Anda di halaman 1dari 9

GENETIKA POPULASI

Nama : Latifah Ambar Lestari


NIM : B1A018149
Kelompok :2
Rombongan : C2
Asisten : Nur Rohayah

LABORATORIUM GENETIKA DAN MOLEKULER


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Data perhitungan rombongan C2 :

Golonga Jumlah
n Darah
A 5
B 7
AB 3
O 7
Total 22

Frekuensi fenotipe
A = 4/22 = 0,23
B = 7/22 = 0,32
C = 3/22 = 0,14
D = 7/22 = 0,32

Frekuensi Alel

Golongan darah A

IAIA = p2

IAIO = 2pr

Golongan darah B

IBIB = q2

IBIO = 2qr

Golongan darah AB

IAIB = 2pq

Golongan darah O

IOIO = r2
r2 = 0,32

r = 0,57

p+q+r = 1

(p+r)2 = ( 1 – q)2

P2+ 2pr+ r2 = ( 1-q)2

0,23 + 0,32 = ( 1 – q)2

0,55 = (1 – q)2

0,74 = 1 – q

q = 0,26

p+q+r=1

p + 0,26 + 0,57 = 1

p + 0,83 = 1

p = 0,17

Frekuensi Genotip
Golongan darah A
IAIA = p2 = (0,17)2 = 0, 028
IAIO = 2pr = 2 x (0,17) x (0,57) = 0,19
Golongan darah B
IBIB = q2 = (0,26)2 = 0,067
IBIO = 2qr = 2 x (0,26) x (0,57) = 0,29
Golongan darah AB
IAIB = 2pq = 2 x (0,17) x (0,26) = 0,088
Golongan darah O
IOIO = r2 = (0,57)2 = 0,32

Tabel 1.1. Data Golongan Darah ABO


Jumlah Rombongan
Golonga
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
n Darah
A 7 8 5 5 7 5 5 5
B 5 5 7 7 6 7 8 6
AB 0 0 3 1 0 3 1 3
O 10 10 9 11 10 7 10 13
Total 22 23 24 24 23 22 24 27

Tabel 1.2. Frekuensi Fenotipe

Frekuensi Rombongan
Fenotipe A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2

A 0,31 0,35 0,2 0,21 0,30 0,23 0,21 0,18

B 0,22 0,22 0,29 0,29 0,26 0,32 0,33 0,22

AB 0 0 0,12 0,04 0 0,14 0,04 0,11

O 0,45 0,43 0,37 0,46 0,43 0,32 0,42 0,48

Tabel 1.3. Frekuensi Alel

Frekuensi Rombongan

Alel A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2

IA 0,2 0,2 0,15 0,15 0,20 0,17 0,14 0,12

IB 0,13 0,1 0,25 0,18 0,15 0,26 0,21 0,19

IO 0,67 0,7 0,6 0,67 0,65 0,57 0,65 0,48

Tabel 1.4. Frekuensi Genotipe

Frekuens Rombongan
i Genotip A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2

IAIA 0,04 0,04 0,02 0,02 0,04 0,03 0,02 0,01

IAIO 0,27 0,28 0,18 0,2 0,26 0,19 0,18 0,16

IBIB 0,02 0,01 0,06 0,03 0,02 0,07 0,04 0,03

IBIO 0,17 0,14 0,3 0,25 0,2 0,3 0,28 0,26

IAIB 0,05 0,04 0,07 0,05 0,06 0,09 0,06 0,04

IOIO 0,45 0,49 0,37 0,46 0,42 0,32 0,42 0,48

0.6

0.5

0.4 A
Frekuensi

B
0.3
AB
0.2 O

0.1

Grafik 1.1 Frekuensi Fenotipe Rombongan A1-D2

0.8

0.7

0.6
Frekuensi Alel

0.5
IA
0.4 IB
IO
0.3

0.2

0.1

Grafik 1.2. Frekuensi Alel Rombongan A1-D2


0.6

0.5

Frekuensi Genotipe
IAIA
0.4
IAIO
IBIB
0.3
IBIO
IAIB
0.2
IOIO

0.1

Grafik 1.3. Frekuensi Genotipe Rombongan A1-D2

B. Pembahasan
Populasi adalah suatu kelompok individu sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu.
Genetika populasi adalah cabang dari ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam
populasi dan menguraikannya secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Suatu
populasi dikatakan seimbang apabila frekuensi gen dan frekuensi genetik berada dalam keadaan
tetap dari setiap generasi (Suryo, 2011).

