TINJAUAN PUSTAKA
berpasir, (2) daerah yang tergenang air laut secara berkala baik setiap hari maupun
yang hanya tergenang pada saat pasang purnama, frekuensi genangan menentukan
komposisi vegetasi mangrove, (3) menerima pasokan air tawar yang cukup dari
darat, (4) terlindung dari gelombang besar dan arus pasang yang kuat. air yang
bersalinitas payau (2/22 per mil) hingga asin (mencapai 38 per mil) (Bengen
2004).
Tumbuhan mangrove mempunyai kemampuan khusus untuk beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang,
kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi
lingkungan seperti ini beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang
memungkinkan aktif mengeluakan garam dari jaringan, sementara yang lain
mengembangkan system akar napas untuk membantu memperoleh oksigen bagi
sistem perakarannya (Bengen 2004).
Menurut Supriharyono (2000) walaupun tumbuhan mangrove dapat
berkembang pada lingkungan yang buruk, tetapi setiap tumbuhan mangrove
mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri terhadap
kondisi lingkungan fisika dan kimia di lingkungannya. Empat faktor utama yang
mempengaruhi penyebaran tumbuhan mangrove, yaitu : (1) frekuensi arus pasang,
(1) salinitas tanah, (3) air tanah, dan (4) suhu air. Keempat faktor tersebut akan
menentukan dominasi jenis mangrove yang ada di tempat yang bersangkutan.
Mangrove dapat berkembang dimana tidak terdapat gelombang. Kondisi
fisik pertama yang harus terdapat pada daerah mangrove ialah gerakan air yang
minimal. Kurangnya gerakan air ini mempunyai pengaruh yang nyata. Gerakan air
yang lambat dapat menyebabkan partikel sedimen yang halus cenderung
mengendap dan berkumpul didasar. Hasilnya berupa kumpulan lumpur, jadi
substrat pada rawa mangrove biasanya lumpur. Substrat inilah yang nantinya
bermanfaat bagi penambahan luasan bagi suatu daerah (Supriharyono 2000).
Jenis-jenis pohon mangrove umumnya menyebar di pantai yang terlindung
dan di muara-muara sungai, dengan komposisi jenis yang berbeda tergantung pada
kondisi habitatnya. Berdasarkan berbagai hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penyebaran jenis mangrove berkaitan dengan salinitas, tipe pasang dan
frekuensi penggenangan. Dalam hal ini, Watson (1928); Chapman (1994) dan De
10
manusia, kerusakan yang terjadi akibat prilaku manusia itu sendiri seperti
aforestasi, reforestasi dan eksploitasi hutan mangrove yang tidak terkendali serta
pencemaran di perairan estuaria tempat lokasi tumbuhnya mangrove. Uraian
secara ringkas dampak kegiatan manusia pada ekosistem mangrove dapat dilihat
pada Tabel 2.
suhu rata-rata bulanan dengan kisaran dari 26.3 0C pada Bulan Desember
sampai dengan 28.7 0C.
Hutching dan Saenger (1987) in Kusmana et al. (2005) mendapatkan
kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan
mangrove yaitu: Avicennia marinna tumbuh baik pada suhu 18–20 0C,
Rhizophora stylosa, Criops spp., Exceocaria agallocha dan Lumnitzera
racemosa pertumbuhan daun segar tertinggi dicapai pada suhu 26–28 0C,
suhu optimum Bruguiera spp. 27 0C, Xylocarpus spp. berkisar antara 21–
26 0C dan Xylocarpus granatum 28 0C. Pertumbuhan mangrove yang baik
memerlukan suhu rata-rata minimal lebih besar dari 20 0C dan perbedaan
suhu musiman tidak melebihi 5 0C kecuali di Afrika Timur dimana
perbedaan suhu musiman mencapai suhu 10 0C.
d. Angin
Angin berpengaruh terhadap gelombang dan arus pantai, yang dapat
menyebabkan abrasi dan mengubah struktur mangrove, meningkatkan
evapotranspirasi dan angin kuat dapat menghalangi pertumbuhan dan
menyebabkan karakteristik fisiologis abnormal, namun demikian
diperlukan untuk proses polinasi dan penyebaran benih tanaman.
3. Pasang surut
Pasang surut menentukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi
pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal
mangrove. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan salah satu
factor yang membatasi distribusi spesies mangrove terutama distribusi
horizontal. Pada area yang selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata
yang tumbuh baik, sedang Bruguiera spp., dan Xylocarpus spp. jarang
mendominasi daerah yang sering tergenang.
4. Gelombang dan arus
Gelombang pantai yang dipengaruhi angin dan pasut merupakan penyebab
penting abrasi dan suspensi sedimen. Pada pantai berpasir dan berlumpur,
gelombang dapat membawa partikel pasir dan sedimen laut. Partikel besar
atau kasar akan mengendap terakumulasi membentuk pantai pasir. Mangrove
akan tumbuh pada lokasi yang arusnya tenang.
