Anda di halaman 1dari 35

PEMBELAJARAN MATERI BIMBINGAN TEKNIK

MODUL 4
Aisyah
Pusat Riset Perikanan, BRSDMKP

Disampaikan pada Bimbingan Teknis Penilaian Indikator EAFM di Perairan Darat


PPN Palabuhanratu, 15 Mei2023
I PENDAHULUAN

Gambaran Umum
Lingkungan sumber daya ikan menurut UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan adalah perairan
tempat kehidupan sumber daya ikan, termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik dan karakter penggunanya.

• Fisik mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi tata surya,
mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
perairan.
• karakter penggunanya adalah keputusan menggunakan lingkungan fisik tersebut
agar tetap lestari.

Ancaman terhadap lingkungan perairan darat pada umumnya timbul karena


pertumbuhan populasi manusia sehingga memicu terjadinya modifikasi lingkungan,
serta perluasan usaha yang secara langsung maupun tidak langsung memanfaatkan
wilayah terestrial dan perairan darat.
II Indikator, Bobot, dan Ranking pada
Domain Lingkungan Sumber Daya Ikan

Terdapat 7 (tujuh) indikator pada Domain


Lingkungan Sumber Daya Ikan:

1. fluktuasi muka air,


2. pencemaran,
3. sempadan dan/atau kawasan litoral,
4. habitat suaka,
5. modifikasi lingkungan,
6. pendangkalan atau pengurangan luasan
perairan, dan
7. habitat penting.
2.1. Fluktuasi Muka Air
• Definisi: perubahan volume air pada suatu perairan darat.

• Umumnya berkaitan dengan perubahan musim, yaitu musim hujan dan


musim kemarau, yang ditandai dengan pasang-surutnya permukaan air.

• Di perairan darat sangat berhubungan dengan konsentrasi zat-zat pencemar


dan daya dukung perairan.

• Indikator fluktuasi muka air diukur untuk mengetahui:


• kualitas dan produktivitas perairan yang menunjang
perkembangbiakan sumber daya ikan di perairan darat.
• luasan habitat ikan di litoral dan siklus bio-kimiawi perairan.

• kontribusi langsung maupun tidak langsung terhadap kelimpahan sumber


daya ikan sungai dan pada akhirnya mempengaruhi jumlah hasil tangkapan
nelayan.

• Penilaian indikator fluktuasi muka air:.


- Nilai 1: apabila fluktuasi muka air menurun maka nilainya rendah
- Nilai 2 : apabila fluktuasi muka air tetap
- Nilai 3 : apabila fluktuasi muka air pada saat musim air tinggi dan air rendah
dalam 5- 10 tahun terakhir tinggi -
2.2. Pencemaran
• Definisi pencemaran fisika dan kimia: nilai hasil pengukuran terhadap
beberapa parameter fisika dan kimia yang merupakan parameter kunci
kualitas perairan.
• Tujuan: untuk mengetahui beban pencemaran suatu perairan yang
dapat mempengaruhi keberlangsungan sumber daya ikan.
• parameter yang diukur:
• warna air,
• intensitas cahaya,
• kekeruhan,
• Oksigen terlarut
• suhu,
• total kepadatan terlarut (Total Suspended Solid, TSS),
• kebutuhan oksigen biologi (Biochemical Oxygen Demand, BOD),
• kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD),
• Fosfor,
• logam berat,
• deterjen,
• amoniak.
2.2. Pencemaran (lanjutan…..)
• Definisi pencemaran biologi: nilai hasil pengukuran terhadap meledaknya jumlah tumbuhan air, bakteri,
dan mikro alga yang diakibatkan karena kelebihan nutrien.

• Meledaknya jumlah tumbuhan air tersebut dapat dijadikan indikasi buruknya kualitas lingkungan perairan,
karena suatu perairan yang terlalu subur dapat mengganggu keberlangsungan sumber daya ikan.

• Pengukuran indikator pencemaran biologi dilaksanakan untuk mengukur luasan tutupan tumbuhan air di
suatu perairan.

