Anda di halaman 1dari 6

Karakteristik Iklim Mohr & Schmidt – Ferguson Di Benua Maritim Indonesia

Saefulloh

Mahasiswa Meteorologi. Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

Institut Teknologi Bandung

Abstrak

Iklim merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari. Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson dan Oldeman sangat cocok
digunakan di Indonesia yang beriklim tropis. Dasar pengklasifikasian iklim Schmidt-Ferguson
adalah jumlah curah hujan yang jatuh setiap bulan sehingga diketahui rata-ratanya bulan basah,
lembab, dan bulan kering. Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan
besarnya curah hujan klasifikasi iklim mohr cukup praktis untuk mengamati iklim suatu daerah
selama 10 tahun. Sistem klasifikasi Mohr & Schmidt-Ferguson sangat cocok digunakan di
Indonesia yang beriklim tropis.

Kata Kunci : Iklim, Klasifikasi Mohr, Klasifikasi Schmidt Ferguson.

Pendahuluan Menurut Irianto (2003) dijelaskan


bahwa dalam skala waktu perubahan iklim
Perubahan iklim dari waktu ke waktu
akan membentuk pola ataupun siklus
menjadi masalah bagi semua kalangan
tertentu, baik harian, musiman, tahunan,
manusia di bumi ini. Menurut Susandi
maupun siklus beberapa tahunan. Selain
(2002) perubahan iklim global telah dan
perubahan yang berpola dan bersiklus,
akan terus terjadi sejalan dengan
aktifitas manusia juga menyebabkan pola
peningkatan aktivitas manusia. Perbedaan
iklim berubah secara berkelanjutan baik
jenis iklim antara daerah satu dengan
dalam skala global maupun skala lokal.
daerah lain juga akan mengakibatkan
perbedaan pada aktivitas manusianya
misalnya saja dalam pertanian, perkebunan Perubahan iklim saat ini juga
hingga aktivitas transportasi. dipengaruhi oleh fenomena El-Nino dan
fenomena La-Nina. Fenomena ini juga pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari
menyebabkan penurunan dan peningkatan segi unsur yang benar-benar aktif terutama
jumlah curah hujan untuk beberapa daerah presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti
di Indonesia. angin, sinar matahari, atau perubahan
tekanan ada kemungkinan merupakan
Iklim di bumi tidak selalu konstan;
unsur aktif untuk tujuan khusus.
temperatur dan curah hujan berbeda-beda
dari tahun ke tahun dan berfluktuasi dalam Klasifikasi iklim di Indonesia sangat
jangka waktu yang lebih lama. diperlukan mengingat wilayah Indonesia
Pertumbuhan tanaman dan urutannya yang cukup luas dengan variasi iklim yang cukup
terjadi dalam suatu tahun ditentukan oleh besar, khususnya untuk curah hujan. Seperti
interaksi antara iklim, tanah, halnya tujuan klasifikasi iklim pada
tanaman, dan pengelolaan. Suatu jenis umumnya yaitu untuk menyederhanakan
tanaman akan tumbuh jika kebutuhan iklim yang jumlahnya tidak terbatas.
minimum akan air, energi, dan nutrien Disamping itu klasifikasi juga sangat
tersedia ; serta ada tempat untuk tumbuh membantu mempermudah membuat
tegak (Wisnubroto, 1999) perencanaan secara makro baik regional
maupun nasional. Di Indonesia dikenal dua
Iklim merupakan salah satu faktor penentu
klasifikasi iklim yang sangat menonjol.
tercapainya pertumbuhan/ produksi
tanaman yang optimal. Oleh karena itu Di daerah tropis, unsur cuaca utama yang
adanya klasifikasi iklim diharapkan dapat sangat berpengaruh terhadap keragaman
membantu mengoptimalisasikan produksi tanaman ialah hujan karena
pertumbuhan /produksi tanaman, baik keragamannya baik menurut waktu maupun
tanaman perkebunan, tanaman kehutanan lokasi sangat besar. Oleh karena itu
maupun pertanian. sebagian besar studi yang berkaitan dengan
masalah cuaca dan produksi tanaman
Klasifikasi iklim dapat dibuat dengan
membahas tentang hubungan hujan atau
menggunakan satu unsur iklim saja atau
ketersediaan air/hujan dengan produksi
lebih. Dengan dasar tersebut berikut ini
tanaman. Unsur cuaca lain yang cukup
akan dikaji beberapa sistem klasifikasi
penting ialah radiasi dan suhu. Radiasi
iklim di Indonesia.
sangat berperanan sebagai sumber energi
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono untuk proses fotosintesis. Daerah yang
(2004) menyatakan bahwa tujuan mempunyai radiasi tinggi dan ketersediaan
klasifikasi iklim adalah menetapkan air yang cukup mempunyai tingkat
produktivitas yang tinggi. Suhu sangat erat Mohr & Schmidt Ferguson di Benua
kaitannya dengan perkembangan tanaman Maritim Indonesia (BMI).
(fenologi). Konsep yang sering digunakan
Pembahasan
berkaitan dengan fenologi tanaman ialah
konsep satuan panas (degree days). Setiap Sistem Klasifikasi Iklim Mohr (1933)

