Anda di halaman 1dari 10

KEBERPIHAKAN RANTAI NILAI KEPADA RAKYAT

MISKIN

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Praktikum Manajemen Rantai Pasok Agribisnis
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Disusun Oleh
Arief Pamungkas Yudhianto (171510601119)

LABORATORIUM MANAJEMEN BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Abidin, J dkk (2013), kemiskinan merupakan permasalahan
pembangunan yang dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, khususnya pada
negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan sangat berkaitan erat dengan
faktor-faktor tertentu misalnya pendapatan, pendidikan, kesehatan, akses terhadap
barang dan jasa, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan memiliki konsep yang
sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha,
hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral,
tetapi pada umumnya ketika orang berbicara tentang kemiskinan, yang dimaksud
adalah kemiskinan material. Berdasarkan pengertian ini, maka seseorang masuk
dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum
kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak hal inilah yang sering disebut
dengan kemiskinan konsumsi. Definisi ini sangat bermanfaat untuk
mempermudah membuat indikator orang miskin, tetapi definisi ini sangat kurang
memadai karena tidak cukup untuk memahami realitas kemiskinan, selain itu
dapat menjerumuskan kepada kesimpulan yang salah bahwa menanggulangi
kemiskinan cukup hanya dengan menyediakan bahan makanan yang memadai dan
tidak bermanfaat bagi pengambil keputusan ketika harus merumuskan kebijakan
lintas sektor bahkan bisa kontra produktif.
Analisis rantai nilai merupakan sesuatu yang tidak asing dalam pertanian
karena perannya untuk pertanian dapat dibilang dapat mempengaruhi suatu usaha
pertanian secara produktif maupun kompetitif. Rantai nilai juga mengacu pada
serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk menghadirkan suatu produk ataupun
jasa yang dimulai dari tahap perencanaan atau konseptual, diteruskan melalui
produksi yang diolah sedemikian rupa, hingga sampai ke tangan konsumen
melalui kegiatan pemasaran Rantai nilai terbentuk ketika semua pelaku dalam
rantai tersebut bekerja sedemikian rupa sehingga memaksimalkan terbentuknya
nilai sepanjang rantai tersebut. Rantai nilai dapat ditafsirkan melalui dua
pemahaman yakni secara arti sempit dan arti secara luas. Arti secara sempit rantai
nilai mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan pada perusahaan tersebut
untuk menghasilkan suatu output tertentu guna dapat berdaya saing produktif dan
kompetitif. Kegiatan inipun mencakup tahap pembuatan konsep dan perencanaan,
proses diperolehnya input/sarana produksi, proses produksi, kegiatan pemasaran
dan distribusi. Seluruh kegiatan tersebut membentuk keseluruhan rantai yang
menghubungkan produsen dan konsumen, dan tiap kegiatan menambahkan nilai
pada produk akhir. Arti luas dalam rantai nilai mencakup dan menganalisa
berbagai kegiatan yang kompleks serta dilakukan oleh berbagai pelaku seperti
produsen, pedagan, penyedia jasa yang membawa bahan baku melalui suatu aliran
hingga menjadi produk akhir yang siap untuk dipasarkan kepada konsumen.
Rantai nilai dalam arti luas hanya berputar pada bahan baku yang akan terus
terkait dengan dalam usaha lainnya. Analisis rantai nilai berupaya agar memahami
suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari
aktivitas berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut (Pearce J. A dan R. B.
Robinson, 2007).
Konsep rantai nilai mencakup isu-isu organisasi, koordinasi, dan hubungan
kekuatan antara berbagai pelaku yang ada pada rantai nilai. penting untuk
memahami bahwa analisis rantai nilai membutuhkan investigasi menyeluruh atas
segala hal yang terjadi antara para pelaku dalam suatu rantai, hal-hal apa saja yang
menyatukan pelaku tersebut, informasi apa yang dibagikan, serta bagaimana
hubungan antara pelaku berubah dan berkembang. Konsep tata kelola jika
dikaitkan dengan rantai nilai akan menghubungkan dan juga menelaah konsep
aspek sosial dan juga lingkungan. Suatu rantai nilai tentunya akan mempengaruhi
lingkungan sekitarnya dalam bentuk tekanan terutama lingkungan alam, selain itu
adanya rantai nilai juga akan berdampak pada hubungan sosial dalam masyarakat
norma-norma yang ada di lingkungan, sebagai contoh tentunya kekuasaan dalam
rantai nilai akan berdampak pada kelompok masyarakat yang dapat dikatakan
kurang mampu atau miskin yang bernotasi negatif yang diakibatkan oleh cara
kerja entitas dalam rantai nilai itu sendiri. Rantai nilai sendiri dapat menjadi
kriteria indikator tentang partisipasi masyarakat kurang mampu dan juga potensi
dampak pengembangan rantai nilai terhadap pengurangan kemiskinan pada
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana peran keberpihakan rantai nilai pada masyarakat miskin ?
BAB 2. PEMBAHASAN

