Anda di halaman 1dari 48

RINGKASAN MATERI KSN GEOGRAFI

CUACA DAN IKLIM


A. Definisi cuaca dan iklim
1. Cuaca adalah rata-rata keadaan udara di suatu tempat. Cuaca hanya berlaku pada
lokasi yang relative sempit dan dalam waktu yang relatif singkat. Misalnya cuaca di
sekolah kita saat ini cerah, suhu berkisar antara 26 OC- 32OC, angin bertiup lambat.
Kondisi yang seperti itu tidak berlangsung lama, setelah beberapa saat kemudian
berubah, itulah cuaca.
2. Iklim adalah keadaan rata-rata cuca pada tempat yang luas dam dalam waktu yang
lama (10-30 tahun). Iklim di perhitungkan dalam pengamatan selama 30 tahunan. Ilmu
yang mempelajari seluk beluk tentang iklim disebut klimatologi.

B. Membedakan cuaca dan iklim


Secara umum, iklim diartikan sebagai suatu keadaan atmosfer bumi yang berlangsung
dalam jangka waktu lama dan terjadi dalam jangkauan wilayah yang luas. Sedangkan
cuaca diartikan sebagai suatu keadaan atmosfer bumi yang berlangsung dalam jangka
waktu singkat dan terjadi dalam suatu wilayah yang sempit. Perbedaan cuaca dan iklim
tersebut ditunjukkan seperti tabel di bawah ini.
PERBEDAAN CUACA IKLIM
Jangka Waktu Singkat Cepat
Tingkat
Cepat (Dinamis) Lambat (cenderung statis)
Perubahan
Luas Wilayah Sempit Luas
Faktor yang Suhu dan Kelembapan
Geografis dan Topografi
mempengaruhi Udara
Klasifikasi Iklim tropis basah, iklim kering atau
setengah kering.
Panas, cerah, berawan,
Iklim dengan variasi suhu, iklim
hujan, dingin dan berangin.
sirkompular, dan iklim kutub (Koppen
danGeiger)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perbedaan cuaca dan iklim sebagai berikut :
1) Perbedaan jangka waktu
Cuaca terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Dalam hitungan jam saja, cuaca di
suatu wilayah dapat berubah- ubah secara drastis. Cuaca yang tadinya mendung bisa
berubah menjadi hujan deras, panas terik, dan lain sebagainya. Sedangkan iklim hanya
dapat berubah dalam jangka waktu yang sangat lama. Indonesia semenjak ribuan
tahun yang lalu masih saja tetap memiliki iklim tropis, begitupun dengan korea, jepang,
dan negara-negara eropa yang tetap beriklim sub tropis.
2) Perbedaan jangkauan wilayah
Perbedaan cuaca dan iklim juga terletak pada jangkauan wilayah yang dipengaruhinya
masing-masing. Cuaca terjadi dalam jangkauan wilayah yang sempit. Cuaca hari ini di
Lampung dan di Surabaya misalnya, pasti akan berbeda. Inilah yang mendasari
kenapa prakiraan cuaca dilakukan berdasarkan provinsi saja. Adapun iklim terjadi
dalam jangkauan wilayah yang sangat luas. Negara-negara di Asia Tenggara misalnya
(termasuk Indonesia, Malaysia, Filiphina, Brunei, dan lainnya), mereka mempunyai
jenis iklim yang sama, yakni iklim tropis.
3) Perbedaan faktor utama yang mempengaruhi
Iklim suatu wilayah di bumi
umumnya dipengaruhi oleh letak
geografis dan topografinya.
Sedangkan cuaca dipengaruhi oleh
perbedaan suhu dan kelembaban
udara antar wilayah.
4) Perbedaan klasifikasi
Iklim diklasifikasian menjadi lima
yaitu iklim tropis basah, iklim kering
atau setengah kering, iklim dengan
variasi suhu, iklim sirkompular, dan
iklim kutub (Koppen dan Geiger).
Sedangkan cuaca diklasifikasikan
menjadi enam yaitu panas, cerah,
berawan, hujan, dingin dan berangin.

C. Komponen cuaca dan iklim


1) Penyinaran Matahari
Temperatur di Indonesia dipengaruhi
oleh posisi lintang dan keadaan Gambar Penyinaran Matahari
Sumber : www.Wordpres.com
alamnya. Posisi lintang Indonesia
berada di antara 6OLU dan 11OLS sehingga Indonesia berada di daerah iklim tropis. Hal
ini berarti semua tempat di Indonesia menerima panas matahari sama banyak. Semua
panas yang berasal dari penyinaran matahari diterima oleh permukaan bumi, sebagian
dipantulkan kembali, dan sebagian lagi diserap oleh udara dan awan.

Jumlah sinar matahari yang di terima oleh bumi bergantung pada hal-hal berikut:
a) Lama penyinaran. Semakin lama penyinaran maka makin tinggi temperatur.
b) Sudut datang sinar matahari. Semakin miring sinar matahari maka makin berkurang
panasnya. Tempat yang dipanasi sinar matahari yang datang dari sudut miring lebih
luas.
c) Ketinggian tempat. Semakin bertambah ketinggian maka temperature makin
rendah.
d) Komposisi udara. Apabila udara banyak mengandung awan (uap air) dan gas
karbon dioksida maka panasnya akan berkurang.
e) Angin dan arus laut. Adanya angin dan arus laut yang datang dari daerah dingin
akan mendinginkan daerah yang dilalui.
f) Keadaan tanah. Tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah
yang kasar dan hitam banyak menyerap panas.
g) Sifat permukaan. Daratan lebih cepat menerima panas daripada lautan.

a. Pemanasan secara langsung


Pemanasan secara langsung dapat terjadi melalui beberapa proses sebagai berikut:
(1) Proses absorbs
Penyerapan unsur - unsur radiasi matahari, misalnya sinar gama, sinarX, dan ultra-
violet. Unsur unsur yang menyerap radiasi matahari tersebut adalah oksigen,
nitrogen, ozon, hidrogen, dan debu.
(2) Proses refleksi
Pemanasan matahari terhadap udara tetapi dipantulkan kembali ke angkasa oleh
butir-butir 2 air (H2O), awan, dan partikel - partikel lain di atmosfer.
(3) Proses difusi
Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar gelombang pendek biru dan
lembayung berhamburan ke segala arah. Proses ini menyebabkan langit berwarna
biru.
b. Pemanasan tidak langsung
Pemanasan tidak langsung dapat terjadi dengan cara-cara berikut:
(1) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara bagian bawah
kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas pada lapisan udara di atasnya.
(2) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
(3) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal (mendatar).
(4) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak teratur dan
berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang dipantulkan kembali ke

Gambar Pemanasan udara langsung dan tidak langsung


Sumber : https://www.google.com

atmosfer.
2) Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu
udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan
dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka
bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin. Di lain
pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin jika ketinggian
bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu
udara berkurang (turun) rata-rata 0,6oC. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient
temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1 OC.
Keadaan suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut :
a) Sudut datangnya sinar matahari
Sinar matahari yang jatuh tegak lurus ke permukaan bumi, maka daerah sekitarnya
akan terasa lebih panas dibandingkan sinar matahari yang arah jatuhnya lebih
condong. Sebagai contoh, pada saat pagi hari, sinar matahari yang jatuh ke
permukaan bumi memiliki arah yang condong sehingga suhu udara masih terasa
sejuk.
b) Lamanya penyinaran matahari
Semakin lama matahari menyusuri permukaan bumi, suhu udara akan terasa
semakin panas.
c) Keadaan awan
Semakin banyak awan yang menutupi permukaan bumi, suhu akan terasa lebih
sejuk karena sinar matahari terhalang oleh awan.
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
h
Tx=¿−0,6
100
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)

Gradien Barometris
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat akan menghasilkan angin. Semakin
besar perbedaan tekanan udara, maka angin yang bertiup pun akan semakin
kencang atau kuat. Sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum Stevenson.
Menurut Stevenson kekuatan angin yang bertiup berbanding lurus dengan gradien
barometernya. Semakin besar gradient barometernya, semakin kuat angin yang
bertiup. Gradien barometer adalah perbedaan tekanan udara antara dua isobar
pada tiap jarak lurus 15 meridian atau 111 km.

Contoh soal:
Diketahui dua isobar X dan Y. Isobar X mempunyai tekanan udara 1.450 mb
(milibar) dan isobar Y mempunyai tekanan udara 1.150 mb. Jika jarak X dan Y
adalah 600 km, berapakah gradien barometernya?
Jawab:
Perbedaan tekanan X dan Y = 1.450 – 1.150 = 300 mb.
Jadi, gradien barometernya =( 300 : 111 ) / 600 = 55,5 mb.
Contoh : Temperatur permukaan laut = 27 oC. Kota X tingginya 1500 m (di
Indonesia). Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
h
Tx=¿−0,6
100
1500
= 27o – 0,6 x
100

= 270 – 0,6 x 15

= 27O – 9O
= 180O

3) Tekanan Udara
Tekanan udara adalah berat massa udara yang memiliki tenaga untuk memberikan
tekanan pada permukiman bumi dan menggerakan massa udara dalam satuan luas
tertentu. Tekanan udara di setiap tempat tidaklah sama. Makin rendah suatu tempat
dari permukaan laut, makin tinggi tekanan udaranya. Tekanan udara di suatu tempat
juga dipengaruhi oleh temperatur tempat tersebut. Tekanan udara di suatu tempat juga
dipengaruhi oleh temperatur tempat tersebut.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara adalah barometer dengan satuan
milibar. Sementara itu, alat untuk mencatat tekanan udara bernama barograf. Daerah
yang banyak menerima panas matahari udaranya akan mengembang dan naik. Oleh
karena itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah. Di tempat lain, terdapat tekanan
udara tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan udara rendah. Gerakan udara dinamakan angin.

4) Kelembapan Udara
Kelembapan/kelengasan udara ialah kandungan uap air dalam udara. Uap air di udara
berasal dari hasil penguapan air di permukaan bumi, air tanah, atau air yang ada pada
tumbuh-tumbuhan. Kandungan uap air di udara berubahubah. Kemampuan udara
memegang uap air juga berbeda. Jadi, massa udara mempunyai batas maksimum
dalam menampung sejumlah udara.

Batas maksimum tersebut ditentukan oleh suhu udara seperti tergambar pada table
berikut.
Suhu udara (0C) -20 -10 0 10 20 30
Jumlah maksimum uap
air 1,1 2,4 4,9 9,4 17,3 30,4
3
(gram/m )
Table Jumlah Kandungan Uap Air Maksimum pada Berbagai Ketinggian Suhu Udara
Sumber: Wardiyatmoko: 146

Kelembapan udara dibedakan menjadi tiga,


yaitu kelembapan mutlak, kelembapan nisbi
dan kelembapan relative.
a) Kelembapan Mutlak
Kelembapan mutlak adalah bilangan yang
menunjukkan berat uap air dalam satuan
gram yang ada di dalam 1 m3 udara. Pantai
mempunyai kelembapan mutlak yang
tertinggi karena berdekatan dengan
penguapan, yaitu laut.
b) Kelembapan Nisbi
Kelembapan nisbi adalah angka dalam % Gambar Higrometer
Sumber : https://www.google.com
yang menunjukkan perbandingan antara
banyaknya uap air yang terkandung dalam udara pada suhu tertentu dengan jumlah
uap air maksimum yang dapat dikandung udara pada suhu yang sama.
Kelembapan udara umumnya diukur dengan alat yang disebut hygrometer.
c) Kelembapan Relatif
Kelembapan relatif adalah perbandingan jumlah uap air yang ada secara
nyata/actual dengan jumlah uap air maksimum yang mampu ditampung oleh setiap
unit volume udara dalam suhu yang sama. Selain itu, kelembapan udara juga
diartikan perbandingan tekanan uap yang ada secara nyata/actual dengan tekanan
uap air maksimum pada suhu udara yang sama. Rumus untuk menghitung
kelembapan relative adalah sebagai berikut.
Jumlah uap air yang ada( mutlak)
Kelembaban Nisbi= x 100 %
Jumlah uap air jenuh

Contoh soal:
1 m3 udara mengandung uap air sebanyak 3 gram. Pada suhu 20 OC udara tersebut
mengandung uap air sebanyak 15 gram. Hitunglah kelembapan relatifnya !
Jawab:
3g
Kelembapan mutlak (absolute) = 3 = 3 g/m3
1m

3
KN = x100%=20%
15

5) Angin
Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Pada umumnya,
angin bergerak horizontal. Namun, dalam meteorology kita temukan juga angin yang
bergerak vertical atau miring mengikuti lereng.
a) Proses Terjadinya Angin
Penyebab terjadinya angin karena perbedaan tekanan udara di dua wilayah yang
berdekatan. Perbedaan ini sebagai akibat dari perbedaan suhu udara dan
pemanasan matahari. Angin bersifat meratakan tekanan udara. Makin besar
perbedaan tekanan udara, makin kencang angin yang terjadi.
b) Arah dan Kecepatan Angin
Arah angin dapat ditentukan dengan sebuah bendera angin. Bendera angin terdiri
atas sebuah kantong berbentuk kerucut terpancung. Arah datangnya angin
ditunjukkan oleh arah mulut kantong. Arah angin ditanyakan dalam derajat.
Kecepatan angin dikur oleh anemometer. Penentuan arah dan kecepatan angin
bermanfaat sekali dalam dunia penerbangan dan pelayaran. Arah angin dinyatakan
dengan mata angin seperti dalam kompas
c) Macam-macam Angin
Pada dasarnya angin di permukaan bumi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu angin
tetap dan angin local. Angin tetap adalah angin yang bergerak terus-menerus
sepanjang tahun dengan arah yang tetap. Contohnya, angin barat, angin timur dan
angin pasat.
(1) Angin pasat yaitu angin yang bertiup terus menerus dari daerah maksimum
subtropis utara dan selatan (30 O – 40O) menuju ke minimum khatulistiwa.Terdiri
dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat
Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
(2) Angin barat tetap yaitu angin antipassat (angin yang berhembus di atas angin
passat pada ketinggian (30 km dan arahnya berlawanan dengan angin passat).
(3) Angin timur tetap yaitu angin yang bertiup dari kedua daerah maksimum kutub
menuju daerah minimum subpolar (lintang 66 OLU dan LS.)
Gambar Sirkulasi Angin
Sumber : https://www.google.com

Gambar Pola Siklus angin


Sumber : https://www.google.com
d) Angin Lokal
Angin lokal harian meliputi angin darat dan angin laut; angin gunung dan angin
lembah. Angin lokal yaitu angin yang bertiup pada daerah tertentu dan waktu
tertentu. Misalnya : angin kumbang, angin fohn, angin brubu di Sulawesi Selatan,
angin bahorok di Deli, angin gending di Pasuruan dan Probolinggo, dan lain-lain.
(1) Angin laut dan angin darat
Angin laut terjadi di daerah pantai. Angin laut terjadi pada siang hari daratan
lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan lautan. Angin bertiup dari laut
ke darat. Terjadi pada pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00. Angin ini biasa
dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.
Angin darat terjadi pada malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas
dibandingkan dengan lautan. Daratan bertekanan maksimum dan lautan
bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut. Terjadi pada saat malam
hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00. Angin jenis ini bermanfaat bagi
para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin
sederhana.

Gambar Angin Laut dan Angin Darat

(2) Angin lembah dan angin gunung


Pada siang hari udara yang seolah-olah terkurung pada dasar lembah lebih
cepat panas dibandingkan dengan udara di puncak gunung yang lebih terbuka
(bebas), maka udara mengalir dari lembah ke puncak gunung menjadi angin
lembah. Angin lembah terjadi ketika matahari terbit, puncak gunung adalah
daerah yang pertama kali mendapat panas dan sepanjang hari selama proses
tersebut, lereng gunung mendapat energi panas lebih banyak daripada lembah.
Sehingga menyebabkan perbedaan suhu antara keduanya. Udara panas dari
lereng gunung naik dan digantikan dengan udara dingin dari lembah. Akibatnya
terjadi aliran udara dari lembah menuju gunung. Pada malam hari udara
mengalir dari gunung ke lembah menjadi angin gunung. Lembah akan
melepaskan energi panas dan puncak gunung yang telah mendingin akan
mengalirkan udara ke lembah. Aliran udara tersebut dinamakan angin gunung.

Gambar Angin Lembah dan Angin Gunung


Sumber : http://www.google.com
(3) Angin Siklon dan Antisiklon
Daerah depresi atau pusat barometric minimum dinamakan siklon. Sebuah
siklus dikelilingi daerah dengan tekanan yang lebih tinggi. Pusat barometric
maksimum dinamakan antisiklon. Angin siklon adalah angin yang terjadi di
daerah siklon yang bertiup dari sekitar siklon menuju ke pusat siklon itu. Sesuai
dengan Hukum Buys Ballot, sambil bertiup ke arah pusat, angin siklon
membentuk gerakan spiral. Arah putaran siklon di belahan utara berlawanan
dengan arah putaran jarum jam, sedangkan di belahan selarah searah dengan
arah jarum jam.
(4) Angin muson
Angin muson adalah angin yang setiap setengah tahun berganti arah yang
berlawanan. Angin muson ini melalui Indonesia. Angin muson yang berasal dari
Asia merupakan angin muson barat dan angin muson yang berasal dari Australia
merupakan angin muson timur.
(a) Angin Muson Barat
Muson barat atau muson musim dingin timur laut adalah angin yang bertiup
pada bulan Oktober – April di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari
berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan benua Australia sedang
mengalami musim panas, berakibat pada tekanan minimum dan benua Asia
lebih dingin, berakibat memiliki tekanan maksimum. Menurut hukum Buys
Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah

Gambar Angin Muson Barat dan Angin Muson Timur


Sumber : http://www.google.com
bertekenan minimum, sehingga angin bertiup dari benua Asia menuju benua
Australia, dan karena menuju Selatan Khatulistiwa/Equator, maka angin akan
dibelokkan ke arah kiri. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim
hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin ini, saat melalui
lautan luas di bagian utara (Samudra Pasifik dan Laut Tiongkok Selatan).
(b) Angin Muson Timur
Muson timur atau muson musim panas barat daya adalah angin yang bertiup
pada bulan April – Oktober di Indonesia. Angin ini bertiup saat matahari
berada di belahan bumi utara, sehingga menyebabkan benua Australia
musim dingin, sehingga bertekanan maksimum dan Benua Asia lebih panas,
sehingga bertekanan minimum. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan
bertiup dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum,
sehingga angin bertiup dari benua Australia menuju benua Asia, dan karena
menuju utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah
kanan. Pada periode ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat
angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan
hanya melalui lautan yang sempit.

Gambar Pola Angin Barat


Sumber : http://www.google.com

Gambar Pola Angin Timur


Sumber : http://www.google.com
6) Awan
Awan adalah kumpulan titik-titik air/kristal es di dalam udara yang terjadi karena adanya
kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam. Awan yang menempel di
permukaan bumi disebut kabut.
Berdasarkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis (Menurut Dengel dalam
Nursid Sumaatmadja, 2008:7.17) ,yaitu:
a. Awan Commulus
awan yang bentuknya bergumpal – gumpal (bunar-bundar) dan dasarnya
horizontal.
b. Awan Stratus
awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata.
Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.
c. Awan Cirrus
d. awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu burung.
Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.

Gambar Jenis-jenis Awan dan Ketinggiannya


Sumber : http://www.google.com
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi 4
kelompok utama, yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah, dan awan dengan
perkembangan vertikal.
(a) Awan Tinggi
Pada kawasan tropis, awan ini terletak di ketinggian 6 – 18 km, pada kawasan
iklim sedang awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan
kutub terletak pada 3 – 8 km.
Awan yang tergolong ke dalam awan tinggi adalah :
(1) Awan cirrus (Ci)
Karakteristik :
- Awan ini halus, dan berstruktur seperti serat dan bentuknya mirip bulu
burung.Awan ini juga sering tersusun seperti pita yang melengkung di
langit, sehingga seakan-akan tampak bertemu pada satu atau dua titik
horizon.
- Awan ini tidak menimbulkan hujan.
- Awan ini terdiri daripada halbor air yang terjadi disebabkan suhu terlalu
dingin pada atmosfer.
- Awan Sirus ini ditiupkan angin timuran yang bergelora. Awan ini berwarna
putih dengan pinggiran tidak jelas.

(2) Awan Cirostratus (Ci – St)


Karakteristik :
- Bentuknya seperti kelembu putih yang halus dan rata menutup seluruh
langit sehingga tampak cerah, bisa juga terlihat seperti anyaman yang
bentuknya tidak teratur.
- Awan ini juga menimbulkan hallo(lingkaran yang bulat) yang mengelilingi
matahari dan bulan yang biasanya terjadi di musim kemarau.

(3) Awan Cirokumulus(Ci – Cu)


Karakteristik :
- Awan ini bentuknya seperti terputus – putus dan penuh dengan kristal –
krista es sehingga bentuknya seperti sekelompok domba dan sering
menimbulkan bayangan.

