengah seperti mereka itu


merupakan raja-raja taklukan Batavia,menurut hukum tindakannya itu betul, karena
perjanjian tahun 1749 telah menyerakan kadaulatan kepada VOC akan tetapi, sebelum ini
tidak pernah Batavia sebetulnya berusaha melaksanakan kekuasaannya di wilayah
perdalaman para residen di istana. Namun, Pakubuwana IV menyambut baik perubahan-

13
A. Daliman, Op. Cit, Hlm. 55-56
14
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, UGM Press, Yogyakarta, 1989, Hlm. 170

11
perubahan tersebut tetapi Hamengkubuwana II menolaknya. Kini dimulailah suatu masa
konflik yang panjang yang akan berakhir dengan meletusnya perang Jawa15.

Tanggapan-tanggapan Pakubuwana IV meyakinkan Deandels bahwa dia bersedia


bekerja sama, tetapi tampaknya Hamengkubuwana II sedang bersiap-siap melancarkan
perang sebenarnya tampaknya dia belum bermaksud melancarkan perang total pada
tahapan ini, tetap kecurigaan Deandels telah memperbesar ancaman bahaya terhadap
posisi Yogyakarta. Pada tahun 1810 kepala pemerintahan Sultan untuk wilayah-wilayah
luar (mancanegara). Raden Rangga, melancarkan sebuah pemberontakan terhadap
pemerintah orang Eropa. Dia adalah saudara ipar Sultan dan mendapat dukungan secara
diam-diam dari Sultan dan kalangan bangsawan Yogyakarta. Pemberontakan ini berhasil
ditumpas dengan mudah dan Rangga terbunuh, tetapi putanya, Sentot, masih hidup untuk
memainkan peranan penting dalam perang Jawa.

Pemberontakan Raden Rangga meyebabkan dikeluarkannya ultimatum oleh


Deandels yang ditunjukan kepada Hamengkubuwana II. Dia harus menyetujui perubahan
terhadap upacara istana yang berkaitan dengan kedudukan ‘minister’ Eropa, mengangkat
kembali Danureja II dengan kekuasaan penuh, dan memikul tanggung jawab atas
pemberontakan Rangga. Sultan menolak sehingga pada bulan Desember 1810 Deandels
bergerak menuju Yogyakarta.

Pada bulan Januari 1811 Deandels memaksakan perjanjian-perjanjian baru, yang


melibatkan penggabungan banyak daerah ke dalam wilayah pemerintahan Belanda,
kepada Surakarta maupun Yogyakarta. Dengan demikian, dengan sekali pukul Deandels
telah menghapuskan pemberian insentif finansial yang paling penting bagi istana-istana
Jawa untuk bersedia menerima pemerintahan orang-orang Eropa atas daerah pesisir, dan
meniadakan sumber utama penghasilan istana.

Kini peperangan-peperangan Napoleon di Eropa telah merembet ke Indonesia.


Ketika Willem V dari negeri Belanda berhasil lolos dari serangan pasuka Prancis dan
melarikan diri ke Inggris pada tahun 1795, dia memperoleh tempat tinggal di kew dan
mengeluarkan apa yang dikenal sebagai ‘surat-surat kew’ dokumen ini memerintahkan
para pejabat jajahan Belanda menyerahkan wilayah mereka kepada orang-orang Inggris

15
M.C. Ricklefs, Op. Cit, Hlm. 171

12
supaya tidak jatuh ke tangan Prancis. Dokumen ini memerintahkan agar jajahan Belanda
di berikan kepada Inggris, alasannya karena tidak ingin jatuh ke tangan Prancis16.

E. Masuknya Bangsa Inggris ke Indonesia

Pada tahun 1811 Deandels digantikan oleh Jan Willem Janssens dengan
membawakan pengaruh Kristenisasi. Di tahun yang sama Inggris menyerang Belanda di
Jawa dan berhasil memukul Belanda hingga ke Semarang. Sehingga Belanda menyerah di
dekat Salatiga. Kemudian kepemimpinan di Jawa digantikan oleh Thomas Stamford
Raffles. Raffles adalah orang yang pembaharu dan penentang feodalisme sama seperti
Deandles.