Menurut buku yang saya baca dan review yakni buku “Australian Centre
for International Agricultural Research” yang sudah diterjemahkan ke bahasa
Indonesia tentang “Membuat Rantai Nilai Lebih Berpihak Pada Kaum Miskin”
terdapat beberapa pembahasan yang saya review terkait isi dari makalah ini.
 Analisis Rantai Nilai dengan Titik Masuk Pro-Kaum Miskin
Analisa dengan menggunakan rantai nilai tentu saja memberikan kebebasan
guna mengambil sampel yang akan di telaah mengenai rantai nilainya.
Keberadaan rantai nilai juga dapat memberikan dampak dukungan guna mencapai
suatu sistem yang kompetitif dan juga produktif. Upaya dalam menganalisis rantai
nilai yang diarahkan pada kaum miskin tentunya bukan tanpa sebab, hal ini karena
agar dapat meningkatkan baik jumlah maupun nilai produk yang akan dijual oleh
masyarakat miskin agar lebih maksimal dalam suatu rantai nilai. Alasan lain
tentunya mengapa sudut pandang rantai nilai di fokuskan pada masyarakat miskin
hal ini karena agar mempertahankan bagian yang harus diterima oleh kaum miskin
dalam hal ini tentunya dengan adanya peningkatan margin harga akan semakin
memberikan sejumlah pendapatan yang dapat terbilang lebih besar dari pelaku
dalam rantai nilai lainnya. Peningkatan suatu perekonomian nasional secara
langsung akan berdampak pada pendapatan kaum miskin, dengan meningkatnya
perekonomian nasional akan semakin melebarkan lapangan pekerjaan, dengan
demikian hal ini dapat semakin membantu kaum miskin hidup lebih sejahtera.
Teori mengenai analisis rantai nilai tentunya memeiliki alat analisis yang sebagian
besar merupakan bersifat deskriptif. Analisis rantai nilai memberikan keuntungan
dengan mempertimbangan aspek mikro maupun makro dalam kegiatan produksi,
hal ini tentunya dapat menelaah lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas rantai nilai pada kaum miskin.
Terdapat empat analisis rantai nilai yang dianggap berpengaruh pada sektor
pertanian yang tentunya hal ini akan berimbas pada dampak rantai nilai itu sendiri,
pendekatan ini dilakukan agar juga semakin mempermudah proses analisa melalui
analisis rantai nilai. yakni :
1. Analisis rantai nilai yang memetakan pelaku rantai
Pemetaan pelaku rantai dalam rantai tentunya meliputi siapa saja yang
terlibat pada aliran rantai nilai yakni seperti pelaku yang terlibat dalam proses
produksi, distribusi, pemasaran, serta penjualan. Analisa ini ditujukan agar
dapat mengkaji ciri-ciri berbagai pelaku yang terlibat dalam aliran nilai,
bagaimana analisa laba rugi di setiap pelaku, aliran barang yang terdistribusi
dan lain-lain. Informasi yang dibutuhkan dalam skema ini tentu dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti survey lapang, wawancara lapang, dan
juga melakukan suatu forum group disscusion (FGD).
2. Analisis rantai nilai yang mengidentifikasi distribusi manfaat disetiap pelaku
rantai
Skema ini dapat diperoleh dengan melihat margin harga aliran barang
yang terdistribusi pada setiap pelaku yang terlibat dalam rantai nilai tertentu,
dengan mengetahui margin pada setiap pelaku dapat dengan mudah
mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh pada suatu rantai nilai
serta siapa saja pelaku yang memperoleh manfaat dari dukungan atau skema
manajemen yang lebih baik diantara pelaku yang lain.
3. Analisis rantai nilai yang mengkaji peran peningkatan dalam rantai
Analisis rantai nilai juga berbicara mengenai bagaimana pelaku-pelaku
yang didalamnya dapat berlanjut dalam segi peningkatan kualitas produk dan
juga skema diversifikasi pada produk yang ada dalam aliran nilai, yang dapat
berdampak pada produsen dapat mendapat perolehan nilai yang lebih banyak
lagi. Pengkajian ini tentunya juga harus dibantu dengan data informasi laba
yang diperoleh serta juga faktor kendala yang dapat menghambat pelaku pada
rantai nilai tidak dapat meningkatkan kinerja guna memperoleh nilai lebih
tinggi.
4. Analisis rantai nilai yang menggaris bawahi peran tata keloladalam rantai
nilai
Peranan tata kelola dalam rantai nilai juga dapat membantu kinerja hal
yang lebih baik. Tata kelola secara terstruktur adalah berbicara mengenai
hubungan dan juga alur koordinasi antar pelaku dalam rantai nilai. Konsep
ini juga secara jelas harus memastikan interaksi yang dilakukan setiap
