Anda di halaman 1dari 11

AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 71-81

p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

Analisis Tren Perubahan Curah Hujan dan Pemetaan Klasifikasi Iklim


Schmidt - Ferguson untuk Penentuan Kesesuaian Iklim Tanaman Pala
(Myristica fragrans) di Pulau Seram
Semuel Laimeheriwa1), Elia Leonard Madubun1), dan Eklesia D. Rarsina2)
1)
Program Studi Agroteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura
Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Poka Ambon 97233
2)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Email: laimeheriwasamuel@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perubahan iklim yang terus terjadi hingga saat ini telah memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan;
termasuk sektor pertanian. Penelitian bertujuan untuk menentukan tren perubahan curah hujan, pemetaan klasifikasi
iklim Schmidt-Ferguson yang baru, dan menentukan kesesuaian iklim tanaman pala di Pulau Seram. Penelitian ini
menggunakan data curah hujan berbagai lokasi di Pulau Seram selama 60 tahun pengamatan. Analisis data terdiri
dari: (1) analisis pola curah hujan dan membangkitkan data curah hujan menggunakan teknik rataan aljabar, (2)
analisis tren perubahan curah hujan, (3) pemetaan klasifikasi iklim, dan (4) penentuan kesesuaian iklim tanaman pala.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pulau Seram telah terjadi peningkatan curah hujan rataan tahunan dalam 30
tahun terakhir (periode 1989-2018) dibandingkan dengan priode 30 tahun sebelumnya (periode 1959-1988), yaitu
sebesar 11,2 hingga 15,6%. Di Pulau Seram terdapat tiga tipe iklim Schmidt-Ferguson, yaitu A, B, dan C. Wilayah
yang sangat sesuai untuk pengembangan tanaman pala seluas 1.035 ha atau 59% dari luas Pulau Seram dan daerah
yang sesuai seluas 457 ha atau 26% dari luas Pulau Seram. Sedangkan daerah yang kurang sesuai dan tidak sesuai
untuk tanaman pala seluas 258 ha atau 15% dari luas Pulau Seram.

Kata kunci: curah hujan, Schmidt-Ferguson, kesesuaian iklim, tanaman pala, Pulau Seram

Trend Analysis of Rainfall Change and Mapping of Climate Classification


Schmidt-Ferguson to Climate Suitability Determnation for Nutmeg (Myristica
fragrans) In Seram Island
ABSTRACT
Nowadays climate change cause the impact to various anthropogenic activity including agriculture The aim of the
research was to determine the trend of rainfall change, map the Schmidt-Ferguson climate classification, as well as
to determine the climate suitability of the nutmeg in Seram Island of Maluku. This research used the data of rainfall
taken from various locations in Seram Island during the last sixty years. The data analysis consisted of (1) analysis
of rainfall pattern and generating rainfall data using the algebraic mean technique, (2) analysis of rainfall change trend,
(3) mapping the climate classification, and (4) determination of climate suitability for the nutmeg. The result showed
that there has been an increase of rainfall in the last thirty years (1989-2018) compared to the previous thirty years
(1959-1988), with increase values of 11,2% to 15,6%. In Seram Island there are three climate type of Schmidt-
Ferguson, namely A, B, and C. The area that is very suitable for nutmeg development was 1,035 ha or 59% of the
area of Seram Island; and the area that is classified as suitable for nutmeg plantation covered 457 ha or 26% of the
area of Seram Island. eanwhile, the less suitable area for nutmeg was 258 ha or 15% of the area of Seram Island.

