Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN IV

Ir. Guniarti.MM
SUHU UDARA

1
PENDAHULUAN

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan
molekul – molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan
kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke
benda – benda lain
Istilah suhu dan panas seringkali merupakan dua istilah yang terkadang
sulit dibedakan dan dianggap sama. Suhu menunjukkan derajat panas
benda. Semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda
tersebut
Suhu mempunyai 4 skala yaitu celcius, fahrenheit, reamur, dan kelvin.
Alat untuk mengukur suhu itu disebut dengan thermometer.
Lapse rate adiabatis menggambarkan laju ketika udara bergerak naik
dan mengalami penurunan tekanan udara, maka udara akan
mengembang dan suhu menurun. Udara yang tidak jenuh akan
mengalami laju penurunan suhu tetap sebesar 1 derajat celsius setiap
naik 100 meter, atau sebesar 9,8 derajat celsius per km. Ini dikenal
sebagai laju penurunan suhu adibatik kering
Chapter Design Bab IV
Definisi suhu &
panas
Terhadap bumi Manfaat & Sumber suhu
dampak suhu Alat pengukur
Pendahuluan
thd bumi &
suhu
makhluk hidup
Terhadap Macam-macam
makhluk hidup suhu
Proses
SUHU perambatan
panas
Radiasi matahari
Pengendalian Jenis permukaan
polusi Upaya Faktor yg bumi
Pelaksanaan menjaga mempengaruhi Awan
stabilitas suhu suhu & Letak lintang
reboisasi
hubungannya
Revitalisasi
pertanian Sifat permukaan
bumi
PENGUKURAN SUHU
Skala Suhu

Titik es adalah suhu dimana es murni mulai mencair


di bawah tekanan dari luar 1 atmosfer standar
(normal) yaitu tekanan yang dapat menahan berat
sekolom air raksa setinggi 76 cm atau 1013,250 mb.
Sedangkan yang dimaksud titik uap adalah suhu
dimana air murni mulai mendidih dibawah tekanan
dari luar 1 atmosfer standar.

Skala suhu yang biasa digunakan yaitu :

1. Skala Celsius, dengan titik es 0°C dan titik uap 100°


C dan dibagi menjadi 100 bagian (skala).
Skala Fahreinheit, dengan titik es 32°F dan titik uap
212°F, dibagi menjadi 180 bagian (skala).
Variasi Harian Suhu Permukaan

Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan – perubahan. Di


atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih pelan dari pada di atas
daratan.
Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan
tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama.
Sebaliknya diatas daerah pedalaman continental dan padang pasir
perubahan suhu udara permukaan antara siang dan malam mencapai 20°
C.
Daerah pantai variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup.
Variasinya besar bila angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya
HUBUNGAN KETINGGIAN DENGAN
SUHU UDARA
Suhu udara tertinggi di permukaan bumi adalah di daerah tropis (sekitar
ekuator) dan makin ke kutub makin dingin. Pada waktu kita mendaki
gunung, suhu udara terasa dingin saat ketinggian bertambah. Tiap
kenaikan bertambah 100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata
0,6°C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradien temperatur vertikal
atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1°C. Rumus
gradien suhu untuk daerah tropis :
h
26,3°C - 0,65°C x ―――
100 m
Contoh
Berapakah suhu udara di Kota Wonosobo yang memiliki ketinggian 800
m dpl?

800 m
= 26,3°C – { 0,65°C x ―――}
100 m
= 26,3°C – { 0,65°C x 8 }
= 26,3°C – 5,2°C
= 21,1°C
Matahari merupakan sumber panas. Pemanasan udara dapat terjadi melalui
dua proses pemanasan, yaitu pemanasan langsung dan pemanasan tidak
langsung.

a. Pemanasan secara langsung


Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses sebagai
berikut:

1) Proses absorbsi
adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama,
sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari
tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.

2) Proses refleksi
adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi dipantulkan kembali ke
angkasa oleh butir-butir air (H O), awan, dan partikel-partikel lain di atmosfer.

3) Proses difusi
Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang pendek biru dan
lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit
berwarna biru.
b. Pemanasan tidak langsung

Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara berikut:


1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara bagian
bawah kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas pada lapisan
udara di atasnya.
2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal
(mendatar).
4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur
dan berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan
kembali ke atmosfer. matahari
3 % diserap oleh ozon

25 % dipantulkan oleh awan


19 % diserap oleh debu dan gas
8 % dipantulkan dari permukaan bumi

45 % diserap oleh bumi


Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu udara suatu
daerah :
Lama penyinaran matahari.
o Lamanya penyinaran matahari membuat tinggi temperatur.
o Semakin miring sinar matahari, semakin berkurang panasnya.
oSemakin tinggi tempat, semakin rendah suhunya.
oKeadaan tanah, tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah
yang hitam dan kasar banyak menyerap panas.
oDaratan cepat menerima dan melepaskan panas dibandingkan lautan.
Sudut datang sinar matahari.
Semakin kecil sudut datang panas matahari, semakin sedikit panas yang
diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus.
Relief permukaan bumi (KONTUR).
Banyak sedikitnya awan.
Awan mempengaruhi jumlah panas yang diterima bumi, semakin banyak
awan yang ada menutupi bumi maka semakin sedikit panas yang diterima
bumi.
Perbedaan letak lintang.
Sifat permukaan bumi.
Daratan cepat menerima dan cepat melepaskan panas sedangkan sifat
lautan sebaliknya.
TUGAS MINGGU DEPAN
Tugas Mandiri :VENOMENA APA YANG TERJADI DI
ALAM TERKAIT DENGAN ADANYA SUHU,
JELASKAN PROSES KEJADIAN TERSEBUT

⚫Tugas Kelompok 5 dan 6 : Evaporasi tentang


⚫Faktor factor yang mempengaruhi Evaporasi
⚫Upaya pengendalian Evaporasi bagi tanaman dan
lingkungan
TERIMAKASIH
SELAMAT BELAJAR
Fenomena menghangatnya suhu permukaan bumi disebut dengan El Nino
dan La Nina

El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh


para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai
sekitar Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember).
Fenomena yang teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang
biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya
subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik
permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi
sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh
karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino
(bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di
kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena
menghangatnya suhu permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya
yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling.
Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina (juga bahasa
Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com.,
2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
El-Nino (gambar di atas) akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di
Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada
atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya
pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar
kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara
meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di
atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah
Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal (gambar
di bawah)
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi
dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan
inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di
bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun,
lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan
awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara
berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai
tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali
(rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali).
Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan
dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari
15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali
kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya
La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83
yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak
diikuti oleh La-Nina.

Anda mungkin juga menyukai