Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Eleusine indica L. Gaertn

Dalam dunia tumbuhan E. indica termasuk ke dalam famili Poaceae,

genus Eleusine. Deskripsinya yaitu merupakan rumput semusim berdaun pita,

membentuk rumpun yang rapat agak melebar dan rendah. Perakarannya tidak

dalam tetapi lebat dan kuat menjangkar tanah sehingga sukar untuk mencabutnya.

Berkembang biak terutama dengan biji, bijinya banyak dan kecil serta mudah

terbawa (Nasution, 1983). E. indica berbunga sepanjang tahun dan tiap

tanamannya dapat menghasilkan hingga 140.000 biji tiap musimnya

(Lee dan Ngim, 2000).

Gulma ini tumbuh pada tanah yang lembab atau tidak terlalu kering dan

terbuka atau sedikit ternaung. Daerah penyebarannya meliputi 0 – 1600 meter

diatas permukaan laut. Pembabatan sukar untuk memberantasnya karena buku-

buku batang terutama bagian bawah potensial menumbuhkan tunas baru. Aplikasi

herbisida baik kontak maupun sistemik umumnya lebih efektif untuk

mengendalikannya (Nasution, 1983).

Glifosat

Berikut merupakan deskripsi umum Glifosat:

Nama Umum : Glifosat

Nama Kimia : [(phosphonomethyl) amino] acetic acid

Rumus Bangun :

Universitas Sumatera Utara


(Kegley, dkk, 2010 a ).

Glifosat adalah salah satu bahan aktif dari herbisida golongan

organofosfor, yang diproduksi oleh Monsanto Co.USA tahun 1971. Bentuk

fisiknya berupa bubuk (powder), berwarna putih, mempunyai bobot jenis (BJ) 0,5

g/cm 3 dan kemampuan larut dalam air 1,2% (Wardoyo, 2001).

Glifosat merupakan herbisida kelompok glisin dericative, non-selektif,

diaplikasikan sebagai herbisida pasca tumbuh, bersifat sistemik dan diserap oleh

daun tumbuhan, tetapi segera tidak aktif jika masuk ke dalam tanah.

Glifosat merupakan penghambat 5–enolpiruvyshikimate–3–phosphonate–synthase

(EPSPS), yaitu enzim yang mempengaruhi biosintesis asam aromatik. Dengan

adanya glifosat, sintesis asam amino yang penting untuk pembentukan protein

akan dihambat (Djojosumarto, 2006).

Herbisida glifosat digunakan sebagai pre-planting pada pertanaman, pada

areal tanpa tanaman (uncropped area) dan sebagai semprotan terarah pada

perkebunan atau hutan. Herbisida ini dengan cepat diabsorbsi oleh banyak spesies

dan sangat mobil di dalam jaringan phloem. Gejala yang dihasilkan: khlorosis dan

nekrosis. Di dalam tumbuhan, herbisida glifosat menghambat kerja enzim enol

pyruvyl shikimate-3-phosphate synthase (EPSP synthase) sehingga mengganggu

pembentukan asam-asam amino aromatik seperti phenylalanine, tryptophan dan

tyrosine (Purba dan Damanik, 1996).

Glifosat (N-(fosfonometil) glisin) adalah herbisida yang berspektrum luas,

Universitas Sumatera Utara


nonselektif, post emergence dan telah digunakan secara ekstensif di seluruh dunia

selama tiga dekade. Pestisida ini telah terbukti sangat efektif pada gulma tahunan

dan abadi serta gulma berdaun lebar di areal pertanaman dan non pertanaman.

Cara kerjanya adalah menghambat biosintesis asam amino aromatik, yang

menyebabkan beberapa gangguan metabolisme menyebabkan terganggunya jalur

shikimate dan mengakibatkan akumulasi shikimate di jaringan tanaman

(Nandula, dkk, 2005).

Parakuat

Nama Umum : Parakuat

Nama Kimia : 1,1´ - Dimethyl - 4,4´ - bipyridinium dichloride

Rumus Bangun :

(http://www.paraquat.com, 2011).

