Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

Pemanfataan Dedak Padi Fermentasi Menggunakan Aspergillus


niger sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus)

Disusun Untuk :
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perlindungan dan Inovasi Lahan Basah di Kalimantan Selatan

Oleh :
Mita Riani Rezki, ST
1920525320011

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Noor Arida Fauzana, S.Pi.,M.Si.

PROGRAM PASCASARJANA
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2019
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang sangat mudah


berkembang biak, pertumbuhannya cepat, tahan terhadap penyakit, rasanya enak
dan mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan (Munir, Sidik, and Mahasri
2015). Hal ini menyebabkan ikan nila banyak menjadi ikan budidaya. salah satu
kunci dalam budidaya ikan adalah pakan. Pemenuhan kebutuhan pakan yang
berkualitas tinggi dengan kuantitas yang cukup bertujuan untuk meningkatkan
produksi perikanan (Karlina, Cahyoko, and Agustono 2013).
Kebutahan Pakan kaya nutrisi dan berkualitas yang semakin meningkat tidak
sejalan dengan ketersediaan bahan pakan. Hal ini menyebabkan sebagian besar
pelaku budidaya masih bergantung pada bahan baku impor sekitar 70%
(Ikhwanuddin, Putra, and Mustahal 2018) dengan biaya yang tinggi. Salah satu
upaya mengatasi ketergantungan bahan baku pakan impor adalah pemanfaatan
bahan baku lokal dan limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal
(Pamungkas 2011; Yusuf, Agustono, and Meles 2012) salah satunya adalah dedak
padi (Ali, Agustina, and Dahniar 2019; Ikhwanuddin et al. 2018; Lestari, Yuniarti,
and Abidin 2013)
Dedak padi merupakan hasil ikutan proses penggilingan padi menjadi beras.
Dedak padi dapat digunakan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan
kandungan serat kasar 26-27% (Ali et al. 2019). Penggunaan dedak padi 10%
dalam formulasi pakan ikan nila memberikan pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Lestari et al. 2013). Dedak padi memiliki
kandungan protein yang rendah (9.5%), karena itu perlu perlakuan yang lain
untuk meningkatkan kadar protein misalnya melalui proses fermentasi (Diana and
Erniati 2014)
Fermentasi adalah proses penguraian zat komplek menjadi bentuk yang
lebih sederhana. Fermentasi merupakan perubahan kimia yang menguntungkan
karena makanan yang difermentasi akan lebih lunak, harum dan rasanya berbeda.
Dalam proses fermentasi digunakan mikrobia tertentu yang dapat menguraikan
karbohidrat, tidak menimbulkan bau busuk (menghasilkan CO2) dan dalam
kondisi terkontrol (Diana and Erniati 2014).
Pada penelitian ini digunakan bakteri Aspergillus niger untuk fermentasi
dedak padi sebagai pakan ikan nila karena secara ekonomi Aspergillus niger
mudah didapat dengan harga yang murah, dan mampu berkembang pada media
yang biayanya relatif murah serta ketersediaannya mudah didapatkan
(Ikhwanuddin et al. 2018) sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan
pakan pada budidaya terhadap parameter pertumbuhan dan nilai kecernaan pakan
ikan nila (Oreochromis niloticus).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:


1. Mengetahui kombinasi terbaik antara lama inkubasi dan dosis Aspergillus
niger dalam menurunkan nilai serat kasar pada dedak padi
2. Mengetahui pengaruh dedak padi fermentasi Aspergillus niger sebagai
bahan baku pakan terhadap nilai kecernaan dan pertumbuhan ikan nila
(Oreochromis niloticus)

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang pengaruh


penggunaan bakteri Aspergillus niger untuk fermentasi dedak padi sebagai pakan
terhadap parameter pertumbuhan dan nilai kecernaan ikan nila (Oreochromis
niloticus).

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengujian Fermentasi Dedak Padi


Penelitian awal dilakukan dengan pengujian fermentasi dedak padi untuk
megetahui kombinasi terbaik antara lama inkubasi dan dosis Aspergillus niger
dalam menurunkan nilai serat kasar pada dedak padi. Rancangan yang digunakan
adalah rancangan acak faktorial dengan 2 faktor, yaitu dosis Aspergillus niger
dengan 3 taraf: ( 0(A0), 0.5(A1), 1.5 (A2) g/100 ) dan lama inkubasi dengan 3 taraf:
(0(T0), 24(T1), 48(T2) jam) dengan 3 kali ulangan. Hasil pengujian disajikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengujian Dedak Padi Fermentasi Terhadap Kadar Serat Kasar

