Anda di halaman 1dari 6

Klasifikasi tipe iklim dan pola iklim global terdiri dari:

1. Iklim Matahari.
2. Iklim Fisis.
3. Iklim Koppen.
4. Iklim Schmidt-Ferguson.
5. Iklim Oldeman.
6. Iklim Junghuhn.

Penjelasan:
1. Iklim Matahari: Klasifikasi iklim Matahari ditentukan dari letak lintang suatu
wilayah yang memengaruhi penyinaran Matahari. Pembagian iklim Matahari
sebagai berikut:

 Daerah tropis, terletak pada 0°–23°30' LU/LS.


 Daerah subtropis, terletak pada 23°30' LU/LS–40° LU/LS.
 Daerah sedang, terletak pada 40° LU/LS–66°30' LU/LS.
 Daerah dingin, terletak pada 66°30' LU/LS–90° LU/LS.
2. Iklim Fisis: Iklim fisik ialah iklim yang didasarkan pada pembagian daerah
menurut kondisi fisik sesungguhnya. Pembagian iklim berdasarkan kondisi
fisiknya sebagai berikut:

 Iklim darat (kontinental), mempunyai curah hujan rendah dan dipengaruhi


angin darat yang kering.
 Iklim laut, biasa terdapat di daerah tropis dan subtropis yang dipengaruhi
angin laut. Curah hujan di daerah ini relatif tinggi.

 Iklim musim adalah iklim yang dipengaruhi oleh angin musiman yang terus
berubah dalam periode tertentu. Dua jenis dari iklim musim adalah angin
muson barat yang membawa musim hujan, dan angin muson timur yang
membuat wilayah Indonesia mengalami musim kemarau.
 Iklim pegunungan, sering terjadi hujan orografis dan curah hujan cukup
tinggi.

3. Iklim Koppen: Pembagian iklim Koppen berdasarkan persebaran jenis


tanah, intensitas curah hujan, dan suhu udara. Pembagian iklim Koppen
sebagai berikut:

 Iklim tipe A (iklim hujan tropis), memiliki ciri temperatur normal dari bulan-
bulan yang terdingin, rata-rata suhu tahunan 20°C–25°C, dan tingkat curah
hujan tinggi.
 Iklim tipe B (iklim kering), memiliki ciri tidak ada sungai permanen dan tidak
ada surplus air.
 Iklim tipe C (iklim sedang), memiliki ciri suhu rata-rata bulan terdingin
diantara -3°C–10°C dan sekurang-kurangnya satu bulan suhu rata-rata di atas
10°C.
 Iklim tipe D (iklim salju), memiliki ciri suhu rata-rata pada bulan terdingin di
bawah -3°C dan suhu rata-rata bulan terpanas di atas 10°C.
 Iklim tipe E (iklim kutub), memiliki ciri suhu rata-rata pada bulan terpanas di
bawah 10°C.

4. Iklim Schmidt-Ferguson: Dalam pembagian iklim ini lebih menitikberatkan


tipe curah hujan dan penggolongannya. Schmidt-Ferguson menentukan iklim
suatu wilayah berdasarkan nilai gradient (Q), yaitu perbandingan rata-rata
jumlah bulan kering dan bulan basah dalam kurun waktu tertentu. Nilai Q
dihitung berdasarkan rumus berikut.
%
Keterangan:
Bulan basah = rata-rata curah hujan sebulan >100 mm.
Bulan kering = rata-rata curah hujan sebulan <60 mm.

5. Iklim Oldeman: Penentuan iklim Oldeman hampir sama dengan klasifikasi


iklim Schmidt-Ferguson. Perbedaannya terletak pada penentuan bulan kering
dan bulan basah. Penentuan bulan kering dan bulan basah menurut Oldeman
sebagai berikut.

 Bulan basah, jika curah hujan >200 mm.


 Bulan lembap, jika curah hujan 100-200 mm.

Anda mungkin juga menyukai