Pada tahun 1957 ICI Ltd telah memperkenalkan sejenis herbisida

bipiridilium yang sangat terkenal yaitu parakuat. Senyawa ini digunakan untuk

mengendalikan gulma dengan pengaruh kontak. Dosis yang biasa digunakan ialah

0,56-1,12 kg/ha. Penyerapan melalui daun sangat cepat sehingga senyawa ini

tidak mudah tercuci oleh air hujan. Senyawa ini mempengaruhi sistem fotosintesa

tumbuh-tumbuhan dengan cara mengubah aliran elektron. Ion parakuat

mempunyai daya pengikatan yang sangat tinggi terhadap elektron yang

menyebabkan terbentuknya radikal-radikal bebas. Radikal ini dapat teroksidasi

Universitas Sumatera Utara


semula jika terdapat oksigen yang kemudian menghasilkan hidrogen peroksida

(H2O2) yang sangat beracun terhadap jaringan tumbuhan. Di samping itu

pengikatan elektron oleh ion parakuat akan menghambat pembentukan NADPH

yang sangat penting di dalam reaksi Calvin. Parakuat terikat kuat oleh butir-butir

tanah dan menyebabkan senyawa ini dapat bertahan lama di tanah tetapi tidak

dapat diserap akar. Senyawa ini diperdagangkan dengan nama dagang yang

berbeda-beda yaitu Herbatop®, Gramoxone®, Paracol® dan Totacol®. Herbisida

ini biasa digunakan pada pertanaman kapas, karet, kelapa sawit, teh, rosela dan

padi pasang surut (Sastroutomo, 1992).

Daun yang terkena semprotan segera layu dan terbakar. Molekul herbisida

ini setelah mengalami penetrasi ke dalam daun (atau bagian lain yang hijau),

dalam sinar matahari bereaksi menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak

membran sel dan seluruh organnya, oleh karena itu kelihatan tumbuhan terbakar

(Tjitrosoedirdjo dkk, 1984).

Parakuat ialah herbisida non selektif, bekerja secara kontak (nonsistemik)

yang menyerang dan membunuh semua bagian tumbuhan yang hijau yang

bersinggungan. Nonsistemik berarti bahwa tidak menyerang akar atau

ditranlokasikan di dalam tubuh tumbuhan. Kontak berarti bahwa secara fisik

menghancurkan area pemukaan daun yang terkena. Paraquat mempunyai beberapa

kekayaan unik yang telah muncul sehingga tersebar luas diadopsi oleh petani,

yaitu diabsorbsi cepat dan kuat oleh partkel liat di dalam tanah, ini membuktikan

bahwa tidak dapat diambil sampai akar, absorbsi cepat berati bahwa cepat tercuci

setelah beberapa menit aplikasi dilakukan, dan tidak terjadi penetrasi pada

Universitas Sumatera Utara


jaringan gulma dan tidak membunuh tumbuhan secara kebetulan selama

penyemprotan atau menghancurkannya (Srinivasan, 2003).

Glufosinat

Nama Umum : Glufosinat

Nama Kimia : Butanoic acid,2-amino-4-(hydroxymethylphosphinyl

Rumus Bangun :

(Kegley, ddk, 2010 b ).

Glufosinat berspektrum luas, herbisida kontak. Digunakan untuk

mengendalikan gulma dengan cakupan yang luas setelah tanaman tumbuh atau

untuk mengendalikan seluruh vegetasi lahan yang tidak digunakan untuk

penanaman. Glufosinat merupakan nama pendek dari garam ammonium,

ammonium glufosinat. Diperoleh dari fosfinoktrin, suatu mikroba toksin alami

yang diisolasi dari dua spesies fungi Steptomyces. Glufosinat berisi fosfor asam

amino. Menghambat aktivitas suatu sintase enzim glutamin yang diperlukan untuk

memproduksi asam amino glutamin dan untuk detoksifikasi amoniak. Dengan

adanya glufosinat dalam jaringan tumbuh menyebabkan glutamin berkurang dan

meningkatkan amoniak dalam jaringan pembuluh. Hal ini menyebabkan

fotosintesis tidak berlangsung dan dalam beberapa hari tumbuhan tersebut akan

mati (Jewell dan Buffin, 2001).

