Anda di halaman 1dari 36

MKSDH

Pengelolaan Lubuk Larangan


Oleh :
Kelompok 2 A

SYIFA ULIA (1710421025)


IKRIMA ASRORI (1710421021)
FADILATURAHMAH (1710422015)
SILVIA INDRA DEWI (1710421001)

PASCA SARJANA BIOLOGI


UNIVERSITAS ANDALAS
Pengelolaan Lubuk Larangan

1 2
Identitas Artikel 1
Pengelolaan Lubuk Larangan
Judul sebagai Upaya Konservasi
Perairan di Desa Rantau Pandan
Kabupaten Bungo, Jambi

Author Diana Sari, Indra Junaidi


Zakaria, Wilson Novarino

Jurnal Dinamika Lingkungan Indonesia Vol 3(1)


Januari, 2016
Pendahuluan
Latar Belakang
Kearifan Lokal

Adanya lubuk larangan


tersebut baik disadari dan
dipahami atau tidak KONSERVASI
merupakan sikap pelestarian
lingkungan perairan sungai

Suatu daerah tertentu di sungai yang diberi


batasan oleh masyarakat, untuk tidak
boleh diganggu dan diambil ikannya.
Kondisi Geografis Rantau Pandan

Kecamatan Rantau Pandan

Di Rantau Pandan terdapat empat lubuk


larangan yaitu:
1. Lubuk Sar (Karang Taruna)
Pemanenan Ikan 2
2. Lubuk Karak (desa) tahun sekali
3. Lubuk Tepian (desa)
4. Lubuk Reser Park (Pemda)
Kecuali Lubuk Reser Park

Luas Area : 239,61 km2


(5,14% dari luas wilayah Kabupaten Bungo
4.659 km 2) yang terdiri dari 6 desa/kelurahan.
Sungai yang melintasi kecamatan ini adalah
Sungai Batang Bungo .
Tujuan Lubuk Larangan Rantau Pandan

1. Melestarikan sumberdaya ikan


2. Menghindari penangkapan ikan dengan cara yang
dapat merusak ekosistem perairan dan
lingkungannya
3. Menghindari perbuatan yang dapat mengakibatkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan perairan
perikanan serta
4. Menambah pendapatan kas desa
Jenis-Jenis Ikan di Lubuk Larangan Rantau Pandan

Gurami (Osphyronemus Seluang (Rasbora Tilan (Mastacambelus Nila (Orheochromis


gouramy) argryotaenia) acuelatus) niloticus)

Barau (Hampala
Semah (Tor tambra) Lampam (Barbodes schwanefeii) Toman (Channa micropeltes)
macrolipidota)

Mentulu (Barbichthys laevis) Malis (Puntius tawarensis)


Metode
Desa Rantau Pandan Kabupaten Bungo, Jambi

Penilaian Faktor Internal &


Metode SURVEY Analisis SWOT Eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal


Data Primer : Kondisi umum pengelolaan Data Primer : Observasi langsung di lapangan
lubuk larangan (kondisi lingkungan) •Potensi konservasi perairan
Data sekunder : Biaya pengelolaan lubuk •Daya dukung sebagai konservasi perairan
larangan dan biaya (income) dari hasil panen •Pengamatan presepsi dan partisipasi masyarakat
ikan serta pemangku kepentingan di lingkungan lubuk
larangan
Data sekunder : inventarisasi kondisi sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat di lingkungan
lubuk larangan
Hasil dan
Pembahasan
Peraturan Buka Lubuk Larangan Sistem Pembagian Ikan

1. Sebelum di buka diikrarkan sumpah oleh


Ikan yang sudah dibagikan andil besar maupun
pegawai syara
andil kecil dipindahkan ke tempat penanggung
2. Penangkap tidak dibenarkan turun ke sungai
jawab (panitia). Di angkat oleh petugas
sebelum ada perintah dari panitia.
kampung masing-masing ke tempat panitia
3. Penangkap wajib menyerahkan hasil
penyerahan oleh panitia RT masing-masing.
tangkapannya kepada panitia dan panitia
berkewajiban membagi ikan tersebut sesuai
dengan aturan yang telah di tetapkan (dibagi
empat). Tiga bagian diserahkan ke panitia
sedangkan yang satu bagian untuk penangkap.
4. Ikan yang sudah ditangkap dikumpulkan di
tempat penampungan induk dan disaksikan
oleh panitia (Masyarakat Negeri).
Hasil Penjualan Ikan Lubuk Larangan

