Anda di halaman 1dari 5

LINGKUNGAN DAN BIOTA YANG ADA DI MANGROVE

ABSTRAK

Tulisan ini menjelaskan tentang ekosistem biota hutan mangrove sebagai habitat
untuk organisme laut dengan menggunaan analisis diskriptif. Data diambil dari literatur-
literatur terkait yang kemudian didiskripsikan lebih lanjut. Data yang diperoleh menunjukkan
bahwa hutan mangrove di Indonesia diperkirakan mencakup area seluas 4,25 juta hektar,
hanya sekitar 2% dari seluruh wilayah daratan, namun nilai ekonomi dan lingkungannya
tidak boleh di bawah perkiraan, oleh karena itu kehadirannya harus dijaga. Sebagai zona
transisi antara ekosistem terestrial dan laut, ekosistem mangrove telah lama dikenal memiliki
banyak fungsi dan merupakan penghubung penting dalam menjaga keseimbangan biologis
ekosistem pesisir. Ekosistem hutan mangrove merupakan habitat penting bagi organisme laut.
Umumnya didominasi oleh moluska dan krustasea. Moluska ini terdiri terutama dari
Gastropoda dan selanjutnya didominasi oleh dua keluarga, yaitu Potamidae dan Ellobiidae.
Sedangkan untuk krustasea, terutama terdiri dari Brachyura. Beberapa fauna mangrove juga
dikenal sebagai bahan habis pakai dan secara ekonomi penting seperti Terebralia palustris,
Telescopium telescopium (Gastropoda), Anadara kuno, Coaxans polymesoda, Ostrea
cucullata (Bivalvia), dan Scylla serrate, S. olivacea, Portunus pelagicus, Epixanthus dentatus,
Labnanium politum (Crustacea). Kata kunci : hutan mangrove, ekosistem mangrove, moluska