Universitas Sumatera Utara


Herbisida ini menyebabkan gejala klorosis dan nekrosis lebih cepat terlihat

daripada herbisida lain yang meghambat sintesa asam amino lainnya. Cara kerja

herbisida ini adalah menghambat sintesa glutamin (asam amino) yakni enzim

yang diperlukan untuk mengasimilasi ammonia menjadi nitrogen organik.

Penghambatan dari enzim ini menyebabkan fitotoksis ammonia dan mengurangi

produksi asam amino dalam tubuh tumbuhan. Kerusakan tumbuhan terjadi karena

rusaknya sel membran oleh ammonia dan metabolisme yang berjalan lambat

karena kekurangan asam amino (Fenny, 2010).

Resisten Herbisida

Resistensi herbisida adalah kemampuan yang diturunkan pada suatu

tumbuhan untuk betahan hidup dan bereproduksi yang pada kondisi penggunaan

dosis herbisida secara normal mematikan jenis populasi gulma tersebut. Di dalam

suatu tumbuhan resistensi dapat terjadi sebagai hasil dari mutasi jarang dan acak,

walaupun sampai saat ini belum ada bukti yang menunjukkan terjadinya mutasi

tersebut. Penampilan resistensi herbisida di dalam suatu populasi adalah contoh

dari populasi gulma yang bervolusi secara cepat (Prather, dkk, 2000).

Resistensi herbisida dilaporkan pertama kali melawan terhadap 2,4-D

(kelompok Fenoksi) pada tahun 1957 di Hawaii. Pada tahun 1968, laporan

resistensi herbisida ditetapkan pertama kali pada alang-alang Senecio vulgaris

yang melawan terhadap herbisida triazin yang telah didokumentasikan. Resistensi

pertama kali pada 2,4 – D pada tahun 1945, dalapon pada tahun 1953, atrazine

pada tahun 1958, picloram pada tahun 1963, trifluralin pada tahun 1963, diclofop

pada tahun 1977, trialate pada tahun 1962, chlorsulfuron pada tahun 1982, dan

glifosat pada tahun 2003 (Chaudhry, 2008).

Universitas Sumatera Utara


Konsekuensi dari pemakaian herbisida yang sama (sama jenis bahan aktif

atau sama cara kerja) secara berulang-ulang dalam periode yang lama pada suatu

areal maka ada dua kemungkinan masalah yang timbul pada areal tersebut; yaitu

terjadi dominansi populasi gulma resisten herbisida atau dominansi gulma toleran

herbisida. Pada suatu populasi gulma yang dikendalikan menggunakan satu jenis

herbisida dengan hasil memuaskan, ada kemungkinan satu individu dari sekian

juta individu yang diberi herbisida memiliki gen yang membuat individu tersebut

kebal terhadap herbisida tersebut. Individu yang kebal tersebut tumbuh normal

dan menghasilkan regenerasi, sejumlah individu yang juga tahan terhadap

herbisida yang sama pada aplikasi herbisida berikutnya. Demikian seterusnya

secara berulang-ulang, setiap pengaplikasian herbisida yang sama akan

mematikan individu-individu yang sensitif dan meninggalkan individu-individu

yang resisten. Jumlah individu-individu yang resisten tersebut pada suatu ketika

menjadi signifikan dan menyebabkan kegagalan dalam pengendalian

(Purba, 2009).