Karena hal itu Hamengkubuwana II bertindak dengan berniat untuk merebut


kembali Yoogyakarta. Pakubuwana IV yang secara diam-diam menyurati
Hamengkubuwana II untuk menyerang Inggris. Namun hal ini di ketahui oleh Inggris,
sehingga Putra Mahkota (Hamengkubuwana III) dan Natakusuma bersiap menghancurkan
Yogya karta beserta dengan Inggris yang membantu. Yogyakarta berhasil ditaklukan dan
Hamengkubuwana III berhasil naik tahta. Pakubuwana yang merasa khawatir, menyerang
Inggris. Namun Raffles berhasil mematahkannya. Namun Pakubuwana IV tidak
diturunkan tahtanya.

Namun ketika Belanda kalah dan Willem V berhasil lolos serta melarikan diri ke
Inggris. Sehingga Willem V mengeluarkan ‘Surat-surat Kew’. Dokumen ini
memerintahkan agar jajahan Belanda di berikan kepada Inggris, alasannya karena tidak
ingin jatuh ke tangan Prancis. Setelah itu pada tahun 1811 Deandels digantikan oleh Jan
Willem Janssens. Di tahun yang sama Inggris menyerang Belanda di Jawa dan berhasil
memukul Belanda hingga ke Semarang. Sehingga Belanda menyerah di dekat Salatiga.
Kemudian kepemimpinan di Jawa digantikan oleh Thomas Stamford Raffles.

Karena hal itu Hamengkubuwana II bertindak dengan berniat untuk merebut


kembali Yoogyakarta. Pakubuwana IV yang secara diam-diam menyurati
Hamengkubuwana II untuk menyerang Inggris. Namun hal ini di ketahui oleh Inggris,
sehingga Putra Mahkota (Hamengkubuwana III) dan Natakusuma bersiap menghancurkan

16
M.C. Ricklefs, Op. Cit, Hlm. 172-173

13
Yogya karta beserta dengan Inggris yang membantu. Yogyakarta berhasil ditaklukan dan
Hamengkubuwana III berhasil naik tahta. Pakubuwana yang merasa khawatir, menyerang
Inggris. Namun Raffles berhasil mematahkannya. Namun Pakubuwana IV tidak
diturunkan tahtanya17.

F. Masuknya Bangsa Jepang ke Indonesia

Jepang secara tiba-tiba menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Port


Harbour pada tahun 1941. Serangan ini menandai dimulainya Perang Asia Timur Raya
dan sekaligus memperlebar medan pertempuran Perang Dunia II yang berpusat di Eropa.
Untuk memenangkan perang, Jepang melancarkan ekspansi ke Asia Timur dan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia18.
Setelah Nederland diserbu oleh tentara Nazi Jerman pada tanggal 5 Mei 1940 dan
jatuh pada tanggal 10 Mei 1940, maka Ratu Wihelmina dengan segenap aparat
pemerintahannya mengungsi ke Inggris, sehingga pemerintahan Belanda masih dapat
berkomunikasi dengan pemerintah jajahan Indonesia. Janji Belanda tentang Indonesia
merdeka di kemudian hari dalam kenyatannya hanya suatu kebohongan belaka sehingga
tidak pernah menjadi kenyataan. Bahkan sampai akhir pendudukan pada tanggal 10 Maret
1940, kemerdekaan bangsa Indonesia itu tidak pernah terwujud.
Penyerahan tanpa syarat Belanda pada tanggal 8 Maret 1942 dari Jendral
Terpoorten kepada Hitoshi Imamura di Kalijati Jawa Barat menyebabkan berakhirnya
kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia, dengan demikian Indonesia memasuki sejarah
babak baru. Masa pendudukan Jepang di Indonesia dianggap sebagai masa yang
memprihatinkan, yang ditandai dengan adanya Romusha dan kelaparan, kekurangan
pakaian serta pemaksaan dalam berbagai kegiatan perang.
Kebijakan yang dilaksanakan di Indonesia berkaitan dengan kemenangan
peperangan di Pasifik. Pada dasarnya kebijakan yang diterapkan mempunyai dua
prioritas. Pertama, menghapuskan pengaruh Barat. Kedua, memobilisasikan rakyat
Indonesia demi kemajuan perang Jepang. Berbagai mobilisasi dijalankan oleh pemerintah