Lama Inkubasi (jam)


Dosis Fermentasi
0 (T0) 24(T1) 48(T2)
(%)
0 (A0) 10,69 ± 0,00c,B 10.69 ± 0.00b,B 10.69 ± 0.00a,B
c,A b,A
0.5 (A1) 8.61 ± 0.49 7.92± 1.00 6.88 ± 0.40a,A
1.5 (A2) 9.77 ± 0.65c,A 7.93 ± 0.40b,A 6.97 ± 0.80a,A
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
hasil yang berbeda nyata (P<0,05).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dedak padi fermentasi menggunakan


Aspergillus niger memberikan hasil kinerja yang lebih baik dalam menurunkan
kadar serat kasar. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan
dosis Aspergillus niger sampai 1,5 % dan lama inkubasi sampai 48 jam
memperlihatkan adanya interaksi (P<0,05). Perlakuan dosis Aspergillus niger dan
lama inkubasi yang terbaik yaitu pada perlakuan dosis 0,5 % (A 1) dengan lama
inkubasi 48 jam (T2) nilai sebesar 6,88 ± 0,40a,A %.
Penurunan serat kasar disebabkan adanya aktivitas enzim yang mampu
mendegradasi serat kasar dedak padi menjadi lebih tinggi oleh kapang Aspergillus
niger karena menghasilkan enzim selulosa yang menghidralisis sesulosa.
Kemampuan Aspergillus niger dalam mendegradasi serat kasar dedak padi lebih
tinggi daripada fermentasi dedak dengan bakteri Bacillus amyloliquefaciens
dengan dosis 3% selama 3 hari yaitu 3.34% (Muis and Deswan 2014).
Penggunaan dosis A. niger 0,5 % (A1) dengan lama inkubasi 48 jam (T2) pada
dedak padi akan ditambahkan dalam formulasi pakan ikan nila.