14
5. Salinitas
Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dari
pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Tumbuhan mangrove
tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt. beberapa spesies
dapat tumbuh di daerah dengan salinitas yang tinggi. Di Australia dilaporkan
Aviecennia marina dan Exceocaria agallocha dapat tumbuh di daerah dengan
salinitas maksimun 63 ppt, Ceriops spp. pada 72 ppt, Sonneratia spp. pada 44
ppt, Rhizophora artikulata pada 65 ppt dan Rhizophora stylosa pada 74 ppt.
Mangrove merupakan vegetasi yang bersifat salt-tolerant bukan salt-
dimanding, oleh karena mangrove dapat tumbuh secara baik di habitat air
tawar. Kebanyakan mangrove tumbuh di habitat maritim mungkin disebabkan
oleh beberapa faktor sebagai berikut: (a) penyebaran biji/propagul mangrove
terbatas oleh daya jangkau pasang surut, (b) anakan mangrove kalah bersaing
dengan tumbuhan darat, dan (c) mangrove dapat mentoleransi kadar garam.
Zonasi mangrove berdasarkan salinitas, menurut De Hann (1931) in Bengen
(2004) dibagi sebagai berikut:
a. Zona air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu terendam air
pasang berkisar antara 10-30 ppt:
− Area yang terendam sekali atau dua kali sehari selama 20 hari dalam
sebulan hanya Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh.
− Area yang terendam 10-19 kali/bln, ditemukan Avicennia (Avicennia
alba, Avicennia marina), Sonneratia sp. dan didominasi oleh
Rhizophora sp.
− Area yang terendam kurang dari 9 kali/bulan, ditemukan Rhizophora
sp., Bruguiera sp.
− Area yang tergenang hanya beberapa kali dalam setahun (jarang),
Bruguiera gymnorrhiza dominan dan Rhizophora apikulata masih
dapat hidup.
b. Zona air tawar hingga relatif air payau, dimana salinitas berkisar antara 0-
10 ppt:
- Area yang kurang lebih masih di bawah pengaruh pasang surut,
terdapat asosiasi Nipah (Nypa fruticans).
15
ditemukan pada zona ini termasuk Ficus microcarpus, F. retusa, Intsia bijuga,
Nypa fruticans, Lumnitzera racemoza, Pandanus sp., dan Xylocarpus
moluccensis.
2. Fungsi fisik
Fungsi fisik dari hutan mangrove antara lain:
(a). Pembangunan lahan dan pengendapan lumpur sehingga dapat memperluas
daratan.
(b). Menjaga garis pantai agar tetap stabil, pelindung pantai dari abrasi akibat
gempuran ombak, arus, banjir akibat laut pasang dan terpaan angin
(c). Pencegah interusi air laut ke daratan
(d). Pengolah limbah organic dan perangkap zat-zat pencemar (pollutant trap).
3. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan langsung dari hutan
mangrove antara lain:
(a). Bahan bakar (kayu bakar dan arang)
(b). Bahan bangunan (kayu bangunan, tiang dan pagar)
(c). Alat penangkap ikan ( tiang sero, bubu, pelampung dan bagan)
(d). Makanan, minuman dan obat-obatan
(e). Bahan baku pulp dan kertas
(f). Bahan baku untuk membuat alat-alat rumah tangga dan kerajinan
(g). Pariwisata
Fungsi fisik dan biologi dapat dikatakan sebagai fungsi ekologis yang
belum mengalami perubahan dari aktivitas pembangunan manusia. Fungsi
ekonomi merupakan unsur tambahan dalam system ekologi tersebut yang telah
melibatkan berbagai aktifitas untuk memanfaatkan sumberdaya alam. Fungsi
ekologis secara ekonomis memberi manfaat tidak langsung terhadap manusia,
sedangkan fungsi ekonomi memberikan manfaat langsung kepada manusia.
Menurut Liyanage (2004), nilai keuntungan (manfaat) tidak langsung dari
eksosistem mangrove dirasakan lebih tinggi jika dibandingkan manfaat
langsungnya. Nilai penting ekosistem mangrove antara lain menurunkan tingkat
erosi di pantai dan sungai, mencegah banjir, mencegah intrusi air laut,
menurunkan tingkat polusi (pencemaran), poduksi bahan organik sebagai sumber
bahan makanan, sebagai wilayah (daerah) asuhan, pemijahan, dan mencari makan
untuk berbagai jenis biota laut. Mangrove juga akan menjadi sumberdaya penting
dalam ekowisata di banyak negara. Hong dan San (1993) menambahkan bahwa
19
waktu, barang atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk atau
menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Penilaian (valuation) adalah
kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk
menduga nilai barang dan jasa. Kajian-kajian valuasi ekonomi membahas masalah
nilai lingkungan (valuing the environment) atau harga lingkungan (pricing the
environment).
