Npm : 19110011
Resume : Unsur cuaca dan iklim
Mata kuliah : pengantar klimatologi udara
B.Kelembapan Udara
Kelembapan udara pada dasarnya adalah ukuran kadar uap air yang berada dalam bentuk
gas di udara. Udara disini dapat dimaknai sebagai udara dalam ruangan ataupun udara
pada lapisan atmosfer.
Jumlah uap air yang berada di atmosfir sekitar 2 persen saja dari jumlah massa keseluruhan
dari atmosfir. Jumlah yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan gas lain.
Akan tetapi jumlah tersebut juga tidak selalu konstan dan tetap, sebab kadang ditemui
kelembapan pada udara berada di sekitaran angka nol sampai lima persen untuk suatu
wilayah tertentu.
Terdapat alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan pada udara, yakni psikrometer.
Alat ini bisa mengetahui jumlah uap air yang berada di atmosfir, walaupun ukurannya sangat
kecil.
Jika suatu atmosfir memilik kadar uap air yang tinggi, besar kemungkinan ia akan
menghasilkan hujan. Sebab adanya uap air di dalam atmosfir bisa menjadi tanda bahwa
hujan akan turun di wilayah tertentu.
Terdapat beberapa jenis kelembapan udara yang terbagi dalam tiga bentuk umum,
bentuk-bentuk tersebut antara lain adalah
a. Kelembapan spesifik
b. Kelembapan absolut
c. Kelembapan nisbi/relatif
C.Curah Hujan
Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi
tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Tingkat hujan yang diukur dalam satuan 1
(satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh (tertampung) pada tempat yang
datar seluas 1 meter persegi dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan
meresap.
Data curah hujan penting untuk perencanaan teknik, terutama untuk sistem drainase
seperti irigasi, bendungan, drainase perkotaan, pelabuhan, dermaga, dan struktur air
lainnya.
Akibatnya, data rata-rata hujan di daerah tertentu terus dicatat untuk menilai jumlah
perencanaan yang harus dilakukan. Pencatatan data tingkat hujan rata-rata tahunan di DAS
(Daerah Aliran Sungai) dilakukan di berbagai titik di sepanjang stasiun pencatatan curah
hujan untuk menentukan tingkat hujan yang turun di wilayah tertentu.
Untuk memperoleh perkiraan perencanaan yang tepat, kita membutuhkan data curah
hujan selama bertahun-tahun. Semakin banyak data rata-rata hujan tahunan yang ada
semakin akurat perhitungannya.
Jenis-jenis curah hujan yaitu :
1. Curah Hujan Pola Monsunal (Wilayah A) Curah hujan pola monsun dicirikan oleh tipe
curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan) dimana pada bulan Juni, Juli
dan Agustus terjadi musim kering. Sedangkan untuk bulan Desember, Januari dan Februari
merupakan bulan basah. Sisa enam bulan lainnya merupakan periode peralihan atau
pancaroba (tiga bulan peralihan musim kemarau ke musim hujan dan tiga bulan peralihan
musim hujan ke musim kemarau). Daerah dengan pola monsun (wilayah A) ini didominasi
oleh Sumatera bagian Selatan, Kalimantan Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara
dan sebagian Papua.
2. Curah Hujan Pola Ekuatorial (Wilayah B) Curah hujan pola ekuatorial dicirikan oleh tipe
tingkat rata-rata hujan tahunan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya
terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks. Daerah dengan pola
ekuatorial (wilayah B) ini meliputi pulau Sumatra bagian tengah dan Utara serta pulau
Kalimantan bagian Utara.
3. Curah Hujan Pola Lokal (Wilayah C) Curah hujan pola lokal dicirikan oleh bentuk pola
hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlainan dengan tipe hujan monsun.
Daerah dengan pola lokal (wilayah C) hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan
sebagian Papua.
D.Tekanan Atmosfir
Tekanan atmosfer adalah tekanan pada titik manapun di atmosfer bumi. Umumnya,
tekanan atmosfer hampir sama dengan tekanan hidrostatik yang disebabkan oleh berat
udara di atas titik pengukuran. Massa udara dipengaruhi tekanan atmosfer umum di dalam
massa tersebut, yang menciptakan daerah dengan tekanan tinggi (antisiklon) dan tekanan
rendah (depresi). Daerah bertekanan rendah memiliki massa atmosfer yang lebih sedikit di
atas lokasinya, di mana sebaliknya, daerah bertekanan tinggi memiliki massa atmosfer lebih
besar di atas lokasinya.
Udara di sekitar Anda memiliki berat, dan menekan semua yang disentuhnya. Tekanan itu
disebut tekanan atmosfer, atau tekanan udara. Ini adalah gaya yang diberikan pada
permukaan oleh udara di atasnya saat gravitasi menariknya ke Bumi.
Tekanan atmosfer biasanya diukur dengan barometer. Dalam barometer, kolom air raksa
dalam tabung gelas naik atau turun karena berat atmosfer berubah. Ahli meteorologi
menggambarkan tekanan atmosfer dengan seberapa tinggi merkuri naik.
Atmosfer (atm) adalah satuan pengukuran yang sama dengan tekanan udara rata-rata di
permukaan laut pada suhu 15 derajat Celcius (59 derajat Fahrenheit). Satu atmosfer adalah
1.013 milibar, atau 760 milimeter (29,92 inci) merkuri.
Tekanan atmosfer merupakan indikator cuaca. Ketika sistem tekanan rendah bergerak ke
suatu daerah, biasanya menyebabkan kekeruhan, angin, dan curah hujan. Sistem tekanan
tinggi biasanya menghasilkan cuaca yang cerah dan tenang.
Alat untuk mengukur tekanan atmosfir dikenal sebagai barometer. Itulah sebabnya
tekanan atmosfer disebut juga tekanan barometrik. Ada berbagai macam jenis barometer.
Yang terpenting adalah sebagai berikut:
a. Barometer merkuri
Ini adalah barometer pertama dalam sejarah, ditemukan oleh Evangelista Torricelli pada
tahun 1643. Ini adalah tabung kaca yang terbuka di ujung bawah dan ditutup di ujung atas.
Tabung ini diisi dengan merkuri, yang kadarnya bervariasi sesuai dengan berat kolom udara
yang menempel pada perangkat. Mari kita lihat bagaimana itu mungkin.
b. Barometer arenoid
Diciptakan pada tahun 1843 oleh Lucien Vidie, barometer ini terdiri dari kapsul logam perak.
Kapsul ini bersentuhan dengan tuas yang dipasang pada roda gigi yang selanjutnya
dipasang pada jarum indikator. Kapsul berkontraksi saat tekanan lebih tinggi atau
mengembang saat tekanan berkurang, yang mendorong pergerakan roda gigi dan
mengaktifkan jarum indikator.
E. Angin
Angin adalah aliran udara dalam jumlah besar akibar rotasi bumi dan pengaruh
perbedaan tekanan udara di permukaan bumi. Angin akan bergerak dari tempat bertekanan
udara tinggi ke bertekanan udara rendah.
Tekanan udara yang tidak sama akan menyebabkan udara mengalir atau bergerak.
Angin terdiri dari beberapa jenis dan umumnya diberi nama sesuai asal datangnya, seperti
angin darat, angin lembah, angin gunung, angin laut, dan sebagainya.
Jika suatu kawasan mengalami cuaca panas, maka udara akan memuai sehingga lebih
ringan dan naik ke atmosfer. Jika hal tersebut terjadi, maka tekanan udara akan menurun
kerena massa udaranya berkurang. Selanjutnya, udara dingin disekitarnya akan mengalir ke
tempat udara bertekanan rendah.
Setelah itu, udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke permukaan tanah.
Setibanya diatas permukaan tanah, maka udara kembali panas sehingga dan naik kembali.
Kondisi aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin tersebut disebut konveksi.
- Gradien Barometris, yaitu bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari
2 isobar dengan jarak 111 km. Semakin besar gradien barometris, maka semakin
cepat tiupan angin yang terjadi.
- Lokasi Angin – Kecepatan angindi dekat khatulistiwa lebih cepat dari tempat yang
berada jauh dari garis khatulistiwa.
- Ketinggian Lokasi – Semakin tinggi suatu tempat maka tiupan angin akan semakin
kencang. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh gaya gesek yang menghambat laju
udara.
- Angin pada siang hari cenderung bergerak lebih cepat daripada angin di malam hari.
F. Embun, Kabut dan Perawanan
Embun juga dipahami sebagai uap air yang mengalami proses perubahan dari gas menjadi
cairan atau pengembunan. Biasanya, embun muncul saat pagi hari pada sela-sela kaca
jendela atau di permukaan daun.
Proses Terjadinya Embun
Saat pagi hari kita berjalan-jalan di sekitar kebun, taman, atau halaman rumah yang
ditanami berbagai jenis tumbuhan berukuran pendek, seperti rerumputan, bunga mawar,
bunga melati, maka cobalah untuk memperhatikan daunnya. Kita pasti akan menemukan
sejumlah titik air yang menempel pada permukaan daun tanaman sekitar.
Embun terbentuk secara alami ketika malam tiba. Tepatnya saat cuaca sedang cerah dan
kelembaban udara cukup tinggi. Pada saat itulah udara di dekat permukaan tanah menjadi
lebih dingin dan benda-benda di sekitar permukaan tanah kehilangan panas karena adanya
proses radiasi termal.
Kabut adalah kumpulan tetesan air yang berukuran sangat kecil dan melayang-layang di
udara. Kabut biasanya terbentuk saat uap udara yang lembab meninggalkan udara dan
melakukan proses pengembunan.
Ketika udara menjadi lebih dingin, kabut pun mulai terbentuk secara perlahan. Syarat
terbentuknya kabut salah satunya adalah udara yang sejuk bercampur dengan udara yang
kurang sejuk sebagai akibat dari aliran udara di sekitarnya.
Awan adalah suatu jenis massa yang terlihat dan terbentuk dari kristal beku ataupun
tetesan air pada atmosfer di permukaan bumi. Awan biasanya terbentuk saat udara terasa
semakin panas sehingga mencapai kelembaban yang tepat di ketinggian tertentu. Tentunya
hal ini cukup berbeda dengan proses terjadinya kabut yang telah dijelaskan sebelumnya.
Seiring berjalannya hari atau dalam kurun waktu yang cukup lama, uap air tersebut akan
semakin banyak dan terkonsentrasi. Dengan begitu, awan yang terbentuk pun akan semakin
besar ukurannya. Setelah berhasil mencapai titik ketinggian tertentu, sekumpulan uap air
tersebut akan mengalami proses menjadi sebuah titik-titik air karena suhu yang semakin
rendah.