II.2 Pengujian Dedak Padi Fermentasi Pada Ikan


Pengujian dedak padi sebagai bahan pakan mengacu pada Takeuchi (1988)
yaitu 70 % pakan komersial diformulasikan dengan 30 % bahan uji. Tahapan ini
bertujuan untuk membandingkan pengaruh dedak padi fermentasi Aspergillus
niger sebagai bahan baku pakan terhadap nilai kecernaan dan pertumbuhan ikan
nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 4 kali ulangan, yaitu: (1) Pakan A =
Pakan komersial 96,5 % (kontrol); (2) Pakan B = Pakan komersial 70 % dengan
tambahan 30 % dedak padi fermentasi; (3) Pakan C = Pakan komersial 70 %
dengan tambahan 30 % dedak padi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsumsi pakan tertinggi diperoleh
pada perlakuan B dengan penambahan 30 % dedak padi fermentasi Aspergillus
niger sebesar 230,00 ± 4,08c yang nilainya berbeda nyata (P<0,05) jika
dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu perlakuan A sebesar 216,00 ±
7,87b dan perlakuan C sebesar 202,50 ± 8,66a.
Kecernaan bahan kering (KBK) merupakan banyaknya nutrien dalam pakan
yang dapat dicerna oleh ikan. Nilai kecernaan bahan kering pada penelitian ini
nilai KBK tertinggi yaitu pada perlakuan B sebesar 67,87 ± 2,44 % menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap perlakuan lainnya. Semakin
tinggi level pertumbuhan Aspergillus niger, maka semakin tinggi nutrien dalam
pakan yang dapat dicerna oleh ikan.
Nilai kecernaan protein tertinggi terdapat pada perlakuan B sebesar 85,30 ±
3,28 %, menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap perlakuan
lainnya. Peningkatan kecernaan protein terjadi karena adanya penambahan sumber
protein dedak padi dari mekanisme enzim yang dihasilkan Aspergillus niger yang
dapat merubah zat-zat kompleks menjadi bentuk yang sederhana. . hal ini juga
ditunjukkan pada penelitian (Munir et al. 2015) bahwa tepung Pollard yang
difermentasi menggunakan ragi tempe 0,2% dapat menaikkan kadar protein dari
14,78% menjadi 16,98% walaupun tidak berbeda nyata. (Erfanto, Hutabarat, and
Arini 2013), menyatakan bahwa proses fermentasi mengubah protein rantai
panjang menjadi ikatan peptida rantai pendek, sehingga akan mudah diserap oleh
ikan untuk pertumbuhan. Semakin baik kualitas protein pakan maka semakin
banyak protein yang akan dicerna sehingga menghasilkan energi yang dapat
digunakan untuk pertumbuhan.
Nilai Kecernaan Bahan Baku (KBB) tertinggi terdapat pada perlakuan C
sebesar 69,61 ± 11,57 %, kemudian diikuti oleh perlakuan B sebesar 65,60 ±
16,98 %. Nilai KBB perlakuan C tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap perlakuan
B. Penggunaan 30 % bahan baku dedak padi yang terfermentasi Aspergillus niger
pada pakan menghasilkan kinerja pertumbuhan ikan nila yang relatif lebih baik
dengan penggunaan dedak padi 0 % atau pakan acuan.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Kombinasi terbaik 30% dedak padi fermentasi menggunakan Aspergillus
niger dengan lama inkubasi 48 jam adalah kombinasi terbaik dalam
menurunkan nilai serat kasar
2. Dedak padi fermentasi menggunakan Aspergillus niger dapat digunakan
sebagai bahan baku pakan ikan nila karena menunjukkan hasil terbaik
dalam meningkatkan kecernaan dan pertumbuhan ikan uji, dengan nilai
jumlah konsumsi pakan, kecernaan bahan kering, kecernaan protein laju
pertumbuhan spesifik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui efektivitas
dari dedak padi dasil fermentasi Aspergillus niger dalam formulasi pakan ikan
nila dan ikan jenis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Najmah, Agustina, and Dahniar. 2019. “Pemberian Dedak Yang Difermentasi
Dengan Em4 Sebagai Pakan Ayam Broiler.” Agrovital : Jurnal Ilmu
Pertanian 4(1).
Diana, Ira and Dan Erniati. 2014. Penggunaan Dedak Yang Difermentasi Dengan
Bahan Yang Berbeda Sebagai Pakan Tambahan Ikan Patin (Pangasius
Pangasius) The Application of Various Materials for Fermented Bran as a
Fishfeed on the Culture of Catfish (Pangasius Pangasius). Vol. 1.
Erfanto, Feri, Johanes Hutabarat, and Endang Arini. 2013. “Pengaruh Substitusi
Silase Ikan Rucah Dengan Persentase Yang Berbeda Pada Pakan Buatan
Terhadap Efisiensi Pakan, Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Benih Ikan
Mas (Cyprinus Carpio).” Journal of Aquaculture Management and
Technology 2(2):26–36.
Ikhwanuddin, Mochammad, Achmad Noerkhaerin Putra, and Mustahal. 2018.
“Pemanfataan Dedak Padi Fermentasi Menggunakan Aspergillus Niger
Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).” Jurnal
Perikanan Dan Kelautan 8(1):79–87.
Karlina, Hiprita Putri, Yudi Cahyoko, and Agustono. 2013. “Fermentasi Ampas
Kelapa Menggunakan Trichoderma Viride, Bacillus Subtilis, Dan EM4
Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Sebagai Bahan Pakan
Alternatif Ikan.” Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan 5(1):77–83.
Lestari, Suhesti Fuji, Salnida Yuniarti, and Zaenal Abidin. 2013. “Pengaruh
Formulasi Pakan Berbahan Baku Tepung Ikan, Tepung Jagung, Dedak Halus
Dan Ampas Tahu Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Sp).”
Jurnal KELAUTAN 6(1):36–46.
Muis, H. and A. Deswan. 2014. “Pengaruh Dosis Inokulum Dan Lama Fermentasi
Campuran Dedak Padi Dan Darah Dengan Bacillus Amyloliquefaciens
Terhadap Kandungan Serat Kasar, Kecernaan Serat Kasar Dan Energi
Metabolisme The Effect of Innocullum Dosage and Fermentation Period of
Mixtured Rice Bran and Blood Fermented by Bacillus Amyloliquefaciens on
Crude Fiber Content, Crude Fiber Digestibility, and Energy Metabolism.”
Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 16(2).
Munir, Miftakhul, Romziah Sidik, and Gunanti Mahasri. 2015. “Increased
Nutritional Value Pollard Through Yeast Fermentation Tempe as Artificial
Feed Ingredients Tilapia (Oreochromis Niloticus).” Jurnal Ilmiah Perikanan
Dan Kelautan 7(1):67–70.
Pamungkas, Wahyu. 2011. “Teknologi Fermentasi, Alternatif Solusi Dalam
Upaya Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal.” Media Akuakultur 6(1):43.
Yusuf, Mohamad, Agustono, and Dewa Ketut Meles. 2012. “Kandungan Protein
Kasar Dan Serat Kasar Pada Kulit Pisang Raja Yang Difermentasi Dengan
Trichoderma Viride Dan Bacillus Subtilis Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan.”
Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan 4(1):1689–99.

Anda mungkin juga menyukai