Pada prinsipnya valuasi ekonomi bertujuan untuk memberikan nilai
ekonomi kepada sumberdaya yang digunakan sesuai dengan nilai riil dari sudut
pandang masyarakat. Menurut Thampapillai (1993) dalam Sanim (1997) tujuan
utama dari valuasi ekonomi barang-barang dan jasa lingkungan (environmental
goods dan services) adalah untuk dapat menempatkan lingkungan sebagai
komponen integral dari setiap sistem ekonomi. Dengan demikian valuasi
lingkungan hidup harus merupakan suatu bagian integral dan prioritas sektoral
dalam mendeterminasi keseimbangan antara konservasi dan pembangunan.
Bermacam-macam teknik penilaian dapat digunakan untuk
mengkuantifikasi konsep dari nilai. Sanim (1997) menyatakan hal-hal yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih suatu metode valuasi ekonomi
dampak lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Banyaknya tujuan atau perkiraan yang ingin diukur. Apabila analisis yang
dilakukan memiliki tujuan ganda, maka akan lebih meyakinkan bagi
seorang analis apabila mampu menyarankan besaran-besaran dampak yang
disarankan.
2. Konsep dan aspek yang ingin dinilai. Metode valuasi yang saling berbeda
satu sama lain bersifat saling melengkapi bukan berkompetisi, karena
mengukur aspek atau konsep yang berbeda.
3. Kebutuhan atau kepentingan pemakai hasil valuasi. Pemakai hasil valuasi
memiliki preferensi tertentu dan tersendiri terhadap suatu metode valuasi
ekonomi tergantung biaya, waktu dan tujuan.
4. Kepentingan umum atau masyarakat secara keseluruhan. Preferensi
masyarakat umum harus mampu ditangkap secara maksimal dan setepat
mungkin. Oleh karena itu, perlu ditempuh cara jajak pendapat yang
intensif dan memadai.
21
Sympton Solusi
SITUASI KEBIJAKAN
TRANSISI
STRUKTUR KEBIJAKAN
MENDASAR
Konteks ekologi
C A
D
Konteks Sosial Konteks Hukum
Ekonomi
B
Gambar 4. Tiga pilar pengelolaan berbasis social ekosistem (Meffe et al. 2002 in
INRR 2005)
Terakhir adalah daerah D sering pula disebut daerah interaksi bersama (zone of
win-win partnership) dimana fokus utama pembangunan berbasis pada sistem
sosial ekologi berada. Dalam konteks ini pandangan ketiga pilar pengelolaan
berbasis sosial ekosistem menjadi sama penting dan diwujudkan dalam kebijakan
pembangunan yang komprehensif dan terpadu.
Menteri Kehutanan nomor : KB.550/ 264/ kpts/ 1984 dan nomor: 082/ Kpts-
II/ 1984 tanggal 30 April 1984 dimana diantaranya disebutkan bahwa lebar
sabuk hijau hutan mangrove adalah 200 m. Surat keputusan bersama itu
dibuat selain dengan tujuan utama memberikan legitimasi terhadap
perlindungan hutan mangrove, juga buat untuk menyelaraskan peraturan
mengenai areal perlindungan hutan mangrove diantara instansi terkait.
Surat keputusan bersama ini lebih lanjut dijabarkan oleh Depatemen
Kehutanan dengan mengelakan Surat Edaran Nomor: 507/ IV-BPHH/ 1990
yang diantaranya berisi penentuan lebar sabuk hijau paa hutan mangrove
yaitu sebsar 200 m disepanjang pantai dan 50 m disepanjang tepi sungai.
Berkaitan dengan perlindungan ekosistem mangrove dengan penentuan
kawasan konservasi seperti diuraikan diatas, perlu dilakukan suatu zonasi
terhadap ekosistem mangrove dengan tujuan pengaturan berbagai bentuk
kepentingan terhadap ekosistem ini. Menurut Aksornkoae (1993) zonasi
mangrove meupakan salah satu langkah pertama untuk pengawasan dan
pengelolaan ekosistem mangrove secaa berkelanjutan. Menurut persetujuan
internasional terhadap zonasi mangrove tedapat 3 zona utama yaitu:
a. Zona pemeliharaan (preservation zone) merupakan zona yang kaya
akan hutan mangrove, tidak terganggu oleh aktivitas manusia yang
menyediakan sumber makanan dan daerah berbiak biota laut. Zona ini
juga melindungi daerah pantai dari angin, badai dan erosi tanah.
b. Zona perlindungan (conservation zone) merupakan zona dengan hutan
mangrove yang sedikit. Biasanya ditanam untuk tujuan tertentu dari
pemerintah, ditebang dan dibiarkan hutan mangrove tersebut untuk
regenerasi. Pada zona ini juga biasa digunakan sebagai tempat
pemancingan oleh masyarakat local.
c. Zona pengembangan (development zone) merupakan zona dengan
penutupan mangrove yang sangat kecil (kerusakan parah) dan
dibutuhkan penghutanan kembali atau pengelolaan untuk kepentingan
lain.
31