1. Tiga Masjid Desa Rantau Pandan


Hasil penjualan ikan sebagian digunakan
untuk perbaikan tiga masjid yang terletak di
Desa Rantau Pandan. Untuk berapa banyak
jumlah uangnya itu tergantung kebutuhan
masing-masing masjid.
2. Desa Rantau Pandan
Sebagian dari hasil penjualan ikan lubuk
larangan dimasukkan ke dalam khas desa.
3. Karang Taruna
Sebagian dari hasil penjualan ikan lubuk
larangan diberikan kepada karang taruna.
Tingkat Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Terhadap Pengelolaan Lubuk
Larangan

Jumlah responden : 96 (laki-laki)


19 mengetahui pengertian konservasi
15  mengetahui peran dan fungsi
lubuk larangan sebagai upaya konservasi
perairan
9 mengetahui tentang pengembangan
pengelolaan lubuk larangan sebagai upaya
konservasi perairan.
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Lama tinggal : 81> 10 tahun
Pendidikan : tamat SMA/MA
Agama : Islam
Tingkat Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Sekitar Terhadap Pengelolaan Lubuk
Larangan

Hal ini menggambarkan masyarakat dan pemerintah


tidak saling berkoordinasi dalam pengelolaan lubuk
larangan sebagai upaya konservasi perairan di Desa
Rantau Pandan.
Tingginya partisipasi pemerintah terhadap upaya
konservasi mampu meminimalisir eksploitasi terhadap
sumber daya alam dan mengubah paradigma
keberadaan sumber daya dan lingkungan yang
digunakan semata-mata untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia
Oleh karena itu diperlukan kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan lubuk
larangan sebagai upaya konservasi perairan di Desa
Rantau Pandan.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats)

Berdasarkan hasil analisis SWOT, prioritas dapat dijadikan


rencana strategi pengelolaan lubuk larangan sebagai upaya
konservasi perairan, dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan manajemen pengalokasian dana.
2. Peningkatan pengetahuan pentingnya konservasi kepada
masyarakat sekitar.
3. Peningkatan publikasi
4. Pendekatan terhadap masyarakat di sekitar lubuk larangan
5. Kemudahan akses untuk menuju lokasi lubuk larangan.
6. Peningkatan aturan pengelolaan sampah di kawasan lubuk
larangan.
Tata kelola dan hasil panen ikan di
lubuk larangan di Desa Rantau Pandan KESIMPULAN
belum dilakukan secara efektif dan
optimal
Pengelolaan Lubuk Larangan di Sungai Kampar
PENDAHULUAN

Sungai Kampar merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Sumatera, mengalir dari Bukit
Barisan, Provinsi Sumatera Barat, dan bermuara di pesisir timur pulau Sumatera, Provinsi Riau.
Secara etimologi, lubuk larangan terdiri dari kata “lubuk” dan kata “larang”. Kata “lubuk”
diartikan “tempat yang dalam di sungai, telaga, atau laut”, sedangkan kata “larang” diartikan
“perintah dilarang melakukan suatu perbuatan”. Lubuk larangan memiliki nilainilai yang sebangun
dengan sistem sasi laut yang merupakan tradisi pengelolaan sumber daya laut di wilayah pesisir
dengan sistem buka-tutup untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya dalam periode waktu tertentu
Saat ini, berbagai tantangan telah mengancam eksistensi dan keberlanjutan lubuk larangan, baik
internal maupun eksternal. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan aksi bersama untuk memperkuat
dan menjamin keberlanjutan lubuk larangan, yang pada akhirnya akan mampu mewujudkan
kelestarian ekosistem sungai, khususnya keanekaragaman hayati ikan
Tujuan

Untuk menguraikan dan


menganalisis pengelolaan
Lubuk Larangan yang
berada di Sungai Kampar
METODE

Data :
- Data Primer : Survei, Observasi
Lapangan (kondisi Lubuk Larangan,
Pembagian zona, dan aktivitas
Masyarakat sekitar), serta Wawancara
dengan informan kunci terkait sejarah
dan peraturan

- Data Sekunder : Sumber Kepustakaan


terkait
LOKASI

- Kab. Kampar, Provinsi Riau

- Kab. 50 Kota dan Kab.