E. indica yang resisten terhadap glifosat baru-baru ini ditemukan di

pertanaman kapas USA Mississippi pada tahun 2010. Sebelum penemuan ini,

telah ada dua kasus resistensi untuk biotip ini di dua region lainnya yaitu di

perkebunan buah-buahan di Malaka dan di Teluk Intan, Perak, Malaysia pada

tahun 1997 dimana diketahui bahwa E. indica pada wilayah ini telah mengalami

resisten berganda (multiple resistance) serta di perkebunan kopi di Colombia,

Caldas pada tahun 2006. Sedangkan E. indica yang resisten parakuat ditemukan

di kebun sayuran di Malaysia, Penang pada tahun 1990. Wilayah tempat

penemuannya meliputi Pahang, Trengganu, Perak, Johore, Kedah, Selandar, dan

Universitas Sumatera Utara


Penang. Selain itu juga ditemukan di USA, Florida pada pertanaman tomat pada

tahun 1996 (Heap, 2012).

Toleransi pada beberapa spesies tanaman dan peka pada yang lainnya

untuk penggunaan herbisida yang sama kebanyakan telah dapat dikenali. Dalam

tumbuhan, resistensi bukanlah berkaitan yang terbatas pada absorbsi dan

translokasi, atau kecepatan metabolisme herbisida, tetapi merupakan hasil

perubahan biokimia pada lokasi aktivitas metabolisme. Metode-metode untuk

mengidentifikasi biotip herbisida resisten, yaitu pengujian pada lahan dan rumah

kaca dengan tumbuhan utuh; teknik laboratorium menggunakan jaringan

tumbuhan dan organ, yaitu fluorescence klorofil yang diinduksi dari daun, teknik

cakram daun yang tenggelam, pengukuran rataan fotosintesis, dan pengukuran

aktivitas saluran nitrit pada cakram daun; dan teknik yang menggunakan isolasi

kloroplas (Lebaron dan Gressel, 1982).

Meningkatnya masalah terhadap populasi gulma resisten herbisida

sebagian besar dimiliki oleh negara-negara dengan sistem pertanian yang intensif.

Adanya ketergantungan dengan alat-alat manajemen gulma dengan

mengabaikan prinsip-prinsip pengelolaan gulma terpadu sangat erat kaitannya

dengan perubahan pada komunitas populasi gulma. Keterbatasan dalam sistem

penanaman, kurangnya pergantian bakan kimia herbisida dan cara kerja,

keterbatasan dalam teknik pengendalian gulma, penurunan dosis dan sebagainya

merupakan pendorong utama terjadinya resistensi herbisida. Penelitian di Jerman

pada tahun 2004 menunjukkan bahwa 94 % dari petani menyadari bahwa

penggunaan herbisida yang sama secara berulang-ulang dan 89 %

Universitas Sumatera Utara


penurunan dosis menyebabkan perkembangan resistensi herbisida

(Menne dan Kocher, 2007).

Dalam beberapa kasus, gulma resisten juga mampu bertahan hidup bila

diaplikasikan dengan herbisida lain dibandingkan dengan herbisida yang

menyebabkan gulma ini resisten. Gulma resisten dapat dikelompokkan lagi

menjadi cross resistance (resistensi silang) dan multiple resistance (resistensi

ganda). Cross resistance adalah suatu populasi gulma mengalami resistensi

terhadap herbisida lain yang belum pernah diaplikasikan pada gulma tersebut.

Sedangkan multiple resistance adalah suatu populasi gulma yang awalnya

mengalami resistensi dengan satu herbisida maka ketika diaplikasikan dengan

herbisida lainnya selama beberapa tahun akan menjadi resisten

(Ashigh dan Sterling, 2009).

Gulma Resisten Herbisida

Jumlah total biotip yang resisten semua jenis herbisida adalah 372 biotip

di dunia, 200 spesies (116 dikotil dan 84 monokotil) terdapat pada lebih dari

570.000 daerah. Jumlah total biotip yang resisten parakuat adalah 25 spesies,

resisten glifosat ada 21 spesies, dan yang resisten glufosinat ada 2 spesies di

seluruh dunia dan sisanya adalah resisten terhadap bahan aktif herbisida lainnya

(Heap, 2012).