Keywords: rainfall, Schmidt-Ferguson, climate suitability, nutmeg, Seram Island

71
Laimeheriwa et al., 2019. Analisis Tren Perubahan ...

PENDAHULUAN melakukan kebijakan yang berkaitan dengan


pengembangan pertanian. Penggunaan data
Informasi iklim/cuaca merupakan iklim terkini dalam perencanaan maupun
bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan implementasi berbagai kegiatan
berbagai sektor pembangunan seperti sektor pembangunan termasuk pertanian akan
pertanian, perkebunan, kehutanan, menggambarkan iklim yang lebih
transportasi, pengairan, lingkungan hidup, representatif, sehingga dapat dijadikan acuan
pertambangan dan energi, mitigasi bencana yang lebih obyektif seperti untuk
dan lain-lain. Oleh karena itu informasi pengembangan wilayah secara umum
iklim/cuaca mempunyai nilai yang sangat termasuk pengembangan pertanian.
strategis dalam pengambilan keputusan Kemajuan pembangunan ekonomi yang
berkaitan dengan rencana dan evaluasi pesat memberikan konsekuensi terjadinya
kegiatan berbagai sektor pembangunan. pemanasan global dan perubahan iklim yang
Karena iklim atau cuaca tidak bisa menyertainya menjadi sulit untuk dihindari.
dikendalikan dalam skala meso hingga makro Fenomena perubahan iklim ini telah
(misalnya skala pulau, kepulauan, negara dan memberikan dampak terhadap berbagai segi
benua), maka langkah yang dapat dilakukan kehidupan; termasuk bidang pertanian.
adalah melalui prakiraan atau peramalan Perubahan iklim yang terjadi saat ini
iklim. Untuk memprakirakan kapan terjadi diantaranya oleh fenomena El Nino dan La
kondisi iklim ekstrim, berapa tingkat Nina menyebabkan penurunan dan
perubahannya serta dampak yang ditimbulkan peningkatan curah hujan di Indonesia, baik
pada suatu daerah/wilayah diperlukan analisis nilai tahunan maupun musiman. Adanya
dan interpretasi iklim menggunakan data perbedaan pola hujan antar wilayah juga
runut waktu iklim jangka panjang. Sementara menyebabkan perbedaan terhadap perubahan
itu, adanya keragaman pola iklim/cuaca pada curah hujan yang terjadi [2,3]. Fenomena El
berbagai wilayah maka model prakiraan Nino dan La Nina memberikan pengaruh
iklim/cuaca tidak bisa lagi diberlakukan signifikan terhadap variasi curah hujan
secara umum dan bersifat ”top down”, tetapi Indonesia melalui proses interaksi laut-
harus secara sendiri-sendiri terutama pada atmosfer yang menyertainya [4].
skala lokal. Terdapat berbagai sistem klasifikasi
Analisis iklim suatu wilayah bertujuan iklim yang sampai sekarang masih digunakan.
untuk menggambarkan potensi sumber daya Untuk kepentingannya dalam bidang
iklim wilayah bersangkutan. Dalam sektor pertanian, di Indonesia yang beriklim tropis
pertanian, pendekatan iklim (agroklimat) sangat cocok menggunakan klasifikasi iklim
dapat dipilah atas tiga gatra atau tujuan [1] ; Oldeman dan Schmidt-Ferguson [3,5,6].
salah satunya, yaitu untuk perencanaan dan Informasi iklim dalam bentuk Peta Klasifikasi
pengembangan wilayah, komoditi dan paket Iklim Schmidt-Ferguson untuk wilayah
teknologi. Indonesia termasuk Maluku pernah dibuat
Pengembangan suatu komoditi menggunakan data sebelum tahun 1980-an.
(tanaman) di suatu wilayah haruslah tetap Namun akhir-akhir ini curah hujan suatu
mengacu pada kesesuaian dan kemampuan wilayah cenderung berubah akibat perubahan
lahan serta agroklimat wilayah. Hal ini iklim sehingga informasi tersebut perlu
penting untuk menghindari kegagalan atau dimutakhirkan menggunakan data terbaru
memperkecil kerusakan sumber daya yang yang tersedia.
mungkin timbul. Informasi agroklimat Berdasarkan berbagai hal di atas, dalam
wilayah seperti tren perubahan curah hujan kaitannya dengan pengembangan pertanian
dan tipe iklim merupakan informasi penting (komoditi) di suatu wilayah perlu
yang dapat membantu semua pihak dalam mempertimbangkan beberapa hal,