• Luasan tutupan perairan terkait dengan ketersediaan oksigen terlarut, baik karena proses kimia maupun
biologi dari biota perairan.

• Tumbuhan air yang umumnya digunakan sebagai indikator kualitas lingkungan perairan misalnya: eceng
gondok (Eichhornia crassipes), kayu apu (Pistia stratiotes), dan ganepo/kiambang (Salvinia natans).

• Penilaian indikator pencemaran menggunakan:

- Nilai 1: apabila terjadi perairan tercemar berat atau berbau dan berwarna pekat atau menyebabkan
kematian massal ikan;

- Nilai 2 : apabila perairan tercemar sedang atau tidak layak untuk minum tetapi masih layak untuk mandi
dan lain sebagainya;

- Nilai 3 (paling tinggi): apabila perairan tercemar ringan atau masih layak untuk diminum.
2.3. Sempadan dan/atau kawasan litoral
• Definisi: kawasan tertentu di sekeliling perairan yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi perairan.
• Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau
dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan,
dan pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai dan danau
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuannya.
• Tujuan penetapan garis sempadan agar:
a. Fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktivitas yang berkembang
di sekitarnya;
b. kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat sumber daya
yang ada di sungai dan danau dapat memberikan hasil secara optimal
sekaligus menjaga kelestarian fungsi sungai dan danau; dan
c. daya rusak air sungai dan danau terhadap lingkungannya dapat dibatasi.
Lanjutan
• Garis sempadan danau ditentukan mengelilingi danau paling sedikit berjarak 50 (lima puluh)
meter dari tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi, muka air tertinggi yang pernah terjadi menjadi
batas badan danau. Badan danau sendiri merupakan ruang yang berfungsi sebagai wadah air.
• parameter yang diukur dalam penilaian indikator sempadan adalah luasan vegetasi yang menutupi
sempadan.
• Kriteria sungai untuk menentukan garis sempadan yang tertuang dalam Peraturan Menteri PUPR
nomor: 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau.
• kriteria nilai untuk indikator sempadan:
- Nilai 1: apabila sempadan tidak ada/habis karena terjadi alih fungsi
- nilai 2 : apabila sempadan memiliki jarak 1-15 m
- nilai 3 : apabila jarak sempadan lebih dari (>) 15 m
2.4. Daerah Larangan Penangkapan Ikan
• Definisi: kawasan perlindungan bagi sumber daya ikan untuk melangsungkan siklus hidupnya dan/atau
berkembang biak secara alami.
• Nama local: reservat, lubuk larangan, lebak lebung, dan nama lainnya yang memiliki peran dan fungsi
yang sama.
• Pengukuran indikator daerah larangan penangkapan ikan dilakukan untuk mengetahui potensi alami
pemulihan sumber daya ikan pada suatu ekosistem perairan darat.
• parameter yang diukur:
• keberadaan daerah larangan penangkapan ikan dan
• pengelolaan daerah suaka perikanan.
• Kriteria nilai untuk indikator daerah suaka perikanan:
- Nilai 1: Apabila tidak ada daerah larangan penangkapan
- Nilai 2: Apabila ada daerah larangan penangkapan ikan namun belum dikelola dengan baik
- Nilai 3: Apabila ada daerah larangan penangkapan ikan dan semakin baik pengelolaan habitat suaka
perikanan
2.5. Modifikasi Lingkungan

• Definisi: perubahan fisik perairan oleh manusia, sehingga menyebabkan


terjadinya perubahan aliran, terganggunya ruaya ikan dan/atau
kerusakan/kehilangan kawasan sempadan.
• parameter yang diukur antara lain lokasi, jenis, dan dampak modifikasi
lingkungan.
• kriteria nilai untuk indikator modifikasi lingkungan:
- Nilai 1: apabila ada modifikasi lingkungan yang mengganggu siklus hidup ikan
- Nilai 2: apabila ada modifikasi lingkungan namun belum mengganggu siklus
hidup ikan
- Nilai 3: apabila tidak ada modifikasi lingkungan
2.6. Pendangkalan
• Definisi: berkurangnya daya tampung air dari suatu perairan, baik karena faktor alami
(bencana alam, longsor dan lain sebagainya) maupun faktor buatan (aktivitas manusia).