Kata kunci: biota/ekosistem mangrove


I. PENDAHULUAN

Hutan mangrove adalah hutan


yang terdapat di sepanjang pantai atau
muara sungai dan dipengaruhi oleh
gerakan pasang surut perpaduan antara air
sungai dan air laut, yang tergenang pasang
dan bebas dari genangan pada saat surut
yang komunitasnya bertoleransi terhadap
garam. Sungai mengalirkan air tawar
untuk mangrove, dan pada saat pasang
pohon mangrove dikelilingi oleh air garam
atau air payau (Waryono, 2000). Hutan Gambar 1. Mangrove jenis Rhizophora sp
mangrove merupakan komunitas vegetasi (dokumen pribadi, 2022)
pantai tropis, yang didominasi oleh
beberapa jenis pohon mangrove yang
mampu tumbuh dan berkembang pada
daerah pasang surut pantai berlumpur.
Hutan mangrove banyak ditemui di pantai,
teluk yang dangkal, estuaria, delta, dan Secara garis besarnya, ekosistem
daerah pantai yang terlindung (Gunarto, mangrove dapat berkembang dengan baik
2004). pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologi
Asal-usul istilah “mangrove” tidak sebagai berikut (Waryono, 2000). 1.
diketahui secara pasti. Ada yang Lahannya tergenang air laut secara berkala,
menyebutkan bahwa istilah “mangrove“ baik setiap hari maupun hanya saat pasang
berasal dari bahasa Malay yaitu purnama ; 2. Menerima pasokan air tawar
“mangimangi” atau “mangin”, kemudian yang cukup dari darat (sungai, mata air atau
ada pula yang menyebutkan bahwa istilah air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan
tersebut merupakan kombinasi dari bahasa salinitas, menambah pasokan unsur hara dan
Portugis dan Inggris “mangue” dan lumpur ; 3. Jenis tanahnya berlumpur,
“grove”, sehingga bila dirangkaikan berlempung, atau berpasir, dimana bahannya
menjadi “mangrove”. Mangrove adalah berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan
jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat karang ; 4. Arus laut tidak terlalu deras,
air payau. Habitat mangrove seringkali tempatnya terlindung dari angin kencang dan
ditemukan di tempat pertemuan antara gempuran ombak yang kuat ; 5. Suhu udara
muara sungai dan air laut. Lokasi ini yang dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari
kemudian menjadi pelindung daratan dari 100 C ; 6. Air payau dengan salinitas 2-22
gelombang air laut yang besar. ppt (part per trilyun) atau asin dengan
salinitas mencapai 38 ppt ; 7. Topografi
pantai yang datar/landai
PEMBAHASAN
Selain tipe tanah, kondisi kadar
2.1 Faktor yang Mempengaruhi garam atau salinitas pada substrat juga
Eksistensi Hutan Mangrove mempunyai pengaruh terhadap sebaran dan
terjadinya permintakatan. Berbagai macam
Sebagai daerah peralihan antara jenis tumbuhan mangrove mampu bertahan
laut dan daratan, hutan mangrove hidup pada salinitas tinggi, namun jenis
mempunyai gradien sifat lingkungan Avicennia merupakan jenis yang mampu
yang sangat ekstrim. Pasang- surut air hidup bertoleransi terhadap kisaran salinitas
laut menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat besar. Macnae (1968)
beberapa faktor lingkungan yang besar, menyebutkan bahwa Avicennia marina
terutama suhu dan salinitas. Oleh karena mampu tumbuh pada salinitas sangat
itu, hanya beberapa jenis tumbuhan yang rendah.
memiliki daya toleransi yang tinggi
terhadap lingkungan yang ekstrim Disamping faktor-faktor tersebut di
tersebut saja yang mampu bertahan hidup atas, pasang-surut air laut juga mempunyai
dan berkembang didalamnya. Kondisi pengaruh terhadap jenis tumbuhan
yang terjadi tersebut juga menyebabkan mangrove yang tumbuh pada suatu daerah.
rendahnya keanekaragaman jenis, namun Watson dalam Kartawinata, ddk (1979)
disisi lain kepadatan populasi masing- memberikan gambaran tentang lima kelas
masing jenis umumnya tinggi. genangan yang merupakan korelasi antara
tingginya genangan air pasang dan lama
Walaupun habitat hutan mangrove genangan, dengan jenis tumbuhan
bersifat khusus, namun masingmasing mangrove.
jenis tumbuhan memiliki kisaran ekologi
tersendiri, sehingga kondisi ini Adapun klasifikasi kelas genangan
menyebabkan terbentuknya berbagai tersebut adalah sebagai berikut:
macam komunitas dan bahkan 1) Kawasan pantai digenangi oleh setiap air
permintakatan atau zonasi, sehingga pasang (all high tides). Di tempat seperti ini
kompetisi jenis berbeda dari satu tempat jarang jenis mangrove yang mampu hidup,
ke tempat lainnya. Munculnya fenomena kecuali Rhizophora mucronata.
permintakatan yang terjadi pada hutan 2) Kawasan pantai digenangi oleh air pasang
mangrove tersebut sangat berkaitan erat agak besar (medium high tide). Di tempat
dengan beberapa faktor, antara lain seperti ini yang muncul adalah jenis
adalah tipe tanah, keterbukaan areal Avicennia sp. dan Sonneratia sp.
mangrove dari hempasan ombak, salinitas 3) Kawasan pantai digenangi oleh air pasang
dan pengaruh pasang- surut rata-rata (normal high tide). Tempat ini
(Soerianegara, 1971; Champman, 1976; mencakup sebagian besar hutan mangrove,
Kartawinata & Waluyo, 1977). yang ditumbuhi jenis Rhizopora mucronata,
Rhizophora apiculata, Ceriops tagal dan
Pengaruh tipe tanah atau substrat Bruguiera parviflora.
tersebut, sangat jelas terlihat pada jenis 4) Kawasan pantai digenangi oleh air pasang
Rhizophora, misalnya pada tanah lumpur perbani (spring tides). Di daerah ini jenis
yang dalam dan lembek akan tumbuh dan tumbuh jenis Bruguiera sp., dan umumnya
didominasi oleh Rhizophora mucronata adalah Bruguiera cylindrica membentuk
yang kadangkadang tumbuh tegakan murni, namun kadang-kadang pada
berdampingan dengan Avicennia marina, areal yang baik drainasinya ditumbuhi oleh
kemudian untuk Rhizophora stylosa lebih Bruguiera parviflora dan Bruguiera
menyukai pada pantai yang memiliki sexangula.
tanah pasir atau pecahan terumbu karang, 5) Kawasan pantai yang kadangkadang
dan biasanya berasosiasi dengan jenis digenangi oleh pasang tertinggi (excep
Sonnerafia alba. Sedangkan untuk jenis tional or equinoctial tides). Di tempat ini
Rhizophora apiculata hidup pada daerah Bruguiera gymnorrhiza berkembang dengan
transisi. baik,
2.2 Peranan dan Fungsi Ekosistem penekanannya cenderung pada aspek
Mangrove taksonominya