72
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 71-81
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

diantaranya keunggulan komoditi dan Pengumpulan Data


ketersediaan lahan. Sebagai salah satu sentra Pengumpulan data dilakukan dengan
produksi tanaman pala Provinsi Maluku dan tujuan utama menyiapkan data curah hujan
masih tersedianya lahan yang cukup luas di yang akan digunakan dalam menentukan tren
Pulau Seram mengindikasikan bahwa wilayah perubahannya, pengklasifikasian iklim,
ini memiliki prospek untuk pengembangan dilanjutkan dengan penentuan kesesuaian
tanaman pala yang merupakan komoditi iklim tanaman pala, yaitu data curah hujan 60
unggulan dan/atau salah satu komoditi tahun pengamatan periode 1959 - 2018.
strageis Provinsi Maluku maupun nasional
Pada tahap awal, agar perencanaan
Analisis Data
pengembangan tanaman pala tidak bias maka
diperlukan informasi tentang kesesuaian a. Analisis pola curah hujan dan
lahan tanaman pala (termasuk kesesuaian membangkitkan data curah hujan
iklim) yang dapat memberikan gambaran Analisis pola curah hujan dimaksudkan
tentang daerah yang tepat untuk untuk dijadikan acuan dalam membangkitkan
pengembangan tanaman pala di Pulau Seram. data curah hujan lokasi lainnya yang datanya
Penelitian ini bertujuan untuk tidak tersedia dari stasiun iklim yang
menentukan tren perubahan curah hujan di representatif yang datanya tersedia. Untuk
Pulau Seram, memetakan klasifikasi iklim tujuan ini, maka pada tahap awal dilakukan
Schmidt-Ferguson Pulau Seram yang baru, analisis pola curah hujan berbagai lokasi di
dan menentukan kesesuaian iklim tanaman Pulau Seram dan sekitarnya menggunakan
pala (Myristica fragrans) di Pulau Seram. data historis curah hujan (nilai rataan) dari
berbagai stasiun hujan yang pernah ada.
BAHAN DAN METODE Tahap berikutnya adalah
Penelitian ini menggunakan data mengelompokkan lokasi/wilayah didasarkan
(biofisik lingkungan) Provinsi Maluku, pada pola curah hujan yang sama, dilanjutkan
tepatnya di Pulau Seram. Pulau Seram dengan membangkitkan data curah hujan
dengan luas 18.625 km2, termasuk di periode 1959 - 2018 bagi daerah di Pulau
dalamnya sebagian besar wilayah: Kabupaten Seram yang datanya tidak tersedia
Seram Bagian Barat (SBB), Kabupaten menggunakan data curah hujan dari stasiun
Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram representatif (pola hujan sama) yang datanya
Bagian Timur (SBT). Menggunakan data tersedia. Data curah hujan periode 30 tahun
curah hujan 60 tahun pengamatan yang sudah representatif untuk menggambarkan
tercatat di berbagai stasiun iklim di Pulau kondisi iklim di suatu wilayah [9,10].
Seram dan sekitarnya. Data penunjang Untuk membangkitkan data curah hujan
berupa: Peta Dasar Pulau Seram, Peta Curah tersebut, digunakan persamaan matematika
Hujan Pulau Seram [7,8], Peta Topografi Pulau sederhana dengan asumsi sebagai berikut: (a)
Seram, peta penunjang lainnya, instansi presentase perubahan curah hujan bulanan
terkait, dan literatur yang relevan (buku, sama pada setiap lokasi/wilayah yang
jurnal, dan lainnya). Data yang tidak tersedia memiliki pola hujan yang sama, dan (b) data
akan dibangkitkan melalui pendekatan time series (runut waktu) curah hujan bulanan
statistik-matematik berdasarkan indikator yang dibangkitkan untuk lokasi/wilayah yang
fisik wilayah. Software yang digunakan datanya tidak tersedia adalah proporsional
adalah: MS Word 2010, MS Excel 2010, dan dibandingkan dengan data time series curah
Program Arc View 3.3. hujan pada lokasi/wilayah yang tersedia data
hujannya.

73
Laimeheriwa et al., 2019. Analisis Tren Perubahan ...

b. Analisis tren perubahan curah hujan dimana: CHk/b = Rataan bulan kering
Penentuan tren perubahan curah hujan atau bulan basah, CHi = Jumlah bulan
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kering atau bulan basah pada tahun ke-i,
sudah terjadi perubahan curah hujan di daerah n = Jumlah tahun pengamatan.
Pulau Seram. Penentuan ini menggunakan  Gunakan persamaan berikut untuk
data iklim time series jangka panjang dan menentukan nilai Q, menggunakan nilai
sesuai data yang disiapkan/dibangkitkan rataan BK dan rataan BB:
dapat digunakan data curah hujan 60 tahun Rataan Bulan Kering (BK)
= 100%
pengamatan (1959 –2018) pada dua wilayah Rataan Bulan Basah (BB)
dengan pola hujan yang berbeda. Untuk
tujuan ini digunakan data curah hujan dari  Gunakan Segitiga Schmidt-Ferguson
Stasiun Meteorologi Kairatu yang mewakili untuk menentukan tipe iklimnya
wilayah dengan pola hujan lokal, dan data berdasarkan nilai Q.
curah hujan Stasiun Meteorologi Namlea
yang mewakili wilayah dengan pola hujan Hasil penentuan klasifikasi iklim (khususnya
moonsunal. periode II 1989-2018-terkini) di setiap
lokasi/wilayah di Pulau Seram kemudian
c. Pemetaan klasifikasi iklim digambar dalam bentuk Peta Klasifikasi Iklim
Pemetaan klasifikasi iklim bertujuan Schmidt-Ferguson Pulau Seram. Untuk
untuk mengelompokkan dan membagi pemetaan menggunakan Program Arc View
wilayah di Pulau Seram ke dalam daerah- 3.3.
daerah dengan tipe iklim yang sama. Untuk
tujuan ini, pembagian didasarkan pada d. Penentuan kesuaian iklim tanaman pala
karakteristik curah hujan yang dicirikan oleh Penentuan kesesuaian iklim tanaman
jumlah bulan basah dan bulan kering dalam pala di Pulau Seram dilakukan melalui dua
satu tahun. Untuk membuat klasifikasi iklim tahap, yaitu: (1) penyusunan kriteria iklim
Schmidt-Ferguson digunakan data time series tanaman pala didasarkan pada syarat
curah hujan periode I: 1959 – 1988 dan tumbuhnya (informasi hasil penelitian yang
periode II: 1989 – 2018 (terkini) di setiap pernah ada dan studi literatur) dengan
lokasi/wilayah. Pembuatan klasifikasi iklim mempertimbangkan kondisi iklim pada
Schmidt-Ferguson melalui tahapan sebagai daerah sentra produksi utama dan asal
berikut: tanaman pala di Maluku, dan (2) penentuan
kesesuaian iklim tanaman pala untuk berbagai
 Dari data time series curah hujan untuk
lokasi di Pulau Seram didasarkan pada dua
masing-masing periode, tentukan jumlah
unsur iklim utama yang mempengaruhi
bulan basah, BB (bulan yang curah
pertumbuhan dan hasil tanaman; yaitu curah
hujannya > 100 mm) dan jumlah bulan
hujan dan suhu udara. Indikator curah hujan
kering, BK (bulan yang curah hujannya <
yang digunakan berupa kisaran jumlah curah
60 mm) untuk setiap tahunnya.
hujan tahunan, jumlah bulan kering, dan tipe
 Dari data bulan basah (BB) dan bulan
iklim menurut Schmidt-Ferguson, sedangkan
kering (BK) yang diperoleh setiap
indikator suhu udara dicerminkan oleh
tahunnya, kemudian tentukan nilai rataan
ketinggian tempat di atas muka laut (elevasi).
BK dan BB menggunakan rumus yang
umum, yaitu teknik rataan aljabar, sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut :
Tren Perubahan Curah Hujan
CHk/b = CHi/n Tren perubahan curah hujan di Pulau
Seram dengan dua pola hujan (moonsunal dan

74
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 71-81
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

lokal) secara ringkas disajikan pada Tabel 1 hanya selama 2 bulan (Februari dan
dan 2 serta Gambar 1 dan 2. Nampak bahwa September) curah hujan cenderung berkurang
di wilayah dengan pola hujan moonsunal dengan kisaran 4,9 – 6,7%. Presentase
curah hujan tahunan periode 1989-2018 perubahan curah hujan periode musim hujan
cenderung bertambah sebesar 15,6% di dua wilayah tersebut lebih besar
dibandingkan dengan periode sebelumnya dibandingkan perubahan curah hujan musim
1959-1988. Sama halnya, di wilayah dengan kering. Pada wilayah dengan pola hujan
pola hujan lokal curah hujan tahunan periode moonsunal peningkatan curah hujan selama
1989-2018 cenderung bertambah sebesar periode musim hujan (Desember-Mei)
11,2% dibandingkan dengan periode sebesar 17,9% dan musim kering (Juni-
sebelumnya 1959-1988. Peningkatan curah November) sebesar 10,4%. Di wilayah
hujan di wilayah dengan pola hujan dengan pola hujan lokal terjadi peningkatan
moonsunal berlangsung selama 9 bulan curah hujan selama musim hujan (April-
dengan kisaran 8,7 – 32,0%, sebaliknya September) sebesar 11,8%, sedangkan selama
selama 3 bulan (Mei, September dan musim kering (Oktober-Maret)
November) cenderung terjadi penurunan peningkatannya sedikit lebih kecil, yaitu
curah hujan dengan kisaran 0,6 – 8,5%. sebesar 10,3%.
Sementara itu, di wilayah dengan pola hujan
lokal terjadi peningkatan curah hujan selama
10 bulan dengan kisaran 1,5 – 25,7% dan

Tabel 1. Perubahan Curah Hujan Yang Terjadi di Daerah Namlea dalam 60 Tahun Terakhir
(Perbandingan antara periode I:1959-1988 dengan periode II:1989-2018)
Periode Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Setahun
1959-1988 202 192 186 136 98 113 94 60 40 37 72 153 1.383
1989-2018 247 247 203 148 93 123 110 71 37 48 72 201 1.599

Perubahan
mm 45 55 17 12 -6 10 15 11 -3 11 0 49 216
% 22,3 28,5 9,3 9,0 -5,7 8,7 16,3 18,0 -8,5 30,3 -0,6 32,0 15,6
Sumber : Stasiun Hujan/Meteorologi Namlea (yang diolah tahun 2019)

Tabel 2. Perubahan Curah Hujan Yang Terjadi Di Daerah Kairatu dalam 60 Tahun Terakhir
(perbandingan antara periode I:1959-1988 dengan periode II:1989-2018)
Periode Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Setahun
1959-1988 116 139 142 130 187 365 236 203 163 121 87 111 2.002
1989-2018 144 130 157 156 216 371 297 241 155 140 92 128 2.227

Perubahan
mm 27 -9 15 26 29 6 61 38 -8 19 5 17 225
% 23,6 -6,7 10,3 19,7 15,8 1,5 25,7 18,5 -4,9 15,9 5,5 15,3 11,2
Sumber : Stasiun Klimatologi Seram Bagian Barat (yang diolah tahun 2019)

75
Laimeheriwa et al., 2019. Analisis Tren Perubahan ...

Gambar 1. Tren perubahan curah hujan di wilayah dengan pola moonsunal


A = curah hujan rataan periode I: 1959-1988 dan periode II: 1989-2018;
B = persen perubahan curah hujan

Gambar 2. Tren perubahan curah hujan di wilayah dengan pola lokal


A = curah hujan rataan periode I: 1959-1988 dan periode II: 1989-2018;
B = persen perubahan curah hujan

Klasifikasi Iklim Pulau Seram iklim A. Perubahan yang terjadi antara


Hasil penentuan tipe iklim di Pulau kedua periode tersebut adalah pada nilai
Seram menurut Schmidt-Ferguson dibagi rataan bulan basah dan bulan kering. Rataan
atas dua periode secara ringkas disajikan bulan kering di Pulau Seram umumnya
pada Tabel 3. Data pada Tabel 3 berkurang di semua daerah, kecuali daerah
menunjukkan bahwa relatif tidak terjadi Riring yang relatif tidak berubah dan di
perubahan tipe iklim Schmidt-Ferguson di daerah Piru bulan kering cenderung
Pulau Seram antara periode I dan periode II, meningkat. Rataan bulan basah di Pulau
kecuali di daerah Werinama dan Hunitetu Seram umumnya mengalami peningkatan di
tipe iklim berubah dari tipe iklim B ke tipe semua daerah dalam periode II dibandingkan
dengan periode I, kecuali beberapa daerah

76
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 71-81
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

yang jumlah bulan basahnya mengalami tipe iklim ini berkisar antara 5,3 sampai
penurunan, yaitu Kairatu, Elpaputih dan 13,4% dengan rataan bulan kering 1,0 bulan
Hunitetu. Adanya perubahan nilai rataan dan rataan bulan basah 10,0 bulan. Tipe
jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering iklim B merupakan daerah basah dengan
tentunya akan berpengaruh terhadap nilai Q; vegetasi hutan hujan tropis ditemukan di
dimana nilai Q menurun di semua daerah di daerah Piru, Kairatu, Elpaputih, Awaiya,
Pulau Seram. Turunnya nilai Q Amahai, Geser, dan Bula. Nilai Q untuk tipe
mengindikasikan bahwa curah hujan di iklim B berkisar antara 15,0 sampai 22,9%
Pulau Seram semakin meningkat (semakin dengan rataan bulan kering 1,6 bulan dan
basah) dalam periode II dibandingkan rataan bulan basah 8,8 bulan. Tipe iklim C
dengan periode I. merupakan daerah agak basah dengan
Berdasarkan hasil penentuan tipe iklim vegetasi hutan rimba ditemukan di daerah
Schmidt-Ferguson saat ini (periode II:1989- Taniwel dan Wahai. Nilai Q untuk tipe iklim
2018) di Pulau Seram terdapat 3 tipe Iklim, ini berkisar antara 34,4 sampai 35,0%
yaitu A, B dan C. Tipe iklim A yang dengan rataan bulan kering 2,8 bulan dan
merupakan daerah sangat basah dengan rataan bulan basah 8,1 bulan. Peta Iklim
vegetasi hutan hujan tropis ditemukan di Pulau Seram berdasarkan sistem klasifikasi
daerah Riring, Hunitetu, Waipia, Tehoru, Schmidt-Ferguson seperti yang disajikan
Manusela, dan Werinama. Nilai Q untuk pada Gambar 3.

Tabel 3. Hasil Penentuan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson (periode I: 1959-1988 dan periode II:
1989-2018)
Rataan
Lokasi Periode Rataan BB Nilai Q Tipe Iklim
BK
A. Pola Hujan Moonsunal
1. Piru I 2,03 8,67 23,5 B
II 2,07 9,03 22,9 B
2. Taniwel I 2,87 7,87 36,4 C
II 2,80 8,00 35,0 C
3. Wahai I 2,97 7,73 38,4 C
II 2,80 8,13 34,4 C
B. Pola Hujan Lokal
1. Riring I 1,10 9,97 11,0 A
II 1,10 10,07 10,9 A
2. Kairatu I 2,23 8,17 27,3 B
II 1,77 7,97 22,2 B
3. Hunitetu I 1,53 9,90 15,5 B
II 1,00 9,80 10,2 A
4. Elpaputih I 1,93 9,00 21,5 B
II 1,33 8,87 15,0 B
5. Awaiya I 1,77 8,97 19,7 B
II 1,47 9,10 16,1 B
6. Waipia I 0,60 9,90 6,1 A
II 0,53 10,07 5,3 A
7. Amahai I 1,93 8,37 23,1 B

77
Laimeheriwa et al., 2019. Analisis Tren Perubahan ...

II 1,67 8,60 19,4 B


8. Tehoru I 1,23 9,73 12,7 A
II 1,03 10,23 10,1 A
9. Manusela I 1,20 9,90 12,1 A
II 1,07 10,07 10,6 A
10. Werinama I 1,43 9,47 15,1 B
II 1,30 9,67 13,4 A
11. Geser I 1,87 8,03 23,2 B
II 1,60 8,80 18,2 B
12. Bula I 1,77 8,57 20,6 B
II 1,47 9,27 15,8 B
Keterangan: BB=bulan basah; BK=bulan kering

Gambar 3. Peta Iklim Schmidt-Ferguson di Pulau Seram

Kemungkinan Pengembangan Tanaman tahunan saat ini di Pulau Seram sangat


Pala di Pulau Seram Berdasarkan bervariasi mulai dengan daerah yang agak
Kesesuaian Iklim basah dengan curah hujan 2.148 mm/tahun di
Dua unsur iklim utama yang dapat daerah Geser hingga daerah yang sangat
digunakan dalam penentuan kesesuaian iklim basah dengan curah hujan 4.065 mm/tahun di
tanaman pala berupa curah hujan dan suhu daerah Tehoru. Wilayah Pulau Seram
udara yang dicirikan oleh ketinggian tempat memiliki ketinggian tempat di atas muka laut
di atas muka laut. Kondisi curah hujan rataan (elevasi) yang sangat bervariasi mulai dari 0

78
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 71-81
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

m dpl (garis pantai) hingga 3.027 m dpl dengan cara menumpang-tindihkan peta
(Puncak Gunung Binaya) di wilayah iklim Schmidt-Ferguson dengan Peta Elevasi
Kabupaten Maluku Tengah; dimana sebagian Pulau Seram. Hasil penentuan kesesuaian
besar (66%) wilayah Pulau Seram berada iklim berdasarkan kedua kriteria tersebut
pada ketinggian dibawah 500 m seluas (curah hujan dan elevasi) selanjutnya
1.226.120 ha. Tabel 4 menyajikan kriteria dituangkan dalam bentuk peta kesesuaian
kesesuaian iklim tanaman pala di Pulau iklim tamaman pala di Pulau Seram (Gambar
Seram. 4). Dari hasil analisis spasial terhadap peta
Untuk menentukan kesesuaian iklim kesesuaian iklim tanaman pala, diperoleh
tanaman pala di Pulau Seram, maka kelas gambaran tentang prospek pengembangan
kesesuaian berdasarkan kriteria curah hujan tanaman pala di Pulau Seram (Tabel 5).
perlu digabungkan dengan kriteria elevasi

Tabel 4. Kriteria Kesesuaian Iklim Tanaman Pala Di Pulau Seram


Curah Hujan
Elevasi
Simbol Rataan BK Tipe Iklim Kesesuaian
Jeluk (mm) (m dpl)
(< 60 mm/bln) Schmidt-Ferguson
SP1 2.100 – 3.100 ≤3 A, B < 500 Sangat Sesuai
SP2 2.100 – 3.100 ≤3 C < 500 Sesuai
SP3 > 3.100 ≤3 A < 500 Sesuai
SP4 2.100 – 3.100 ≤3 A, B, C 500 – 700 Sesuai
SP5 > 3.100 ≤3 A 500 – 700 Kurang Sesuai
SP6 > 2.100 ≤3 A, B, C 700 - 1.000 Kurang Sesuai
SP7 > 2.100 ≤3 A, B, C > 1.000 Tidak Sesuai

Gambar 4. Peta kesesuaian iklim tanaman pala di Pulau Seram

79
Laimeheriwa et al., 2019. Analisis Tren Perubahan ...

Tabel 5. Luas Zone Kesesuaian Iklim Tanaman Pala Di Pulau Seram


Luas
No. Kesesuaian
ha %
1. Sangat Sesuai 1.034.550,8 59,14
2. Sesuai 457.139,6 26,13
3. Kurang Sesuai 154.064,5 8,81
4. Tidak Sesuai 103.522,3 5,92
Grand Total 1.749.277,2 100
Sumber Data : Hasil Analisis GIS, 2019

Kesesuaian iklim tanaman pala di Pulau hingga sangat basah dengan rataan bulan
Seram dapat dijelaskan sebagai berikut: kering 1 – 3 bulan dan rataan bulan basah
(1) Daerah sangat sesuai (SP1): luas daerah 8 – 10 bulan.
sangat sesuai 1.034.550.8 ha (59.14%) 3. Di Pulau Seram wilayah yang sangat
dari luas wilayah Pulau Seram yang sesuai untuk pengembangan tanaman pala
tersebar hampir di seluruh wilayah seluas 1.034.551 ha atau 59.14 % dari luas
bagian timur dan selatan Pulau Seram. Pulau Seram dan daerah yang sesuai
(2) Daerah sesuai (SP2, SP3, dan SP4): luas seluas 457.140 ha atau 26.13% dari luas
daerah sesuai 457.139.6 ha (26.13%) Pulau Seram. Sedangkan daerah yang
dari luas Pulau Seram yang tersebar di kurang sesuai dan tidak sesuai untuk
sebagian wilayah bagian utara dan tanaman pala seluas 257.587 ha atau
tengah Pulau Seram 14,73% dari luas Pulau Seram.
(3) Daerah kurang sesuai (SP5 dan SP6):
luas daerah kurang sesuai 154.064.5 ha DAFTAR PUSTAKA
(8.81%) dari luas Pulau Seram yang
tersebar pada sebagian kecil di bagian [1] Bey, A dan I. Las. 1991. Strategi
tengah dan selatan Pulau Seram. Pendekatan Iklim Dalam Usaha Tani.
(4) Daerah Tidak Sesuai (SP7) : luas daerah Dalam: Kapita Selekta Dalam
tidak sesuai 103.522.3 ha (5.92%) dari Agrometeorologi. Dirjen Dikti,
luas Pulau Seram yang tersebar pada Depdikbud, pp:18-47. Jakarta.
sebagian kecil di bagian tengah dan [2] Laimeheriwa, S. 2014. Analisis Tren
selatan Pulau Seram Perubahan Curah Hujan Pada Tiga
Wilayah Dengan Pola Hujan yang
KESIMPULAN Berbeda di Provinsi Maluku. J.
Budidaya Pertanian 10(2): 71-78.
1. Telah terjadi perubahan iklim (curah [3] Sasminto, R.A., A. Tunggul, dan J.B.
hujan) di Pulau Seram yang dicirikan oleh Rahadi W. 2014. Analisis Spasial
peningkatan curah hujan rataan tahunan Penentuan Iklim Menurut Klasifikasi
dalam 30 tahun terakhir (periode 1989- Schmidt-Ferguson dan Oldeman di
2018) dibandingkan dengan priode 30 Kabupaten Ponorogo. J. Sumber Daya
tahun sebelumnya (periode 1959-1988), Alam dan Lingkungan 1(1): 51-56.
yaitu sebesar 15,6% pada wilayah dengan [4] Hidayat, R dan K. Ando. 2014.
pola hujan moonsunal dan 11,2% pada Variabilitas Curah Hujan Indonesia
wilayah dengan pola hujan lokal. dan Hubungannya Dengan
2. Berdasarkan sistem klasifikasi iklim ENSO/IOD: Estimasi Menggunakan
Schmidt-Ferguson, di Pulau Seram Data JRA-25/JCDAS. J. Agromet
terdapat 3 tipe iklim, yaitu A, B, dan C. 28(1): 1-8.
Ketiga tipe iklim tersebut mencirikan [5] Sudrajat, A. 2009. Pemetaan
Pulau Seram termasuk daerah agak basah Klasifikasi Iklim Oldeman dan

80
AGROLOGIA: Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019, halaman 71-81
p-ISSN 2301-7287; e-ISSN 2580-9636

Schmidt-Ferguson Sebagai Upaya Kapet Seram dan PSPPR-UGM.


Pemanfaatan Sumberdaya Iklim Dalam Ambon.
Pengelolaan Sumberdaya Alam di [8] LTA-72. 1987. Zone Agroklimatik
Sumatera Utara [Tesis]. Universitas Provinsi Maluku. Maluku Regional
Sumatera Utara, Medan. Development Project. Ambon.
[6] Nasution, M.I dan M. Nuh. 2018.
Kajian Iklim Berdasarkan Klasifikasi [9] Schulz, E.F. 1980. Problem and
Oldeman di Kabupaten Langkat. J. of Applied Hydrology. Water Res. Publ.,
Islamic Science and Technology 3(2): Fort Collins, Colorado.
1-19. [10] Manik, T.K. 2014. Klimatologi Dasar:
[7] BP-Kapet Seram. 2003. Rencana Unsur Iklim dan Proses Pembentukan
Induk Pengembangan Kapet Seram. Iklim. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Laporan Penelitian, Kerjasama BP-

81

Anda mungkin juga menyukai