17
M.C. Ricklefs, Op. Cit, Hlm. 173-181
18
Yasmis. Jepang dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jurnal Sejarah Lontar. Diakses dari
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/lontar/article/download/2384/1826/ pada tanggal 23 September 2018.
Hlm. 24

14
pendudukan Jepang. Untuk membantu pelaksanaannya diangkat pimpinan – pimpinan
rakyat baik pemimpin – pemimpin agama, guru dan pemimpin – pemimpin nasionalis.
Pemerintah Jepang merangkul pemimpin Islam, karena Jepang menyadari bahwa
sebagian besar rakyat Indonesia beragama Islam dan pemimpin Islam mempunyai
kedudukan penting dalam masyarakat. Selain itu pendapat mereka lebih didengar dari
pada pendapat priyayi19.
Selain merangkul pemimpin-pemimpin Islam pemerintah Jepang juga
menawarkan kerja sama kepada tokoh-tokoh nasionalis. Tujuannya agar golongan
nasionalis mau memberikan tenaga dan pikirannya dalam membantu usaha perang
Jepang. Untuk mendapatkan dukungan dan simpati rakyat Indonesia maka tokoh-tokoh
nasionalis diangkat menjadi pemimpin pergerakan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang
seperti gerkan tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin
Asia) dan gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat).
Pemerintah pendudukan Jepang memerlukan banyak tenaga untuk pertahanan
menghadapi Sekutu. Untuk itu dibukalah kesempatan bagi para pemuda untuk menjadi
prajurit. Gerakan-gerakan pemuda diberi prioritas tinggi dan ditempatkan di bawah
pengawasan ketat pihak Jepang. Hal ini dipahami Jepang bahwa untuk mempertahankan
kedudukannya harus mendapatkan dukungan dari penduduk setempat.
Untuk melatih pemuda-pemuda dibentuklah organisasi-organisasi militer seperti
Heiho (pasukan pembantu prajurit), Seinendan (barisan pemuda), Keibodan (barisan
pembantu polisi), Peta (tentara sukarela pembela tanah air), Fujinkai (perhimpunan
wanita), dan Suisyintai (barisan pelopor). Mereka semua diberi latihan dasar yang sama
dengan para serdadu Jepang seperti baris berbaris, taktik menggunakan senjata dan taktik
berperang20.
Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang Pemimpin Asia,
Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Akan tetapi dalam perang melawan Sekutu Barat
yaitu (Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, Belanda, dan negara Sekutu lainnya)
nampaknya Jepang semakin terdesak. Oleh karena itu agar mendapat dukungan dari
bangsa Indonesia, maka pemerintahan Jepang bersikap murah hati kepada bangsa
Indonesia, yaitu menjanjikan Indonesia merdeka di kemudian hari.
Setelah Sekutu dapat menguasai dan mendesak tentara Jepang dalam perang
Pasifik, maka Jepang mulai banyak memberikan konsesi kepada bangsa Indonesia baik di

19
Ibid.
20
Ibid. Hlm. 25

15
bidang politik maupun di bidang militer. Dalam bidang politik antara lain berusaha
menarik simpati rakyat dengan cara mengizinkan dikibarkannya bendera merah putih,
dikumandangkannya lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilarangnya pemakaian bahasa
Belanda serta adanya pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai
realisasi dari janji kemerdekaan. Meskipun tidak berbeda dengan watak kolonialisasi,
sistem pemerintahan Jepang juga menerapakan dominasi politik yaitu melarang dan
membubarkan pergerakan – pergerakan rakyat juga melakukan eksploitasi ekonomi serta
penetrasi budaya bahkan penindasan. Namun demikian ada juga kebijakan politiknya
yang bermanfaat bagi rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dalam
bidang militer yaitu adanya pendidikan militer yang diberikan kepada pemuda-pemuda
Indonesia, di mana pendidikan militer tersebut sangat bermanfaat bagi rakyat21.

