Anda di halaman 1dari 17

DOA BELAJAR

SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN


ORGANIK
Menurut CODEX
Apa itu Codex
• Codex Alimentarius Commission (CAC),
merupakan badan internasional yang diberi
mandat untuk mengembangkan standar
pangan dan teks terkait dalam rangka
melindungi kesehatan konsumen dan
menjamin praktek perdagangan yang adil (fair)
di bidang pangan. CAC dibentuk atas dasar
Joint FAO/WHO Food Standards Programme
(program standar pangan FAO/WHO). Pada
tahun 1963. (Codex Indonesia, 2013)
BDT SPO

LAHAN
PASCA
PANEN BENIH

PERSIAPAN
PANEN TANAM
SISTEM PERTANIAN
ORGANIK (SPO)
PENGENDALI
TANAM
AN HPT/OPT

PEMELIHARA
PEMUPUKAN AN TANAMN
Menurut data Statistik Pertanian Organik Indonesia
2010, pada tahun yang sama luas area pertanian
organik di Indonesia mencapai 239.872,24 hektar.
Pada tahun 2018 jumlah luas lahan pertanian
organik sebesar 251.630,98 Ha (SPOI, 2019).
Peningkatan jumlah luas lahan padi organik terlihat
di tahun 2017 dan 2018 sebesar di sekitar 53.000 hektar
pada 2018 (SPOI, 2019). Kemudian terdapat komoditas
kelapa organik yang juga mengalami peningkatan.
LAHAN
Pada dasarnya semua lahan dapat dikembangkan menjadi lahan PO.
Berasal dari praktek pertanian tradisional atau hutan alam yang tidak
pernah mendapatkan asupan bahan-bahan agrokimia (pupuk dan
pestisida).
Lahan pertanian konvensional konversi tujuan untuk
meminimalkan kandungan sisa-sisa bahan kimia sintetis yang terdapat
dalam tanah dan memulihkan unsur fauna dan mikroorganisme tanah.
Berapa lama proses konversi lahan dari pertanian konvensional ke system
pertanian organik? Tergantung intensitas pemakaian input kimiawi dan
jenis tanaman sebelumnya (sayuran, padi atau tanaman keras).

Masa konversi dapat diperpanjang/diperpendek tergantung pada sejarah


lahan tersebut. Bila masa konversi telah lewat, lahan tersebut merupakan
lahan organik. Bila kurang dari itu, maka lahan tersebut masih merupakan
lahan konversi menuju organik.
BENIH
Benih yang digunakan untuk budidaya PO adalah
benih yang tidak mendapatkan perlakuan rekayasa
genetika. Petani sebaiknya menggunakan benih lokal,
atau benih hibrida yang telah beradaptasi dengan alam
sekitar.
Keunggulan menggunakan benih lokal adalah mudah
memperolehnya dan murah harganya, bahkan petani
bisa membenihkan sendiri. Selain itu, benih lokal
memiliki asal usul yang jelas dan sesuai dengan kondisi
lingkungan sekitar. Dengan memakai benih sendiri,
petani juga tidak tergantung pada pihak luar.
PERSIAPAN TANAM
Lahan yang digunakan untuk produksi PO sedapat
mungkin dijaga kestabilannya tanpa harus
mengacaukan, yaitu berpedoman pada metode sedikit
olah tanah (minimum tillage).
Pengolahan tanah minimum (minimum tillage) adalah
pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau
seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada
seluruh areal lahan (LIPTAN, 1994).
TANAM
Prinsip yang diterapkan dalam praktek penanaman
PO selalu mencerminkan adanya tumpangsari agar
tercipta keanekaragaman tanaman (varietas).
Perencanaan dan teknik penanaman perlu disesuaikan
dengan sifat tanaman, prinsip-prinsip pergiliran
tanaman dan kondisi cuaca setempat.
PEMELIHARAAN TANAMAN
Setiap tanaman memiliki sifat karakteristik tertentu,
maka pemeliharaan tanaman ditentukan oleh sifat
karakteristik tersebut. Dengan mengenali
karakteristik tanaman petani dapat dengan mudah
melakukan pemeliharaan yang sesuai, sehingga tujuan
pemeliharaan tercapai yaitu “kebahagiaan tanaman itu
sendiri”.
PEMUPUKAN
Secara teori, lahan PO akan semakin subur karena
proses-proses yang diterapkan berpedoman pada
pemeliharaan tanah. Tetapi realitanya, petani
seringkali kurang memahami hal ini sehingga tanah
selalu lebih banyak kehilangan unsur hara —melalui
erosi, penguapan, dsb— dibandingkan dengan hara
yang diberikan/ditambahkan. Maka prinsip
pemupukan ditentukan oleh kepekaan kita dalam
mengamati/menilai kapan tanaman kekurangan
makanan.
PENGENDALIAN HPT/OPT
PO berbasis pada keseimbangan ekosistem. Konsekuensinya
semua organisme yang ada (termasuk hama) dipandang ikut
berperan dalam proses keseimbangan tersebut. Dengan kata lain,
tidak ada mahluk hidup yang tidak berguna. Yang diperlukan
adalah mengendalikan hama/penyakit supaya tidak berada dalam
jumlah berlebihan.
Pola tumpangsari, pergiliran tanaman, pemulsaan, rekayasa teknik
menanam, dan manajemen kebun menjadi pilihan metode
pengendalian HPT karena sesuai dengan prinsip keseimbangan.
Penggunaan pestisida alami diperlukan sejauh kita tahu bahwa di
lahan PO sedang terjadi ketidakseimbangan, yang terlihat pada
munculnya gangguan hama/penyakit. Kadar pemakaiannya juga
tergantung dari tingkat gangguan yang ada.
PANEN
Setiap langkah dalam proses produksi akan dinilai
dari hasil panenan. Prinsip dalam panen adalah
menjaga standar mutu dengan memanen tepat waktu
sesuai kematangan. Cara pemanenan juga perlu
berhati-hati sehingga tidak menimbulkan kerusakan
atau kehilangan hasil yang lebih besar.
PASCA PANEN
Kegiatan pasca panen harus mampu menekan
kerusakan hasil seminimal mungkin. Metode
pengolahan yang dilakukan tidak boleh mengubah
sama sekali komposisi bahan aslinya. Karenanya proses
seleksi, pencucian, pengepakan, penyimpanan dan
pengangkutan produk organik perlu berhati-hati agar
kondisi tetap segar dan sehat ketika berada di tangan
pembeli. Dalam PO, kegiatan pasca panen menghindari
pemakaian bahan pengawet atau perlakuan kimiawi
lainnya dan seminimal mungkin melakukan proses
pengolahan.
DOA PENUTUP MAJELIS

Anda mungkin juga menyukai