Pasaman, Provinsi Sumatra
Barat
HASIL
KARAKTERISTIK
a. Provinsi Sumatera Barat :

• Kab. pasaman : Kecamatan Mapat • Kab. 50 Kota :


Tunggul Selatan Kecamatan Bukit Barisan
- Jorong Muaro : 4 Lubuk - N. Maek, 1 Lubuk
- Jorong Sungai Lolo : 3 Lubuk Kecamatan Kapur IX
- Jorong Pangian : 3 Lubuk - N.Lubuak Alai: 2 Lubuk
- Jorong Rotan Getah:3 Lubuk - N.Koto Tuo : 2 Lubuk
- Jorong Pertemuan : 6 Lubuk - N.Koto Bangun: 2 Lubuk
- Jorong Sopan : 4 Lubuk - N.Durian Tinggi:1 Lubuk
- N. Sialang : 3 Lubuk
Karakteristik : Topografi curam,
sungai berarus deras, berbatu. Karakteristik : Topografi
Pinggiran sungai didominasi oleh sedikit landai. Sudah ada sistem
hutan campuran. Merupakan hulu dari zonasi. Sungai sedikit melebar
sungai yang bermuara ke waduk dan dalam pada bagian tertentu.
PLTA Koto Panjang. Telah mengenal Pinggiran sungai didominasi oleh
sistem Zonasi (zona inti)/Konservasi, perkebunan sawit, karet dan
zona penyangga, zona pemanfaatan). gambir.
b. Provinsi Riau
Kabupaten Kampar, Kecamatan Koto Kampar Hulu
- Desa Bandur Picak : 2 Lubuk
- Desa Siberuang : 1 Lubuk

Karakteristik : Topografi sedikit landai. Sungai yang sedikit melebar dan


dalam pada bagian tertentu. Pinggiran sungai didominasi oleh perkebunan
gambir, sawit dan karet. Belum ada sistem zonasi
Aktivitas Masyarakat

• Panen Hasil Lubuk Larangan dilakukan setelah panen hasil kebun, menjelang puasa/
setelah lebaran atau sesuai kesepakatan masyarakat.
• Masa tunggunya bervariasi, 1-3 tahun
• Prosesi pembukaan diawali pembacaan doa oleh tokoh agama, ada juga yang dilanjutkan
dengan pembacaan mantra
• Peralatan mengakap ikannya sederhana ; pancing, jaring, bubu, dan sebagian ada yang
dibolehkan menembak, dsb.
• jenis ikan di Lubuk Larangan adalah jenis ikan lokal (Ikan Kapide, ikan salimang, ikan
garing, ikan sibahan, ikan ikan baung, ikan belida, ikan Barau dan ikan Paweh)
• Ada yang membolehkan masyarakat untuk membawa hasil panen namun ada juga yang
hasil panennya dikumpulkan dan dijual baik kepada masyarakat atau pendatang
• hasil penjualan didistribusikan ke kas pemuda, fasilitas umum, dan santunan sosial
SEJARAH
Sebagian Lubuk Larangan saat ini merupakan
sebuah tradisi turun temurun dari nenek moyang
dan sebagian lagi merupakan inisiatif masyarakat
saat ini yg bermula dari adanya kepentingan
bersama
Aturan Pelaksanaan

PerDa Prov. Riau No. 9 tahun 2014


Aturan Tertulis
1 "Pengelolaan Daerah Aliran Sungai"

2 PerDa Prov. Sumatera Barat No. 4 tahun 2012


"Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Ikan"

Peraturan Bupati 50 Kota No. 40 tahun 2017 "Pengelolaan Konservasi


3 Sumber Daya Ikan"
dan Peraturan Wali Nagari Kab. 50 Kota No. 002 tahun 2011
Penutup

- Lubuk Larangan diawasi oleh kelompok POKMASWAS yang bertugas untuk


mengkoordinasi berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pengawasan terhadap lubuk
larangan.

- Anggota POKMASWAS terdiri dari setiap unsur masyarakat di sekitar lubuk larangan.

- Lubuk Larangan dikelola dengan mengacu pada seperangkat pranata (nilai kebersamaan,
sanksi dsb)

- Acuan normatif berupa nilai, norma dan sanksi basanya dirujuk dari khasanah budaya dan
agama, sedangkan aturan lubuk yanh berkaitan dengan teknis dikreasikan sendiri oleh
masyarakat desa sesuai dengan aturan yang berlaku di desa tbersangkutan

Pelanggaran terhadap pantangan lubuk larangan dilakukan dengan pengadilan adat.


Hal yang Harus dilakukan untuk Penguatan Lubuk
Larangan di Sungai Kampar

1. Komunikasi dan Koordinasi antar pemangku


kepentingan dan antara darah harus semakin giat
dilaksanakan
2. Proses panen lubuk larangan sbaiknya dilakukan
pembatasan terhadap jenis ikan yang dianggap langka dan
ikan betina yang potensial sebagai induk
3. kegiatan yang berpotensi mengganggu kelesraian
ekosistem perlu ada formulasi kebijakan dan praktik
terbaik untuk mengurangi hal tersebut.
PERBANDINGAN PENGELOLAAN ANTARA KEDUA
ARTIKEL
Pengelolaan Lubuk Larangan di Desa Rantau
Pengelolaan lubuk larangan di Sungai Kampar Pandan Kabupaten Bungo, Jambi

•Sebagian lubuk larangan yang ada saat ini, Adapun tujuan dari terbentuknya lubuk larangan
merupakan sebuah tradisi turun temurun dari nenek di Rantau Pandan ini yaitu; untuk melestarikan
moyang. sumberdaya ikan, menghindari penangkapan ikan
•Sebagian lagi merupakan inisiatif masyarakat dari dengan cara yang dapat merusak ekosistem
generasi yang ada saat ini, bermula dari adanya suatu perairan dan lingkungannya, menghindari
kepentingan bersama; misalnya pendanaan untuk perbuatan yang dapat mengakibatkan pencemaran
pembangunan fasilitas sosial, santunan untuk anak dan kerusakan lingkungan perairan perikanan serta
yatim dan fakir miskin, dan lain sebagainya. Inisiatif menambah pendapatan kas desa.
pembentukan lubuk larangan juga dilatarbelakangi
oleh fakta yang dirasakan oleh sejumlah masyarakat
bahwa kondisi sungai semakin hari semakin
memburuk.
Pengelolaan lubuk larangan di Sungai Kampar Pengelolaan Lubuk Larangan di Desa Rantau
Pandan Kabupaten Bungo, Jambi

• Biasanya, prosesi pembukaan lubuk larangan Peraturan buka lubuk larangan


diawali dengan pembacaan doa bersama-sama
yang dipimpin oleh tokoh agama. Sebagian 1. Sebelum di buka diikrarkan sumpah oleh
lubuk larangan ada yang melanjutkan prosesi ini pegawai syara,
dengan pembacaan doa/mantra dari
dukun/pawang lubuk larangan.
Pengelolaan Lubuk Larangan di Desa
Rantau Pandan Kabupaten Bungo, Jambi
Pengelolaan lubuk larangan di Sungai
Kampar
• Pelaksanaan panen lubuk larangan biasanya • Berdasarkan hasil observasi yang telah
diadakan setelah panen hasil kebun (gambir, dilakukan diketahui bahwa pemanenan ikan
kakao, karet, dan kelapa sawit), menjelang dilakukan dua tahun sekali dengan waktu yang
puasa, atau setelah lebaran sesuai hasil berbeda kecuali Lubuk Reser Park, pada lubuk
kesepakatan awal saat musyawarah. Waktu ini tidak dilakukan penangkapan.
panen lubuk larangan cukup bervariasi, 1 hari, • Terdapat 6 kategori penangkapan, untuk
2 hari, 1 minggu, bahkan ada yang sampai 1 mentertibkan pengelolaan lubuk larangan
bulan lamanya. Sementara itu, masa tunggu
lubuk larangan berkisar antara 1 - 3 tahun.
• Peralatan yang digunakan untuk menangkap
ikan sangat sederhana seperti pancing, jaring,
bubu, menembak (sebagian diperbolehkan),
dan lain sebagainya.
Pengelolaan Lubuk Larangan di Desa Rantau
Pengelolaan lubuk larangan di Sungai Kampar Pandan Kabupaten Bungo, Jambi

