Anda di halaman 1dari 8

KLASIFIKASI IKLIM

(Lanjutan)
PENJELASAN TENTANG CARA PERHITUNGAN KLASIFIKASI IKLIM

UNTUK LEBIH MUDAH MEMAHAMI MAKA MAHASISWA HARUS BISA


MENCOBA MENGHITUNG SENDIRI DARI DATA CURAH HUJAN SELAMA
10 TAHUN BAIK MENGIKUTI METODE OLDEMAN MAUPUN
Schmidt-Ferguson

Data curah hujan akan kami sampaikan saat tatap muka ataupun saat
daring di google class. Pelajari dulu penjelasan yang ada dibawah ini
b. Sistim klasifikasi Scmidth-Ferguson.

Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000)
penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih
banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut
Schmidt-Ferguson ini merupakan modifikasi klasifikasi iklim Mohr.
Penentuan tipe iklim dalam klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson hanya
memperhatikan unsur iklim hujan dan memerlukan data hujan bulanan
paling sedikit 10 tahun.

Kriteria yang digunakan adalah penentuan bulan kering, bulan lembab dan
bulan basah sebagai berikut :
Bulan Kering (BK) : bulan dengan hujan < 60 mm.
Bulan Lembab (BL) : bulan dengan hujan antara 60 – 100 mm.
Bulan Basah (BB) : bulan dengan hujan > 100 mm.

Schmidt-Ferguson menentukan BB, BL dan BK tahun demi tahun selama


periode pengamatan yang kemudia dijumlahkan dan dihitung
rata-ratanya. Penentuan tipe iklimnya mempergunakan nilai Q yaitu :
Dari perhitungan nilai Q tersebut dan dengan menggunakan segitiga
Schmidt-Ferguson maka didapatkan 8 tipe iklim dari A hingga H sebagai
berikut :

Rata-rata Bulan Nilai Q (%)


Kering

Rata-rata Bulan Basah

Gambar Nilai Q (%) untuk menentukan batas-batas tipe iklim berdasarkan


klasifikasi Schmidt-Ferguson.
A : Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
B : Daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
C : Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat
jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau.
D : Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim.
E : Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana.
F : Daerah kering dengan vegetasi hutan sabana.
G : Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang.
H : Daerah ekstrem kering dengan vegetasi padang ilalang.

Batas antara tipe-tipe iklim dalam klasifikasi ini adalah :


Q = 1,5 a / 12 – 1,5 a ……… a = nilai 0 – 8 untuk tipe A – H.

Tipe iklim : / A / B / C / D / E / F / G / H /
Nilai a :0 1 2 3 4 5 6 7 8
Batas antara tipe D dengan E adalah nilai a = 4, maka nilai Q adalah “
1,5 x 4 / 12 – (1,5 x 4) = 6 / 6 = 1,00 atau 100 %.

c. Sistim Klasifikasi Oldeman.


Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah
kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan
tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara
berturut-turut.
Oldeman, et al (1980) mengungkapkan bahwa kebutuhan air untuk
tanaman padi adalah 150 mm per bulan sedangkan untuk tanaman palawija
adalah 70 mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan yang
sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air tanaman padi 150
mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk
mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan
sebesar 120 mm/bulan, sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan
bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm
dan dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100
mm.
Lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh
jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan
dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9
bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari
3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi
tambahan (Tjasyono, 2004).
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona iklim. Zona iklim
merupakan pembagian dari banyaknya jumlah bulan basah berturut-turut
yang terjadi dalam setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan
banyaknya jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun.

Pemberian nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu :


Zone A : bulan basah berturut-turut > 9 bulan.
Zone B : bulan basah berturut-turut 7 – 9 bulan.
Zone C : bulan basah berturut-turut 5 – 6 bulan.
Zone D : bulan basah berturut-turut 3 – 4 bulan.
Zone E : bulan basah berturut-turut < 3 bulan.

Sedangkan pemberian nama sub zone berdasarkan angka yaitu :


Sub 1 : bulan kering berturut-turut < 2 bulan.
Sub 2 : bulan kering berturut-turut 2 – 3 bulan.
Sub 3 : bulan kering berturut-turut 4 – 6 bulan.
Sub 4 : bulan kering berturut-turut > 6 bulan
Tipe
Iklim Penjabaran
A1, A2 Sesuai untuk padi terus menerus tetapi produksi kurang karena pada
umumnya kerapatan fluks radiasi matahari rendah sepanjang tahun
B1 Sesuai untuk padi terus menerus dengan perencanaan awal musim
tanam yang baik. Produksi tinggi pada musim kemarau.
B2 Dapat tanam padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan
musim kering yang pendek cukup untuk tanam palawija.
C1 Tanam padi dapat sekali dan palawija dua kali setahun.
C2,C3,C4 Setahun hanya dapat satu kali padi dan penanaman palawija yang
kedua harus hati-hati jangan jatuh pada bulan kering.
D1 Tanam padi umur pendek satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi
karena kerapatan fluks radiasi matahari tinggi. Waktu tanam palawija
cukup.
D2,D3,D4 Hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun,
tergantung pada adanya persediaan air irigasi.
E Daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali
palawija, itupun tergantung adanya hujan.
d. Sistim Klasifikasi Mohr.

Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan


besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian
bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan
basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah
hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan
< 60 mm per bulan.

Anda mungkin juga menyukai