Anda di halaman 1dari 16

HUKUM AGRARIA

PENGERTIAN HUKUM AGRARIA


ISTILAH AGRARIA

ASAL KATA
Akker (Bhs Belanda) : Tanah Pertanian
Agros (Bhs Yunani) : Tanah Pertanian
Ager (Bhs Latin) : Tanah/sebidang Tanah
Agrarius (Bhs Latin) : Perladangan, Perladangan, Pertanian
Agrarian (Bhs Inggris) : Tanah

KAMUS BBI Agraria:Urusan pertanian atau tanah pertanian,


urusan pemilikan tanah.
AGRARIA MENURUT PENDAPAT AHLI
 SOEBEKTI DAN TJITROSOEDIBJO
Agraria adalah segala urusan mengenai tanah, termasuk apa yang
ada di dalam tanah (batu, krikil, tambang) dan di atas tanah
(bangunan, pohon).
 ARTHUR P CRABTREE (YOU AND THE LAW, CHAPTER IV)

Hak Milik (property) dibagi menjadi 2 :


1. Real Property (Real Estate) : Benda melekat pada
tanah.
2. Personal Property : Benda terlepas dari tanah.
AGRARIA MENURUT
UU 5/1960 (UUPA)
Ruang lingkup AGRARIA terdiri atas :
1. Bumi
a. Permukaan bumi = Tanah
b. Tubuh bumi serta yang berada di bawah air
2. Air
a. Air pedalaman.
b. Laut wilayah Indonesia
3. Ruang Angkasa
a. Ruang di atas bumi wilayah Indonesia
b. Ruang di atas air wilayah Indonesia
4. Kekayaan alam
a. Tambang c. Ikan
b. Hasil hutan d. Binatang
PENGERTIAN
HUKUM AGRARIA
 BOEDI HARSONO
Hukum Agraria merupakan suatu kelompok berbagai bidang hukum yang masing-masing
mengatur hak-hak penguasaan atas SDA tertentu.
Kelompok Hukum tersebut adalah :
1. Hukum Tanah
2. Hukum Air
3. Hukum Pertambangan
4. Hukum Perikanan
5. Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan Unsur-unsur
Dalam Ruang Angkasa

 SUDIKNO MERTOKUSUMO
Hukum agraria adalah keseluruhan kaidah hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis yang mengatur agraria.
PEMBIDANGAN
HUKUM AGRARIA
1. HUKUM AGRARIA KEPERDATAAN
adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang
bersumber pada hak perseorangan dan badan
hukum yang memperbolehkan, mewajibkan,
melarang dilakukan perbuatan hukum yang
berhubungan dengan tanah (obyeknya).
2. HUKUM AGRARIA ADMINISTRASI
adalah keseluruhan dari ketentuan hukum yang
memberi wewenang kepada pejabat (penguasa)
dalam menjalankan kebijakan di bidang agraria.
POKOK BAHASAN
HUKUM AGRARIA
1. HUKUM AGRARIA DALAM ARTI SEMPIT
Hanya membahas tentang tanah (hak penguasaan atas tanah)
2. HUKUM AGRARIA DALAM ARTI LUAS
Membahas masalah tanah, juga mengenai bumi, air, ruang angkasa, dan
kekayaan alam.
POKOK BAHASAN
HUKUM TANAH
 Hukum Tanah merupakan Hukum Agraria dalam arti sempit,
yang mengatur hak penguasaan atas tanah.
 Dalam arti yuridis, tanah adalah permukaan bumi (Pasal 4
ayat (1) UUPA)
 Hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan
bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang
dan lebar.
 Obyek Hukum Tanah adalah hak penguasaan atas tanah, yang
berisi wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi
pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang
dihaki.
PENGERTIAN
HUKUM TANAH
Hukum Tanah adalah keseluruhan ketentuan
hukum, ada yang tertulis dan ada yang tidak
tertulis, yang semuanya mempunyai obyek
pengaturan yang sama, yaitu hak-hak penguasaan
atas tanah sebagai lembaga hukum dan sebagai
hubungan hukum yang konkret, beraspek publik
dan privat, yang dapat disusun dan dipelajari
secara sistematis, hingga keseluruhannya menjadi
satu kesatuan yang merupakan satu sistem.
2 MACAM ASAS
DALAM HUKUM TANAH
1. ASAS PERLEKATAN (ACCESSIE)
Dalam asas ini, bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah
merupakan bagian atau satu kesatuan dengan tanah yang
bersangkutan.

Hak atas tanah dengan sendirinya karena hukum, meliputi juga


pemilikan bangunan dan tanaman yang ada di atasnya, kecuali
ada kesepakatan lain dengan pihak yang membangun atau
menanamnya.

Perbuatan hukum mengenai tanah dengan sendirinya karena


hukum meliputi juga bangunan dan tanaman yang ada di atasnya.
2. ASAS PEMISAHAN HORIZONTAL (HORIZONTALE
SCHEIDING)
Dalam asas ini, bangunan dan tanaman bukan
merupakan bagian atau satu kesatuan dengan tanah
yang bersangkutan.
Hak atas tanah tidak dengan sendirinya, meliputi
pemilikan bangunan dan tanaman yang ada di atasnya.
Perbuatan hukum mengenai tanah tidak dengan
sendirinya meliputi bangunan dan tanaman yang ada di
di atasnya, kecuali ditentukan lain yang dinyatakan
secara tegas oleh para pihak.
Sumber hukum Agraria
 Tidak jauh berbeda dengan bidang-bidang hukum lainnya dan
dengan mengikuti kecenderungan yang ada, maka sumber
hukum agraria tentunya juga akan terkelompok dalam  sumber
hukum agraria materiil dan sumber hukum agraria formal.
 Mengikuti pandangan E. Utrecht, maka sumber hukum materril
dari hukum agrarian adalah adalah perasaan hukum induvidu
dan pendapat umum yang menjadi determinan materiil
membentuk hukum agraria, menentukan isi hukum agraria.
 Sedang sumber hukum formal dari hukum agraria adalah yang
menjadi determinan formal membentuk hukum agraria,
menentukan berlakunya hukum agraria.
 Berdasarkan pandangan E Utrecht  itu, maka sumber hukum
agraria tentunya akan dikelompokkan pula menjadi sumber hukum
agraria materiil dam sumber hukum agraria formal. Dalam kaitan
itu, maka sumber hukum agrarian formal saat ini meliputi yang
tertulis dan tidak tertulis, yakni;
1. UU (dalam arti luas) antara lain;
a. Undang-Undang Dasar 1945 (utamanya Pasal 33  ayat 3)
b. UU Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA)
c. UU berupa perintah lansung atau pun terkait dengan UUPA,
seperti UU Kehutanan, Perairan, Pertambangan, kelautan  dll
d. Peraturan pelaksana dari UUPA dan peraturan pelaksana dari
UU lainnya yang terkait dengan UUPA
e. Peraturan perundang-undangan lama sebelum diundangkannya
UUPA yang masih berlaku.
2. Hukum Adat sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UUPA  (sumber
hukum formal tidak tertulis)3
3. Tratat, yakni perjanjian-perjanjian terkait internasional yang
terkait dengan agraria, misalnya mengenai perjanjian batas
wilayah teritorial, perairan atau perjanjian internasional dalam
hal investasi dalam pemanfaataan sumber daya alam dan lain
sebagainya.
4. Yurisprudensi yakni berupa Putusan-Putusan Pengadilan terkait
dengan agrarian.
5. Doktrin atau pendapat para ahli hukum agraria yang terkenal
dan diikuti dalam praktek, seperti dijadikan rujukan oleh hakim
dalam membuat putusan.
TUJUAN UUPA
1. Menciptakan unifikasi Hukum Agraria dengan cara:

 Menyatakan tidak berlaku lagi (mencabut/menghapus) produk peraturan-peraturan hukum tanah yang
lama
 Menyatakan berlakunya Hukum Tanah Nasional berdasarkan Hukum Tanah Adat yang tidak tertulis,
sebagai bahan penyusunan hukum tanah nasional.

2. Menciptakan unifikasi hak-hak penguasaan atas tanah (hak-hak atas tanah dan hak jaminan atas
tanah) melalui ketentuan konversi:
 Tanah-tanah hak barat maupun tanah-tanah hak Indonesia sebagai hubungan konkrit, dikonversi
(diubah) menjadi hak-hak atas tanah menurut UUPA secara serentak dan demi hukum (rechtswege),
terhitung mulai tanggal 24 September 1960.
 Hak-hak jaminan atas tanah, yaitu hipotik dan credietverband (pasal 1162 KUH-Perdata pasal 15 Stbl.
1908-542) diubah demi hukum terhitung mulai tanggal 24 September 1960, menjadi Hak Tanggungan
(pasal 51 UUPA & pasal IV Ketentuan Konversi UUPA jo. UU no. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan dengan Tanah).

Anda mungkin juga menyukai