1. Indonesia dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan


Indonesia
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar
Jepang beliau memberikan hadiah ‘ulang tahun’ kepada bangsa Indonesia yaitu
janji kedua pemerintah Jepang berupa ‘kemerdekaan tanpa syarat’. Janji itu
disampaikan kepada bangsa Indonesia seminggu sebelum bangsa Jepang
menyerah, dengan Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari
Pemerintah Militer Jepang di seluruh Jawa dan Madura) no. 23 dalam janji
kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaannya. Bahkan dianjurkan kepada bangsa Indonesia
untuk berani mendirikan negara Indonesia merdeka di hadapan musuh – musuh
Jepang yaitu Sekutu termasuk kaki tangannya NICA (Netherlands Indie Civil
Administration), yang ingin mengembalikan kekuasaan kolonialnya di Indonesia.
Bahkan NICA telah melancarkan serangannya di pulau Tarakan dan Morotai.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka
sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk
menyelidiki usaha – usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan
Penyelidik Usaha – usaha Kemerdekaan (BPUPK) atau Dokuritsu Zyunbi

21
Ibid.

16
Tioosakai. Pada hari itu juga diumumkan nama – nama ketua, wakil ketua, serta
para anggota.
Manfaat lain dari kebijakan Jepang dalam politik, yaitu diangkatnya tokoh-
tokoh Indonesia untuk menduduki jabatan penting seperti: Chuo Sangi In (Dewan
Penasehat Pusat), Sumubo (Departemen Urusan Umum), Naimubu (Departemen
Dalam Negeri), dan lain-lain. Hal ini merupakan kesempatan baik karena orang-
orang Indonesia dilibatkan dalam urusan-urusan pemerintahan. Ini adalah
pengalaman berharga untuk mempersiapkan dari dalam kepengurusan bernegara22.

22
Ibid. Hlm. 29

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kedatangan orang-orang Eropa yang pertama di Asia Tenggara pada awal abad
XVI dipandang sebagai titik penentu yang paling penting dalam sejarah kawasan ini.
Pandangan ini tidak dapat dipertahankan meskipun orang Eropa memiliki dampak yang
besar terhadap Indonesia, namun hal itu pada dasarnya merupakan suatu gejala dari masa
lampau.

Eropa bukanlah kawasan yang paling maju dan dinamis pada awal abad XV.
Kekuatan besar yang paling berkembang di dunia adalah Islam; pada tahun 1453 orang-
orang Turki Ottoman menaklukkan Konstantinopel, dan di ujung timur dunia agama
Islam ini berkembang yaitu di Indonesia dan Filipina. Akan tetapi, orang Eropa. Dan juga
untuk mewujudkan prinsip 3G (Gold, Glory, Gospel) untuk mencari kekayaan, kejayaan,
dan menyebarkan agama. Bangsa Eropa pada saat itu menerapkan beberapa paham yang
kini dilarang di Indonesia, seperti paham Kolonial, Imperialisme, dan Kapitalisme.
Agama yang disebarkan pada umumnya adalah agama Kristen, baik protestan maupun
katolik.

B. SARAN

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan, agar makalah ini dapat dijadikan suatu pedoman untuk kalangan umum.
Sebagai penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Atas kritik, saran, dan perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Gouda, Frances. 2007. Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda 1900-
1942. Jakarta: Serambi

Daliman, A. 2001. Sejarah Indonesia Abad 19-Awal Abad 20. Yogyakarta: FIS UNY

Insulinda. 2015. Penjajahan Bangsa Portugis dan Spanyol di Indonesia.


https://insulinda.wordpress.com/2015/09/08/penjajahan-bangsa-portugis-dan-spanyol-
di-indonesia/ (diunduh 20 September 2018)

Kaelan, 2016, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.


Kemendikbud. 2016. Guru Pembelajar, Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Sejarah
SMA/SMK. Jakarta: Kemendikbud

Rafai, Muhammad. 2017. Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik. Yogyakarta:
Ar-Ruzzmedia

Ricklefs, M.C. 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ricklefs, M.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Yasmis. 2007. Jepang dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jurnal Sejarah Lontar.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/lontar/article/download/2384/1826/ (diunduh 23
September 2018)
Yuwono, Ilham. 2016. Sejarah. Klaten: Sekawan Klaten

19

Anda mungkin juga menyukai