• Kegiatan pemeliharaan lubuk larangan yang telah • Kegiatan pemeliharaan lubuk larangan dengan
dilaksanakan meliputi kegiatan yang diinisiasi oleh adanya peraturan tertulis ataupun lisan meliputi,
dinas terkait maupun diinisiasi oleh masyarakat sendiri. peraturan buka lubuk larangan, peraturan sistem
Lubuk larangan diawasi oleh suatu kelompok yang pembagian hasil, peraturan kategori
dibentuk melalui musyawarah desa/- nagari, yaitu penangkapan ikan dan peraturan hasil penjualan
kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) ikan lubuk larangan
lubuk larangan.
• Lubuk larangan dikelola dengan mengacu pada
seperangkat pranata (nilainilai bersama, norma dan
sanksi, serta aturan-aturan tertentu) yang ditetapkan
bersama melalui musyawarah desa/nagari. Aturan lubuk
yang ada, baik lisan maupun tertulis, biasanya terkait
dengan tindak pencurian, tata tertib pelaksanaan festival
pembukaan lubuk larangan, dan aturan pembagian serta
pemanfaatan hasil panen lubuk larangan.
• Selain pemeliharaan dari segi fisik lubuk larangan,
pemeliharaan “non-fisik” juga dilaksanakan melalui
berbagai pantang larang serta sanksi adat. Hal ini
mengakibatkan masyarakat tetap memelihara dan
menjaga keberadaan lubuk larangan.
Pengelolaan Lubuk Larangan di Desa Rantau
Pandan Kabupaten Bungo, Jambi
Pengelolaan lubuk larangan di Sungai Kampar

Kelebihan Kelebihan
• Kesadaran dan partisipasi masyarakat • Partisipasi pemerintah dalm pengelolaan
cukup tinggi dalam lubuk larangan terhadap upaya konservasi
cukup tinggi
Kelemahan Kelemahan
• Kurangnya komunkasi dan koordinasi • Rendahnya pengetahuan dan partisipasi
antara pemangku kepentingan dan antar masyarakat terhadap upaya konservasi
daerah melalui lubuk larangan
• Tidak adanya pembatasan penagkapan jenis • Kurangnya koordinasi masyarakat dan
ikan langka atau betina ikan potensial pemerintah dalam pengelolaan lubuk
• Kurangnya kebijakan dan praktik yang larangan sebagai upaya konservasi perairan
mengatur adanya kegiatan yang berpotensi di Desa Rantau Pandan.
mengganggu kelestarian ekosistem sungai
• Berdasarkan hasil kajian yang telah • Urutan prioritas dari yang terbesar hingga terkecil
dilaksanakan, maka kami menemukan beberapa yang dapat dijadikan rencana strategi pengelolaan
hal yang harus dilaksanakan untuk penguatan lubuk larangan sebagai upaya konservasi
lubuk larangan di Sungai Kampar yaitu: perairan, dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Komunikasi dan koordinasi antar pemangku 1. Mengoptimalkan manajemen pengalokasian
kepentingan dan antar daerah harus semakin dana.
giat dilaksanakan; 2. Peningkatan pengetahuan pentingnya
2. Proses panen lubuk larangan sebaiknya konservasi kepada masyarakat sekitar.
melakukan pembatasan terhadap jenis ikan 3. Peningkatan publikasi.
yang dianggap langka dan ikan betina yang
4. Pendekatan terhadap masyarakat di sekitar
potensial sebagai induk. lubuk larangan.
3. Kegiatan - kegiatan yang berpotensi 5. Kemudahan akses untuk menuju lokasi lubuk
menganggu kelestarian ekosistem sungai larangan.
semakin marak, seperti pertambangan batu
pasir serta perkebunan. Sebaiknya, diperlukan 6. Peningkatan aturan pengelolaan sampah di
suatu formula kebijakan dan praktik terbaik kawasan lubuk larangan.
untuk mengurangi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, M. 2020. Pengelolaan Lubuk Larangan di Sungai Kampar. ETNOREFLIKA: Jurnal


Sosial dan Budaya Volume 9, Nomor 2, Juni 2020: 119 –129.
Sari D, Zakaria IJ, Novarino W. 2016. Pengelolaan Lubuk Larangan sebagai Upaya Konservasi
Perairan di Desa Rantau Pandan Kabupaten Bungo, Jambi. Dinamika Lingkungan
Indonesia. Vol 3(1):9-15.

Anda mungkin juga menyukai