pelaku dalam rantai nilai telah terkoordinasi dengan baik agar
meminimalisir kesalahpahaman pada suatu pemahaman. Tata kelola dapat
bekerja juga karena pelaku dalam rantai nilai bekerja sesuai dengan aturan
atau kriteria pelaku lainnya, sebagai contoh aturan dalam standart mutu
maupun jumlah yang ditetapkan pada suatu produk.
 Alat Analisis pada Rantai Nilai
1. Alat 1 – Menentukan Prioritas Rantai Nilai untuk Analisis
Pentingnya menentukan suatu prioritas produk atau subsektor apa yang
akan kita analisis menjadikan fokus kajian tentunya tidak akan menyimpang
serta dapat menekan keterbatasan sumber daya untuk melakukan analisis.
Berikut merupakan langkah-langkah penentuan prioritas rantai nilai antara
lain :
1. Menentukan kriteria dan memahami prioritas
Pemahaman prioritas dan penentuan kriteria merupakan tahap awal
dimana kita harus benar-benar memahami prioritas apa yang akan kita
tuju, setelah itu semua barulah memulai penentuan kriteria apa saja yang
akan kita ambil agar lebih mempermudah memilih prioritas yang akan kita
pilih.
2. Menetapkan bobot kriteria
Penetapan bobo kriteria dapat dilaksanakan dengan dua cara yakni
dengan melalui metode angka atau scoring dan yang kedua yakni dengan
bobot proporsional yang di tandai dengan perbedaan persentase tiap
kriteria.
3. Mengidentifikasi daftar produk atau kegiatan potensial
Pengidentifikasian daftar produk atau kegiatan potensial dengan cara
menyusun daftar secara partisipasif menurut para pelaku rantai nilai
4. Menetapkan peringkat produk/kegiatan
Penetapan peringkat terhadap suatu produk merupakan tahap akhir
dari serangakaian langkah-langkah guna menetapkan suatu prioritas.
Sejmulah kriteria pun ditetapkan guna membedakan rantai nilai potensial.
Jika kriteria telah disepakati, dapat dilanjutkan dengan penentuan bobot
nilai relatif pada suatu kriteria. Sesudah melalui fase penentuan bobot
dapat dilanjutkan dengan menetapkan suatu matriks guna menetapkan
rantai nilai pada suatu peringkat.
2. Alat 2 – Memetakan Rantai Nilai
Pemetaan rantai nilai tentunya dapat dilakukan setelah kita telah
melakukan sebuah pemilihan rantai nilai mana yang akan kita analisis. Tujuan
kita harus memetakan suatu rantai nilai adalah guna mendapatkan tinjauan
mendasar atas rantai nilai sebagai panduan atas keseluruhan analisis rantai
nilai yang telah kita tentukan, dapat juga untuk mengidentifikasi lokasi dan
posisi kaum miskin pada rantai nilai, dapat juga menunjukkan sikap
ketergantungan antar pelaku dan proses yang terjadi pada suatu rantai nilai.
Berikut merupakan langkah-langkah dalam memetakan rantai nilai :
1. Memetakan proses inti dalam rantai nilai.
2. Mengidentifikasi dan memetakan pelaku utang yang terlibat
3. Memetakan alur produk
4. Memetakan pengetahuan dan alur informasi
5. Memetakan volume produk, jumlah produk, dan jumlah lapangan kerja
6. Memetakan alur geografis produk atau layanan
7. Memetakan nilai pada berbagai tingkatan dalam rantai nilai
8. Memetakan hubungan dan keterkaitan antara para pelaku rantai nilai
9. Memetakan layanan yang digunakan dalam rantai nilai
10. Memetakan hambatan dan potensi solusinya
11. Membuat matriks peta pada rantai nilai
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penggunaan analisis rantai nilai tentunya dapat menjadi hal yang bisa
membantu kaum miskin guna semakin mendapatkan hak dan juga nilai yang
meningkat. Peranan analisis rantai nilai juga harus mendapat perhatian khusus
mengenai alat guna menganalisisnya agar dapat bekerja secara efektif dan efesien.
Terdapat 2 alat yang bisa membantu dalam penganalisisan rantai nilai yang
pertama adalah menentukan prioritas dan yang kedua adalah memetakan rantai
nilai tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J., R. Octaviani, dan F. T. Nasdian. 2013. Strategi Penanggulangan


Kemiskinan Melalui Pengembangan Pertanian Di Kabupaten Bogor,
Studi Kasus Di Kecamatan Pemijahan Dan Leuwiliang. Manajemen
Pembangunan Daerah, 5(2): 76-91.

Pearce, J. A dan R. B. Robinson. 2007. Strategic Management-Formulation,


Implementation, and Control, 10th Edition. England: The McGraw-Hill
Companies. Terjemahan oleh Bactiar, Y dan Christine. 2008.
Manajemen Strategis-furmulasi, implementasi, dan pengendalian, Edisi
10 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai