Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No.

2, Agustus 2016

‘Gerakan Muncar Rumahku’ dan Strategi ressources mobilization. Gemuruh do


Mobilisasi Sumber Daya Pada Gerakan strategy on the fifth type resources
Sosial Penyelamatan Lingkungan mobilization, as following: moral resources,
cultural resources, social-organizational
Oleh: Joko Suwarno1 resources, human resources, dan material
resources.

Abstrak Keywords:
Dalam beberapa tahun terakhir para Natural and human resources mobilization,
nelayan di Kecamatan Muncar, Banyuwangi environmental movement, Local NGO
mengalami krisis dalam melakukan Gemuruh
aktivitas di Selat Bali mereka akibat
penggunaan teknik penangkapan ikan
secara desktruktif seperti illegal fishing
yang merusak kesinambungan alam. Untuk Pendahuluan
mengatasi hal tersebut, muncul gerakan
lingkungan di tingkat lokal yang Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
menamakan dirinya, ‘Gemuruh’ atau produksi perikanan laut Kecamatan Muncar
Gerakan Muncar Rumahku. Gerakan ini terus mengalami penurunan. Pada tahun
bukan hanya bertujuan untuk 2009 produksi perikanan laut Kecamatan
memberdayakan para nelayan bagi Muncar dapat mencapai 32.782,997 ton.
peningkatan kehidupan ekonomi mereka Penurunan yang cukup drastis terjadi pada
semata, melainkan juga sebagai tahun 2010, dimana terjadi penurunan
pemberdayaan (literasi melalui produksi sebesar 32,75 persen dari
pengetahuan dan praktik serta produksi tahun 2009 sebesar 32.782,997
berorganisasi) yang ditujukan agar para ton menjadi 22.046,289 ton ditahun 2010.
nelayan memiliki pengetahuan yang Sedangkan pada tahun 2013 terjadi
memadai sehingga dapat memelihara dan kenaikan sebesar 13,98 persen atau naik
menjaga keseimbangan lingkungan hidup sebanyak 1.602,475 ton produksi tahun
yang menjadi sumber mata pencaharian 2011 yaitu 16.526,715 ton menjadi 11.459
mereka. ton ditahun 2012 (BPS, 2015:17). Hal
tersebut dipicu oleh aktivitas nelayan dalam
Kata Kunci: memanfaatkan sumber daya alam melalui
penggunaan alat tangkap yang bersifat
Mobilisasi sumberdaya alam dan manusia, merusak (illegal fishing dan over fishing)
gerakan lingkungan, LSM Gemuruh. dan tidak memperhatikan aspek
berkelanjutan (sustainability) terhadap
lingkugan.
Abstract
For the last decade, the Muncar fisherman Salah satu gerakan lingkungan yang
of Banyuwangi have experiencedcrisis in berkembang tahun 2013-an adalah
fish catching in the Balistrait. It was kelompok yang disebut sebagai Gerakan
particularly triggered by the activities of Muncar Rumahku (Gemuruh). Gemuruh
illegal fishing. In response to the damage merupakan salah satu gerakan sosial yang
caused by the activities of illegal fishing, the berada di Kecamatan Muncar. Gemuruh ini
locals attempt to establish an bergerak dalam upaya penyelamatan
environmental movement called ‘Gerakan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Muncar Rumahku’ (Gemuruh). The (SDKP) di daerah pesisir Kecamatan
movement itself aimed at strategy Gemuruh Muncar. Hal tersebut dikarenakan kondisi
in managing the environmental crisis to use alam kelautan di Kecamatan Muncar
dianggap mengalami kerusakan diakibatkan
1
Joko Suwarno adalah dosen dan peneliti pada karena pemanfaatan sumber daya alam
Departemen Sosiologi, FISIP Universitas Jember, yang tidak ramah lingkungan oleh kalangan
Jawa Timur. masyarakat tertentu.

17
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

Gerakan sosial hadir sebagai sarana dalam reduksi data; penyajian data; dan penarikan
penolakan ketidakadilan dalam upaya kesimpulan atau verifikasi.
menjamin kelangsungan hidup diatas
kerusakan lingkungan yang terjadi. Gerakan
lingkungan merupakan salah satu cara Terbentuknya Gemuruh Sebagai
dalam mewujudkan jaminan kesejahteraan Gerakan Sosial
masyarakat yang terlalu menggatungkan
kehidupannya dari sumber daya yang Kondisi dari penurunan hasil tangkapan
lestari. Memang tidak mudah dalam ikan dipicu dengan adanya eksploitasi
melakukan gerakan lingkungan, karena berlebih yang bersifat merusak (illegal
hasil yang didapatkan dari gerakan sosial fishing) dan penangkapan ikan yang
tidak langsung dirasakan oleh masyarakat berlebih (over fishing) oleh nelayan. Kedua
luas. Selain itu juga, sarana dan prasarana perilaku eksploratif tersebut sebagai
yang digunakan dalam memperjuangkan penyumbang kerusakan SDKP atau natural
kelestarian lingkungan juga tidak mudah resources scarcity yang akan berdampak
didapatkan oleh para aktor gerakan. pada hasil tangkapan nelayan dalam kurun
waktu tertentu. Menurut Kusumah (2015:
Gemuruh yang berawal dari kelompok 52) dengan kata lain maka natural resorcess
nelayan yang sebelumnya berorientasi pada scarcity, yang ditandai dengan kerusakan
profit sekarang telah melakukan lingkungan laut dan semakin menurunnya
penyelamatan dengan memanfaatkan ketersediaan sumber daya ikan merupakan
berbagai sumber daya yang mereka miliki proses panjang sosio-kultural dan ekonomi
guna memperbaiki kerusakan dari SDKP. nelayan.
Hal tersebut tidak lepas dari strategi yang
dilakukan oleh Gemuruh. Gemuruh sebagai Kerusakan terumbu karang2 itu sendiri
gerakan sosial mampu memobilisasi hampir berada disebagian pinggiran pantai.
sumber daya yang dimiliki guna menarik Beberapa tempat di Selat Bali terkenal
simpati dari masyarakat untuk ikut dengan kerusakan terumbu karang
berpartisipasi dalam melestarikan diantaranya adalah Kayu Aking, Teluk Biru,
lingkungan. Selain itu, dalam dinamika Senggrong dan Kapal Pecah. Pada beberapa
menjalankan aksinya juga tidak selalu tempat yang mengalami kerusakan, sekitar
mulus. Terdapat kendala yang dihadapi. 80% dikategorikan dalam rusak parah.
Entah itu kendala yang berdampak besar Dengan terjadinya kerusakan terumbu
maupun kendala yang berdampak kecil. karang, masyarakat mendorong pemerintah
Fakta tersebut mememunculkan dua untuk membuat kebijakan terkait dengan
pertanyaan yaitu pertama, bagaimana peran pembuatan laut lindung (fish sanctuary).
Gemuruh dalam mengatasi kerusakan Kebijakan politik tersebut tertuang dalam
sumber daya kelutan dan perikanan?; Peraturan Daerah Kabaupaten Banyuwangi
Kedua, bagaimana strategi Gemuruh sebagai No.35 Tahun 2003 tentang Penetapan,
gerakan sosial dalam memobilisasi sumber Pelestarian dan Pengelolaan Kawasan Laut
daya. Lindung Perairan Kayu Aking Di Muncar
Kabupaten Banyuwangi.
Metode

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan


Muncar dengan menggunakan pendekatan 2
Berdasarkan The Status Of Coral Reefs of The
deskriptif kualitatif. Penelusuram sumber World 2000, di dunia ini diperkirakan terumbu
data (primer dan sekunder) menggunakan karang yang rusak sekitar 27%. Jika ini tidak
teknik purposive sampling dengan kriteria diantisipasi maka diperkirakan pada tahun 2010
kerusakan akan mencapai 40%, dan tahun 2030
tertentu sebagai informan. Sedangkan
bisa mencapai 58%. Sementara itu, Indonesia
strategi validitas data menggunakan yang saat ini memiliki 18% dari terumbu karang
trianggulasi dengan beberapa tahapan dunia, juga tak jauh beda. Hanya sekitar 6%
diantaranya yaitu: pengumpulan data; yang tergolong bagus dan sekitar 30% telah
rusak (Satria, 2009: 53)

18
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

Sumber Daya Kelautan dan Perikanan lingkungan. Dari dinamika transformasi


(SDKP) yang juga mengalami kerusakan yang dilakukan oleh Gemuruh sebagai
adalah ekosistem mangrove3. Kondisi gerakan sosial yang dahulunya berbentuk
ekosistem mangrove yang banyak KUB Maju Jaya yang berorientasi pada
mengalami kerusakan berada di pinggiran profit sekarang menjadi organisasi gerakan
pantai Kecamatan Muncar. Kerusakan dari sosial sebagai penyelamat SDKP di
mangrove sendiri diakibatkan oleh Kecamatan Muncar dan perairan Selat Bali.
eksploitasi dari masyarakat yang Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1
mengeksploitasi mangrove itu sendiri demi sebagai berikut.
tujuan-tujuan tertentu. Pengrusakan
mangrove tidak lain adalah masyarakat
sekitar. Masyarakat sekitar pesisir,
memanfaatkan kekayaan biota laut
dikawasan mangrove yang memiliki harga
ekonomis.

Akan tetapi, pada kondisi tersebut belum


memanfaatkan sumber daya kelautan dan
perikanan secara maksimal4. Hal tersebut
seperti yang diungkapkan Kusumah (2015:
92) potensi kelautan dan pesisir yang besar
ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara
optimal. Kerusakan lingkungan laut dan
pesisir yang terjadi karena fenomena alam
itu sendiri dan juga karena kegiatan di
atasnya. Hal tersebut nampak pada alur
konseptual perilaku nelayan dalam
memanfaatkan dan mengelola sumber daya
Gambar.1.
kelautan dan perikanan.
Terbentuknya Gemuruh Sebagai Gerakan Sosial

Gemuruh terbentuk atas kondisi sumber


Dalam dinamika perkembangannya,
daya kelautan dan perikanan yang
pembentuan Gemuruh merupakan inisiatif
megalami kelangkaan. Hal tersebut karena
dari masyarakat nelayan itu sendiri.
tindakan Gemuruh merupakan bentuk
Terbentuknya Gemuruh berawal dari
reaksi kesadaran dari sekelompok
Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan
masyarakat yang bertujuan mengembalikan
yang berorientasi profit, namun sekarang
kembali kerusakan yang selama ini telah
mengalami transformasi menjadi gerakan
terjadi. dengan aksi tersebut bertujuan
sosial yang bergerak dalam pelestarian
untuk mengembalikan fungsi dari laut yang
akan menjamin keberlangsungan
3
Indonesia sudah kehilangan sebagian besar kehidupan dan penghidupan masyarakat
mangrovenya. Dari 1982 hingga 2000, Indonesia nelayan. Seperti yang diungkapkan
telah kehilangan lebih dari setengah hutan Kusumah (2015: 251), tindakan sosial
manrove dari 4,2 juta hektar hingga 2 juta nelayan melalui pengembangan kelompok
hektar (dalam
sosial menjadi manifestasi kesadaran
http://www.greenpeace.org/seasia/id/PageFile
s/533771/Laut%20Indonesia%20dalam%20Kr
kelompok nelayan atas lingkungannya.
isis.pdf diakses pada 21 Maret 2016 pukul 20.20 Kesadaran ekologi yang ditumbuhkan
WIB) nelayan, pada dasarnya merupakan upaya
nelayan untuk mengembalikan fungsi
4 Potensi MYS (Maximum Sustainable Yield) lingkungan alam pada kondisi semula. Nilai
sumber daya perikanan diperkirakan sekitar 6,4 paling mendasar dari tumbuhnya kesadaran
juta ton pertahun. Sedangkan pemanfataanya sosial-ekologis adalah sebagai dorongan
masih sekitar 80% dari MYS yaitu 5,12 ton
pertahun.

19
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

normative nelayan untuk memberikan hak suatu tujuan yang mungkin bersinggungan
atas jaminan sosial dari lingkungan. dengan pencapaian tujuan yang lainnya.
Meski begitu, taktik berperan penting dalam
Strategi Gerakan Sosial Dalam Mobilisasi kompetisi dan kerjasama antar organisasi.
Sumber Daya

Peran Gemuruh sebagai organisasi gerakan Mobilisasi Moral Resources


sosial dapat dikategorikan dalam beberapa
aksi penyelamatan SDKP diantaranya yaitu Pada bagian awal Edward dan McCarthy
dengan patroli pengawasan, pelestarian (dakam Snow dkk, 2004: 125) menjelaskan
rumah ikan (fish appartment), penanaman secara umum moral resource adalah
terumbu karang dan mangrove. Dengan legitimasi, dukungan, solidaritas, simpati
serangkaian aksi gerakan tersebut, masyarakat dan tokoh terkenal. Dalam hal
Gemuruh mempercayai dapat mencapai ini, legitimasi merupakan dasar dari moral
tujuan gerakan. Dalam strategi resources. Karena dukungan, simpati dan
menjalankan aksinya, Gemuruh didukung solidaritas diperoleh melalui suatu proses
dengan sumber daya yang ada. Sumber legitimasi, dan dalam setiap tahap gerakan
daya tersebut di mobilisasi dalam sosial terkadang menghadapi kesulitan
melancarkan aksinya. Sumber daya ini mendapatkan sebuah legitimasi berupa
berupa antara lain berupa: pengetahuan, simpati masyarakat atau dukungan tokoh.
uang, media, tenaga kerja, kesetiakawanan,
legitimasi dan dukungan internal dan Legitimasi yang didapatkan oleh gerakan
eksternal dari elit penguasa (Maarif, 2010: sosial merupakan proses panjang dari
69). solidaritas dalam organisasi gerakan sosial
melalui perjuangan aksi mencapai tujuan.
Setiap Social Movement Organization (SMO) Dengan aksi yang diperjuangkan oleh
harus mampu mengelola sumber-sumber organisasi gerakan sosial akan
material, seperti pekerjaan (jobs), memunculkan simpati dari masyarakat
penghasilan (income), tabungan (saving), untuk ikut berpartisipassi dalam aksi yang
serta sumber-sumber non-material seperti dilakukan. Bentuk simpati masyarakat
wewenang (authority), komitmen moral dengan ikut berpartisipasi dalam aksi
(moral commitment), kepercayaan (trust), gerakan sosial akan menciptakan legitimasi
persahabatan (friendship), kemampuan atas organisasi gerakan sosial. Hal tersebut
(skill) dan sebagainya (Sukmana, 2013: 45). dapat dilihat dalam kerangka sebagai
Sumber daya ini sangat penting dalam berikut.
organisasi gerakan sosial penyelamatan
lingkungan seperti Gemuruh. Hal ini Aktor Gemuruh menunjukkan sikap
dikarenakan agar mampu menjaga sukarelawan berlebih yang disebut sebagai
eksistensi gerakan dalam mencapai hyper voluntary. Para aktor gerakan sosial
tujuan.Sehingga perubahan yang diinginkan secara sukarela mengorbankan waktu,
dapat tercapai oleh Gemuruh. tenaga, pikiran bahkan uang yang mereka
miliki dalam mencapai tujuan Gemuruh.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Sikap ini dibutuhkan (needs), dibangun
McCarthy dan Zald (1997: 1217) strategi dengan baik (well-development) dan
dan taktik dalam mobilisasi sumber daya. dipelihara (maintained) dalam interaksi
Mobilisasi sumber daya tidak hanya antar angotanya. Sikap hyper voluntary
berbentuk interaksi antara gerakan dan tersebut akan memunculkan komitmen
otoritas yang diterima, tetapi organisasi antar aktor gerakan sosial yang
gerakan sosial juga memiliki langkah- menimbulkan solidaritas dalam gerakan
langkah strategis. Contohnya memobilisasi sosial. Menurut Maarif (2010: 69)
pendukung, menetralkan dan komitmen dari peserta gerakan dipelihara
mentransformasi pemimpin publik menjadi melalui pembentukan identitas kolektif
simpatisan dan mencapai tujuannya. Dilema secara berkelanjutan, yang bermanfaat
dalam memilih taktik, ketika mencapai untuk menjaga organisasi gerakan melalui

20
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

hubungan antar pribadi anggotanya. Bentuk Hal ini menjadi unik ketika para elit lokal
solidaritas antar anggota Gemuruh bersikap acuh terhadap kerusakan
ditunjukkan dengan komitmen dalam lingkungan. Akan tetapi kalangan pemuda
merintis gerakan sosial. dan nelayan yang antusias dalam merspon
isu kerusakan lingkungan serta berberan
Dalam perjalanannya, Gemuruh aktif dalam penyelamatan kerusakan
mendapatkan banyak dukungan dari lingkungan dalam menciptakan kondisi
kalangan nelayan, pemuda serta sesama SDKP yang lestari di Kecamatan Muncar dan
komunitas yang peduli terhadap perairan Selat Bali. Bahkan dukungan yang
lingkungan. Cara penyadaran oleh Gemuruh di dapatkan tidak hanya dari Muncar saja,
dengan memberikan contoh kegiatan- daerah di luar Kecamatan, Kabupaten
kegiatan yang positif melalui aksi bahkan Provinsi juga berpartisipasi dalam
penyelamatan SDKP. Selain kelompok kegiatan Gemuruh.
nelayan, terdapat juga tambahan dari
kelompok sekitar yang bernama Laros Mobilisasi Cultural Resources
Jenggirat Munstik5. Bahkan kelompok ini
meminta jandwal kegiatan sendiri pada Di Kecamatan Muncar juga terdapat tradisi
setiap hari jum’at dijadikan sebagai hari kebudayaan masyarakat lokal yang
bersih-bersih sampah di pantai. Melalui diselenggarakan pada setiap tahunnya
interaksi dengan kelompok lain, muncul dengan sebutan petik laut7. Kusumah
pula identitas kelompok. Identitas ini tidak menjelaskan (2015: 244) petik laut
bisa diidentikkan sebagai atribut yang dilaksanakan setiap bulan Muharam atau
sama, tetapi lebih mengacu pada perasaan Syuro dalam penanggalan Jawa. Menurut
yang sama dan kadaan yang sama ketika legenda setempat ritual ini dimulai dengan
mereka sama-sama tertekan oleh kelompok kedatangan Sayid Yusuf ketika masuk ke
lain yang dominan atau mayoritas (Silaen, Muncar bersamaan dengan penyebaran
2004: 42). Identitas kelompok bersama ini agama Islam di Blambangan. Tradisi
ditunjukkan dengan kepedualian atas kebudayaan petik laut tersebut merupakan
kerusakan SDKP yang terjadi di Kecamatan suatu bentuk syukur kepada Tuhan yang
Muncar dan perairan Selat Bali. Rasa telah menjamin ketersediaan ikan di laut
tanggung jawab yang bangun sebagai warga Selat Bali. Ritual tersebut disisi lain
negara yang telah memanfaatkan sumber merupakan cara penghormatan masyarakat
daya alam secara berlebih dan tidak lokal terhadap laut. Bentuk pengormatan
memperdulikan aspek berkelanjutan atas laut ditunjukkan dengan serangkaian
merupakan reaksi terhadap peran negara sesajen yang nantinya akan di larung ke
dan swasta yang acuh terhadap kerusakan laut. Gemuruh seringkali melakukan aksinya
SDKP yang terjadi selama ini. dengan ikut berpartisipasi pada ritual petik
Proses legitimasi didapatkan Gemuruh dari laut dengan melakukan penanaman
kalangan nelayan dan pemuda yang peduli terumbu karang beserta rumah ikan.
lingkungan. Hal tersebut berbeda dengan Mereka memanfaatkan momen ritual
Edward dan McCharthy6 dalam jika tahunan petik laut agar aksi mereka dapat
legitimasi didapatkan dari para elit-elit dilihat oleh masyarakat luas dan akan
lokal yang ada pada suatu daerah tersebut. menambah legitimasi, simpati dan
solidaritas dari pihak lain.
5Laros Jenggirat Munstik merupakan singkatan
dari Laros Jenggirat Muncar Suporter Fanatik.
Kelompok ini merupakan pendungkung klub 7Petik laut merupakan tradisi kebudayaan
sepak bola Persewangi yang berdomisili di masyarakat lokal Muncar yang diselenggarakan
daerah Muncar. pada setiap tahunnya. Masyarakat lokal
mempercayai jika petik laut merupakan bentuk
6Baca Edward, Bob dan John D. McCarthy dalam terimakasih atas diberikannya hasil tangkapan
Snow dkk. 2004. Resources and Social Movement ikan. Tujuan dari petik laut agar para nelayan
Mabilization: The Blackwell companion to social agar diberikan keselamatan dan kelancaran saat
movement. United Kingdom: Blackwell melaut serta untuk menjamin tersedianya
Publishing Ltd hal.126 perikanan di Selat Bali yang melimpah.

21
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

membentuk kelembagaan struktur


Selain adanya nilai dan norma yang organisasi dengan pembagian dalam
mengajarkan masyarakat lokal untuk beberapa bidang. Gemuruh juga
mengajarkan peduli menjaga lingkungan, memanfaatkan prasarana publik seperti
para aktor Gemuruh menjalankan aksinya dermaga pelabuhan dan Aula TPI Muncar
dengan keterbatasan pengetahuan yang dalam mempersipakan aksinya. Selain itu,
mereka miliki. Peneliti menemukan jika Gemuruh juga mempunyai akses pada
Gemuruh melakukan pelestarian dengan media sosial. Penggunaan media sosial oleh
mengambil, menyamai dan menanam bibit Gemuruh sebagai upaya dalam
mangrove sesuai dengan peengetahuan dan mendapatkan dan mempertahankan
pengalaman yang dimilikinya terkait jarak, partisipannya untuk mendapatkan
waktu, dan kedalaman untuk pelestarian dukungan pendanaan organisasi gerakan
mangrove. sosial.

Edward dan McCarthy (dalam Snow dkk, Pembentukan struktur organisasi dalam
2004: 126) cultural resources, merupakan gerakan sosial sangat diperlukan. Hal ini
produk kultur yang dimiliki oleh aktor dikarenakan gerakan sosial mudah
gerakan sosial. Sumber daya ini sangat erat mengalami kegagalan. Sehingga dengan
kaitannya dengan konsep stock of adanya akan menjaga eksistensi dari
knowledge yang dimiliki oleh aktor gerakan organisasi gerakan sosial itu sendiri agar
sosial. Kategori ini cultural resources dapat eksis dalam memperjuangkan
termasuk gerakan atau masalah terkait gerakan penyelamatan lingkungan yang
produksi seperti musik, pengetahuan, telah banyak mengalami kerusakan.
majalah, surat kabar, dan film atau video. Kusumah (2015: 237) menjelaskan
Produk budaya seperti ini memfasilitasi pelembagaan atau institusionalisasi adalah
perekrutan serta sosialisasi dari gerakan sebuah konsep sosiologi untuk menjelaskan
baru penganut dan membantu keadilan bahwa sesuatu telah menjadi bagian dari
kepada mereka kesiapan dan kapasitas dunia sosial. Begitu pula dengan Gemuruh
untuk bertindakan.Dengan adanya budaya yang mempunyai struktur oragnisasi
petik laut, para aktor Gemuruh mengetahui sebagai respon terhadap kelangkaan SDKP
adanya arena yang memberikan yang terjadi di Kecamatan Muncar dan
kesempatan untuk meningkatkan legitimasi perairan Selat Bali. Struktur organisasi
dari masyarakat. Gemuruh dengan Gemuruh sendiri dapat dilihat pada gambar
pengalaman para aktornya dalam 2, yang terdiri dari koordinator, sekretaris,
penyelamatan SDKP secara sederhana bendahara, koordinator pengawasan,
membuat prosedur atau cara tersendiri koordinator ekowisata dan, koordinator
dalam penyelamatan SDKP. Penggunaan pelestarian.
bahan-bahan dari alam seperti bambu,
rumbai-rumbai, penyemaian bibit
mangrove merupakan bentuk cultural
resources yang dimobilisasi oleh Gemuruh.
Mobilisasi Social-Organizational
Resources

Edward dan McCarthy (dalam Snow dkk,


2004: 127) menjelaskan Social-
Organizational resources, merupakan
kategori yang didalamnya termasuk
organisasi sosial yang sengaja dibuat secara
spesifik untuk mencapai tujuan gerakan.
Terdapat tiga hal yang bisa dikategorikan
sebagai sebuah social-organizational
resources yakni: infrastruktur; jaringan
sosial; dan organisasi. Gemuruh Gambar. 2. Struktur Organisasi Gemuruh

22
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

Gemuruh menggunakan berbagai fasilitas


publik dalam melaksanakan aksinya.
Berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti, pada beberapa kegiatan seperti
Rapat Kerja (Raker) tahun 2016 Gemuruh
menggunakan Aula Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Kecamatan Muncar sebagai tempat
dalam merumuskan proyeksi kegitan. Selain
itu juga, armada kapal yang dimiliki
Gemuruh untuk melakukan penanaman
terumbu karang berada di Pelabuhan
Muncar. Hal ini menunjukkan jika Gemuruh
menggunakan fasilitas publik dalam
melakukan memobilisasi sumber daya.

Faktor penting mengapa kelompok lebih


mudah untuk melakukan mobilisasi karena
kelompok memiliki jaringan komunikasi
yang sudah mapan (established), terdapat
anggota dengan kemampuan
kepemimpinan, dan adanya partisipasi
tradisional dari para anggotanya (Sukmana,
2013: 46). Dalam hal ini yang menjadi fokus Gambar. 3. Paket Ekowisata Teluk Biru
utama adalah jaringan sosial, yang memiliki
posisi sebagai sumber daya yang signifikan Kontruksi yang bersifat sukarela yang
untuk mendapatkan suatu legitimasi berlebihan (Hyper Voluntaristic) menurut
aktivitas dari gerakan termasuk legitimasi teori mobilisasi sumber daya mengenalkan
untuk mengakses sumber daya yang lain- citra gerakan sosial baru (GSB) sebagai
sebut saja uang (dalam Snow dkk, 2004: sebuah korporasi industri multinasional
127). yang dijalankan oleh struktur manajerial
dengan kualifikasi tinggi berikut etos kental
Pembentukan ekowisata oleh Gemuruh mencetak profit. Ia mensyaratkan
merupakan bentuk dari social- kemampuan bernalar dan rasionalitas bagi
organizational resource dalam kategori para partisipasinya (Singh, 2010: 136-137).
social network dalam menjamin tersedianya Meskipun tidak begitu mendapatkan
sumber pendanaan pada organisasi gerakan keuntungan profit yang banyak dari adanya
sosial dalam menjalankan aksinya. ekowisata Teluk Biru menjadikan sumber
Ekowisata Teluk Biru merupakan strategi pendanaan kegiatan Gemuruh. Bahkan
dalam mendapatkan sumber pendanaan selama ini sumber pendanaan utama
untuk diakumulasikan dalam aksi yang Gemuruh dalam pelestaraian SDKP secara
dilakukan oleh Gemuruh. swasembada mandiri 90% berasal dari
adanya ekowisata.

Mobilisasi Human Resources

Dalam setiap organisasi gerakan sosial


selalu memiliki kebutuhan dalam mencapai
tujuannya. Kebutuhan dalam organisasi
gerakan sosial diantaranya seperti
legitimasi serta akses dalam memperoleh
sumber pendanaan. Melalui kebutuhan
human resources, kebutuhan organisasi

23
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

gerakan sosial dapat terpenuhi. Hal tersebut Mobilisasi Material Resources


seperti yang diungkapkan oleh Edward dan
McCarthy (dalam Snow dkk, 2004: 127) Material resources adalah tipe yang terdiri
bahwa human resources, merupakan dari sumber-sumber ekonomi yang
kategori yang didalamnya termasuk aktor umumnya disebut modal finansial dan
beserta pengalaman, dan keahliannya. Ini modal fisik. Termasuk didalamnya antara
lebih kepada individu-individu yang lain adalah; uang, properti atau bangunan,
memiliki sesuatu seperti keterampilan kantor dan lain sebagainya. Uang
tertentu, keahlian tertentu, dan pengalaman merupakan hal yang sangat penting bagi
yang sesuai dengan kebutuhan suatu gerakan sosial. Seberapa besarpun sumber
gerakan sosial. daya lain yang dimiliki atau dukungan
anggota, mobilisasi tidak akan berjalan
Gemuruh memobilisasi aktornya untuk kalau tidak ada yang membiayai (Snow dkk.
mendapatkan sumber pendanaan dari 2004: 128). Gemuruh sebagai organisai
partisipannya. Salah satu contohnya sebagai gerakan sosial memobilisasi beberapa aset
bentuk mobilisasi para aktornya adalah yang dimilikinya seperti para aktor, uang,
dengan memanfaatkan media sosial seperti sekertariat, seperangkat komputer, mesin
pembuatan akun facebook, bloger, printer, jaket pelampung, alat snorkeling
instagram dan BBM (Black Barry serta satu armada perahu dalam
Mesengger) dalam mengajak masyarakat penyelamtan SDKP di Kecamatan Muncar
untuk ikut berpartisipasi dalam pelestarian dan perairan Selat Bali. Pada awal
lingkungan. Terkadang meraka mereka juga berkembangnya Gemuruh terdapat hanya
mengganti profile picture dengan kegaitan beberapa material resources yang dimiliki
Gemuruh yang mereka lakukan dalam oleh KUB-Maju Jaya. Beberapa aset yang
pelestarian SDKP. Sehingga social network dimiliki Gemuruh pada saat itu diantanya
yang terbangun dari kontak aktor Gemuruh yaitu sekertariat, seperangkat komputer,
dalam mensosialisasikan pelestarian mesin printer, jaket pelampung, alat
lingkungan dapat tersampaikan kepada snorkeling serta satu armada perahu.
para partisipannya. Selain itu juga, Gemuruh Sumber daya materi ini dirasa minim jika
juga seringkali mengajak OSIS SMA di melihat kegiatan yang telah dilakukan oleh
sekitar wilayah Kecamatan Muncar dengan Gemuruh saat ini.
surat menyurat secara formal yang
ditujukan pada pihak sekolah. Ini Selain itu yang tidak kalah pentinganya
merupakan keahlian lain Gemuruh sebagai adalah mobilisasi non-material dalam
organisasi gerakan sosial secara oraganisasi gerakan sosial. Aset non-
adaministrasi dalam mendapatkan material dalam organisasi gerakan sosial
partisipan. Seringkali, undangan yang dapat berupa aktor dan uang.
ditujukan pada sekolah dalam pelestaran Pengorganisasian aktor Gemuruh untuk
mangrove di pesisir pantai Kecamatan selalu aktif dalam segala kegiatan akan
Muncar. semakin menarik masyarakat luas dalam
pelestarian sumber daya kelautan dan
Gemuruh memobilisasi para aktornya perikanan yang mulai rusak. Mobilisasi
dengan keahlian tertentu dalam memenuhi orang dalam gerakan sosial kontemporer
kebutuhan gerakan sosial. Dengan keahlian berukuran skala besar yang merupakan
masing-masing setiap aktor seperti hasil teknik komunikasi terkini,
mengajak para partisipan Gemuruh dengan birokratisasi organisasi dan dorongan serta
cara berpomosi melalui pamanfaatan akses inisiatif utilitarian (Singh, 2010: 136).
pada media sosial, pembuatan akun media Mereka mendapatkan akses untuk
sosial, manajerial Gemuruh atas kontrol mengajak berbagai kalangan masyarakat
terhadap partisipan yang berkunjung untuk ikut bersama-sama melestarikan
dengan paket wisata ke Teluk Biru dalam SDKP dengan kampaye lewat sosial media.
pelestarian termbu karang dan pembuatan Dengan adanya kesempatan yang Gemuruh
surat undangan kepada sekolah-sekolah di manfaatkan media sosial mengundang
sekitar Kecamatan Muncar.

24
Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 3 No. 2, Agustus 2016

ketertarikan bagi masyarakat luar dengan Oriented Theory Dalam Studi Gerakan Sosial
aksi yang mereka jalan. Baru. Jurnal Sosiologi.

http://www.greenpeace.org/seasia/id/Pag
eFiles/533771/Laut%20Indonesia%20dala
Daftar Pustaka m%20Krisis.pdf diakses pada 21 Maret
2016 pukul 20.20 WIB
BPS. (2015). Statistik Daerah Kecamatan
Muncar 2015. Banyuwangi: BPS
Kab.Banyuwangi
____. (2003). Perda Kabupaten Banyuwangi
No 35 Tahun 2003 tentang Penetapan,
Pelestarian dan Pengelolaan Kawasan Laut
Lindung Perairan Kayu Aking di Muncar
Kabupaten Banyuwangi.

Kusumah, Maulana S. (2015). Perjuangan


Nelayan Atas Laut: Studi Tentang Kontruksi
Relasi Nelayan, Pelembagaan Nilai Konflik
Dan Resileinsi Sosial-Ekologis Nelayan
Muncra Banyuwangi. Malang: Disertasi
Program Pasca Sarjana Ilmu-Ilmu Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Maarif, Syamsul. (2010). Perilaku Kolektif


dan Gerakan Sosial. Yogyakarta: Gress
Publishing

McCarthy, John D dan Mayer N Zald.(1977).


Resorce Mobilization And Social Movements:
A Partial Theory. The American Jurnal Of
Sociology Vol 82 (6): 1212-1241

Satria, Arif. (2009). Ekologi Politik Nelayan.


Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Silaen, Victor. (2004). Gerakan Sosial Baru


di Toba Samosir: Studi Kasus Gerakan
Perlawanan Rakyat Terhadap Indorayon
Periode 1983-2000. Jakarta: Disertasi
Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indoensia.

Singh, Rajendra. (2010). Gerakan Sosial


Baru. Yogyakarta: Resist Book

Snow, A David dkk.(2004). The Blackwell


Companion to Social Movement. United
Kingdom: Blackwell Publishing.

Sukmana, Oman. (2013). Kovergensi Antara


Resource Mobilization Theory Dan Identity-

25

Anda mungkin juga menyukai