tanaman membutuhkan sejumlah satuan Klasifikasi Mohr didasarkan pada


panas untuk menyelesaikan satu fase hubungan antara penguapan dan besarnya
pertumbuhannya. curah hujan, dari hubungan ini didapatkan

Hasil penelitian (Boer et al., 1998) tiga jenis pembagian bulan dalam kurun

menunjukkan bahwa banyaknya satuan waktu satu tahun dimana keadaan yang

panas yang diperlukan tanaman mulai dari disebut bulan basah apabila curah hujan

tanam sampai panen dapat diduga dari >100 mm per bulan, bulan lembab bila

ketinggian tempat. Ada indikasi bahwa curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60

semakin tinggi ketinggian tempat jumlah mm dan bulan kering bila curah hujan < 60

satuan panas yang dibutuhkan cenderung mm per bulan (Mohr, 1933).

menurun. Sistem klasifikasi Mohr ditentukan dengan

Beberapa sistem klasifikasi iklim yang cara membuat tabel dengan kolom-kolom

sampai sekarang masih digunakan antara bulan, CH per tahun, CH rerata, dan derajat

lain : Sistem Klasifikasi Koppen, Sistem kebasahan bulan (DKB). Semua data

Klasifikasi Mohr, Sistem Klasifikasi dimasukkan ke dalam tabel, kemudian

Schmidt-Ferguson, Sistem Klasifikasi dihitung curah hujan rerata dari bulan-bulan

Oldeman dan Sistem Klasifikasi Iklim sejenis. Ditentukan derajat kebasahan bulan

Thorntwaite. Klasifikasi dari Mohr, masing-masing curah hujan rerata

Schmidt Ferguson dan Koppen kemudian dimasukkan ke dalam kolom

klasifikasinya sesuai bagi iklim yang DBK. Dari kolom DBK, dihitung jumlah

berlaku di Indonesia. Sedangkan klasifikasi bulan kering (BK), bulan lembab (BL), dan

Oldeman dan Thorntwaite berlaku umum, bulan basah (BB). Tipe iklim daerah

yang sesuai untuk iklim dunia termasuk di setempat ditentukan menurut

Indonesia (Kartasapoetra, 2004). penggolongan iklim Mohr. Sistem


klasifikasi Schmidt-Fergusson ditentukan
Dan pada tulisan kali ini akan difokuskan
dengan cara membuat tabel dengan kolom-
pembahasan mengenai klasifikasi iklim
kolom bulan, CH per tahun dengan kolom
DBK pada setiap kolom tahun. Semua data
dimasukkan ke dalam tabel, ditentukan adalah pengklasifikasiannya didasarkan
DBK tiap data dan dimasukkan ke dalam hanya pada rata-rata bulanan sehingga
kolom DBK. Jumlah BK, BL, dan BB kurang sesuai untuk memberi gambaran
dihitung selama 10 tahun. Nilai Q dihitung secara sempurna mengenai keadaan iklim
dengan menggunakan rumus: Indonesia, tidak mengikutsertakan sifat
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝐾 fisis suatu tanah yang juga dapat memberi
𝑄=
𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐵𝐵 pengaruh pada penentuan iklim. Padahal
Ditentukan tipe iklim daerah setempat
dalam menentukan keadaan suatu iklim
menurut penggolongan iklim Sistem
diperlukan beberapa parameter yang dapat
Schmidt dan Fergusson. Sistem klasifikasi
menunjang hasil pengamatan suatu iklim di
Oldeman ditentukan dengan cara membuat
suatu daerah. Selain itu, dengan metode
tabel dengan kolom-kolom seperti tabel
klasifikasi ini, tidak dapat diketahui
sistem klasifikasi Mohr. Semua data
pergeseran iklim tiap tahun, dasar
dimasukkan ke dalam tabel, ditentukan
penentuannya hanya dari curah hujan
DKB tiap data menurut kriteria Mohr.
sehingga hanya dapat digunakan untuk
Jumlah rerata BK, BL, dan BB dihitung ke
menentukan iklim di daerah dengan curah
dalam bentuk angka bulat. Berdasarkan
hujan stabil maupun periodik.
pembulatan tersebut, ditentukan tipe iklim
daerah setempat dengan menggunakan
“sistem klasifikasi Agroklimat”. Sistem Klasifikasi Iklim Schmidt –

Sedangkan untuk klasifikasi Koppen, Ferguson

dilakukan dengan menghitung rerata BB, Klasifikasi iklim Schmidt Ferguson


BL, dan BK. Selain itu untuk klasifikasi dikembangkan pada tahun 1950. Schmidt
Koppen dibutuhkan tabel identifikasi tipe adalah guru besar dan pejabat Direktur
iklim untuk menentukan suatu tipe iklim. Lembaga Meteorologi dan Geofisika di
Dengan metode Mohr ini, pengklasifikasian Jakarta, sedangkan Ferguson adalah
iklim hanya didasarkan pada penguapan seorang guru besar pengelolaan hutan
dan besarnya curah hujan. Jadi cara ini Fakultas Pertanian Universitas Indonesia
cukup praktis untuk mengamati iklim suatu pada waktu itu. Mereka berdua membuat
daerah selama 10 tahun. Data curah hujan klasifikasi iklim ini dengan alasan sistem
bulanan dapat dijadikan acuan pergeseran klasifikasi yang telah dikenal seperti
iklim tiap bulan. Namun demikian sistem Koppen, Thornwaite. SistemThornwaite
pengklasifikasian dengan cara ini juga kurang sesuai dengan keadaan di Indonesia
memiliki kekurangan. Kekurangannya
khususnya mengenai teknik menilai curah atau bulan kering dibuat reratanya dan
hujan. diperbandingkan.