Ada sepuluh spesies gulma paling penting yang telah resisten terhadap

herbisida di banyak belahan dunia, yaitu Lolium rigidum, Avena fatua,

Amaranthus retroflexus, Chenopodium album, Setaria viridis,

Echinochloa cruss-galli, Eleusine indica, Kochia scoparia, Conyza canadensis,

dan Amaranthus hybridus (Heap, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Gulma-gulma yang resisten Glisin/Glifosat, yaitu Amaranthus palmeri,

Amaranthus tuberculatus, Ambrosia artemisiifolia, Ambrosia trifida,

Chloris truncate, Conyza bonariensis, Conyza canadensis, Conyza sumatrensis,

Digitaria insularis, Echinochloa colona, Eleusine indica, Euphorbia heterophylla,

Kochia scoparia, Lollium multiflorum, Lollium perenne, Lollium rigidum,

Parthenium hysterophorus, Plantago lanceolata, Poa annua, Sorghum halepense,

Urochloa panicoides (Heap, 2012).

Gulma-gulma yang resisten terhadap Bipyridilium/Parakuat, yaitu

Amaranthus lividus, Arctotheca calendula, Bidens pilosa, Conyza bonariensis,

Conyza canadensis, Conyza sumatrensis, Crassocephalum crepidiodes,

Cuphea carthagenenis, Eleusine indica, Epilobium adenocaulon,

Erigeron philadelphicus, Hordeum glaucum, Hordeum leporinum,

Ischaemum rugosum, Landoltia punctata, Lepidium virginicum, Lolium rigidum,

Mitracarpus hirtus, Monochoria korsakowii, Poa annua, Solanum americanum,

Solanum nigrum, Solanum ptycanthum, Vulpia bromoides, Youngia japonica

(Heap, 2012).

Gulma-gulma yang resisten terhadap penghambat sintase

glutamin/Ammonium Glufosinat adalah Eleusine indica dan Lolium multiflorum

(Heap, 2012).

Variasi dalam pengendalian gulma tertentu dengan herbisida yang sama

dapat berkaitan dengan perbedaan aplikasi herbisida, tipe tanah, tingkat hilangnya

herbisida dari biosfer, kedalaman dan waktu perkecambahan biji, iklim, dan

banyak faktor lainnya daripada intraspesifik variasi pada toleransi gulma terhadap

herbisida. Jika resistensi dicurigai, tentunya penting untuk membandingkan daya

Universitas Sumatera Utara


racun kedua biotip yang dicurigai resisten dan biotip yang lebih umum yang peka

pada lahan yang sama, rumah kaca, atau dalam kondisi laboratorium

(Lebaron dan Gressel, 1982).

Praktek-praktek bercocok tanam seperti yang dibawah ini dapat mengurangi

terjadinya resistensi terhadap herbisida pada gulma :

a. Mempraktekkan prinsip-prinsip rotasi herbisida dan tanaman untuk mencegah

timbulnya jenis-jenis gulma dan jenis-jenis jasad pengganggu lainnya yang

sukar untuk dikendalikan.

b. Karena herbisida dapat mempengaruhi populasi gulma, pengendalian dengan

menggunakan cara-cara lain atau kombinasi beberapa cara pengendalian

seperti manual atau yang mekanis dapat mengurangi dosis herbisida yang

digunakan yang dapat menimbulkan resistensi pada habitat-habitat yang khas.

c. Penggunaan yang intensif dari jenis-jenis herbisida yang tidak selektif seperti

parakuat, atau jenis-jenis herbisida yang persistensi, seperti triazin cenderung

akan mempercepat hilangnya jenis-jenis gulma yang peka, yang artinya

memberikan kondisi yang menguntungkan bagi jenis-jenis yang resisten

untuk dapat berkembang dan menguasai habitat.

d. Praktek-praktek pengendalian secara preventif yang dilakukan secara rutin

seperti penggunaan benih yang bebas dari biji-biji gulma, deteksi secara dini

adanya jenis-jenis gulma yang baru tumbuh, pengendalian setempat

(spot-control) dari gulma-gulma yang luput dari penyemprotan dapat

mengurangi terbentuknya jenis-jenis gulma yang resisten

(Sastroutomo, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai