Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perbedaan cuaca dan iklim sebagai berikut :
1) Perbedaan jangka waktu
Cuaca terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Dalam hitungan jam saja, cuaca di
suatu wilayah dapat berubah- ubah secara drastis. Cuaca yang tadinya mendung bisa
berubah menjadi hujan deras, panas terik, dan lain sebagainya. Sedangkan iklim hanya
dapat berubah dalam jangka waktu yang sangat lama. Indonesia semenjak ribuan
tahun yang lalu masih saja tetap memiliki iklim tropis, begitupun dengan korea, jepang,
dan negara-negara eropa yang tetap beriklim sub tropis.
2) Perbedaan jangkauan wilayah
Perbedaan cuaca dan iklim juga terletak pada jangkauan wilayah yang dipengaruhinya
masing-masing. Cuaca terjadi dalam jangkauan wilayah yang sempit. Cuaca hari ini di
Lampung dan di Surabaya misalnya, pasti akan berbeda. Inilah yang mendasari
kenapa prakiraan cuaca dilakukan berdasarkan provinsi saja. Adapun iklim terjadi
dalam jangkauan wilayah yang sangat luas. Negara-negara di Asia Tenggara misalnya
(termasuk Indonesia, Malaysia, Filiphina, Brunei, dan lainnya), mereka mempunyai
jenis iklim yang sama, yakni iklim tropis.
3) Perbedaan faktor utama yang mempengaruhi
Iklim suatu wilayah di bumi
umumnya dipengaruhi oleh letak
geografis dan topografinya.
Sedangkan cuaca dipengaruhi oleh
perbedaan suhu dan kelembaban
udara antar wilayah.
4) Perbedaan klasifikasi
Iklim diklasifikasian menjadi lima
yaitu iklim tropis basah, iklim kering
atau setengah kering, iklim dengan
variasi suhu, iklim sirkompular, dan
iklim kutub (Koppen dan Geiger).
Sedangkan cuaca diklasifikasikan
menjadi enam yaitu panas, cerah,
berawan, hujan, dingin dan berangin.
Jumlah sinar matahari yang di terima oleh bumi bergantung pada hal-hal berikut:
a) Lama penyinaran. Semakin lama penyinaran maka makin tinggi temperatur.
b) Sudut datang sinar matahari. Semakin miring sinar matahari maka makin berkurang
panasnya. Tempat yang dipanasi sinar matahari yang datang dari sudut miring lebih
luas.
c) Ketinggian tempat. Semakin bertambah ketinggian maka temperature makin
rendah.
d) Komposisi udara. Apabila udara banyak mengandung awan (uap air) dan gas
karbon dioksida maka panasnya akan berkurang.
e) Angin dan arus laut. Adanya angin dan arus laut yang datang dari daerah dingin
akan mendinginkan daerah yang dilalui.
f) Keadaan tanah. Tanah yang licin dan putih banyak memantulkan panas. Tanah
yang kasar dan hitam banyak menyerap panas.
g) Sifat permukaan. Daratan lebih cepat menerima panas daripada lautan.
atmosfer.
2) Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu
udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan
dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka
bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin dingin. Di lain
pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin jika ketinggian
bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter, suhu
udara berkurang (turun) rata-rata 0,6oC. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient
temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1 OC.
Keadaan suhu udara di suatu tempat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai
berikut :
a) Sudut datangnya sinar matahari
Sinar matahari yang jatuh tegak lurus ke permukaan bumi, maka daerah sekitarnya
akan terasa lebih panas dibandingkan sinar matahari yang arah jatuhnya lebih
condong. Sebagai contoh, pada saat pagi hari, sinar matahari yang jatuh ke
permukaan bumi memiliki arah yang condong sehingga suhu udara masih terasa
sejuk.
b) Lamanya penyinaran matahari
Semakin lama matahari menyusuri permukaan bumi, suhu udara akan terasa
semakin panas.
c) Keadaan awan
Semakin banyak awan yang menutupi permukaan bumi, suhu akan terasa lebih
sejuk karena sinar matahari terhalang oleh awan.
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat digunakan rumus:
h
Tx=¿−0,6
100
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
Gradien Barometris
Perbedaan tekanan udara antara dua tempat akan menghasilkan angin. Semakin
besar perbedaan tekanan udara, maka angin yang bertiup pun akan semakin
kencang atau kuat. Sebagaimana yang dirumuskan dalam hukum Stevenson.
Menurut Stevenson kekuatan angin yang bertiup berbanding lurus dengan gradien
barometernya. Semakin besar gradient barometernya, semakin kuat angin yang
bertiup. Gradien barometer adalah perbedaan tekanan udara antara dua isobar
pada tiap jarak lurus 15 meridian atau 111 km.
Contoh soal:
Diketahui dua isobar X dan Y. Isobar X mempunyai tekanan udara 1.450 mb
(milibar) dan isobar Y mempunyai tekanan udara 1.150 mb. Jika jarak X dan Y
adalah 600 km, berapakah gradien barometernya?
Jawab:
Perbedaan tekanan X dan Y = 1.450 – 1.150 = 300 mb.
Jadi, gradien barometernya =( 300 : 111 ) / 600 = 55,5 mb.
Contoh : Temperatur permukaan laut = 27 oC. Kota X tingginya 1500 m (di
Indonesia). Tanya: Berapa temperatur rata rata kota X?
h
Tx=¿−0,6
100
1500
= 27o – 0,6 x
100
= 270 – 0,6 x 15
= 27O – 9O
= 180O
3) Tekanan Udara
Tekanan udara adalah berat massa udara yang memiliki tenaga untuk memberikan
tekanan pada permukiman bumi dan menggerakan massa udara dalam satuan luas
tertentu. Tekanan udara di setiap tempat tidaklah sama. Makin rendah suatu tempat
dari permukaan laut, makin tinggi tekanan udaranya. Tekanan udara di suatu tempat
juga dipengaruhi oleh temperatur tempat tersebut. Tekanan udara di suatu tempat juga
dipengaruhi oleh temperatur tempat tersebut.
Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara adalah barometer dengan satuan
milibar. Sementara itu, alat untuk mencatat tekanan udara bernama barograf. Daerah
yang banyak menerima panas matahari udaranya akan mengembang dan naik. Oleh
karena itu, daerah tersebut bertekanan udara rendah. Di tempat lain, terdapat tekanan
udara tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan udara rendah. Gerakan udara dinamakan angin.
4) Kelembapan Udara
Kelembapan/kelengasan udara ialah kandungan uap air dalam udara. Uap air di udara
berasal dari hasil penguapan air di permukaan bumi, air tanah, atau air yang ada pada
tumbuh-tumbuhan. Kandungan uap air di udara berubahubah. Kemampuan udara
memegang uap air juga berbeda. Jadi, massa udara mempunyai batas maksimum
dalam menampung sejumlah udara.
Batas maksimum tersebut ditentukan oleh suhu udara seperti tergambar pada table
berikut.
Suhu udara (0C) -20 -10 0 10 20 30
Jumlah maksimum uap
air 1,1 2,4 4,9 9,4 17,3 30,4
3
(gram/m )
Table Jumlah Kandungan Uap Air Maksimum pada Berbagai Ketinggian Suhu Udara
Sumber: Wardiyatmoko: 146
Contoh soal:
1 m3 udara mengandung uap air sebanyak 3 gram. Pada suhu 20 OC udara tersebut
mengandung uap air sebanyak 15 gram. Hitunglah kelembapan relatifnya !
Jawab:
3g
Kelembapan mutlak (absolute) = 3 = 3 g/m3
1m
3
KN = x100%=20%
15
5) Angin
Angin adalah gerakan udara yang terjadi di atas permukaan bumi. Pada umumnya,
angin bergerak horizontal. Namun, dalam meteorology kita temukan juga angin yang
bergerak vertical atau miring mengikuti lereng.
a) Proses Terjadinya Angin
Penyebab terjadinya angin karena perbedaan tekanan udara di dua wilayah yang
berdekatan. Perbedaan ini sebagai akibat dari perbedaan suhu udara dan
pemanasan matahari. Angin bersifat meratakan tekanan udara. Makin besar
perbedaan tekanan udara, makin kencang angin yang terjadi.
b) Arah dan Kecepatan Angin
Arah angin dapat ditentukan dengan sebuah bendera angin. Bendera angin terdiri
atas sebuah kantong berbentuk kerucut terpancung. Arah datangnya angin
ditunjukkan oleh arah mulut kantong. Arah angin ditanyakan dalam derajat.
Kecepatan angin dikur oleh anemometer. Penentuan arah dan kecepatan angin
bermanfaat sekali dalam dunia penerbangan dan pelayaran. Arah angin dinyatakan
dengan mata angin seperti dalam kompas
c) Macam-macam Angin
Pada dasarnya angin di permukaan bumi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu angin
tetap dan angin local. Angin tetap adalah angin yang bergerak terus-menerus
sepanjang tahun dengan arah yang tetap. Contohnya, angin barat, angin timur dan
angin pasat.
(1) Angin pasat yaitu angin yang bertiup terus menerus dari daerah maksimum
subtropis utara dan selatan (30 O – 40O) menuju ke minimum khatulistiwa.Terdiri
dari Angin Passat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat
Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
(2) Angin barat tetap yaitu angin antipassat (angin yang berhembus di atas angin
passat pada ketinggian (30 km dan arahnya berlawanan dengan angin passat).
(3) Angin timur tetap yaitu angin yang bertiup dari kedua daerah maksimum kutub
menuju daerah minimum subpolar (lintang 66 OLU dan LS.)
Gambar Sirkulasi Angin
Sumber : https://www.google.com
b) Hujan orografis
adalah hujan yang terjadi karena adanya udara yang mengandung uap air naik ke
pegunungan. Makin tinggi ke atas udara makin dingin dan uap air mengalami
pengembunan (kondensi) menjadi titik air dan jatuh menjadi hujan, Lereng yang
membelakangi arah angin di sebut daerah bayangan hujan.
Gambar Hujan Orografis
Sumber : http://www.google.com
c) Hujan Frontal
Terjadi karena tumbukan antara udara panas dan udara dingin. Kemudian, udara
panas naik dan terjadi kondensasi sehingga menimbulkan hujan. Hujan front biasa
terjadi pada Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). Karena daerah tersebut
merupakan daerah pertemuan dua massa udara yang besar dan tebal, dan disebut
Hujan Konvergensi.
A. Komposisi Atmosfer
Seperti yang kita tahu bahwa atmosfer pada dasarnya adalah sebuah lapisan udara. Udara
merupakan campuran dari berbagai jenis unsur gas. Selain campuran gas, udara di
atmosfer juga mengandung komponen uap air dan aerosol. Komponen – komponen
penyusun atmosfer bumi dibagi menjadi 2 bagian, komponen konstan dan komponen
variabel
1) Komponen Konstan
Nitrogen, oksigen, dan argon disebut sebagai komponen konstan karena
konsentrasinya yang cenderung selalu sama dari masa ke masa. Hal ini disebabkan
karena pada permukaan bumi tedapat keseimbangan antara konversi (output) dan
produksi (input) dari gas – gas ini.
Kompone
Formula Persentase
n
Nitrogen N2 78.08
Oksigen O2 20.95
Argon Ar 0.93
Nitrogen
78% atmosfer bumi kita disusun oleh nitrogen. Nitrogen dilepaskan ke udara melalui
pembusukan materi hewan dan tumbuhan. Bersamaan dengan itu juga, nitrogen diikat
ke tanah oleh mikroorganisme pengikat nitrogen. Selain itu, nitrogen juga diserap dari
udara oleh plankton kecil di lautan yang mengubahnya menjadi nutrisi. Nitrogen bersifat
relatif inert. Nitrogen terdapat dalam jumlah yang sangat banyak di udara karena
sifatnya yang volatile.
Oksigen
Oksigen merupakan gas kedua terbanyak yang terkandung di udara. Oksigen dapat
bereaksi dengan unsur-unsur lain di udara dan membentuk senyawa oksida.
Oksigen penting bagi proses respirasi hewan dan tumbuhan. Oksigen terdapat di
atmosfer sebagai produk fotosintesis tanaman. Tumbuhan mengambil karbon dioksida
dari udara dan melepaskan oksigen dalam proses fotosintesis.
Argon
Argon adalah gas inert yang tidak berwarna dan tidak berbau. Argon banyak digunakan
karena sifatnya yang sulit sekali bereaksi dengan unsur lain. Hal ini juga yang
menyebabkan banyaknya kandungan argon di udara.
2) Komponen variabel
Udara di atmosfer kita juga memiliki beberapa komponen variabel. Komponen variabel
ini mencakup uap air, partikel debu, dan ozon. Meskipun hanya terdapat dalam jumlah
kecil, komponen – komponen ini dapat memiliki efek yang signifikan pada kondisi cuaca
dan iklim kita. Kandungan komponen-komponen variabel pada atmosfer terus menerus
berubah.
Formul
Komponen Persentase
a
Uap air H2O 0-4
Karbon Dioksida – ada kenaikan di atm. CO2 0.038
Metana – ada kenaikan di atm. CH4 0.00017
Nitrat Oksida N2O 0.00003
Ozon O3 0.000004
Partikel aerosol - 0.000001
Uap air
Konsentrasi uap air sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan dari waktu ke
waktu. Pada daerah tropis kandungannya bisa mencapai 4 persen, sedangkan di
daerah arktik yang lebih dingin lebih sedikit dari 1 persen. Hampir seluruh uap air pada
atmosfer terdapat pada ketinggian kurang dari 5 km dari permukaan bumi.
Selain itu, uap air adalah gas rumah kaca yang kuat karena sangat menyerap energi
radiasi yang keluar dari Bumi. Sebagai gas rumah kaca, uap air berperan penting
dalam menjaga kesetimbangan suhu perkmukaan bumi.
Karbon Dioksida
Karbon dioksida merupakan komponen alami pada atmosfer dengan konsentrasi yang
sangat kecil, namun berperan sangat penting. CO 2 menempati atmosfer melalui proses
respirasi, peluruhan material organik, erupsi gunung api dan pembakaran alamiah
maupun antropogenik. Seiring dengan itu, proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan
menyerap kembali karbon dioksida dari udara.
Beberapa abad terakhir ini terdapat peningkatan yang signifikan dari kandungan karbon
dioksida di atmosfer. Pusat pengamatan di Mauna Loa di Hawaii mencatatkan kenaikan
sebesar hampir 30% sejak tahun 1958.
Ozon
Komponen penting pada atmosfer lainnya adalah ozon (O 3). Lapisan ozon dapat
ditemukan pada stratosfer bumi. Lapisan ini vital bagi kehidupan karena melindungi
makhluk hidup di bumi dari radiasi sinar UV matahari yang berbahaya
Sumber: https://scied.ucar.edu/atmosphere-layers
Troposfer
Lapisan ini merupakan lapisan terbawah dalam lapisan atmosfer.
- Di khatulistiwa ketebalannya mencapai 18 – 21 km, di sekitar lintang
tengah mencapai 11 km, dan di daerah kutub tebalnya 8 km
- Setiap naik 100 meter terjadi penurunan suhu 0,6 OC
- Lapisan troposfer ini merupakan tempat terjadinya peristiwa cuaca dan
iklim sehingga lapisan ini memiliki pengaruh yang sangat besar sekali
terhadap kehidupan makhluk hidup di bumi
- Batas dari lapisan stratosfer ini disebut Tropopause
Stratosfer
Lapisan Stratosfer merupakan lapisan kedua dari lapisan atmosfer bumi.
- Lapisan ini terletak pada ketinggian 12 – 50 km.
- Pada lapisan ini terdapat ozon lapisan (O3) untuk melindungi bumi dari
- radiasi matahari yang berbahaya.
- Lapisan Stratosfer disebut juga lapisan Isothermis
- Semakin tinggi tempat maka suhu semakin naik
- Batas dari lapisan stratosfer ini disebut Stratopouse
Mesosfer
Lapisan Mesosfer merupakan lapisan udara ketiga
- Ketinggian 50 – 80 km
- Lapisan mesosfer ditandai dengan penurunan suhu 0,4 OC setiap 100
meter
- Bagian atas mesosfer dibatasi oleh Mesopause, yaitu lapisan di dalam
atmosfer yang memiliki suhu paling rendah, kira-kira -100 OC
- Lapisan ini dapat menghancurkan meteor
Termosfer / Ionosfer
Lapisan ini adalah lapisan keempat dari lapisan atmosfer bumi
- Ketinggian 85 – 300 km
- Pada lapisan ini terjadi proses ionisasi yang tejadi pada suhu dan
ketinggian tertentu. Ionisasi bermanfaat untuk memantulkan gelombang
radio
- Batas atas lapisan termosfer disebut Termopause
- Suhu mencapai 1.500OC
Eksosfer
Pada lapisan ini, suhu dapat mencapai 2.200 OC. merupakan batas antara atmosfer
bumi dan angkasa luar. Lapisan ini dimanfaatkan untuk penempatan satelit buatan.
Lapisan ini terletak pada ketinggian antara 800 – 1000 km. Pada lapisan ini terjadi
gerakan atom -atom secara tidak beraturan. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling luar. Lapisan ini sering disebut juga sebagai ruang antar planet dan
Geostasioner. Lapisan ini sangat berbahaya karena merupakan tempat
penghancuran meteor dari luang angkasa.
c) Berdasarkan Tekanan
Tekanan pada atmosfer berkurang secara logaritmik seiring dengan naiknya
ketinggian dari permukaan bumi. Di dekat permukaan, perubahan tekanan 1 mb
setara dengan perubahan ketinggian ~7 m.
Ionosphere
Ionosfer sejatinya bukan merupakan sebuah lapisan. Ionosfer pada dasarnya
adalah daerah pada atmosfer bagian atas bumi yang mengalami elektrifikasi
sehingga mengandung sejumlah besar konsentrasi ion. Konsentrasi ion yang tinggi
pada ionosfer memungkinkan untuk terbentuknya Aurora Borealis dan Aurora
Australis.
Bagian terendah dari ionosfer biasanya terletak pada 60 km dari permukaan bumi
dan terus ada hingga bagian teratas atmosfer. Ionosfer memiliki 3 lapisan, lapisan
D, E, dan F. Lapisan D hanya terdapat pada siang hari dan menyerap gelombang
radio AM.
B. Gerak Atmosfer
Gerak atmosfer adalah seluruh pergerakan yang terjadi di atmosfer bumi, baik yang terjadi
dalam skala kecil maupun skala global serta dapat terjadi secara vertikal dan horizontal.
2) Skala Mikro
Pergerakan atmosfer dengan skala mikro terjadi pada jarak 2 milimeter hingga 2
kilometer. Contoh pergerakan di atmosfer dengan skala mikro adalah proses
pembentukan awan kumulus dan pembuangan asap kendaraan ke udara.
3) Skala Meso
Skala meso sering juga disebut sebagai skala menengah. Pergerakan di atmosfer pada
skala meso terjadi pada skala 2 – 2000 kilometer.
Proses – proses di atmosfer yang memiliki pergerakan dengan skala meso adalah
peristiwa tornado, badai petir, angin lokal dan polusi udara di perkotaan yang sangat
besar.
4) Skala Sinoptik
Skala sinoptik dikenal juga sebagai skala makro. Skala sinoptik terjadi pada skala 500 –
10000 kilometer. Peristiwa yang terjadi pada skala sinoptik adalah fenomena-fenomena
meteorologi skala besar.
Contoh dari fenomena di atmosfer dengan skala sinoptik adalah badai tropis,
hurricanes, proses pembentukan lubang ozon di antartika dan front cuaca.
5) Skala Planetarium
Skala planetarium merupakan skala yang paling besar dan terjadi secara global. Skala
planetarium terjadi pada skala > 10000 kilometer.
Contoh pergerakan di atmosfer yang terjadi pada skala planetarium adalah sistem
angin global dan pemanasan global.
Berikut adalah tabel dari skala gerak atmosfer agar dapat membedakan skala-skala
gerakan di atmosfer dengan lebih mudah.
Gerak Horizontal
Gerak horizontal atmosfer merupakan gerakan atmosfer yang bergerak sejajar dengan
daratan atau permukaan air. Gerak horizontal lebih dominan terjadi daripada gerak vertikal
karena mecakupi wilayah yang sangat luas, sedangkan gerak vertikal hanya beberapa
meter hingga kilometer saja.
Gerak Vertikal
Gerak atmosfer yang bergerak ke aras atau ke bawah. Berdasarkan skala geraknya, gerak
vertikal memiliki skala yang lebih kecil dibandingkan gerak horizontal. Skala gerak
horizontal dapat mencapai 100 hingga 1000 kali lebih besar daripada skala gerak vertikal.
Gerak vertikal timbul melalui arus konveksi, konvergensi massa udara, dan pengangkatan
orografi. Sehingga gerak vertikal mempunyai peranan dalam mengendalikan sistem awan.
(1) Perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan dan ketidakseimbangan panas
antara lintang tinggi dan lintang rendah
Penerimaan radiasi matahari di seluruh bagian bumi tentu saja berbeda-beda. Daerah
khatulistiwa atau lintang rendah akan mendapatkan radiasi matahari lebih. Penerimaan
radiasi matahari akan berkurang di lintang sedang dan lintang tinggi
(kutub).Penerimaan radiasi matahari tentu menyebabkan perbedaan panas antara
lintang tinggi dan rendah. Selain itu, perbedaan pemanasan juga terjadi antara lautan
dan daratan. Perbedaan ini disebabkan karena daratan dan lautan memiliki
penyimpanan panas yang berbeda. Perbedaan panas memicu terjadinya gaya gradien
tekanan yang memicu gerak atmosfer.
(2) Front
Front adalah nama yang diberikan untuk daerah perbatasan tempat bertemunya dua
massa udara. Front juga termasuk ke dalam skala sinoptik. Di sepanjang garis front
ada angin yang bergerak berlawanan. Front terbagi ke dalam front panas, front dingin,
front campuran, front stasioner dan front siklon. Front-front tersebut memberikan
pengaruh yang berbeda-beda di atmosfer bumi.
Front di klasifikasikan berdasarkan tipe massa udara tersebut apakah bersifat dingin
atau panas yang menggantikan satu sama lain.
(a) Front dingin (Cold Front)
Terbentuk saat massa udara dingin
menekan massa udara hangat dari
bawah yang menyebabkan udara hangat
naik. Dampak dari front jenis ini adalah
petir karena adanaya udara panas yang
naik, mendingin dan memebntuk awan
badai. Setelah itu cuaca akan kembali
normal
Front Siklonal
Dampak front
Volume udara akan mempengaruhi daerah di bawah permukaan sumbernya.
Massa udara kutub maritim berpengaruh pada kabut, gerimis, cuaca mendung dan
cahaya tahan lama hujan.
Front panas membentuk awan cirrus, stratus, nimbostratus yang menyebabkan
turun hujan di bawah permukaan front.
Front stasioner menyebabkan cuaca cerah.
Front dingin menyebabkan terjadinya badai.
Perubahan lapisan udara merupakan pemicu lahirnya tornado.
1. Sirkulasi Monsun
Monsun merupakan salah satu bentuk dari sirkulasi atmosfer. Monsun adalah daerah tempat
arah angin yang berperan kemudian berbalik arah sedikitnya 120° pada antara bulan Januari
dan Juli. Januari adalah puncak musim dingin di Bumi Bagian Utara (BBU) dan puncak
musim panas di Bumi Belahan Selatan (BBS). Sebaliknya pada Juli adalah puncak musim
panas di BBU dan puncak musim dingin di BBS (Prawirowardoyo, 1996).
Perbedaan tekanan udara akibat pemanasan yang berbeda menyebabkan pergerakan massa
udara yang membentuk sirkulasi atmosfer. Sifat massa udara yang berasal dari monsun asia
umumnya basah dan tidak stabil karena melewati lautan tropis yang luas dan hangat
sehingga menghasilkan sejumlah besar presipitasi (Soenarmo, 1999).
Monsun yang membentuk sirkulasi atmosfer di Indonesia merupakan bagian monsun Asia
Timur dan Asia Tenggara. Pada periode April – Oktober, kedudukan matahari semu berada di
atas wilayah Bumi Bagian Utara (BBU) sehingga wilayah daratan Asia mengalami pemanasan
besar-besaran dan suhu udara menjadi lebih tinggi. Akibat pemasanan tersebut tekanan
udara di BBU menjadi lebih rendah dibanding tekanan udara di Bumi Bagian Selatan (BBS).
Gaya gradien tekanan yang timbul akibat perbedaan suhu ini menyebabkan aliran udara yang
konstan dari wilayah Australia menuju Asia.
Dengan demikian terjadilah angin muson timuran. Karena melewati lautan yang sempit
kandungan uap air yang mengalir bersama arus angin relatif kering. Pada fase inilah terjadi
musim kemarau di Indonesia. Sirkulasi atmosfer Indonesia dalam bentuk monsun pada
periode Oktober - April merupakan sistem kebalikan dari periode di atas, di mana aliran udara
justru bergerak menuju wilayah Australia yang merupakan daerah tekanan rendah. Karena
melewati wilayah lautan yang cukup luas aliran udara ini sarat dengan kandungan uap air.
Pada saat ini merupakan periode terjadinya musim penghujan di Indonesia. Angin monsun ini
lebih dikenal sebagai angin baratan karena komponen arah datangnya dari barat.
2. Sirkulasi Hadley
Sirkulasi Hadley terdapat di tiap belahan bumi, merupakan salah satu sel dalam sirkulasi
atmosfer. Pada bagian bawah setiap sel Hadley, udara mengalir menuju khatulistiwa. Aliran
udara dari masing – masing belahan bumi bertemu disuatu pita yang disebut ITCZ
(Intertropical Convergence Zone). Di dalam pita ITCZ tersebut , aliran tersebut kemudian naik
ke atas dan menimbulkan perawanan dan hujan. Setelah sampai di tropopause, udara ini
mengalami divergensi menuju kutub. Aliran udara ini akan menjadi dingin karena pemancaran
gelombang pendek, sehingga densitasnya bertambah dan bergerak turun pada sekitar lintang
30°. Pada saat turun udara ini mengalami pemanasan adiabatik dan bergerak menuju
permukaan bumi sebagai udara yang panas dan kering (Prawirowardoyo, 1996).
Di lihat dari komponennya maka sirkulasi Hadley bergerak pada arah utara-selatan sebagai
mana terlihat pada Gambar 1 di atas. Gerak sirkulasi ini ditandai sebagai angin komponen v
atau angin meridional, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut :
3. Sirkulasi Walker
Sirkulasi atmosfer dalam bentuk sirkulasi Walker menandai adanya gerak massa udara pada
arah zonal barat – timur. Pemicu gerak ini adalah tekanan udara di sekitar ekuator di atas
wilayah Indonesia yang relatif hangat sehingga densitasnya rendah. Hal ini menyebabkan
mengalirnya massa udara dari arah timur dan barat ekuator yang merupakan lautan dengan
densitas udara lebih tinggi. Adanya sirkulasi atmosfer ini menyebabkan terjadinya proses
konvektif di atas Indonesia. Dampaknya menyebabkan pertumbuhan awan dan hujan yang
lebih besar. Sirkulasi walker ini sering dikaitkan dengan aktivitas el nino dan la nina.
Sirkulasi Walker ditandai sebagai komponen angin u atau angin zonal yang di hitung dengan
persamaan berikut :
di mana:
u = kecepatan angin zonal
ff = kecepatan angin
ddd = arah angin
Massa Udara
Massa Udara adalah sekumpulan besar udara dengan suhu dan kelembapan yang serupa.
Massa udara dapat mencakup area seluas ribuan kilometer dan secara vertikal terkadang
dapat mencapai puncak troposfer. Kumpulan udara dengan karakteristik yang serupa ini
memiliki garis batas yang apabila batasan ini bertemu dengan massa udara lain akan
membentuk front. Massa udara dapat mempengaruhi kondisi cuaca pada wilayah-wilayah
yang dilaluinya. Salah satu contohnya adalah Siberian Express yang sering kali
mengakibatkan cold wave di barat laut Amerika Serikat dan Kanada.
Daerah Sumber
Massa Udara dapat terbentuk apabila sebuah volume udara berada pada wilayah permukaan
luas dengan suhu dan kelembapan yang stabil untuk waktu yang cukup lama. Wilayah tempat
pembentuk massa udara ini disebut dengan Daerah Sumber. Karena karakteristik massa
udara pada atmosfer pada umumnya ditentukan oleh permukaan di bawahnya, daerah
sumber menjadi faktor penentu dari sifat massa udara yang terbentuk pada wilayah tersebut.
Daerah sumber yang ideal harus memenuhi dua kriteria dasar. Pertama, daerah tersebut
memiliki permukaan yang luas dan datar. Wilayah dengan topografi permukaan yang tidak
rata tidak dapat menjadi daerah sumber. Kedua, daerah tersebut memiliki sirkulasi atmosfer
yang stagnan sehingga udara dapat berada pada wilayah tersebut cukup lama untuk
mendapat pengaruh dari permukaan. Biasanya, wilayah-wilayah ini didominasi oleh antisiklon
yang bergerak dengan lambat atau bahkan diam pada area yang luas.
Ketika angin meniup sebuah massa udara, mereka membawa kondisi cuaca mereka (panas
atau dingin, kering atau lembap) dari wilayah sumber ke wilayah baru. Saat massa udara
mencapai wilayah baru, mereka dapat berbenturan dengan massa udara lain yang memiliki
karakteristik suhu dan kelembapan yang berbeda. Hal ini dapat menghasilkan hujan frontal
yang hebat.
Klasifikasi
Klasifikasi massa udara pada dasarnya ditentukan oleh karakteristik temperatur dan
kelembapannya. Pada peta cuaca, massa udara diklasifikasikan menggunakan dua huruf.
1. Huruf kecil digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air di massa udara, m untuk
maritim dan c untuk kontinental. Udara maritim memiliki kelembapan yang lebih tinggi
dibandingkan kontinental karena terbentuk di atas lautan. Sedangkan, udara kontinental
terbentuk di atas dataran benua yang pastinya lebih kering dibandingkan lautan.
2. Huruf kapital digunakan untuk mendeskripsikan sifat temperatur dari massa udara
tersebut, P untuk polar, T untuk tropis, A untuk arktik, dan E untuk ekuatorial. Massa udara
tropis dan ekuatorial memiliki suhu yang hangat hingga panas karena terbentuk pada
daerah lintang rendah. Sementara, udara arktik dan polar memiliki suhu yang dingin
karena terbentuk pada lintang tinggi yang suhunya jauh lebih rendah bila dibandingkan
dengan daerah lintang rendah dan ekuatorial
Dari kombinasi karakteristik kelembapan dan temperaturnya terbentuklah 6 tipe massa udara,
yaitu:
1. Continental Polar (cP) memiliki karakteristik bersuhu dingin dan kelembapan rendah
karena terbentuk pada daerah sumber kontinental. Massa udara ini terbentuk di Kanada
bagian utara, Greenland dan Siberia.
2. Maritime Polar (mP) berkembang di wilayah kutub di belahan utara dan selatan. Mereka
pada umumnya mengandung lebih banyak uap air daripada massa udara cP. Saat massa
udara tipe ini bergerak menuju daratan, curah hujan yang tinggi dapat terjadi saat udara
dipaksa untuk mendaki lereng gunung atau terjebak dalam pengaruh siklon.
3. Continental Tropical (cT) berasal dari daerah kering serta gurun di lintang menengah dan
bawah. Secara umum, temperaturnya cenderung hangat dan kadar airnya sangat rendah.
Massa udara cT adalah tipe massa udara dengan kelembapan terendah.
4. Maritime Tropical (mT) memiliki karakteristik bersuhu hangat dan bermuatan uap air yang
tinggi karena terbentuk di atas lautan.
5. Continental Arctic (cA) berasal dari samudera Arktik yang walaupun merupakan lautan,
seluruhnya permukaannya ditutupi oleh lapisan es. Hal ini menyebabkan sifatnya yang
kering dan sangat dingin.
6. Maritime Equatorial (mE) terbentuk di daerah sekitar garis ekuator sehingga memiliki suhu
yang relatif panas. pembentukannya terjadi di atas lautan yang menyebabkan muatan uap
airnya tinggi.
Definisi awan
Jenis-jenis awan
Proses pembentukan awan dan hujan
Bencana Meteorologi
Siklon tropis
El Nino dan La Nina
Tornado
Thunderstorm
Kekeringan
Gelombang panas
Blizzard
Banjir
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Definisi pemanasan global dan perubahan iklim
Kontroversi pemanasan global dan perubahan ikim
Penyebab dan akibat pemanasan global
Sebab-akibat dan umpan-balik perubahan iklim
Klasifikasi Iklim
Dasar klasifikasi iklim
Jenis-jenis klasifikasi iklim
Pembagian zona iklim dunia
Observasi Meteorologi dan Penyajian Data
Observasi dengan alat-alat konvensional
Observasi dengan radar, satelit, radiosonde
Penyajian data
Diagram termodinamika
Peta sinoptik
3.1.2. OSEANOGRAFI
Pengantar Oseanografi
Definisi oseanografi
Manfaat oseanografi
Samudera
Definisi samudera
Definisi laut
Proses pembentukan samudera
Komponen samudera
Sifat Air Laut
Sifat fisik air laut
Sifat kimia air laut
Gerakan Air Laut
Gelombang
Gelombang pecah
Refraksi gelombang
Difraksi gelombang
Jenis-jenis gelombang menurut penyebabnya
Tipe gelombang menurut periodenya
Pasang surut
Arus
Sirkulasi massa air permukaan
Faktor yang berpengaruh terhadap arus
Sirkulasi laut dalam
Longshore current
Rip current
Arus turbidit
Upwelling dan downwelling
Pengaruh Lautan terhadap Iklim dan Sebaliknya
Umpan balik iklim-lautan
Sebab-akibat kenaikan muka air laut
3. 5. GEOMORFOLOGI
Pengantar Geomorfologi
Definisi geomorfologi
Tenaga pembentuk morfologi bumi
Bentang Alam Volkanik
Definisi bentang alam volkanik
Proses pembentukan bentang alam volkanik
Jenis-jenis bentang alam volkanik
Potensi bentang alam volkanik
Bentang Alam Struktural
Definisi bentang alam struktural
Proses pembentukan bentang alam struktural
Jenis-jenis bentang alam struktural
Potensi bentang alam struktural
Bentang Alam Fluvial
Definisi bentang alam fluvial
Proses pembentukan bentang alam fluvial
Jenis-jenis bentang alam fluvial
Potensi bentang alam fluvial
Bentang Alam Karst
Definisi bentang alam karst
Proses pembentukan bentang alam karst
Jenis-jenis bentang alam karst
Potensi bentang alam karst
Bentang Alam Eolian
Definisi bentang alam eolian
Proses pembentukan bentang alam eolian
Jenis-jenis bentang alam eolian
Potensi bentang alam eolian
Bentang Alam Pantai dan Delta
Definisi bentang alam pantai dan delta
Proses pembentukan bentang alam pantai dan delta
Jenis-jenis bentang alam pantai dan delta
Potensi bentang alam pantai dan delta
Bentang Alam Glasial
Definisi bentang alam glasial
Proses pembentukan bentang alam glasial
Jenis-jenis bentang alam glasial
Potensi bentang alam glasial
Bentang Alam Bawahlaut
Definisi bentang alam bawahlaut
Proses pembentukan bentang alam bawahlaut
Jenis-jenis bentang alam bawahlaut
Potensi bentang alam bawahlaut
Penerapan Pemahaman Geomorfologi
Penerapan geomorfologi dalam perencanaan kota/wilayah
Penerapan geomorfologi dalam pengembangan ekonomi kota/wilayah
dan lain-lain
Kenampakan Geomorfologi Regional
Geomorfologi Asia
Geomorfologi Amerika
Geomorfologi Afrika - Geomorfologi Eropa
Geomorfologi Australia
Geomorfologi bawahlaut samudera-samudera dunia