net/publication/327160127
CITATIONS READS
0 329
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Segel Ginting on 22 August 2018.
Abstrak
Untuk menentukan besarnya hujan rencana, umumnya menggunakan data hujan
harian maksimum tahunan berdasarkan masing-masing pos hujan yang ada pada
suatu DAS. Hal ini dilakukan karena ketersediaan data tersebut sangat panjang
bila dibandingkan dengan apabila menggunakan data hujan wilayah maksimum
tahunan yang memerlukan data hujan harian. Oleh karena hal tersebut maka
dibuatlah suatu hubungan empiris yang menghubungkan antara hujan rencana
berdasarkan hujan harian maksimum tahunan dari setiap masing-masing pos
dengan hujan rencana berdasarkan data hujan harian wilayah maksimum
tahunan. Hubungan empiris tersebut untuk menentukan suatu faktor koreksi yang
disebut sebagai faktor reduksi atau Areal Reduction Factor (ARF). Untuk
menentukan besarnya ARF tersebut dilakukan dengan berbagai variabel seperti
luas(A) dan periode ulang (T). Hasil yang diperoleh untuk menentukan besarnya
ARF adalah berupa hubungan empiris yang terdiri dari dua persamaan, yang
pertama adalah , yang digunakan untuk menghitung
nilai ARF berdasarkan data hujan harian maksimum wilayah tahunan,
persamaan yang kedua adalah , yang digunakan
untuk menghitung nilai ARF berdasarkan data hujan harian maksimum tahunan
masing-masing pos hujan.
Kata Kunci : Area Reduction Factor (ARF), Hujan Rencana, DAS Citarum Hulu
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perencanaan suatu bangunan keairan selalu memerlukan kriteria desain
yang baik dari segi hidrologi maupun teknisnya. Umumnya kriteria desian yang
diperlukan berkaitan dengan besarnya banjir rencana dengan periode ulang.
Namun saat ini, banyak metode untuk menentukan besarnya banjir rencana pada
suatu daerah aliran sungai (DAS). Metode tersebut berkembang dibatasi oleh
ketersediaan data yang ada pada suatu DAS. Hal yang sama juga terjadi di
Indonesia dimana ketersediaan data yang ideal untuk melakukan analisa hidrologi
sangat terbatas, salah satunya adalah ketersediaan data hujan yang terbatas.
Lokasi Studi
Lokasi studi berada di DAS Ciatrum Hulu, Provinsi Jawa Barat. Adapun
lokasinya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
TINJAUN PUSTAKA
Area Reduction Factors (ARFs)
Areal reduction factor (ARF) adalah salah satu besaran kunci yang
diperlukan untuk melakukan analisa desain hidrologi ekstrim seperti menentukan
hujan rencana (design rainfall). Untuk area luasan, a, dan lamanya hujan, d, maka
ARF sebagai fungsi dari a, d, dan T adalah perbandingan antara intensitas hujan
rata-rata pada daerah tertentu dengan luas, a, dengan lamanya hujan, d, dengan
periode ulang T dan intensitas hujan rata-rata pada suatu pos hujan untuk lamanya
hujan (d) dan periode ulang (T) yang sama. Grafik ARF secara empiris sering
ditampilkan dalam bentuk skala, sebagai contoh untuk perbandingan (√ ⁄ )
yang besar dan pada periode ulang T yang diberikan, ARF cenderung menjadi
Keterangan:
̂ adalah curah hujan wilayah maksimum tahunan pada tahun ke-j
adalah curah hujan titik maksimum tahunan pada stasiun ke-i pada tahun ke-j
k adalah jumlah stasiun hujan pada suatu wilayah
n adalah jumlah tahun data.
Sementara Leclerc dan Schaake pada tahun 1972 membentuk persamaan
untuk menghitung besarnya ARF berdasarkan waktu atau lamanya hujan yang
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan elaborasi
terhadap data hujan harian yang ada di DAS Citarum Hulu serta menghitung
besarnya hujan wilayah harian.
Hujan Wilayah
Untuk menetukan hujan wilayah maka dilakukan dengan menggunakan
metode Thiessen. Metode ini digunakan berdasarkan rata-rata timbang (weighted
average). Masing-masing stasiun hujan mempunyai daerah pengaruh yang
dbentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
penghubung antara dua stasiun pengamat hujan. Stasiun-stasiun yang digunakan
dalam analisa digambarkan pada peta wilayah yang ditinjau, kemudian stasiun-
stasiun tersebut dihubungkan dengan garis penghubung sehingga membentuk
segitiga. Kemudian garis-garis bagi tegak lurus setiap garis penghubung akan
membentuk poligon-poligon yang membagi batas pengaruh setiap stasiun. Luas
masing-masing poligon kemudian dinyatakan sebagai persentase luas total
wilayah yang ditinjau. Curah hujan rata-rata untuk seluruh wilayah dihitung
dengan menjumlahkan hasil kali curah hujan pada masing-masing pos pengamat
hujan dengan persentase luas wilayah yang diwakili.
Ai A1 R1 A2 R2 A3 R3 ... Ai Ri
C R
A total , A1 A2 A3 ... Ai
Keterangan:
C = Bobot thiessen
Analisa Frekuensi
Setelah diperoleh nilai hujan harian wilayah dari data yang digunakan,
selanjutnya ditentukan besarnya hujan wilayah harian maksimum dari setiap tahun
data untuk dilakukan analisa frekuensi. Analisa distribusi frekuensi dilakukan
dengan menggunakan distribusi Generalized Extreme Value (GEV). Bentuk
⁄
( )+ } untuk ( ) , dimana adalah parameter
⁄
{ * ( )+ }
( ) , dimana, ( ), k=1,2,3,4,
( )
dan ( ) adalah fungsi gamma. Untuk lebih jelasnya maka alur pemikiran
kegiatannya dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 3. Pengaruh jumlah setaiun pos hujan dengan hujan wilayah maksimum
tahun ke –i, = jumlah pos hujan yang digunakan dan = bobot setiap pos
hujan. Sementara untuk data yang ketiga yaitu data hujan harian wilayah
maksimum tahunan dapat didefisnisikan secara matematis berikut ini:
( ) dan ( ), dimana = data
hujan harian wilayah pada hari ke-n, = hujan harian wilayah maksimum
pada tahun ke-i. Berdasarkan data yang pertama, maka selanjutnya dilakukan
analisa frekuensi untuk menentukan kemungkinan besarnya hujan pada lokasi
tertentu seperti pada Tabel 1.
Gambar 5. Grafik ARF dan GF dengan Luas pada periode ulang 2 tahun
Jika menggunakan data yang pertama yaitu data hujan harian maksimum
tahunan, maka akan menghasilkan persamaan berikut ini:
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah:
- Banyak jumlah pos pada suatu DAS akan menghasilkan rata-rata jumlah hujan
maksimum wilayah semakin menurun, pada DAS Citarum Hulu sudah cukup
untuk mewakili seluruh DAS karena trend kenaikan jumlah pos hujan tidak
sebanding dengan penurunan dari jumlah hujan maksimum wilayah.
- Penentuan hujan rencana berdasarkan data hujan maksimum titik (point) akan
menghasilkan hujan rencana lebih tinggi dibandingkan dengan hujan wilayah
maksimum (basin rainfall).
- Besarnya area reduction factor (ARF) yang dihasilkan tergantung pada pada
luas DAS dan juga periode ulang yang digunakan, persamaan yang dihasilkan
adalah untuk data hujan harian maksimum
wilayah tahunan, dan untuk data hujan maksimum
tahunan.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Robert J. and DeGaetano, Arthur T., 2005. Areal Reduction Factors for
Two Eastern United States Regions with High Rain-Gauge Density. Journal of
Hydrologic Engineering, Vol. 10, No. 4, July 1, 2005.
Bell, F. C., 1976. The areal reduction factor in rainfall frequency estimation.
Wallingford, Institute of Hydrology. (IH Report No.35) (Unpublished).
Veneziano, D., and Langousis, A., 2005, The areal reduction factor: A multifractal
analysis, Water Resour. Res., 41.