Menurut Saenger (1981) dalam Sebagaimana fenomena yang terjadi


Anwar, dkk (1984) salah satu fungsi pada hutan mangrove yakni dicirikan
ekosistem mangrove adalah sebagai dengan adanya zonasi atau permintakatan
Fungsi biologi, yaitu sebagai dearah oleh jenis tumbuhan yang dominan, maka
pasca larva dan yuwana jenis jenis ikan fauna penghuni hutan mangrove pun juga
tertentu dan menjadi habitat alami memperlihatkan adanya permintakatan.
berbagai jenis biota dengan produktivitas Terkait dengan sifat fauna yang pada
yang tinggi, serta bersarangnya burung- umumnya sangat dinamis, maka batasan
burung besar. zonasi yang terjadi pada fauna penghuni
mangrove kurang begitu jelas (Kartawinata
Ekosistem mangrove merupakan dkk. 1979). Penyebaran fauna penghuni
ekosistem peralihan antara darat dan laut hutan mangrove memperlihatkan dua cara,
yang dikenal memiliki peran dan fungsi yaitu penyebaran secara vertical dan secara
sangat besar. Secara ekologis mangrove horisontal. Penyebaran secara vertikal
memiliki fungsi yang sangat penting umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang
dalam memainkan peranan sebagai mata hidupnya menempel atau melekat pada,
rantai makanan di suatu perairan, yang akar, cabang maupun batang pohon
dapat menumpang kehidupan berbagai mangrove, misalnya jenis Liftorina scabra,
jenis ikan, udang dan moluska. Perlu Nerita albicilla, Menetaria annulus dan
diketahui bahwa hutan mangrove tidak Melongena galeodes (Budiman & Darnaedi,
hanya melengkapi pangan bagi biota 1984; Soemodihardjo, 1977). Sedangkan
aquatik saja, akan tetapi juga dapat penyebaran secara horizontal biasanya
menciptakan suasana iklim yang kondusif ditemukan pada jenis fauna yang hidup pada
bagi kehidupan biota aquatik, serta substrat, baik itu yang tergolong infauna,
memiliki kontribusi terhadap yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau
keseimbangan siklus biologi di suatu dalam substrat, maupun yang tergolong
perairan. Kekhasan tipe perakaran epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas di
beberapa jenis tumbuhan mangrove atas substrat. Distribusi fauna secara
seperti Rhizophora sp., Avicennia sp. dan horisontal pada areal hutan mangrove yang
Sonneratia sp. dan kondisi lantai hutan, sangat luas, biasanya memperlihatkan pola
kubangan serta aluralur yang saling permintakatan jenis fauna yang dominan dan
berhubungan merupakan perlidungan sejajar dengan garis pantai. Permintakatan
bagi larva berbagai biota laut. Kondisi yang terjadi di daerah ini sangat erat
seperti ini juga sangat penting dalam kaitannya dengan perubahan sifat ekologi
menyediakan tempat untuk bertelur, yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut ke
pemijahan dan pembesarkan serta tempat darat. Kartawinata & Soemodihardjo (1977)
mencari makan berbagai macam ikan dan menyatakan bahwa, permintakatan fauna
udang kecil, karena suplai makanannya hanya terlihat pada hutan mangrove sangat
tersedia dan terlindung dari ikan iuas, tetapi tidak terlihat pada hutan
pemangsa. Ekosistem mangrove juga mangrove yang ketebalannya sangat rendah.
berperan sebagai habitat bagi jenis-jenis
ikan, kepiting dan kerang-kerangan yang Secara ekologis, jenis moluska
mempunyai nilai ekonomi tinggi. penghuni mangrove memiliki peranan yang