Dari objek bahasannya, genetika populasi dapat dikelompokkan sebagai cabang


genetika yang berfokus pada pewarisan genetik. Ilmu ini membicarakan implikasi
hukum pewarisan Mendel apabila diterapkan pada sekumpulan individu sejenis di
suatu tempat. Berbeda dengan genetika Mendel, yang mengkaji pewarisan sifat untuk
perkawinan antara dua individu (atau dua kelompok individu yang memiliki genotipe
yang sama), genetika populasi berusaha menjelaskan implikasi yang terjadi terhadap bahan
genetik akibat saling kawin yang terjadi di dalam satu atau lebih populasi (Campbell, 2002).

Genetika Populasi didasarkan pada Hukum Hardy-Weinberg, yang diperkenalkan pertama


kali oleh Wilhelm Weinberg (1908) dan, hampir bersamaan tetapi secara independen, Godfrey
Hardy (1908). Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe
dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu
generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang
mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak,
mutasi, seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen (Syamsuri, 2004)

Menurut Wibawa, B. (2010), Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa


frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni
berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila
terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut.
Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran
populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti
bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena
itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam.
Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai
garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.

Lebih lanjut Wibawa menambahkan bahwa syarat berlakunya asas Hardy-Weinberg:


1. Populasi besar
2. Terjadi kawin acak
3. Tidak terjadi aliran gen
4. Tidak terjadi mutasi
5. Tidak terjadi seleksi alam

Genetic drift (hanyutan genetic)


Genetic drift (hanyutan genetic) adalah perubahan dalam kumpulan gen suatu
populasi kecil akibat kejadian acak. Hanya factor keberuntungan saja yang
mengakibatkan hanyutan acak dapat memperbaiki daya adaptasi populasi itu ke
lingkunganya.
Secara ideal, suatu populasi harus tak terhingga besarnya supaya dapat
mengesampingkan hanyutan genetic sepenuhnya sebagai suatu gen evolusi.
Meskipun hal itu tidak mungkin, banyak populasi berukuran cukup kecil sehingga
memungkinkan terjadinya hanyutan genetic adalah leher botol populasi dan
pembentukan koloni baru oleh sejumlah kecil individu.
Efek leher botol (penyempitan). Bencana seperti gempa bumi, banjir, dan kebakaran,
yang membunuh korban dengan tidak pandang bulu dapat mengurangi ukuran suatu
populasi secara drastis. Hasilnya adalah bahwa susunan genetic populasi kecil yang
selamat dari bencana itu tidak mungkin lagi berupa perwakilan susunan populasi
semula suatu situasi yang dikenal sebagai efek leher botol. Secara kebetulan, alel-alel
tertentu akan terwakili dan beberapa alel kemungkinan bahkan hilang sama sekali.
hanyutan genetic dapat terus menerus mempengaruhi populasi selama beberapa
generasi, sampai populasi itu suatu saat cukup besar sehingga kemungkinan
terjadinya kesalah pengambilan sampel menjadi tidak bermakna lagi.
DAFTAR REFERENSI

Campbell N.A, Reece J B, Urry L A, et all. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan.

Jakarta:Erlangga.

Suryo. 2011. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Syamsuri. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.

Wibawa, B. 2010. Hukum Hardy Weinberg dan Evolusi. Online.

http://bhimashraf.blogspot.com/2010/12/hukum-hardy-weinberg-dan-
evolusi.html. Diakses pada tanggal 27 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai