Saefulloh
Abstrak
Iklim merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari. Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson dan Oldeman sangat cocok
digunakan di Indonesia yang beriklim tropis. Dasar pengklasifikasian iklim Schmidt-Ferguson
adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-ratanya bulan basah,
lembab, dan bulan kering. Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan klasifikasi iklim mohr cukup praktis untuk mengamati iklim suatu daerah
selama 10 tahun. Sistem klasifikasi Mohr & Schmidt-Ferguson sangat cocok digunakan di
Indonesia yang beriklim tropis.
Hasil penelitian (Boer et al., 1998) tiga jenis pembagian bulan dalam kurun
menunjukkan bahwa banyaknya satuan waktu satu tahun dimana keadaan yang
panas yang diperlukan tanaman mulai dari disebut bulan basah apabila curah hujan
tanam sampai panen dapat diduga dari >100 mm per bulan, bulan lembab bila
ketinggian tempat. Ada indikasi bahwa curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60
semakin tinggi ketinggian tempat jumlah mm dan bulan kering bila curah hujan < 60
Beberapa sistem klasifikasi iklim yang cara membuat tabel dengan kolom-kolom
sampai sekarang masih digunakan antara bulan, CH per tahun, CH rerata, dan derajat
lain : Sistem Klasifikasi Koppen, Sistem kebasahan bulan (DKB). Semua data
Oldeman dan Sistem Klasifikasi Iklim sejenis. Ditentukan derajat kebasahan bulan
klasifikasinya sesuai bagi iklim yang DBK. Dari kolom DBK, dihitung jumlah
berlaku di Indonesia. Sedangkan klasifikasi bulan kering (BK), bulan lembab (BL), dan
Oldeman dan Thorntwaite berlaku umum, bulan basah (BB). Tipe iklim daerah
Sistem Schmidt dan Ferguson merupakan Menurut Rafi’i (1995) klasifikasi Schmidt–
perbaikan Sistem Mohr yang telah Ferguson memiliki beberapa klasifikasi
membuat klasifikasi iklim khususnya untuk iklim antara lain sangat basah, basah, agak
daerah tropika. Dasar untuk membuat basah, sedang, agak kering, kering, sangat
penggolongan iklim oleh Schmidt dan kering, dan luar biasa kering.
Ferguson adalah dengan cara menghitung
Menurut Lakitan (2002) klasifikasi
dan menentukan quitient (Q rerata) jumlah
SchmidtFerguson menggunakan nilai
bulan kering dan rerata bulan basah.
perbandingan (Q) antara rata-rata
Langkah pertama ditentukan terlebih
banyaknya bulan kering (Md) dan rata-rata
dahulu tentang status bulan. Untuk ini
banyaknya bulan basah (Mf) dalam tahun
mereka menggunakan kriteria yang dibuat
penelitian. Adapun kategori untuk bulan
oleh Mohr. Bulan kering adalah suatu bulan
kering (jika dalam satu bulan mempunyai
yang jumlah hujannya kurang dari 60 mm.
jumlah curah hujan < 60 mm), bulan
Ini berarti curah hujan lebih kecil daripada
lembab (jika dalam satu bulan mempunyai
evaporasi. Atau jika dilihat status lengas
jumlah curah hujan 60 sampai 100 mm),
tanahnya akan mengalami pengeringan.
dan bulan basah (jika dalam satu bulan
Adapun bulan basah adalah bulan yang
mempunyai jumlah curah hujan > 100 mm).
curah hujannya lebih besar dari 100 mm.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 8 tipe
Kalau dilihat status tanahnya akan
iklim di Indonesia seperti table dibawah ini
bertambah basah karena curah hujan lebih
:
besar daripada evaporasi. Bulan dengan
curah hujan antara 60±100 mm, dianggap
bulan lembab yaitu bulan yang curah
hujannya seimbang dengan evaporasi.
Langkah selanjutnya dari data curah hujan
yang ada (untuk ini dipakai yang sedikit
dikitnya 10 th) masingmasing tahun
dihitung berapa bulan basah dan berapa
bulan kering. Bulan lembab selanjutnya Adapun rumus untuk menghitung Q adalah