• Pendangkalan umumnya terjadi akibat adanya sedimentasi, sedangkan pengurangan


luasan perairan disebabkan oleh penggunaan wilayah perairan untuk kepentingan non-
perikanan.

• Pengukuran indikator pendangkalan atau pengurangan luasan perairan dilaksanakan untuk


mengetahui kondisi ruang hidup atau habitat sumber daya ikan.

• parameter yang diukur antara lain rata-rata kedalaman perairan, rata-rata luasan perairan,
serta lokasi dan sebab terjadinya pendangkalan atau pengurangan luasan perairan.

• Kriteria nilai untuk indikator pendangkalan atau pengurangan luasan perairan:

- Nilai 1 : Apabilai terjadi pendangkalan > 20%

- Nilai 2: Apabilai terjadi pendangkalan < 20%

- Nilai 3 : Apabila tidak terjadi pendangkalan


2.7. Habitat Penting
• Definisi: daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground), dan
daerah mencari makan (feeding ground) bagi sumber daya ikan secara alami dan turun
temurun.

• Pengukuran indikator habitat penting dilaksanakan untuk mengetahui jumlah dan


sebaran habitat penting di suatu ekosistem perairan darat. Habitat penting sangat
berkaitan dengan pengetahuan lokal masyarakat setempat dalam melakukan
penangkapan ikan secara efektif.

• Parameter yang diukur antara lain jumlah habitat penting, kondisi fisik dan daya
dukung lingkungannya dalam menunjang keberlangsungan hidup sumber daya ikan.

• Kriteria nilai untuk indikator habitat penting dilihat dari kondisi habitat penting tersebut
dan kemungkinan pemulihannya:

- Nilai 1: Apabila kondisi habitat penting telah terjadi perubahan/penurunan dan tidak bisa
dipulihkan

- Nilai 2: Apabila kondisi habitat penting telah terjadi perubahan/penurunan tetapi masih
bisa dipulihkan

- Nilai 3: apabila kondisi habitat penting belum terjadi perubahan/penurunan


III Penilaian Indikator EAFM
Domain Lingkungan Sumber
Daya Ikan

1. Teknik Pengumpulan Data


2. Teknik Analisis
3.1. Teknik Pengumpulan Data
• Dapat menggunakan data primer yang diperoleh melalui
pengamatan langsung di lapangan maupun data
sekunder dari referensi yang tersedia.
• Wawancara: tanya jawab tatap muka dilakukan
menggunakan panduan atau kuesioner.
• Ciri-ciri dari wawancara langsung :
1. Pewawancara dan responden tidak saling mengenal;
2. pewawancara bertanya responden menjawab;
3. pewawancara bersifat netral, tidak mengarahkan responden;
dan
4. pertanyaan yang diajukan mengikuti panduan atau kuesioner.
TEKNIK SAMPLING
• dilakukan dengan metode stratified random sampling:
responden yang akan diwawancarai ditentukan secara
bertahap.
• memperhatikan setiap unsur populasi dari tiap kelompok
yang tidak overlap (unsurnya homogen) dan harus
memiliki peluang yang sama untuk diambil.
• Strata sampling dapat menggunakan batas administrasi
atau jenis alat tangkap yang digunakan.
• Alokasi jumlah sampel dari setiap tingkatan dicari dengan
menggunakan prinsip alokasi proporsional.
• Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi sesuai masing-masing indikator,
• indikator memiliki kriteria tersendiri untuk menentukan
statusnya dan memiliki sumber data yang berbeda,
• penilai perlu mengetahui dimana dan bagaimana sumber
data itu bisa didapatkan.
Parameter yang diukur
1. fluktuasi tinggi muka air,
2. pencemaran,
3. sempadan,
4. daerah suaka,
5. modifikasi lingkungan,
6. pendangkalan atau pengurangan luasan perairan dan habitat
penting
Teknik pengumpulan data masing-masing indikator

a. Fluktuasi Muka Air


Data/informasi indikator fluktuasi muka air diperoleh melalui:
• Data pengamatan langsung ke lapangan terkait fenomena genangan air;
• Data tinggi muka air dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir, dari
satuan kerja setempat yang membidangi sumber daya air;
• Data curah hujan dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir, dari satuan
kerja setempat yang membidangi meteorologi, klimatologi dan geofisika;
• Data citra lahan basah dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir, dari
satuan kerja yang membidangi informasi geospasial atau antariksa;
• Data hasil penelitian atau pemantauan dari unit kerja/pemangku
kepentingan terkait; dan/atau
• Hasil wawancara nelayan/responden lainnya yang memiliki pengalaman
visual selama 5-10 tahun terakhir
Langkah-langkah pemberian nilai kriteria

1. Inventarisasi data seluruh peristiwa fluktuasi muka air di suatu ekosistem perairan darat.
2. Pemberian nilai kriteria (nk) indikator fluktuasi muka air, dengan kriteria nilai berikut:
• nk 1 = fluktuasi muka air pada saat musim air tinggi dan air rendah dalam 5-10 tahun terakhir menurun;
• nk 2 = fluktuasi muka air pada saat musim air tinggi dan air rendah dalam 5-10 tahun terakhir tetap;
• nk 3 = fluktuasi muka air pada saat musim air tinggi dan air rendah dalam 5-10 tahun terakhir meningkat.

Beberapa pemangku kepentingan yang dapat dijadikan responden dalam melakukan penilaian
indikator fluktuasi muka air antara lain:
1. Unit kerja di bidang sumber daya air;
2. Unit kerja di bidang klimatologi;
3. Akademisi/peniliti dari lembaga pendidikan tinggi/lembaga penelitian lainnya;
4. Penyuluh perikanan
5. Nelayan.
b. Pencemaran
Data/informasi indikator pencemaran dapat diperoleh
melalui:
• Hasil pengamatan langsung ke lapangan terkait
parameter cemaran biologi (tutupan tumbuhan air,
bakteri/plankton/ alga) yang dilakukan secara representatif,
baik dalam hal waktu maupun sebaran lokasi
pengamatan;
• Data terkini terkait pencemaran biologi dari satuan kerja
yang membidangi sumber daya air atau lingkungan hidup;
• Data ilmiah dari lembaga penelitian atau akademisi terkait,
dan/atau
• Hasil wawancara nelayan/responden lainnya yang
berkompeten.
Langkah-langkah pemberian nilai kriteria pada indikator pencemaran

1. Inventarisasi data seluruh peristiwa pencemaran di suatu ekosistem perairan darat.


2. Pemberian nilai kriteria (nk) indikator pencemaran, dengan kriteria nilai berikut:
• nk 1 = perairan tercemar berat atau berbau dan berwarna pekat atau menyebabkan kematian
massal ikan
• nk 2 = perairan tercemar sedang atau tidak layak minum tetapi masih layak untuk mandi dan lain
sebagainya; dan
• nk 3 = perairan tercemar ringan atau masih layak untuk diminum.

Beberapa pemangku kepentingan yang dapat dijadikan responden dalam melakukan


penilaian indikator pencemaran antara lain:
• 1. Unit kerja di bidang Lingkungan Hidup;
• 2. Akademisi/ peneliti dari lembaga pendidikan tinggi/lembaga penelitian lainnya;
• 3. Nelayan;
• 4. Penyuluh perikanan;
c. Tumbuhan Sempadan
• Data/informasi indikator tumbuhan sempadan dapat
diperoleh melalui:
• Hasil pengamatan langsung ke lapangan terkait lebar rata-
rata sempadan dan variasi vegetasinya yang dilakukan secara
representatif;
• Data terkini terkait sempadan dari satuan kerja yang
membidangi sumber daya air atau lingkungan hidup;
• Data hasil penelitian dari lembaga penelitian atau akademisi
terkait. Dan/atau
• Hasil wawancara nelayan/responden lainnya yang
berkompeten.
Langkah-langkah pemberian nilai kriteria pada indikator tumbuhan sempadan

1. Inventarisir data seluruh lebar sempadan dan/atau kawasan


litoral di suatu ekosistem perairan darat;
2. Beri nilai kriteria (nk) indikator sempadan dan/atau kawasan
litoral, dengan kriteria nilai berikut:
• nk 1 = sempadan tidak ada (alih fungsi);
• nk 2 = sempadan 1-15 m;
• nk 3 = sempadan >15 m

Beberapa pemangku kepentingan yang dapat dijadikan responden


dalam melakukan penilaian indikator tumbuhan sempadan antara
lain:
• Unit kerja di bidang pekerjaan umum;
• Unit kerja di bidang lingkungan hidup dan kehutanan;
• Akademisi/ peneliti dari lembaga Pendidikan tinggi/lembaga penelitian lainnya
d. Daerah Larangan Penangkapan Ikan

Data/informasi indikator daerah larangan


penangkapan ikan dapat diperoleh melalui:
• Hasil identifikasi sebaran dan eksistensi daerah larangan
penangkapan ikan;
• Informasi pengelolaan daerah larangan
penangkapan ikan dari satuan kerja yang membidangi
perikanan;
• Data hasil penelitian dari lembaga penelitian atau
akademisi terkait; dan/atau
• Hasil wawancara nelayan/responden lainnya yang
berkompeten
Langkah-langkah penilaian kriteria pada indikator daerah larangan penangkapan ikan

1. Inventarisasi data seluruh kegiatan pengelolaan daerah larangan penangkapan ikan di suatu
ekosistem perairan darat
2. Pemberian nilai kriteria (nk) indikator daerah larangan penangkapan ikan, dengan kriteria nilai
berikut:
• nk 1 = tidak ada daerah larangan penangkapan ikan;
• nk 2 = ada daerah larangan penangkapan ikan, tetapi belum dikelola/dijaga;
• nk 3 = ada daerah larangan penangkapan ikan yang dikelola/dijaga oleh stakeholders setempat

Beberapa pemangku kepentingan yang dapat dijadikan responden dalam melakukan penilaian
indikator daerah larangan penangkapan ikan antara lain:
• Unit kerja di bidang perikanan;
• Unit kerja di bidang kehutanan dan lingkungan hidup;
• Tokoh masyarakat;
• Penyuluh perikanan;
• Nelayan.
e. Modifikasi Lingkungan

Data/informasi indikator modifikasi lingkungan dapat diperoleh


melalui:
• Data pengamatan langsung ke lapangan terkait modifikasi lingkungan
perairan darat;
• Data pendayagunaan/ pengusahaan sumber daya air di perairan dari
satuan kerja yang membidangi pekerjaan umum/sumber daya air/tata
ruang;
• Data hasil penelitian dari lembaga penelitian atau akademisi terkait,
dan/atau
• Hasil wawancara nelayan/responden lainnya yang berkompeten.
Langkah-langkah pemberian nilai kriteria pada indikator modifikasi lingkungan

1. Inventarisasi data seluruh kegiatan modifikasi lingkungan di suatu ekosistem


perairan darat.
2. nilai kriteria (nk) indikator modifikasi lingkungan, dengan kriteria nilai berikut:
• nk 1 = ada modifikasi lingkungan, yang mengganggu siklus hidup ikan;
• nk 2 = ada modifikasi lingkungan, tetapi belum menganggu siklus hidup ikan;
• nk 3 = tidak ada modifikasi lingkungan

Beberapa pemangku kepentingan yang dapat dijadikan responden dalam


melakukan penilaian indikator modifikasi lingkungan antara lain:
• Unit kerja di bidang kehutanan dan lingkungan hidup;
• Unit kerja di bidang pekerjaan umum;
• Tokoh masyarakat;
• Penyuluh perikanan;
• Nelayan.
f. Pendangkalan
Data/informasi indikator pendangkalan dapat diperoleh melalui:
• Data pengamatan langsung ke lapangan terkait fenomena pendangkalan
perairan darat;
• Data perubahan kedalaman dan luas perairan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir dari satuan kerja setempat yang membidangi
pekerjaan umum/tata ruang/sumber daya air/lingkungan hidup;
• Data citra lahan basah dalam rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir, dari
satuan kerja yang membidangi informasi geospasial atau antariksa;
• Data hasil penelitian atau pemantauan pihak terkait; dan/atau
• Hasil wawancara nelayan/responden lainnya yang memiliki pengalaman
visual
Langkah-langkah pemberian nilai kriteria pada indikator pendangkalan

1. Inventarisasi data seluruh peristiwa pendangkalan atau pengurangan luasan perairan di suatu
ekosistem perairan darat.
2. Beri nilai kriteria (nk) indikator pendangkalan perairan, dengan kriteria nilai berikut:
• nk 1 = terjadi pendangkalan >20%
• nk 2 = terjadi pendangkalan <20%
• nk 3 = belum terjadi pendangkalan

Beberapa pemangku kepentingan yang dapat dijadikan responden dalam melakukan penilaian
indikator pendangkalan antara lain:
• Unit kerja di bidang kehutanan dan lingkungan hidup;
• Unit kerja di bidang sumber daya air;
• Unit kerja di bidang geospasial/ antariksa;
• Tokoh masyarakat;
• Penyuluh perikanan;
• Nelayan.
g. Habitat Penting
Data/informasi indikator habitat penting dapat
diperoleh melalui:
• Data pengamatan langsung ke lapangan terkait
keberadaan dan kondisi habitat penting di suatu ekosistem
perairan darat;
• Data pemantauan satuan kerja yang membidangi
perikanan;
• Data ilmiah dari lembaga penelitian atau akademisi terkait;
dan/atau
• Hasil wawancara nelayan/responden lainnya yang
berkompeten
Langkah-langkah pemberian nilai kriteria pada indikator
habitat penting

Inventarisasi data seluruh lokasi habitat penting di suatu ekosistem perairan darat.

Beri nilai kriteria (nk) indikator habitat penting, dengan kriteria nilai berikut:
• nk 1 = kondisi habitat penting telah terjadi perubahan/penurunan dan tidak bisa dipulihkan
• nk 2 = kondisi habitat penting telah terjadi perubahan/penurunan tetapi masih bisa dipulihkan
• nk 3 = kondisi habitat penting belum terjadi perubahan/penurunan

Pemangku kepentingan yang dapat dijadikan responden dalam melakukan penilaian indikator habitat penting:
• Unit kerja di bidang perikanan;
• Akademisi/peneliti dari lembaga pendidikan tinggi/lembaga penelitian lainnya;
• Tokoh masyarakat
• Penyuluh perikanan;
• Nelayan.
Kriteria flag status untuk domain lingkungan sumber daya
ikan dikelompokkan berdasarkan 3 (tiga) kategori
Kriteria flag status kondisi pengelolaan perikanan di suatu ekosistem
perairan darat yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori
BAB IV Rekomendasi Hasil
• Rekomendasi pengelolaan perikanan
yang dirumuskan sebagai dasar untuk
menentukan rencana strategis berupa
kebijakan/program/kegiatan yang
diarahkan untuk mengatasi kesenjangan
atau isu dan permasalahan yang
ditemukan.
• Rekomendasi pengelolaan perikanan
dikelompokkan berdasarkan flag status
masing-masing domain EAFM.
• Secara umum, rekomendasi pengelolaan
perikanan berbasis ekosistem yaitu:

Anda mungkin juga menyukai