besar dalam kaitannya dengan rantai
makanan di kawasan mangrove, karena
2.3 Organisme Biota Hutan Mangrove disamping sebagai pemangsa detritus,
moluska juga berperan dalam merobek atau
Pengetahuan tentang organism memperkecil serasah yang baru jatuh.
biota hutan mangrove di Indonesia Perilaku moluska jenis Telebraria palustris
hingga saat ini masih dirasakan sangat dan beberapa moluska lainnya
kurang, dan kalaupun ada orientasinya dalammemecah atau menghancurkan
bukan pada aspek ekologinya, akan tetapi serasah mangrove untuk dimakan, namun
disisi lain sangat besar artinya dalam menunjukkan bahwa famili Grapsidae
mempercepat proses dekomposisi serasah merupakan penyusun utama fauna Crustacea
yang dilakukan mikrorganime akan lebih hutan mangrove (Soemodihardjo 1977,
cepat. Disamping membantu dalam Budiman dkk. 1977). Jenis Thalassina
proses dekomposisi, beberapa fauna anomala merupakan jenis udang lumpur
kepiting juga membantu dalam sebagai penghuni setia hutan mangrove,
penyebaran seedling dengan cara menarik karena udang ini hidup dengan cara
propagul kedalam lubang tempat membuat lubang dan mencari makan hanya
persembunyiannya ataupun pada tempat disekitar sarang tersebut. Sedangkan pada
yang berair. Aktifitas kepiting ini hutan mangrove bersubstrat lumpur agak
dampaknya sangat baik dalam kaitannya pejal, umumnya didominasi Uca dusumeri.
dengan distribusi dan kontribusi Jenis lain yang muncul pada substrat
pertumbuhan dari seedling mangrove dari tersebut adalah Uca lactea, U. vocans, U.
jenis Rhizophora sp, Bruguiera sp. dan signatus dan U. conso- brinus. Diantara
Ceriops sp., terutama pada daerah yang kepiting mangrove yang mempunyai nilai
sudah atau mulai terjadi konversi hutan ekonomis dan dikonsumsi masyarakat
mangrove. adalah Scylla serrata, S. olivacea, Portunus
pelagicus, Epixanthus dentatus dan
Fauna moluska yang hidup Labnanium politum.
sebagai penghuni hutan mangrove di
Indonesia umumnya didominasi oleh
Gastropoda, yaitu sekitar 61 jenis,
sedangkan dari kelas Bivalvia hanya
sekitar 9 jenis saja. Dari fauna
Gastropoda penghuni mangrove yang
memiliki penyebaran yang sangat luas
adalah Littorina scabra, Terebralia
palustris, T. sulcata dan Cerithium
patalum. Sedangkan jenis yang memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan yang sangat ekstrim adalah
Littorina scabra, Crassostrea cacullata
dan Enigmonia aenigmatica (Budiman &
Darnaedi, 1984). Selanjutnya disebutkan
pula bahwa dari sebanyak Gastropoda Gambar 1. Kepiting bakau
penghuni hutan mangrove tersebut (dokumen pribadi, 2022)
beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan
untuk dikonsumsi masyarakat sekitar
mangrove, antara lain adalah jenis
Terebralia palustris dan Telescopium
telescopium. Sedangkan kelas Bivalvia
yang dikonsumsi masyarakat adalah jenis
Polymesoda coaxans, Anadara antiquata
dan Ostrea cucullata Kelas Crustacea
yang ditemukan pada ekosistem hutan
mangrove adalah sebanyak 54 jenis, dan
umumnya didominasi oleh jenis kepiting
(Brachyura) yang dapat dikategorikan
sebagai golongan infauna, sedangkan
beberapa jenis udang (Macrura) yang
ditemukan pada ekosistem mangrove
sebagian besar hanya sebagai penghuni
sementara. Dari beberapa penelitian yang
dilakukan di berbagai tempat

Anda mungkin juga menyukai