Sistem Schmidt dan Ferguson merupakan Menurut Rafi’i (1995) klasifikasi Schmidt–
perbaikan Sistem Mohr yang telah Ferguson memiliki beberapa klasifikasi
membuat klasifikasi iklim khususnya untuk iklim antara lain sangat basah, basah, agak
daerah tropika. Dasar untuk membuat basah, sedang, agak kering, kering, sangat
penggolongan iklim oleh Schmidt dan kering, dan luar biasa kering.
Ferguson adalah dengan cara menghitung
Menurut Lakitan (2002) klasifikasi
dan menentukan quitient (Q rerata) jumlah
SchmidtFerguson menggunakan nilai
bulan kering dan rerata bulan basah.
perbandingan (Q) antara rata-rata
Langkah pertama ditentukan terlebih
banyaknya bulan kering (Md) dan rata-rata
dahulu tentang status bulan. Untuk ini
banyaknya bulan basah (Mf) dalam tahun
mereka menggunakan kriteria yang dibuat
penelitian. Adapun kategori untuk bulan
oleh Mohr. Bulan kering adalah suatu bulan
kering (jika dalam satu bulan mempunyai
yang jumlah hujannya kurang dari 60 mm.
jumlah curah hujan < 60 mm), bulan
Ini berarti curah hujan lebih kecil daripada
lembab (jika dalam satu bulan mempunyai
evaporasi. Atau jika dilihat status lengas
jumlah curah hujan 60 sampai 100 mm),
tanahnya akan mengalami pengeringan.
dan bulan basah (jika dalam satu bulan
Adapun bulan basah adalah bulan yang
mempunyai jumlah curah hujan > 100 mm).
curah hujannya lebih besar dari 100 mm.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 8 tipe
Kalau dilihat status tanahnya akan
iklim di Indonesia seperti table dibawah ini
bertambah basah karena curah hujan lebih
:
besar daripada evaporasi. Bulan dengan
curah hujan antara 60±100 mm, dianggap
bulan lembab yaitu bulan yang curah
hujannya seimbang dengan evaporasi.
Langkah selanjutnya dari data curah hujan
yang ada (untuk ini dipakai yang sedikit
dikitnya 10 th) masingmasing tahun
dihitung berapa bulan basah dan berapa
bulan kering. Bulan lembab selanjutnya Adapun rumus untuk menghitung Q adalah

tidak dipakai untuk menghitung Q, sebagai berikut :

Kemudian dari angka jumlah bulan basah


besarnya curah hujan klasifikasi iklim mohr
cukup praktis untuk mengamati iklim suatu
Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson , daerah selama 10 tahun. Data curah hujan
cukup luas dipergunakan khususnya untuk bulanan dapat dijadikan acuan pergeseran
tanaman keras/tanaman perkebunan dan iklim tiap bulan.
tanaman kehutanan. Hal ini kiranya cukup Daftar Pustaka
beralasan karena dengan sistem ini orang
Bayong, T. 2004. Klimatologi. Penerbit
kurang tahu yang sebenarnya kapan bulan
ITB. Bandung.
kering atau kapan bulan basah
Irianto, G. 2003. Model Prediksi Anomali
terjadi. Apakah berurutan atau berselang
Iklim untuk Mengurangi Resiko Pertanian.
seling. Sebagai contoh jika ada suatu
http://www.baitklimat.litbang.deptan.go.id
wilayah mempunyai dua bulan kering yang
Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi :
terjadi tidak berurutan; untuk tanaman
Pengaruh Iklim terhadap Tanah
keras yang berakar dalam mungkin tidak
dan Tanaman. Edisi Revisi. Bumi Aksara,
akan menimbulkan kerugian yang berarti,
Jakarta.
akan tetapi kalau hal itu untuk keperluan
Koesmaryono, Y dan Handoko. 1988.
tanaman semusim atau yang berakar
Klimatologi Dasar. Bogor :
dangkal dapat sangat merugikan. Selain itu
Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA
kriteria bulan basah dan bulan kering untuk
IPB.
beberapa wilayah terlalu rendah.
Lakitan, B. 2002. Dasar Dasar Klimatologi
Kesimpulan . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sistem klasifikasi Mohr & Schmidt- Rafi’i, S. 1995. Meteorologi dan
Ferguson sangat cocok digunakan di Klimatologi.Angkasa.Bandung.
Indonesia yang beriklim tropis. Dasar Susandi, A. 2002. The Impact
pengklasifikasian iklim Schmidt-Ferguson Internasional Climate Policy on
adalah jumlah curah hujan yang jatuh Indonesia Report 341. Max Planck
setiap bulan sehingga diketahui rata- Institute of Meteorology Hamburg.
ratanya bulan basah, lembab, dan bulan
kering. klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson
memiliki 4 tipe iklim yaitu iklim basah,
iklim agak basah, iklim sedang, dan iklim
agak kering. Klasifikasi Mohr didasarkan
pada hubungan antara penguapan dan

Anda mungkin juga menyukai