(b) Awan Sedang


Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2 – 8 km, pada kawasan
iklim sedang terletak di ketinggian 2 – 7 km, sedangkan pada kawasan kutub
terletak di ketinggian 2 – 4 km. Yang termasuk dalam awan sedang antara lain
(1) Awan Altokumulus(A – Cu)
Ciri –cirinya :
- Awan ini kecil-kecil, tapi jumlahnya banyak
- Awan Altokumulus berwarna kelabu atau putih dilihat pada waktu senja.
- Biasanya berbentuk seperti bola yang agak tebal. Awan ini bergerombol
dan sering berdekatan sehingga tampak saling bergandengan.
(2) Awan Altostratus (A – St)
Ciri- cirinya :
- Awan Altostratus berwarna kekelabuan dan meliputi hampir keseluruhan
langit.
- Awan ini menghasilkan hujan apabila cukup tebal.
- Awan – awan di atas terbentuk pada waktu senja dan malam hari dan
menghilang apabila matahari terbit di awal pagi.

(c) Kelompok Awan Rendah


Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam
awan rendah antara lain :
(1) Awan Stratokumulus(St – Cu)
Ciri-cirinya :
- Awan ini berbentuk seperti bola – bola yang sering menutupi daerah
seluruh langit, sehingga tampak seperti gelombang.
- Lapisan awan ini tipis dan tidak menghasilkan hujan.
- Awan ini berwarna kelabu/putih yang terjadi pada petang dan senja
apabila atmosfer stabil.

(2) Awan Stratus (St)


Ciri – cirinya :
- Awan ini cukup rendah dan sangat luaas. Tingginya di bawah 2000 m.
- Lapisannya melebar seperti kabut dan berlapis.

(3) Awan Nimbostratus(Ni – St)


Ciri – cirinya :
- Bentuknya tidak menentu dengan pinggir compang-camping.
- Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan gerimis.
- Awan ini berwarna putih gelap yang penyebarannyaa di langit cukup luas.

(d) Berdasarkan proses perkembangan vertikal


(ketinggian 500 – 1500 meter) awan di kelompokkan menjadi :
(1) Awan Cumulus(Cu)
Ciri – Cirinya
- Merupakan awan tebal dengan puncak yang agak tinggi. Terlihat
gumpalan putih atau cahaya kelabu yang terlihat seperti bola kapas
mengambang, awan ini berbentuk garis besar yang tajam dan dasar yang
datar.
- Dasar ketinggian awan ini umumnya 1000 m dan lebar 1 km.

(2) Awan Kumulonimbus(Cu – Ni)


Ciri – Cirinya :
- Berwarna putih/gelap.
- Terletak pada ketinggian kira – kira 1000 kaki dan puncaknya punya
ketinggian lebih dari 3500 kaki. Awan ini menimbulkan hujan dengan kilat
dan guntur.
- Awan ini berhubungan erat dengan hujan deras, petir, tornado, dan badai
7) Curah Hujan (Presipitasi)
Curah hujan (Presipitasi) adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh ke
permukaan bumi. Curah hujan diukur dalam unit inci atau millimeter menggunakan
tolok hujan atau biasa disebut ombrometer. Ishoyet adalah garis pada peta yang
menghubungkan tempat – tempa yang memiliki curah hujan yang sama. Berdasarkan
proses terjadinya, hujan dibagi tiga jenis, yaitu sebagai berikut :

a) Hujan Zenital / Hujan Konveksi Hujan Zenital


adalah hujan yang terjadi di daerah ekuator pada siang hari karena pemanasan
yang tinggi terhadap muka bumi. akibatnya udara mengembang dan bersama –
sama uap air akan naik secara vertikal ke atas. uap air yang naik ke atas karena
mengalami pendinginan berubah menjadi titik – titik air dan jatuh menjadi hujan.
Sifat hujan zenital ialah lebat, berlangsung singkat,terjadi di daerah yang
sempit,banyak guntur dan di sertai angin kencang.

Gambar Hujan Konveksi


Sumber : http://www.google.com

b) Hujan orografis
adalah hujan yang terjadi karena adanya udara yang mengandung uap air naik ke
pegunungan. Makin tinggi ke atas udara makin dingin dan uap air mengalami
pengembunan (kondensi) menjadi titik air dan jatuh menjadi hujan, Lereng yang
membelakangi arah angin di sebut daerah bayangan hujan.
Gambar Hujan Orografis
Sumber : http://www.google.com

c) Hujan Frontal
Terjadi karena tumbukan antara udara panas dan udara dingin. Kemudian, udara
panas naik dan terjadi kondensasi sehingga menimbulkan hujan. Hujan front biasa
terjadi pada Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). Karena daerah tersebut
merupakan daerah pertemuan dua massa udara yang besar dan tebal, dan disebut
Hujan Konvergensi.

Gambar Hujan Frontal


Sumber : http://www.google.com
STRUKTUR DAN KOMPOSISI ATMOSFER
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelubungi permukaan bumi. Lapisan ini memiliki
peran yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi karena lapisan ini menjadi sumber bagi
oksigen, air, CO2, dan sejumlah nutrisi yang vital bagi banyak organisme hidup. Lapisan ini
juga menjadi pelindung organisme hidup dari suhu ekstrem dan radiasi UV yang berlebih.
Diperkirakan atmosfer memiliki massa sekitar 5,15 × 1018 kg. Meskipun demikian, 99%
massa nya berada pada 30 km lapisan terbawah dari atmosfer.
Atmosfer menjadi lebih tipis seiring dengan meningkatnya ketinggian tanpa batas yang pasti
yang membatasi antara atmosfer bumi dan angkasa luar. Garis Kármán yang berada pada
ketinggian 100 km dari permukaan sering digunakan sebagai perbatasan antara atmosfer dan
angkasa luar.

A. Komposisi Atmosfer
Seperti yang kita tahu bahwa atmosfer pada dasarnya adalah sebuah lapisan udara. Udara
merupakan campuran dari berbagai jenis unsur gas. Selain campuran gas, udara di
atmosfer juga mengandung komponen uap air dan aerosol. Komponen – komponen
penyusun atmosfer bumi dibagi menjadi 2 bagian, komponen konstan dan komponen
variabel
1) Komponen Konstan
Nitrogen, oksigen, dan argon disebut sebagai komponen konstan karena
konsentrasinya yang cenderung selalu sama dari masa ke masa. Hal ini disebabkan
karena pada permukaan bumi tedapat keseimbangan antara konversi (output) dan
produksi (input) dari gas – gas ini.

Kompone
Formula Persentase
n
Nitrogen N2 78.08
Oksigen O2 20.95
Argon Ar 0.93

Nitrogen
78% atmosfer bumi kita disusun oleh nitrogen. Nitrogen dilepaskan ke udara melalui
pembusukan materi hewan dan tumbuhan. Bersamaan dengan itu juga, nitrogen diikat
ke tanah oleh mikroorganisme pengikat nitrogen. Selain itu, nitrogen juga diserap dari
udara oleh plankton kecil di lautan yang mengubahnya menjadi nutrisi. Nitrogen bersifat
relatif inert. Nitrogen terdapat dalam jumlah yang sangat banyak di udara karena
sifatnya yang volatile.

Oksigen
Oksigen merupakan gas kedua terbanyak yang terkandung di udara. Oksigen dapat
bereaksi dengan unsur-unsur lain di udara dan membentuk senyawa oksida.
Oksigen penting bagi proses respirasi hewan dan tumbuhan. Oksigen terdapat di
atmosfer sebagai produk fotosintesis tanaman. Tumbuhan mengambil karbon dioksida
dari udara dan melepaskan oksigen dalam proses fotosintesis.
Argon
Argon adalah gas inert yang tidak berwarna dan tidak berbau. Argon banyak digunakan
karena sifatnya yang sulit sekali bereaksi dengan unsur lain. Hal ini juga yang
menyebabkan banyaknya kandungan argon di udara.

2) Komponen variabel
Udara di atmosfer kita juga memiliki beberapa komponen variabel. Komponen variabel
ini mencakup uap air, partikel debu, dan ozon. Meskipun hanya terdapat dalam jumlah
kecil, komponen – komponen ini dapat memiliki efek yang signifikan pada kondisi cuaca
dan iklim kita. Kandungan komponen-komponen variabel pada atmosfer terus menerus
berubah.

Formul
Komponen Persentase
a
Uap air H2O 0-4
Karbon Dioksida – ada kenaikan di atm. CO2 0.038
Metana – ada kenaikan di atm. CH4 0.00017
Nitrat Oksida N2O 0.00003
Ozon O3 0.000004
Partikel aerosol - 0.000001

Uap air
Konsentrasi uap air sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke
waktu. Pada daerah tropis kandungannya bisa mencapai 4 persen, sedangkan di
daerah arktik yang lebih dingin lebih sedikit dari 1 persen. Hampir seluruh uap air pada
atmosfer terdapat pada ketinggian kurang dari 5 km dari permukaan bumi.
Selain itu, uap air adalah gas rumah kaca yang kuat karena sangat menyerap energi
radiasi yang keluar dari Bumi. Sebagai gas rumah kaca, uap air berperan penting
dalam menjaga kesetimbangan suhu perkmukaan bumi.

Karbon Dioksida
Karbon dioksida merupakan komponen alami pada atmosfer dengan konsentrasi yang
sangat kecil, namun berperan sangat penting. CO 2 menempati atmosfer melalui proses
respirasi, peluruhan material organik, erupsi gunung api dan pembakaran alamiah
maupun antropogenik. Seiring dengan itu, proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan
menyerap kembali karbon dioksida dari udara.
Beberapa abad terakhir ini terdapat peningkatan yang signifikan dari kandungan karbon
dioksida di atmosfer. Pusat pengamatan di Mauna Loa di Hawaii mencatatkan kenaikan
sebesar hampir 30% sejak tahun 1958.

Ozon
Komponen penting pada atmosfer lainnya adalah ozon (O 3). Lapisan ozon dapat
ditemukan pada stratosfer bumi. Lapisan ini vital bagi kehidupan karena melindungi
makhluk hidup di bumi dari radiasi sinar UV matahari yang berbahaya

3) Struktur Vertikal Atmosfer


Atmosfer dibagi menjadi beberapa lapisan yang masing-masing memiliki beberapa sifat
yang unik.

a) Berdasarkan Perubahan Suhu

Sumber: https://scied.ucar.edu/atmosphere-layers

Troposfer
Lapisan ini merupakan lapisan terbawah dalam lapisan atmosfer.
- Di khatulistiwa ketebalannya mencapai 18 – 21 km, di sekitar lintang
tengah mencapai 11 km, dan di daerah kutub tebalnya 8 km
- Setiap naik 100 meter terjadi penurunan suhu 0,6 OC
- Lapisan troposfer ini merupakan tempat terjadinya peristiwa cuaca dan
iklim sehingga lapisan ini memiliki pengaruh yang sangat besar sekali
terhadap kehidupan makhluk hidup di bumi
- Batas dari lapisan stratosfer ini disebut Tropopause

Stratosfer
Lapisan Stratosfer merupakan lapisan kedua dari lapisan atmosfer bumi.
- Lapisan ini terletak pada ketinggian 12 – 50 km.
- Pada lapisan ini terdapat ozon lapisan (O3) untuk melindungi bumi dari
- radiasi matahari yang berbahaya.
- Lapisan Stratosfer disebut juga lapisan Isothermis
- Semakin tinggi tempat maka suhu semakin naik
- Batas dari lapisan stratosfer ini disebut Stratopouse

Mesosfer
Lapisan Mesosfer merupakan lapisan udara ketiga
- Ketinggian 50 – 80 km
- Lapisan mesosfer ditandai dengan penurunan suhu 0,4 OC setiap 100
meter
- Bagian atas mesosfer dibatasi oleh Mesopause, yaitu lapisan di dalam
atmosfer yang memiliki suhu paling rendah, kira-kira -100 OC
- Lapisan ini dapat menghancurkan meteor

Termosfer / Ionosfer
Lapisan ini adalah lapisan keempat dari lapisan atmosfer bumi
- Ketinggian 85 – 300 km
- Pada lapisan ini terjadi proses ionisasi yang tejadi pada suhu dan
ketinggian tertentu. Ionisasi bermanfaat untuk memantulkan gelombang
radio
- Batas atas lapisan termosfer disebut Termopause
- Suhu mencapai 1.500OC

Eksosfer
Pada lapisan ini, suhu dapat mencapai 2.200 OC. merupakan batas antara atmosfer
bumi dan angkasa luar. Lapisan ini dimanfaatkan untuk penempatan satelit buatan.
Lapisan ini terletak pada ketinggian antara 800 – 1000 km. Pada lapisan ini terjadi
gerakan atom -atom secara tidak beraturan. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling luar. Lapisan ini sering disebut juga sebagai ruang antar planet dan
Geostasioner. Lapisan ini sangat berbahaya karena merupakan tempat
penghancuran meteor dari luang angkasa.

b) Berdasarkan Komposisi Udara


Berdasarkan komposisi udara, atmosfer dibagi menjadi homosfer dan heterosfer.
Pada homosfer (0 – 80 km) komposisi udara kecuali uap air dan ozon cenderung
selalu konstan. Pada heterosfer (>80 km) terdapat perubahan secara cepat dari
komposisi dan kerapatan udara.

c) Berdasarkan Tekanan
Tekanan pada atmosfer berkurang secara logaritmik seiring dengan naiknya
ketinggian dari permukaan bumi. Di dekat permukaan, perubahan tekanan 1 mb
setara dengan perubahan ketinggian ~7 m.

Ionosphere
Ionosfer sejatinya bukan merupakan sebuah lapisan. Ionosfer pada dasarnya
adalah daerah pada atmosfer bagian atas bumi yang mengalami elektrifikasi
sehingga mengandung sejumlah besar konsentrasi ion. Konsentrasi ion yang tinggi
pada ionosfer memungkinkan untuk terbentuknya Aurora Borealis dan Aurora
Australis.
Bagian terendah dari ionosfer biasanya terletak pada 60 km dari permukaan bumi
dan terus ada hingga bagian teratas atmosfer. Ionosfer memiliki 3 lapisan, lapisan
D, E, dan F. Lapisan D hanya terdapat pada siang hari dan menyerap gelombang
radio AM.

B. Gerak Atmosfer
Gerak atmosfer adalah seluruh pergerakan yang terjadi di atmosfer bumi, baik yang terjadi
dalam skala kecil maupun skala global serta dapat terjadi secara vertikal dan horizontal.

Skala Gerak Atmosfer


1) Skala Molekular
Pergerakan di atmosfer yang skalanya < 2 milimeter tergolong ke dalam skala
molekular. Contoh dari pergerakan di atmosfer yang memiliki skala yang sangat kecil
adalah proses difusi molekul. Salah satu contohnya di atmosfer adalah proses difusi
gas polutan ke dalam udara di atmosfer.

2) Skala Mikro
Pergerakan atmosfer dengan skala mikro terjadi pada jarak 2 milimeter hingga 2
kilometer. Contoh pergerakan di atmosfer dengan skala mikro adalah proses
pembentukan awan kumulus dan pembuangan asap kendaraan ke udara.

3) Skala Meso
Skala meso sering juga disebut sebagai skala menengah. Pergerakan di atmosfer pada
skala meso terjadi pada skala 2 – 2000 kilometer.
Proses – proses di atmosfer yang memiliki pergerakan dengan skala meso adalah
peristiwa tornado, badai petir, angin lokal dan polusi udara di perkotaan yang sangat
besar.

4) Skala Sinoptik
Skala sinoptik dikenal juga sebagai skala makro. Skala sinoptik terjadi pada skala 500 –
10000 kilometer. Peristiwa yang terjadi pada skala sinoptik adalah fenomena-fenomena
meteorologi skala besar.
Contoh dari fenomena di atmosfer dengan skala sinoptik adalah badai tropis,
hurricanes, proses pembentukan lubang ozon di antartika dan front cuaca.

5) Skala Planetarium
Skala planetarium merupakan skala yang paling besar dan terjadi secara global. Skala
planetarium terjadi pada skala > 10000 kilometer.
Contoh pergerakan di atmosfer yang terjadi pada skala planetarium adalah sistem
angin global dan pemanasan global.
Berikut adalah tabel dari skala gerak atmosfer agar dapat membedakan skala-skala
gerakan di atmosfer dengan lebih mudah.

Skala Meteorologi Skala Pengukuran Fenomena Yang


Terkait
Skala Waktu Horizontal Vertikal
Skala Detik < 2 mm Dapat terjadi di  Difusi polutan ke
Molkular permukaan udaran
dan atmosfer
atas
Skala Mikro Detik - Jam 2 mm – 2 Km Permukaan – 
Laju penurunan
100 m suhu permukaan

Proses
pembentukan
awan kumulus
 Pembuangan
asap kendaraan
ke udara
Skala Meso Beberapa 2 Km – 1000 Permukaan – 1  Angin darat –
Jam – Km ( Kota Kecil Km angin laut
Beberapa dan Kota Besar)  Pulau panas
Hari perkotaan
 Angin Lembah –
gunung
Skala Meteorologi Skala Pengukuran Fenomena Yang
Terkait
Skala Waktu Horizontal Vertikal
 Tornado
 Badai Petir
Skala Beberapa Negara dan Permukaan –  Badai Tropis
Sinoptik Hari – Benua (500 – 15 Km  Front
Beberapa 10000 Km)  Siklon –
Minggu antisiklon
Skala Beberapa 100 Km – Permukaan –  Gelombang
Planetarium Hari – Hemisphere 20 Km baratan
Beberapa  Pemanasan
Tahun Global

C. Jenis Gerak Atmosfer


Terdapat dua arah gerakan di atmosfer, yaitu gerak horizontal dan gerak vertikal. Kedua
jenis gerak atmosfer ini penting dalam pembentukan cuaca dan iklim.

Gerak Horizontal
Gerak horizontal atmosfer merupakan gerakan atmosfer yang bergerak sejajar dengan
daratan atau permukaan air. Gerak horizontal lebih dominan terjadi daripada gerak vertikal
karena mecakupi wilayah yang sangat luas, sedangkan gerak vertikal hanya beberapa
meter hingga kilometer saja.
Gerak Vertikal
Gerak atmosfer yang bergerak ke aras atau ke bawah. Berdasarkan skala geraknya, gerak
vertikal memiliki skala yang lebih kecil dibandingkan gerak horizontal. Skala gerak
horizontal dapat mencapai 100 hingga 1000 kali lebih besar daripada skala gerak vertikal.
Gerak vertikal timbul melalui arus konveksi, konvergensi massa udara, dan pengangkatan
orografi. Sehingga gerak vertikal mempunyai peranan dalam mengendalikan sistem awan.

Faktor Pembentukan Gerak Atmosfer


Faktor penyebab terjadinya pergerakan di atmosfer diantaranya:

(1) Perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan dan ketidakseimbangan panas
antara lintang tinggi dan lintang rendah
Penerimaan radiasi matahari di seluruh bagian bumi tentu saja berbeda-beda. Daerah
khatulistiwa atau lintang rendah akan mendapatkan radiasi matahari lebih. Penerimaan
radiasi matahari akan berkurang di lintang sedang dan lintang tinggi
(kutub).Penerimaan radiasi matahari tentu menyebabkan perbedaan panas antara
lintang tinggi dan rendah. Selain itu, perbedaan pemanasan juga terjadi antara lautan
dan daratan. Perbedaan ini disebabkan karena daratan dan lautan memiliki
penyimpanan panas yang berbeda. Perbedaan panas memicu terjadinya gaya gradien
tekanan yang memicu gerak atmosfer.

(2) Gaya gradien tekanan


Gaya gradien tekanan merupakan gaya yang disebabkan karena adanya perbedaan
tekanan. Perbedaan tekanan menyebabkan massa udara bergerak dari tempat yang
memiliki tekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Semakin besar gaya
gradient tekanan maka semakin cepat gerakan di atmosfer.

(3) Gaya koriolis


Gaya koriolis merupakan gaya fiktif yang terjadi karena adanya rotasi bumi. Rotasi
bumi menyebabkan pembelokan arah angin. Arah angin di belahan bumi utara berbelok
ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan berbelok ke arah kiri.

(4) Gaya gesekan dan efek topografi


Gaya gesekan timbul akibat adanya gesekan angin dengan permukaan bumi. Gaya
gesekan berpengaruh pada arah dan kecepatan gerak atmosfer. Besar gaya gesekan
berbeda-beda berdasarkan bentuk permukaan bumi. Gaya gesekan semakin besar
seiring dengan semakin kasarnya permukaan bumi. Gaya gesekan angin semakin kecil
dengan bertambahnya ketinggian. Gaya gesekan angin pada ketinggian di atas 1000
meter dapat diabaikan, karena gayanya sangat kecil. Gaya gesekan di lautan lebih kecil
daripada di daratan, karena daratan memiliki topografi yang beragam. Gaya gesekan
angin hanya dapat menyebabkan gerak atmosfer di dekat permukaan bumi.

Fenomena Gerak Atmosfer


(1) Badai Tropis (Siklon Tropis)
Badai tropis adalah badai yang memiliki kekuatan yang besar. Badai tropis termasuk ke
dalam gerak atmosfer dengan skala sinoptik. Radius rata-rata badai tropis mencapai
150 hingga 200 kilometer. Badai tropis terbentuk di atas lautan luas yang mempunyai
suhu permukaan laut yang hangat. Badai tropis melemah ketika bergerak memasuki
wilayah lautan yang dingin dan daratan.

(2) Front
Front adalah nama yang diberikan untuk daerah perbatasan tempat bertemunya dua
massa udara. Front juga termasuk ke dalam skala sinoptik. Di sepanjang garis front
ada angin yang bergerak berlawanan. Front terbagi ke dalam front panas, front dingin,
front campuran, front stasioner dan front siklon. Front-front tersebut memberikan
pengaruh yang berbeda-beda di atmosfer bumi.
Front di klasifikasikan berdasarkan tipe massa udara tersebut apakah bersifat dingin
atau panas yang menggantikan satu sama lain.
(a) Front dingin (Cold Front)
Terbentuk saat massa udara dingin
menekan massa udara hangat dari
bawah yang menyebabkan udara hangat
naik. Dampak dari front jenis ini adalah
petir karena adanaya udara panas yang
naik, mendingin dan memebntuk awan
badai. Setelah itu cuaca akan kembali
normal

(b) Front hangat (Warm Front)


Terbentuk saat udara lembab dan panas
bergerak naik di atas bidang udara dingin.
Dampak cuaca yang dihasilkan dari front
ini adalah terbentuknya awan yang luas
membawa hujan ringan, salju dan udara
yang hangat.

(c) Front statis (Stationary Front)


Terbentuk saat massa udara
dingin dan hangat bertemu dan
keduanya memiliki gaya untuk
menekan satu sama lain sehingga
yang terjadi adalah pemusatan
cuaca di bagian tengah. Dampak
dari fenomena ini adalah awan
dan kabut akan terbentuk dan bisa
juga hujan atau salju. Selain itu
awan hujan juga akan terbentuk
berhari-hari.

(d) Front Tersumbat (Occluded)


Terbentuk saat udara hangat
terpernagkatp oleh dua massa
udara dingin. Massa udara hangat
akan berada di atas sementara
dua massa udara dingin bertemu Front Statis
di bagian bawah. Dampak dari
fenomena ini adalah suhu akan turun drastis dan mendorong terjadinya angin
kencang dan hujan lebat. Sumber: Houghton Mifflin Company.
(e) Front siklon adalah daerah front dimana terjadi pertemuan dua massa udara yang
berbeda kekuatan dan karakter. Siklon frontal merupakan bentuk front yang terjadi
dalam keadaan khusus. Depresi frontal dalam tahapan paling berkembang dapat
berupa badai besar yang lebarnya mencapai 1600 km (1000 mil) dan dapat
bergerak sejauh ribuan kilometer (mil), membawa cuaca penuh badai yang sangat
mudah berubah arah ke berbagai tempat sebelum akhirnya menghilang. Front
bergerak digambarkan di peta cuaca sebagai garis lengkung. Front siklon sering
terjadi di daerah lintang tinggi sekitar kutub dan lintang sedang.

Front Siklonal

Dampak front
 Volume udara akan mempengaruhi daerah di bawah permukaan sumbernya.
 Massa udara kutub maritim berpengaruh pada kabut, gerimis, cuaca mendung dan
cahaya tahan lama hujan.
 Front panas membentuk awan cirrus, stratus, nimbostratus yang menyebabkan
turun hujan di bawah permukaan front.
 Front stasioner menyebabkan cuaca cerah.
 Front dingin menyebabkan terjadinya badai.
 Perubahan lapisan udara merupakan pemicu lahirnya tornado.

Pulau panas perkotaan


Pulau panas perkotaan termasuk ke dalam fenomena gerak atmosfer skala meso. Pulau
panas perkotaan adalah fenomena di mana meningkatnya suhu di suatu wilayah perkotaan
yang kecil daripada suhu di kawasan sekitarnya. Fenomena ini dikatakan skala meso
karena melibatkan pergerakan di atmosfer antara daerah perkotaan dengan daerah
pinggiran yang berbatasan dengannya. Fenomena ini didefenisikan pertama kali oleh Luke
Howard pada tahun 1818. Pulau panas perkotaan adalah fenomena dimana meningkatnya
suhu di suatu wilayah perkotaan yang kecil daripada suhu di kawasan sekitarnya.
Fenomena ini juga memicu terjadinya pemanasan global. Fenomena ini didasari oleh
adanya urbanisasi dan pertumbuhan kota. Urbanisasi adalah peningkatan masyarakat
yang tinggal di perkotaan akibat perpindahan masyarakat dari desa ke kota. Urbanisasi ini
menyebabkan wilayah perkotaan semakin padat.

Ciri-ciri Pulau Panas Perkotaan


 Terjadinya peningkatan suhu di pusat kota, sehingga terdapat perbedaan suhu
antara pusat kota, pinggir kota, dan luar kota.
 Bangunan-bangunan di wilayah perkotaan akan lebih panas di musim panas
 Suhu permukaan bumi di wilayah perkotaan pada malam hari lebih hangat dari
wilayah sekitarnya.

Penyebab Terjadinya Pulau Panas Perkotaan


 Perpindahan masyarakat dari desa ke kota sehingga membuat wilayah perkotaan
semakin padat.
 Pembangunan di wilayah perkotaan menyebabkan menurunnya area hijau dan
vegetasi di perkotaan sehingga lebih banyak panas yang diserap oleh atap
bangunan dan dinding bangunan.
 Meningkatnya penggunaan bahan bakar pada kendaraan bermotor dan
penggunaan alat pendingin ruangan (AC) pada rumah dan gedung di daerah
perkotaan.

Jenis Pulau Panas Perkotaan


 Pulau Panas Perkotaan di Permukaan Bumi
Perbedaan suhu permukaan antara sisi terluar atmosfer dengan bahan padat
perkotaan dan udara wilayah sekitarnya yang berbatasan

 Pulau Panas Perkotaan di Sub Permukaan Bumi


Perbedaan antara pola suhu udara di permukaan kota, termasuk tanah dan
bangunan dengan suhu udara di permukaan wilayah sekitarnya.

 Pulau Panas Perkotaan Batas Kanopi


Fenomena berskala lokal yang terletak di daerah perkotaan mulai dari tanah hingga
atap gedung-gedung bertingkat.

 Pulau Panas Perkotaan di Lapisan Batas Atmosfer


Perbedaan suhu udara antara puncak gedung-gedung bertingkat dengan lapisan
batas atmosfer pada wilayah perkotaan dibandingkan wilayah sekitarnya yang
berbatasan.

Dampak Pulau Panas Perkotaan


 Ketidaknyamanan hidup di perkotaan karena suhu udaranya yang panas
 Penurunan kualitas air di wilayah perkotaan
 Peningkatan polusi udara
 Peningkatan terjadinya curah hujan ekstrem akibat pembentukan awan-awan
konvektif di wilayah perkotaan
 Peningkatan penggunaan listrik dan penggunaan bahanbakar fosil yang memicu
pemanasan global
 Gelombang panas yang terjadi di perkotaan dapat menyebabkan stress hingga
kematian penduduk
 Meningkatkan biaya operasional kota akibat penggunaan listrik yang besar di rumah
dan gedung
 Penuaan dini pada rumah dan bangunan.

Pengendalian Pulau Panas Perkotaan


 Perancangan susunan letak kota yang baik sehingga terciptanya keseimbangan
antara kawasan tempat lewatnya angin dengan panas yang masuk ke kota. Dengan
baiknya rancangan kota, diharapkan suhu udara di kota tidak terlalu panas
dibandingkan wilayah sekitarnya.
 Penggunaan warna-warna cat yang cerah pada dinding bangunan dan kantor.
Penggunaan warna-warna cat yang cerah ini efektif dalam mengurangi panas yang
diserap oleh dinding bangunan. Warna cat yang gelap terutama hitam
menyebabkan lebih banyak panas yang diserap oleh bangunan sehingga bangunan
akan terasa lebih hangat.
 Menghemat penggunaan listrik. Langkah awal yang dapat digunakan adalah
dengan mematikan lampu dan alat-alat lain yang menggunakan listrik apabila sudah
tidak digunakan.
 Merancang ventilasi yang baik untuk mengurangi penggunaan alat pendingin
ruangan (AC).
 Menggunakan alat transportasi umum seperti bus atau komuter yang dapat
menampung banyak orang. Semakin banyak kendaraan pribadi yang melintas di
jalanan menyebabkan suhu udara di permukaan kota lebih panas.
 Membuat banyak kolam air atau air pancuran di halaman rumah atau kantor di
wilayah perkotaan. Tujuannya agar meningkatkan kelembaban udara di wilayah
perkotaan sehingga udara akan lebih sejuk.
 Memperbanyak ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, seperti taman-taman
dengan banyak pohon. Selain untuk kenyamanan dan memperindah kota, ruang
terbuka hijau efektif dalam mengurangi panas atau suhu udara perkotaan serta
mengurangi polusi udara. Akan tetapi, pengadaan ruang terbuka hijau yang luas
akan sulit untuk dilakukan, karena lahan kosong semakin kecil. Untuk
menyiasatinya, dapat dibuat roof garden atau taman di atap bangunan, teknologi
dinding hijau atau tanaman di dinding bangunan dan green parking yakni
pembuatan rumput hijau di wilayah parkir.

D. Sirkulasi umum atmosfer


Sirkulasi atmosfer merupakan gerak massa udara di atas permukaan bumi yang
membentuk pola tertentu. Sebagian besar dari gerak tersebut terus menerus terbentuk,
berkembang, bergerak dan ada pula yang meluruh (Neiburger, et. al., 1995).
Menurut Soenarmo (1999), penyebab utama adanya gerakan yang membentuk sirkulasi
atmosfer baik horizontal maupun vertikal adalah:
 Ketidakseimbangan panas dan momentum antara lintang tinggi dengan lintang
rendah dan antara permukaan bumi dan atmosfer.
 Topografi permukaan bumi.
 Distribusi permukaan, darat dan air.

Model Sirkulasi Atmosfer


1. Sirkulasi atmosfer Model sel tunggal
Sirkulasi atmosfer dengan model sel tunggal didasarkan pada asumsi:
 Permukaan bumi dianggap sama yang tertutup air sehingga perbedaan panas
daratan dan lautan diabaikan.
 Matahari dianggap selalu berada di atas ekuator sehingga tidak ada pergantian pola
angin.
 Bumi dianggap tidak berotasi sehingga faktor utama hanya gradien tekanan.
Model sirkulasi atmosfer dengan sel tunggal dapat diamati pada gambar di bawah ini

Model sirkulasi Sel Tunggal, sumber: Ahrens

2. Sirkulasi atmosfer Model 3 Sel


Lebih kompleks dari sirkulasi atmosfer model sel tunggal meski memiliki beberapa
kemiripan. Pada model sirkulasi atmosfer ini wilayah ekuator digambarkan kawasan
yang selalu kelebihan cahaya matahari. Adapun sebaliknya wilayah kutub selalu
kekurangan cahaya matahari. Sirkulasi atmosfer model 3 Sel ini daerah tekanan tinggi
berada di kutub sedang tekanan rendah di ekuator.
Model sirkulasi 3 Sel, sumber: Ahrens

Sirkulasi Atmosfer di Indonesia


Adapun sirkulasi atmosfer yang berperan dalam pembentukan cuaca dan iklim di Indonesia
antara lain Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Sirkulasi Hadley dan Sirkulasi Walker.

1. Sirkulasi Monsun
Monsun merupakan salah satu bentuk dari sirkulasi atmosfer. Monsun adalah daerah tempat
arah angin yang berperan kemudian berbalik arah sedikitnya 120° pada antara bulan Januari
dan Juli. Januari adalah puncak musim dingin di Bumi Bagian Utara (BBU) dan puncak
musim panas di Bumi Belahan Selatan (BBS). Sebaliknya pada Juli adalah puncak musim
panas di BBU dan puncak musim dingin di BBS (Prawirowardoyo, 1996).
Perbedaan tekanan udara akibat pemanasan yang berbeda menyebabkan pergerakan massa
udara yang membentuk sirkulasi atmosfer. Sifat massa udara yang berasal dari monsun asia
umumnya basah dan tidak stabil karena melewati lautan tropis yang luas dan hangat
sehingga menghasilkan sejumlah besar presipitasi (Soenarmo, 1999).
Monsun yang membentuk sirkulasi atmosfer di Indonesia merupakan bagian monsun Asia
Timur dan Asia Tenggara. Pada periode April – Oktober, kedudukan matahari semu berada di
atas wilayah Bumi Bagian Utara (BBU) sehingga wilayah daratan Asia mengalami pemanasan
besar-besaran dan suhu udara menjadi lebih tinggi. Akibat pemasanan tersebut tekanan
udara di BBU menjadi lebih rendah dibanding tekanan udara di Bumi Bagian Selatan (BBS).
Gaya gradien tekanan yang timbul akibat perbedaan suhu ini menyebabkan aliran udara yang
konstan dari wilayah Australia menuju Asia.
Dengan demikian terjadilah angin muson timuran. Karena melewati lautan yang sempit
kandungan uap air yang mengalir bersama arus angin relatif kering. Pada fase inilah terjadi
musim kemarau di Indonesia. Sirkulasi atmosfer Indonesia dalam bentuk monsun pada
periode Oktober - April merupakan sistem kebalikan dari periode di atas, di mana aliran udara
justru bergerak menuju wilayah Australia yang merupakan daerah tekanan rendah. Karena
melewati wilayah lautan yang cukup luas aliran udara ini sarat dengan kandungan uap air.
Pada saat ini merupakan periode terjadinya musim penghujan di Indonesia. Angin monsun ini
lebih dikenal sebagai angin baratan karena komponen arah datangnya dari barat.

Pola Monsun; sumber: www.smhi.se

2. Sirkulasi Hadley
Sirkulasi Hadley terdapat di tiap belahan bumi, merupakan salah satu sel dalam sirkulasi
atmosfer. Pada bagian bawah setiap sel Hadley, udara mengalir menuju khatulistiwa. Aliran
udara dari masing – masing belahan bumi bertemu disuatu pita yang disebut ITCZ
(Intertropical Convergence Zone). Di dalam pita ITCZ tersebut , aliran tersebut kemudian naik
ke atas dan menimbulkan perawanan dan hujan. Setelah sampai di tropopause, udara ini
mengalami divergensi menuju kutub. Aliran udara ini akan menjadi dingin karena pemancaran
gelombang pendek, sehingga densitasnya bertambah dan bergerak turun pada sekitar lintang
30°. Pada saat turun udara ini mengalami pemanasan adiabatik dan bergerak menuju
permukaan bumi sebagai udara yang panas dan kering (Prawirowardoyo, 1996).
Di lihat dari komponennya maka sirkulasi Hadley bergerak pada arah utara-selatan sebagai
mana terlihat pada Gambar 1 di atas. Gerak sirkulasi ini ditandai sebagai angin komponen v
atau angin meridional, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut :

v=ff x sin ⁡(270−ddd )


di mana :
v = kecepatan angin meridional
ff = kecepatan angin
ddd = arah angin

3. Sirkulasi Walker
Sirkulasi atmosfer dalam bentuk sirkulasi Walker menandai adanya gerak massa udara pada
arah zonal barat – timur. Pemicu gerak ini adalah tekanan udara di sekitar ekuator di atas
wilayah Indonesia yang relatif hangat sehingga densitasnya rendah. Hal ini menyebabkan
mengalirnya massa udara dari arah timur dan barat ekuator yang merupakan lautan dengan
densitas udara lebih tinggi. Adanya sirkulasi atmosfer ini menyebabkan terjadinya proses
konvektif di atas Indonesia. Dampaknya menyebabkan pertumbuhan awan dan hujan yang
lebih besar. Sirkulasi walker ini sering dikaitkan dengan aktivitas el nino dan la nina.
Sirkulasi Walker ditandai sebagai komponen angin u atau angin zonal yang di hitung dengan
persamaan berikut :

v=ff x cos ⁡(270−ddd)

di mana:
u = kecepatan angin zonal
ff = kecepatan angin
ddd = arah angin
Massa Udara
Massa Udara adalah sekumpulan besar udara dengan suhu dan kelembapan yang serupa.
Massa udara dapat mencakup area seluas ribuan kilometer dan secara vertikal terkadang
dapat mencapai puncak troposfer. Kumpulan udara dengan karakteristik yang serupa ini
memiliki garis batas yang apabila batasan ini bertemu dengan massa udara lain akan
membentuk front. Massa udara dapat mempengaruhi kondisi cuaca pada wilayah-wilayah
yang dilaluinya. Salah satu contohnya adalah Siberian Express yang sering kali
mengakibatkan cold wave di barat laut Amerika Serikat dan Kanada.

Daerah Sumber
Massa Udara dapat terbentuk apabila sebuah volume udara berada pada wilayah permukaan
luas dengan suhu dan kelembapan yang stabil untuk waktu yang cukup lama. Wilayah tempat
pembentuk massa udara ini disebut dengan Daerah Sumber. Karena karakteristik massa
udara pada atmosfer pada umumnya ditentukan oleh permukaan di bawahnya, daerah
sumber menjadi faktor penentu dari sifat massa udara yang terbentuk pada wilayah tersebut.

Daerah sumber yang ideal harus memenuhi dua kriteria dasar. Pertama, daerah tersebut
memiliki permukaan yang luas dan datar. Wilayah dengan topografi permukaan yang tidak
rata tidak dapat menjadi daerah sumber. Kedua, daerah tersebut memiliki sirkulasi atmosfer
yang stagnan sehingga udara dapat berada pada wilayah tersebut cukup lama untuk
mendapat pengaruh dari permukaan. Biasanya, wilayah-wilayah ini didominasi oleh antisiklon
yang bergerak dengan lambat atau bahkan diam pada area yang luas.
Ketika angin meniup sebuah massa udara, mereka membawa kondisi cuaca mereka (panas
atau dingin, kering atau lembap) dari wilayah sumber ke wilayah baru. Saat massa udara
mencapai wilayah baru, mereka dapat berbenturan dengan massa udara lain yang memiliki
karakteristik suhu dan kelembapan yang berbeda. Hal ini dapat menghasilkan hujan frontal
yang hebat.
Klasifikasi
Klasifikasi massa udara pada dasarnya ditentukan oleh karakteristik temperatur dan
kelembapannya. Pada peta cuaca, massa udara diklasifikasikan menggunakan dua huruf.

1. Huruf kecil digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air di massa udara, m untuk
maritim dan c untuk kontinental. Udara maritim memiliki kelembapan yang lebih tinggi
dibandingkan kontinental karena terbentuk di atas lautan. Sedangkan, udara kontinental
terbentuk di atas dataran benua yang pastinya lebih kering dibandingkan lautan.
2. Huruf kapital digunakan untuk mendeskripsikan sifat temperatur dari massa udara
tersebut, P untuk polar, T untuk tropis, A untuk arktik, dan E untuk ekuatorial. Massa udara
tropis dan ekuatorial memiliki suhu yang hangat hingga panas karena terbentuk pada
daerah lintang rendah. Sementara, udara arktik dan polar memiliki suhu yang dingin
karena terbentuk pada lintang tinggi yang suhunya jauh lebih rendah bila dibandingkan
dengan daerah lintang rendah dan ekuatorial

Dari kombinasi karakteristik kelembapan dan temperaturnya terbentuklah 6 tipe massa udara,
yaitu:
1. Continental Polar (cP) memiliki karakteristik bersuhu dingin dan kelembapan rendah
karena terbentuk pada daerah sumber kontinental. Massa udara ini terbentuk di Kanada
bagian utara, Greenland dan Siberia.
2. Maritime Polar (mP) berkembang di wilayah kutub di belahan utara dan selatan. Mereka
pada umumnya mengandung lebih banyak uap air daripada massa udara cP. Saat massa
udara tipe ini bergerak menuju daratan, curah hujan yang tinggi dapat terjadi saat udara
dipaksa untuk mendaki lereng gunung atau terjebak dalam pengaruh siklon.
3. Continental Tropical (cT) berasal dari daerah kering serta gurun di lintang menengah dan
bawah. Secara umum, temperaturnya cenderung hangat dan kadar airnya sangat rendah.
Massa udara cT adalah tipe massa udara dengan kelembapan terendah.
4. Maritime Tropical (mT) memiliki karakteristik bersuhu hangat dan bermuatan uap air yang
tinggi karena terbentuk di atas lautan.
5. Continental Arctic (cA) berasal dari samudera Arktik yang walaupun merupakan lautan,
seluruhnya permukaannya ditutupi oleh lapisan es. Hal ini menyebabkan sifatnya yang
kering dan sangat dingin.
6. Maritime Equatorial (mE) terbentuk di daerah sekitar garis ekuator sehingga memiliki suhu
yang relatif panas. pembentukannya terjadi di atas lautan yang menyebabkan muatan uap
airnya tinggi.

Awan dan Hidrometeor

Definisi awan
Jenis-jenis awan
Proses pembentukan awan dan hujan
Bencana Meteorologi
Siklon tropis
El Nino dan La Nina
Tornado
Thunderstorm
Kekeringan
Gelombang panas
Blizzard
Banjir
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Definisi pemanasan global dan perubahan iklim
Kontroversi pemanasan global dan perubahan ikim
Penyebab dan akibat pemanasan global
Sebab-akibat dan umpan-balik perubahan iklim
Klasifikasi Iklim
Dasar klasifikasi iklim
Jenis-jenis klasifikasi iklim
Pembagian zona iklim dunia
Observasi Meteorologi dan Penyajian Data
Observasi dengan alat-alat konvensional
Observasi dengan radar, satelit, radiosonde
Penyajian data
Diagram termodinamika
Peta sinoptik
3.1.2. OSEANOGRAFI

Pengantar Oseanografi
Definisi oseanografi
Manfaat oseanografi
Samudera
Definisi samudera
Definisi laut
Proses pembentukan samudera
Komponen samudera
Sifat Air Laut
Sifat fisik air laut
Sifat kimia air laut
Gerakan Air Laut
Gelombang
Gelombang pecah
Refraksi gelombang
Difraksi gelombang
Jenis-jenis gelombang menurut penyebabnya
Tipe gelombang menurut periodenya
Pasang surut
Arus
Sirkulasi massa air permukaan
Faktor yang berpengaruh terhadap arus
Sirkulasi laut dalam
Longshore current
Rip current
Arus turbidit
Upwelling dan downwelling
Pengaruh Lautan terhadap Iklim dan Sebaliknya
Umpan balik iklim-lautan
Sebab-akibat kenaikan muka air laut

3. 2. KEBENCANAAN DAN MANAJEMEN BENCANA

Pengantar Kebencanaan dan Manajemen Bencana


Definsi bencana
Jenis-jenis Bencana
Bencana geologi
Bencana meteorologi
Bencana kelautan
Bencana sosial
Kerentanan (Vulnerabitiy) terhadap Bencana
Faktor pendukung
Faktor pelemah
Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
Tindakan-tindakan pencegahan terhadap bencana
Tindakan-tindakan penanggulangan terhadap bencana
Dampak Bencana
Dampak positif bencana
Dampak negatif bencana
Bencana-bencana di Dunia Modern

3. 3. SUMBERDAYA DAN MANAJEMEN SUMBERDAYA

Pengantar Sumberdaya dan Manajemen Sumberdaya


Definisi sumberdaya
Klasifikasi sumberdaya
Pendekatan terhadap kajian sumberdaya
Pendekatan ekonomi
Pendekatan lingkungan
Konservasi sumberdaya dan pengembangan sumberdaya berkelanjutan
Sumberdaya Bahan Galian dan Energi
Contoh sumber daya bahan galian
Contoh sumber energi
Sumber energi terbarukan
Sumber energi tak terbarukan
Genesis bahan galian dan sumber energi
Pentingnya bahan galian dan sumber energi
Produksi bahan galian dan sumber energi
Persebaran bahan galian dan sumber energi di dunia
Dampak positif dan negatif penggunaan bahan galian dan sumber energi
Sejarah penggunaan sumberdaya
Sumberdaya Air dan Lautan
Distribusi sumberdaya air
Penggunaan dan salah guna sumberdaya air
Sumberdaya air untuk irigasi
Definisi irigasi - Jenis irigasi
Sejarah irigasi
Dampak irigasi
Hydral power
Sumberdaya air tanah
Proses hidrogeologi air tanah - Jenis-jenis air tanah
Jenis-jenis reservoar air tanah
Pemanfaatan air tanah
Konservasi air tanah
Sumberdaya Lautan
Laut sebagai sumber energi baru
Sumberdaya Biotik
Sumberdaya hutan
Pentingnya hutan sebagai sumberdaya
Jenis dan persebaran hutan
Kebutuhan konservasi dan pengembangan berkelanjutan sumber daya hutan
Sumberdaya perikanan dan kelautan
Perikanan dan pengembangan ekonomi rakyat
Tipe perikanan
Produksi perikanan dan konservasi perikanan
Sumberdaya pertanian, perkebunan, dan peternakan
Jenis pertanian, perkebunan, dan peternakan - Hasil pertanian,
perkebunan, dan peternakan
Persebaran pertanian, perkebunan, dan peternakan di dunia
Dampak positif dan negatifnya
Sumberdaya Manusia
Manusia sebagai sumberdaya
Distribusi populasi manusia di dunia
Pengembangan sumberdaya manusia
Sumber Energi Terbarukan
Energi angin
Energi geotermal
Energi gelombang
Energi air
dan lain-lain
Globalisasi Energi dan Sumber Energi
Organisasi dunia masalah energi/sumber energi
Isu global masalah kelangkaan energi
dan lain-lain

3. 4. GEOGRAFI LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Pengantar Geografi Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan


Definisi lingkungan
Konsep dan definisi ekosistem
Ekosistem utama dunia
Sistem dan siklus bumi
Ekosistem dan frontier environment
Lingkungan Air dan Udara - Sumberdaya air -
Pencemaran air
Pencemaran udara
Limbah berbahaya di air dan udara
Dampak pencemaran air dan udara
Penggunaan Bahan Galian dan Energi
Sumberdaya bahan galian
Kegunaan bahan galian
Dampak terhadap lingkungan
Sumber energi
Sumber energi tak terbarukan
Sumber energi terbarukan
Dampak sumber energi terhadap lingkungan
Keanekaragaman Hayati
Biodiversitas dunia
Klasifikasi zona ekologi dunia
Klasifikasi flora dan fauna dunia berdasarkan berbagai kriteria
Manajemen Lingkungan Global dan Permasalahannya
Lingkungan sosiobudaya
Pentingnya lingkungan sosiobudaya
Komponen lingkungan sosiobudaya
Hubungan antara masalah lingkungan fisik dan masalah lingkungan sosiobudaya
Permasalahan lingkungan global
Faktor permasalahan
Sebab-akibat permasalahan
Solusi permasalahan
Kebijakan negara-negara dunia dan pemerintahan dunia
Protokol-protokol
Perjanjian-perjanjian

3. 5. GEOMORFOLOGI

Pengantar Geomorfologi
Definisi geomorfologi
Tenaga pembentuk morfologi bumi
Bentang Alam Volkanik
Definisi bentang alam volkanik
Proses pembentukan bentang alam volkanik
Jenis-jenis bentang alam volkanik
Potensi bentang alam volkanik
Bentang Alam Struktural
Definisi bentang alam struktural
Proses pembentukan bentang alam struktural
Jenis-jenis bentang alam struktural
Potensi bentang alam struktural
Bentang Alam Fluvial
Definisi bentang alam fluvial
Proses pembentukan bentang alam fluvial
Jenis-jenis bentang alam fluvial
Potensi bentang alam fluvial
Bentang Alam Karst
Definisi bentang alam karst
Proses pembentukan bentang alam karst
Jenis-jenis bentang alam karst
Potensi bentang alam karst
Bentang Alam Eolian
Definisi bentang alam eolian
Proses pembentukan bentang alam eolian
Jenis-jenis bentang alam eolian
Potensi bentang alam eolian
Bentang Alam Pantai dan Delta
Definisi bentang alam pantai dan delta
Proses pembentukan bentang alam pantai dan delta
Jenis-jenis bentang alam pantai dan delta
Potensi bentang alam pantai dan delta
Bentang Alam Glasial
Definisi bentang alam glasial
Proses pembentukan bentang alam glasial
Jenis-jenis bentang alam glasial
Potensi bentang alam glasial
Bentang Alam Bawahlaut
Definisi bentang alam bawahlaut
Proses pembentukan bentang alam bawahlaut
Jenis-jenis bentang alam bawahlaut
Potensi bentang alam bawahlaut
Penerapan Pemahaman Geomorfologi
Penerapan geomorfologi dalam perencanaan kota/wilayah
Penerapan geomorfologi dalam pengembangan ekonomi kota/wilayah
dan lain-lain
Kenampakan Geomorfologi Regional
Geomorfologi Asia
Geomorfologi Amerika
Geomorfologi Afrika - Geomorfologi Eropa
Geomorfologi Australia
Geomorfologi bawahlaut samudera-samudera dunia

3. 6. GEOGRAFI PERTANIAN DAN PERMASALAHAN PANGAN

Pengantar Geografi Pertanian


Definisi geografi pertanian
Sejarah pertanian
Cakupan dan tinjauan geografi pertanian
Pengembangan geografi pertanian
Pendekatan studi geografi pertanian
Pendekatan aspek komoditas
Pendekatan aspek ekonomi
Pendekatan aspek sistematis
Pendekatan aspek lingkungan
Faktor yang mempengaruhi pertanian
- Faktor fisik
Topografi
Kemiringan
Iklim
Zona agroklimat dunia
Jenis tanah
dan lain-lain
Faktor sosial, ekonomi, dan teknologi
Irigasi
Jenis-jenis dan macam irigasi
Efisiensi dan efektifitas tiap macam irigasi
Keunggulan dan kelemahan tiap macam irigasi
Megaproyek irigasi dunia
Pupuk
Jenis-jenis pupuk
Dampak penggunaan pupuk
Bioteknologi
Jenis dan macam bioteknologi dalam pertanian
Dampak bioteknologi dalam pertanian
Pengembangan bioteknologi dalam pertanian
Teknologi-teknologi dan mekanisasi pertanian
Alat-alat pertanian modern
Teknologi kombinasi dan diversifikasi tanaman
Kebijakan pemerintah
Kepemilikan lahan
Tenaga kerja
Modal
Pengangkutan barang dan pemasaran
Tanah
Proses pembentukan tanah dan karakteristik tanah
Tipe dan karakteristik tanah
Taksonomi tanah berdasarkan USDA (US Departement of Agriculture)
Taksonomi tanah berdasarkan FAO (Food and Agriculture Organization)
Taksonomi tanah berdasarkan WRB (World Reference Base of Soil Resources)
- Degradasi kualitas tanah
Erosi tanah
Tipe Pertanian
Pertanian intensif
Pertanian subsisten
Pertanian ekstensif
Pertanian perkebunan
Pertanian mediteranean
Pertanian campuran
Peternakan
dan lain-lain
Pola pertanian dunia
Persebaran hasil pertanian dunia
Karakteristik pertanian negara-negara dunia maju
Karakteristik pertanian negara-negara dunia berkembang
Permasalahan pangan dunia
Bencana kelaparan
Sejarah bencana kelaparan dunia
Bencana kelaparan modern
Solusi bencana kelaparan
Diversifikasi pangan dan perkembangannya
Prospek, masalah, dan pengembangan pertanian
Prospek pengembangan pertanian
Masalah pengembangan pertanian
Masalah perubahan lingkungan dan ekosistem akibat pertanian
Kekurangan modal
Keberadaan pasar
Dampak pengembangan pertanian
Dampak ekonomi dan lingkungan dari globalisasi pertanian dan pangan
Revolusi hijau
Metode-metode pertanian
Metode Weaver dan metode Thomas
Metode Von Thune
3. 7. KEPENDUDUKAN DAN DINAMIKA PENDUDUK
Pengantar Demografi
Definisi demografi
Sejarah kependudukan dunia
Distribusi penduduk dunia
Sensus Penduduk
Definisi sensus
Jenis sensus
Sebab pelaksanaan sensus
Kegunaan sensus
Komposisi Penduduk
Sex ratio
Definisi sex ratio
Sebab-akibat variansi angka sex ratio
Piramida penduduk
Definisi piramida penduduk
Jenis piramida penduduk
Sebab-akibat jenis piramida penduduk
Depedency ratio
Definisi depedency ratio
Sebab-akibat variansi angka depedency ratio
Sebab-akibat dari suatu komposisi penduduk tertentu
Faktor-faktor penyebab dinamika komposisi penduduk
Faktor ekonomi
Faktor sosial
dan lain-lain
Perspektif Demografi
Perspektif demografi menurut Malthus - Perspektif demografi menurut Marx
Perspektif demografi menurut Boserup
Perspektif demografi menurut teori Transisi Demografi
Perspektif demografi menurut Esterlin
Perspektif demografi menurut Davis
dan lain-lain
Fertilitas
Definisi fertilitas
Pengukuran angka fertilitas
Faktor-faktor fertilitas
Penyebab variansi angka fertilitas
Akibat variansi angka fertilitas
Mortalitas
Definisi mortalitas
Pengukuran angka mortalitas
Faktor-faktor mortalitas
Penyebab variansi angka mortalitas
Akibat variansi angka mortalitas
Migrasi
Definisi dan konsep dasar migrasi
Sejarah migrasi manusia
Teori migrasi
Jenis-jenis migrasi
Faktor-faktor migrasi
Sebab-akibat migrasi
Urbanisasi
Isu Kependudukan
Populasi dan lingkungan
Populasi, sumber daya, lingkungan, dan pembangunan
Perubahan demografik
Ledakan penduduk
Problema-problema kependudukan

3. 8. GEOGRAFI EKONOMI DAN GLOBALISASI

Pengantar Geografi Ekonomi dan Globalisasi


Definisi geografi ekonomi
Cakupan dan tinjauan geografi ekonomi
Teori-teori dasar ekonomi
Aktivitas Ekonomi
Sejarah manusia dan ekonomi
Hubungan lingkungan dan pekerjaan
Tipe aktivitas ekonomi
Aktivitas ekonomi primer
Aktivitas ekonomi sekunder - Aktivitas ekonomi tersier
Aktivitas ekonomi kuartener
Kegiatan ekonomi dan gender
Ideologi dan Ekonomi
Ekonomi liberal-kapitalis
Definisi liberal dan kapitalisme
Keunggulan sistem ekonomi liberal-kapitalis
Kelemahan sistem ekonomi liberal-kapitalis
Ekonomi komunis-sosialis
Definisi komunis dan sosialisme
Keunggulan sistem ekonomi komunis-sosialisme
Kelemahan sistem ekonomi komunis-sosialisme
Welfare economic
Definisi welfare economic
Keunggulan sistem ekonomi welfare economic
Kelemahan sistem ekonomi welfare economic
Ekonomi koperasi
Definisi ekonomi koperasi
Keunggulan sistem ekonomi koperasi
Kelemahan sistem ekonomi koperasi
Ekonomi syariah
Definisi ekonomi syariah
Keunggulan sistem ekonomi syariah
Kelemahan sistem ekonomi syariah
Globalisasi Ekonomi
Mekanisme ekonomi global
Perdagangan dunia
Jalur perdagangan dunia
Aliran finansial dunia dan globalisasi ekonomi
Dampak teknologi dan globalisasi ekonomi
Aliran barang dan jasa global
Faktor pendukung dan penghalang globalisasi ekonomi
Dampak positif dan negatif globalisasi ekonomi
Ekonomi Nasional, Regional, dan Dunia
Fluktuasi ekonomi nasional, regional, dan global
Permasalahan ekonomi nasional, regional, dan global
Sejarah permasalahan ekonomi nasional, regional, dan global
Sebab-akibat permasalahan ekonomi nasional, regional, dan global
Solusi permasalahan ekonomi nasional, regional, dan global
Tantangan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan
Organisasi Ekonomi Dunia dan Korporasi Global
Jenis-jenis organisasi ekonomi dunia dan regional
Peranan organisasi-organisasi tersebut
Korporasi global
Jenis-jenis korporasi global
Contoh korporasi global
Dampak positif dan negatif korporasi global
Karakteristik Perekonomian Negara-negara Dunia
Karakteristik perekonomian negara berkembang
Karakteristik perekonomian negara maju
Model dan Teori Geografi Ekonomi - Model lokasi pertanian Von Thune
Model pembangunan ekonomi Rostov
Teori lokasi industri Weber
dan lain-lain

3. 9. GEOGRAFI PEMBANGUNAN DAN TEORI KERUANGAN

Pengantar Geografi Pembangunan dan Teori Keruangan


Definisi georafi pembangunan
Teori keruangan
Kajian dan cakupan geografi pembangunan
Pola Ekonomi Global
Distribusi geografis dan spesialisasi aktivitas ekonomi
Migrasi dan Lapangan Kerja
Kecenderungan global: integrasi ekonomi, mobilitas tenaga kerja
Migrasi internal
Pertumbuhan Kota
Pola kota besar di negara berkembang
Pola kota besar di negara maju
Perubahan Lingkungan
Tekanan perkotaan terhadap lingkungan
Megaproyek dan lingkungan
Asas eksploitasi berkelanjutan
Asas pembangunan berkelanjutan
Kemiskinan dan Kesehatan
Kemiskinan di negara maju
Kemiskinan di negara berkembang
Kesehatan: kecenderungan dan prospek
Teori Keruangan
Teori-teori keruangan yang berkembang dari berbagai ahli

3. 10. GEOGRAFI KOTA, PEREMAJAAN KOTA, DAN PERENCANAAN KOTA

Pengantar Geografi Kota, Peremajaan Kota, dan Perencanaan Kota


Definisi kota
Klasifikasi kota
Elemen perkotaan
Teori dan konsep dasar geografi kota dan perencanaan kota
Pentingnya perencanaan kota
Perkotaan
Tata guna lahan perkotaan
Fenomena dan karakteristik kota, dan berkembangnya kota
Teori struktur, tata ruang, dan perkembangan kota
Teori Burgess
Teori Hoyt
Teori Harris dan Ullman
Teori Bergel
Teori Griffin dan Ford
Teori Alonso
dan lain-lain
Infrastruktur wilayah dan kota
Ekonomi perkotaan
Penduduk kota
Perencanaan Kota dan Peremajaan Kota
Teori perencanaan
Proses perencanaan
Teori lokasi dan pola keruangan
Sistem perumahan
Perencanaan infrastruktur
Perencanaan transportasi
Aspek kebencanaan dalam perencanaan
Perencanaan partisipatif
Perencanaan dan politik
Esensi dan manfaat peremajaan kota
Pengembangan kawasan pesisir
Pengelolaan Kota
Pengelolaan infrastruktur
Pengelolaan transportasi
Problem sosial-ekonomi perkotaan
Faktor penyebab munculnya problem perkotaan
Sebab-akibat problem sosial-ekonomi perkotaan
Toleransi sosial masyarakat
Solusi problem sosial-ekonomi perkotaan
Pengembangan komunitas perkotaan
Isu kesehatan dan lingkungan perkotaan
Masa depan perkotaan
Land value dan land rent
Kota-kota Dunia
Kota di negara berkembang
Kota di negara maju
Ciri khas kota-kota Eropa
Ciri khas kota-kota Amerika
Ciri khas kota-kota Asia
Ciri khas kota-kota Afrika
Ciri khas kota-kota Australia

3. 11. PARIWISATA DAN MANAJEMEN PARIWISATA

Pengantar Pariwisata dan Manajemen Pariwisata


Definisi pariwisata
Peran dan pentingnya pariwisata
Pariwisata sebagai kebutuhan manusia
Karakteristik pariwisata
Faktor Penarik dan Pendorong Wisatawan
Keterjangkauan
Atraksi
Atraksi pariwisata alam
Atraksi pariwisata budaya
Barang/souvenir
Kestabilan keamanan nasional dan regional
Kestabilan ekonomi nasional dan regional
Akomodasi Pariwisata
Kebutuhan akomodasi pariwisata
Tipe-tipe akomodoasi pariwisata
Dampak Pariwisata
Dampak ekonomi
Pariwisata sebagai kegiatan ekonomi - Pariwisata dan devisa negara
Pariwisata dan tenaga kerja
Peningkatan pendapatan masyarakat
Inflasi
Peningkatan volume perdagangan
Dampak sosial dan budaya
Neokolonialisme
Perjudian dan kriminal
Agama dan bahasa - Kesehatan
Pertukaran budaya
Perencanaan dan Pemasaran Pariwisata
Perencanaan pariwisata
Perencanaan pariwisata di negara maju
Perencanaan pariwisata di negara berkembang
Komponen perencanaan pariwisata
Pemasaran pariwisata
Objek Pariwisata Dunia
Objek pariwisata di Eropa
Objek pariwisata di Asia
Objek pariwisata di Afrika
Objek pariwisata di Amerika
Objek pariwisata di Australia

3. 12. GEOGRAFI BUDAYA DAN IDENTITAS REGIONAL

Pengantar Geografi Budaya dan Identitas Regional


Definisi geografi budaya
Manusia dan lingkungannya
Ras dan Kebudayaan Manusia
Definisi ras
Ras-ras manusia dan karakteristiknya
Teori Griffith Taylor mengenai ras manusia
Definisi kebudayaan - Sejarah kebudayaan
Etnis-etnis dan kebudayaan di dunia
Etnis dan budaya di Amerika
Etnis dan budaya di Asia
Etnis dan budaya di Afrika
Etnis dan budaya di Australia
Adaptasi Manusia
Kehidupan manusia di daerah dingin
Kehidupan manusia di daerah tropis - Kehidupan manusia di daerah gurun
Kehidupan manusia di daerah pegunungan
Kehidupan manusia di daerah pantai

Anda mungkin juga menyukai